• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembersihan, Sortasi, dan Grading Bahan Hasil Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembersihan, Sortasi, dan Grading Bahan Hasil Pertanian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN

PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN

Oleh :

Nama : Wendi Irawan Dediarta

NPM : 150310080137

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 20 April 2011

Waktu : 16.00 – 17.00

Co. Ass. : Citra Pratiwi

Wince Widaningsih

LABORATORIUM TEKNIK PASCA PANEN JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanganan pascapanen Bahan Hasil Pertanian (BHP) harus dilakukan dengan baik dan benar agar BHP dapat sampai kepada tangan konsumen dengan kualitas yang baik pula. Salah satu BHP yang banyak disoroti di Indonesia adalah beras. Beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia, hal ini dapat dilihat dari ketergantungan sebagian besar masyarakat Indonesia akan komoditas ini sebagai makanan pokok. Tidak heran jika tiap waktu beras selalu menjadi sorotan baik dari segi kualitas ataupun kuantitasnya.

Setiap kota atau daerah di Indonesia pada umumnya mempunyai pusat industri beras, karena beras merupakan makanan pokok yang dibutuhkan di setiap daerah. Pusat industri beras merupakan daerah yang menjadi transaksi pembelian dan penjualan beras. Pembelian dilakukan setelah dilakukan pengiriman dari daerah-daerah untuk ditampung sementara. Sedangkan penjualan dilakukan setelah produk yang dibeli tersebut mengalami perubahan sebagai perwujudan nilai tambah melalui perbaikan kualitas dengan rekayasa teknologi, seperti pengemasan, pensortiran, grading dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dari BHP adalah dengan perlakuan pascapanen yakni sortasi dan grading. Dalam praktikum kali ini proses sortasi dan grading akan diujicobakan terhadap komoditas beras guna menilai kualitas dari beras tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

 Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading Bahan Hasil Pertanian (BHP).

 Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan tidak tampak (invisible damager), bahan asing (foreign materials), keretakan (sound grain and crack).

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembersihan

Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan/memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan yang tidak diinginkan dari bahan utama (produk yang diinginkan). Perbersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoranyang menempel pada hasil pertanian. Kebersihan sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu sebelum dipasarkan, hasil pertanian harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Kotoran pada hasil pertanian sering dianggap sebagai sumber kontaminasi, karena kotoran dapat mengandung mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen.

Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat dapat dikelompokkan menjadi :

 Kotoran Berupa Tanah

Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel pada bahan hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat berupa : tanah, debu, dan pasir. Tanah merupakan media yang baik sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan hasil pertanian. Adanya tanah pada bahan hasil pertanian kadang-kadang sukar dihindarkan, karena beberapa hasil pertanian terdapat di dalam tanah, seperti umbi-umbian.

 Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil

Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutan hasil tanaman yaitu bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen, antara lain berupa : dahan, ranting, biji, kulit.

 Kotoran Berupa Benda-Benda Asing

Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti : unsur logam akan memberi kesan ceroboh dalam penanganan hasil panen.

(4)

 Kotoran Berupa Serangga Atau Kotoran Biologis Lain

Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran biologis lainnya yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat membawa bibit penyakit seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.

 Kotoran Berupa Sisa Bahan Kimia

Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara lain dari obat-obatan pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu penampakan hasil panen juga dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara langsung. Sedangkan pada konsentrasi yang rendah, dan bila terus menerus akan tertimbun di dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.

Secara umum pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Dry method yang diantaranya meliputi :

 Penyaringan (screening)

 Pemungutan dengan tangan (hand picking) 2. Wet method yang diantaranya meliputi :

 Perendaman (soaking)  Water sprays

 Rotary drum  Brush washer

 Shuffle of Shaker Washer

2.2. Sortasi

Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian).

Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka

(5)

bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik (Anonim, 1985).

2.2.1. Tujuan Sortasi :

a) Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997).

b) Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.

c) Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asing yang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).

2.2.2. Bahan Yang Dapat Disortir :

Semua simplisia baik berupa daun, batang, rimpang, korteks, buah, akar, biji, dan bunga.

2.2.3. Batasan Yang Disortir :

Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan terhadap setiap jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasan penyortiran terhadap beberapa simplisia :

a) Simplisia daun

Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yang dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.

b) Simplisia bunga

Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga dan daun yang terikut saat panen (Widyastuti,1997).

c) Simplisia buah

Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah,

(6)

berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari tangkainya dengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga buah adas lepas ( Widyastuti,1997 ).

d) Simplisia rimpang

Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang (Anonim, 1985).

2.2.4. Peraturan Sortasi

Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for Madicinal Plants :

a) Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki/digunakan.

b) Pemeriksaan visual terhadap materi asing.

c) Evaluasi organoleptik, meliputi : penampilan, kerusakan, ukuran, warna, bau, dan mungkin rasa.

2.2. Grading

Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.

Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor mekanis. Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual, yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang

(7)

terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja.

(8)

BAB III

METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1. Alat Dan Bahan 3.1.1. Alat :  Wadah plastik  Moisture tester  Timbangan 3.1.2. Bahan :  Beras 3.2. Prosedur Percobaan

1. Menimbang massa beras sampai 25 gram.

2. Mengukur kadar air beras menggunakan Moisture tester.

3. Melakukan penyortiran terhadap butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau mengapur, butir uning/rusak, benda asing, dan butir gabah yang dilakukan manual dengan tangan.

4. Menghitung derajat sosoh.

(9)

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

No Karakteristik Bobot (gram) % Hasil Praktikum % SNI

1 Derajat Sosoh - 97,16 % Minimal 95

2 Butir Utuh ( ) 15,19 60,56 % Minimal 73 3 Butir Patah ( ) 7,95 31,69 % Maksimal 20 4 Butir Menir ( ) 0,97 3,86 % Maksimal 2

5 Butir Hijau/Mengapur 0,64 2,55 % Maksimal 2

6 Butir Kuning/Rusak 0,07 0,27 % Maksimal 2

7 Benda Asing 0,00 0,00 % Maksimal 0,02

8 Butir Gabah 0,00 0,00 % Maksimal 1

TOTAL 24,84 98,93 %  Kadar Air Kadar Air =

=

=

= 12,56  Derajat Sosoh Derajat Sosoh = ( )

=

=

= 97,16 %

(10)

 Beras Hilang

Beras hilang = 25,08 – 24,82 = 0,26 gram atau = 100 % - 98,93 %

(11)

BAB V PEMBAHASAN

Percobaan mengenai sortasi beras dapat dilihat dari tabel yang menunjukkan bahwa butir utuh beras yang di uji hanya 60,56% yang berarti bahwa beras tersebut tidak memenuhi standar SNI yang butir utuhnya minimal sebesar 73%. Selanjutnya adalah sortasi butir patah, beras patah adalah butir beras yang berukuran kurang dari ¾ panjang rata-rata beras utuh pada umumnya. Dari percobaan menghasilkan persentase sebesar 31,69%, hal ini juga tidak menunjukkan bahwa beras tersebut tidak berstandar SNI karena butir patah pada beras SNI adalah sebesar maksimal 20%.

Menir adalah butir beras yang berukuran kurang dari ¼ panjang rata-rata beras utuh dan biasanya lolos ayakan 4/64 mm. Sortasi butir menir beras menunjukkan persentase sebesar 3,86%, padahal standar SNI hanya maksimal 2% saja. Hal ini berarti standar SNI tidak terpenuhi.

Butir beras mengapur adalah bila separuh lebih dari beras berwarna putih keruh seperti kapur. Butir hijau mengapur diperoleh hasil sebesar 2,55%, yang juga tidak memenuhi standar SNI karena untuk standar butir hijau mengapur pada SNI maksimal hanya 2% saja.

Beras menguning adalah butir beras dimana lebih dari separuhnya berwarna kekuningan atau kecoklatan. Untuk butir kuning atau rusak hanya diperoleh sebesar 0,27% saja yang berarti memenuhi standar SNI yaitu maksimal 2%.

Namun untuk butir gabah dan benda asing tidak ditemukan di praktikum kali ini, yaitu 0 % hal ini bisa saja dalam pembersihan beras setelah panen dilakukan dengan baik sehingga beras tersebut terbebas dari kotoran benda asing dan butir gabah. Yang dikategorikan dengan benda asing adalah serangga, tangkai, kerikil, daun, pasir, tanah kering, dan sebagainya. Pada saat praktikum sortasi beras dengan parameter benda asing tidak ditemukan sama sekali baik pada beras. Hal ini menunjukan bahwa kedua sample beras memenuhi persyaratan dari grade mutu I pada SNI No. 01-6128-1999.

(12)

Setelah masing-masing parameter diukur, selanjutnya adalah menghitung kadar air sebanyak tiga kali. Kadar air yang dihasilkan yaitu sebesar 12,56. Sedangkan derajat sosoh dihitung sebesar 97,16% yang memenuhi standar SNI sebesar 95% saja. Setelah praktikum sortasi beras, tentunya ada beras yang hilang yaitu sebesar 1,07% dari massa beras awal sebesar 25,08 gram.

Sortasi dan grading merupakan hal penting dalam pengelolaan lebih lanjut terhadap bahan hasil pertanian. Karena sortasi dan grading akan menentukan nilai jual terhadap sebuah komoditas pertanian. Maka dari itu sortasi dan grading perlu dilakukan dengan tepat dan teliti agar hasil dari komoditas tersebut dapat memiliki nilai jual yang tinggi serta sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

(13)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan mengenai sortasi dan grading suatu bahan pertanian dapat diambil kesimpulan yaitu :

 Beras yang ada di pasaran belum tentu memenuhi standar SNI walaupun beras tersebut sudah dalam kondisi telah dilakukan pembersihan, sortasi, dan grading dan memiliki label SNI. Hal ini diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya kemampuan dan kondisi mesin, penanganan pasca panen, situasi dan kondisi penyimpanan, dll.

 Proses sortasi yang dilakukan dengan manual dan mesin akan menghasilkan nilai yang berbeda dikarenakan kemampuan manusia yang berbeda dibandingkan mesin.

 Derajat sosoh dari beras ditentukan oleh massa awal beras yang dikurangi massa butir hijau, butir kuning, benda asing dan butir gabah.

5.2 Saran

 Peralatan yang kurang lengkap sesuai modul praktikum menjadikan kegiatan praktikum terkesan berjalan seadanya sehingga dirasakan kurang menarik bagi mahasiswa. Oleh karena itu peralatan praktikum harus tersedia dengan baik agar kegiatan praktikum dapat berjalan sesuai dengan modul penuntun praktikum dengan kondisi yang dapat lebih menarik lagi bagi mahasiswa.  Kebersihan laboratorium kurang terjaga dengan baik sehingga dirasakan

kurang nyaman saat melakukan kegiatan praktikum, oleh karena itu kebersihan laboratorium perlu terus dijaga guna memberi rasa nyaman saat mahasiswa melakukan kegiatan praktikumnya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Sudaryanto, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

Mansyur. 2007. Analisis Kelayakan Aspek Pemasaran Pendirian Pusat Grading Industri Beras (Pgib) Perum Bulog – Tambun 2006.

Bertha, Julisti. 2009. Grading Gabah Dan Beras. Diakses melalui http://btagallery.blogspot.com, pada tanggal 26 Maret 2011.

Anonim. 2008. Sortasi Dan Pengecilan Ukuran Partikel. Diakses melalui http://siskhana.blogspot.com, pada tanggal 26 Maret 2011.

Dewi, M.K.Kemala. 2008. Proses Cleaning, Sortasi, Grading Dan Size Reduction Pada Buah Apel. Diakses pada tanggal 26 Maret 2011.

Sutrisno, dkk. Pengembangan Teknologi Pasca Panen Diakses pada tanggal 26 Maret 2011.

Widyastuti, Yuli. 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Trubus Agriwidya, Semarang.

(15)

LAMPIRAN

Gambar 1. Timbangan Gambar 2. Wadah Penyimpanan

Gambar 3. Moisture Tester Gambar 4. Proses Sortasi dan Grading Beras

(16)

Gambar 7. Beras Mengapur

Gambar 8. Rendemen pengupasan singkong

Gambar

Gambar 1. Timbangan Gambar 2. Wadah Penyimpanan
Gambar 7. Beras Mengapur

Referensi

Dokumen terkait