• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dualisme-Sifat-Cahaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dualisme-Sifat-Cahaya"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Dasar Teori

Dualisme Sifat Cahaya : Cahaya Sebagai Gelombang

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2][3] Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.

Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis (en:physical optics).

Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katode, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E.

Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang.

Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan

(2)

penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960. Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.

Melalui percobaan dua celah tipis, Thomas Young menjelaskan interferensi cahaya sekaligus menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang. James Clerk Maxwell (1831-1879) juga mendukung teori itu dengan menjabarkannya dalam matematika. Maxwell dengan apik menggabungkan dan menjelaskan hubungan unik antara 4 hukum listrik dan kemagnetan yang sebelumnya diusulkan oleh Karl Gauss (1777-1855), Andre Ampere (1775-1836), dan Miichael Faraday (1791-1867). Dengan kejeniusannya dalam listrik statis, listrik dinamis, dan kemagnetan, Maxwell menyatukan keempat hukum itu dalam empat buah persamaan differensial.

1. Hukum Coulomb, yang menyatakan gaya tarik-menarik antar muatan listrik. Hukum ini juga bisa diturunkan secara matematika dari Teori Gauss.

2. Teori Gauss tentang kemagnetan, yang menyatakan magnet bersifat dipol (dua kutub), tidak terpisah seperti muatan listrik (muatan listrik adalah monopol, ada muatan negatif dan muatan positif).

3. Penemuan Ampere yang menyatakan muatan listrik yang bergerak menghasilkan medan magnet.

4. Percobaan Faraday yang menunjukkan: mengubah medan magnet menghasilkan medan listrik, sebaliknya juga mengubah medan listrik turut mengubah medan magnet.

Persamaan yang diajukan Maxwell selalu berjalan simultan atau bersamaan. Saat menyelesaikan persamaan itu, diperlukan suatu kondisi agar keempat persamaan itu tetap terus simultan. Muatan yang bergetar akan menjadi gelombang elektromagnetik dan bergerak dengan kecepatan yang tetap. Maxwell kemudian menghitung kecepatan gelombang itu, dan nilainya secara praktis sama dengan kecepatan cahaya. Suatu kebetulan yang luar biasa! Dan dengan itu, tidak bisa disangkal bahwa cahaya pasti bersifat gelombang.

(3)

Dualisme Sifat Cahaya : Cahaya Sebagai Partikel

Pada 1900, Max Planck (1858-1947) mengusulkan teori yang sama sekali bertentangan dengan teori cahaya sebagai gelombang. Dalam menjelaskan spektrum radiasi elektromagnetik oleh benda hitam pada suhu tinggi, Planck menemukan teori baru, teori kuantum. Dia menjelaskan bahwa muatan listrik yang bergetar hanya mengeluarkan emisi cahaya dalam tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini dihitung dalam unit kuanta hf, h adalah konstanta universal Planck, dan f adalah frekuensi getaran muatan listrik tersebut.

Tahun 1905, Albert Einstein mengembangkan ide mengenai cahaya. Cahaya sendiri memancarkan energi dalam satuan kuanta. Tiap foton membawa satu kuanta energi hf, dan artinya cahaya memiliki sifat partikel.

Rumusan

Gejala Foto Listrik.

Yang dimaksud dengan gejala foto listrik adalah emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat penyinaran gelombang elektromagnetik (cahaya) pada logam tersebut.

Cahaya biasa mampu melepaskan elektron dari logam-logam alkali. Hasil-hasil percobaan yang seksama menunjukkan bahwa :

a. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang diemisikan.

b. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada frekwensi cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan elektron yang diemisikan.

c. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari logam tertentu sama.

Peristiwa-peristiwa di atas tidak dapat diungkap dengan teori cahaya Huygens.

Pada tahun 1901, Planck mengetengahkan hipotesa bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik) harus dianggap sebagai paket-paket energi yang disebut foton. Besar paket energi tiap foton dirumuskan sebagai :

E = h . f

E = Energi tiap foton dalam Joule. f = Frekwensi cahaya.

(4)

Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang sangat banyak. Tiap-tiap foton hanya melepaskan satu elektron. Kiranya mudah dipahami bahwa semakin besar intensitas cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.

Tiap foton yang datang pada logam, sebagian energinya digunakan untuk melepaskan elektron dan sebagian menjadi energi kinetik elektron. Jika energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron sebesar a dan energi yang menjadi energi kinetik sebesar Ek maka dapat ditulis persamaan :

Dari persamaan nampak jelas, makin besar frekwensi cahaya, makin besar kecepatan yang diperoleh elektron.

Bila frekwensi cahaya sedemikian sehingga h.f = a, maka foton itu hanya mampu melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron. Penyinaran dengan cahaya yang frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.

Sifat Kembar Cahaya.

Gejala-gejala interferensi dan difraksi memperlihatkan sifat gelombang yang dimiliki cahaya, dilain pihak cahaya memperlihatkan sifat sebagai paket-paket energi (foton).

Timbul suatu gagasan apakah foton itu dapat diartikan sebagai partikel-partikel. Untuk menjawab pertanyaan ini A.H. Compton mempelajari tumbukan-tumbukan antara foton dengan elektron.

Kesimpulan yang diperolehnya menunjukkan bahwa foton dapat berlaku sebagai partikel dengan momentum.

Tidak ada keraguan lagi bahwa cahaya memiliki sifat kembar, sebagai gelombang dan sebagai partikel.

Hipotesa de Broglie.

Jika cahaya yang memiliki sifat gelombang, memiliki sifat partikel, maka wajarlah bila partikel-partikel seperti elektron memiliki sifat gelombang, demikian hipotesa yang dikerjakan oleh de Broglie (tahun 1892).

E = a + Ek h . f = a + 2 1 mv2 pfoton = c.f h

(5)

Panjang gelombang cahaya dengan frekwensi dan kecepatannya mempunyai hubungan sebagai berikut :

Menurut Compton pfoton = c f . h pfoton = λ h  = p h

Hubungan ini berlaku pula bagi partikel, demikian usul de Broglie. Menurut de Broglie, jika ada partikel yang momentumnya p, maka partikel itu dapat bersifat sebagai gelombang dengan panjang gelombang :

 = Panjang gelombang partikel. p = Momentum partikel.

Percobaan Davisson dan Germer.

Jika partikel berlaku sebagai gelombang, harus dapat ditunjukkan bahwa partikel dapat menimbulkan pola-pola difraksi seperti halnya pola-pola difraksi pada gelombang.

Pada tahun 1927 Davisson dan Germer memilih elektron sebagai partikel untuk menguji hipotesa de Broglie. Elektron-elektron diperoleh dari filamen yang dipijarkan, kemudian elektron-elektron itu dipercepat dalam medan listrik yang tegangannya 54 Volt. Setelah dipercepat elektron-elektron memiliki energi kinetik. Ek = 54 eV = 54 . 1,6 .10 –19 Joule Momentum elektron :  = f c  = p h

(6)

p = mv = v m. 2m. 2 2 1 p = 2mEk p = 10 . 1,6 . 54 . 10 . 9,1 . 2 -31 -19 p = 4 .10 –24 kg m/det

Menurut de Broglie, panjang gelombang elektron :

 = p h = 10 . 4 10 . 6,6 24 --34 = 1,65 .10 –10 m

Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi terlampau sempit, pola-pola difraksi sukar teramati.

Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal nikel.

Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi.

Kini tidak disangsikan lagi bahwa apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang, tepat seperti yang diramalkan oleh de Broglie.

(7)

Dualisme Partikel

Dualisme gelombang-partikel mendalilkan bahwa semua entitas fisik menunjukkan baik sifat sebagai gelombang dan partikel. Sebagai konsep sentral mekanika kuantum, Dualisme ini membahas ketidakmampuan konsep klasik seperti “partikel” dan “gelombang” untuk sepenuhnya menggambarkan perilaku (biasanya) objek mikroskopis.

Dari sudut pandang fisika klasik, partikel dan gelombang merupakan konsep yang berbeda. Mereka saling eksklusif, dalam arti bahwa partikel tidak menunjukkan sifat seperti gelombang dan sebaliknya. Secara intuitif, bisbol tidak hilang melalui interferensi destruktif, dan suara kita tidak dapat dilokalisasi dalam ruang. Mengapa kemudian adalah bahwa fisikawan percaya Dualisme gelombang-partikel?

(8)

Berikut secara singkat, daftar urutan percobaan tersebut:

 Eksperimen celah-ganda Young: Pada awal abad kesembilan belas, percobaan celah ganda Young dan Fresnel memberikan bukti bahwa cahaya adalah gelombang. Pada tahun 1861, James Clerk Maxwell menjelaskan cahaya sebagai propagasi gelombang elektromagnetik sesuai dengan persamaan Maxwell.

 Radiasi benda hitam: Pada tahun 1901, untuk menjelaskan spektrum yang diamati dari cahaya yang dipancarkan oleh benda bercahaya, Max Planck diasumsikan bahwa energi radiasi dalam rongga adalah terkuantisasi, bertentangan dengan keyakinan menetapkan bahwa radiasi elektromagnetik adalah gelombang.

 Efek fotolistrik: teori gelombang klasik cahaya juga gagal untuk menjelaskan efek fotolistrik. Pada tahun 1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotolistrik oleh mendalilkan adanya foton, kuanta energi cahaya dengan kualitas partikulat.

 Gelombang de Broglie (peduli gelombang): Pada tahun 1924, Louis-Victor de Broglie merumuskan hipotesis Broglie de, mengklaim bahwa semua materi, bukan hanya cahaya, memiliki sifat seperti gelombang. Hipotesis segera dikonfirmasi dengan pengamatan bahwa elektron (peduli) juga menampilkan pola difraksi, yang merupakan intuitif properti gelombang, seperti yang ditunjukkan pada.

Dari prestasi bersejarah ini, fisikawan sekarang menerima bahwa semua entitas di alam berperilaku baik sebagai partikel dan gelombang, tergantung pada spesifikasi fenomena yang sedang dipertimbangkan. Karena aspek kontra-intuitif, makna Dualisme partikel-gelombang masih titik perdebatan dalam fisika kuantum. Interpretasi standar bahwa tindakan pengukuran menyebabkan set probabilitas, diatur oleh fungsi distribusi probabilitas yang diperoleh dari “gelombang”, untuk segera dan secara acak menganggap salah satu nilai yang mungkin, yang mengarah ke “partikel” hasil -seperti.

Jadi, mengapa kita tidak melihat bola bisbol bertindak seperti gelombang? Panjang gelombang dari gelombang materi terkait dengan bisbol, mengatakan bergerak di 95 mil per jam, sangat kecil dibandingkan dengan ukuran bola sehingga perilaku seperti gelombang tidak pernah terlihat.

Rumusan dan dasar teori Radiasi Termal

(9)

Radiasi Termal adalah pancaran energi yang dipancarkan oleh suatu benda karena dipanaskan. Spektrum adalah energi serta panjang gelombang radiasi termal yang dapat diukur dan dianalisa dengan menggunakan alat yang disebut spektrometer.

Benda Hitam

Benda Hitam adalah sebuah benda yang menyerap semua radiasi yang datang pada permukaannya dan bila benda itu berpijar pada suhu tertentu, maka akan memancarkan radiasi dengan intensitas paling besar dari benda-benda lain pada suhu yang sama.

a. Intensitas Radiasi Benda Hitam Dengan

R= Intensitas Radiasi Total (W/m2)

σ=Tetapan Stefan-Boltzmann(5,67×10-8 W/m2K4) T=Suhu mutlak benda (K)

Hukum Stefan-Boltzmann

Dengan

(10)

W = e. .T

4

P = e. .T

4

.A

W = P

A

P =

E

t

E = e. .T

4

.A.t

W = daya pancar tiap satuan luas (w/m

2

)

P = daya pancar /energi tiap detik (watt)

E = energi pancar (joule)

A = luas permukaan (m

2

)

e = emisivitas ( 1

e >0 )

= tetapan = 5,672 x 10

-4

watt/m

2

K

t = waktu (sekon)

Hukum Pergeseran Wien

Untuk setiap suhu yang berbeda, intensitas radiasi total benda hitam juga berubah, dan semakin tinggi suhu, maka intensitas radiasi total bergeser ke daerah panjang gelombang pendek.

Dengan

λmax=Panjang Gelombang cahaya maksimum(m) T = Suhu Benda (K)

C = Tetapan Wien (2,898×10-3mK)

(11)

Gambar Pergeseran Wien

Teori Kuantum Planck

Berdasarkan teori kuantum Planck, atom-atom logam, seperti pada benda hitam, berperilaku sebagai osilator gelombang elektromagnetik yang bergetar dan memancarkan energi secara diskontinu dalam jumlah tertentu yang disebut kuanta(jamak: kuantum). Menurut Planck, osilator tersebut bergetar dengan energi yang sesuai dengan persamaan tersebut.

Dengan

E= Energi (joule)

n= Bilangan Kuantum (n=1,2,3,....) h=Konstanta Planck (6,63×10-34 Js) f=Frekuensi Getaran (Hz)

Gejala Foto Listrik.

Gejala foto listrik adalah emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat penyinaran gelombang elektromagnetik (cahaya) pada logam tersebut.

Cahaya biasa mampu melepaskan elektron dari logam-logam alkali. Hasil-hasil percobaan yang seksama menunjukkan bahwa :

(12)

d. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang diemisikan.

e. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada frekwensi cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan elektron yang diemisikan.

f. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari logam tertentu sama.

Peristiwa-peristiwa di atas tidak dapat diungkap dengan teori cahaya Huygens.

Pada tahun 1901, Planck mengetengahkan hipotesa bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik) harus dianggap sebagai paket-paket energi yang disebut foton. Besar paket energi tiap foton dirumuskan sebagai :

E = h . f

E = Energi tiap foton dalam Joule. f = Frekwensi cahaya.

h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 –34 J.det

Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang sangat banyak. Tiap-tiap foton hanya melepaskan satu elektron. Kiranya mudah dipahami bahwa semakin besar intensitas cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.

Tiap foton yang datang pada logam, sebagian energinya digunakan untuk melepaskan elektron dan sebagian menjadi energi kinetik elektron. Jika energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron sebesar a dan energi yang menjadi energi kinetik sebesar Ek maka dapat ditulis persamaan :

Dari persamaan nampak jelas, makin besar frekwensi cahaya, makin besar kecepatan yang diperoleh elektron.

Bila frekwensi cahaya sedemikian sehingga h.f = a, maka foton itu hanya mampu melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron. Penyinaran dengan cahaya yang frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.

E = a + Ek

h . f = a + 2 1

(13)

Gambar Peralatan Efek Foto Listrik Sifat Kembar Cahaya.

Gejala-gejala interferensi dan difraksi memperlihatkan sifat gelombang yang dimiliki cahaya, dilain pihak cahaya memperlihatkan sifat sebagai paket-paket energi (foton).

Timbul suatu gagasan apakah foton itu dapat diartikan sebagai partikel-partikel. Untuk menjawab pertanyaan ini A.H. Compton mempelajari tumbukan-tumbukan antara foton dengan elektron.

Kesimpulan yang diperolehnya menunjukkan bahwa foton dapat berlaku sebagai partikel dengan momentum.

Tidak ada keraguan lagi bahwa cahaya memiliki sifat kembar, sebagai gelombang dan sebagai partikel.

Efek Compton

Percobaan Compton membuktikan bahwa cahaya (foton) dapat menunjukkan sifat sebagai partikel, karena dalam percobaan dapat dihiung momentumnya. Penyebaran Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah penyinaran terhadap suatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari 3 proses yang melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada permukaan suatu materi sebagian daripada energinya akan diberikan kepada materi tersebut, sedangkan sinar itu sendiri akan di sebarkan. Sebagai contoh : Element dalam sistem periodik dengan nomer atom yang besar seperti timbal akan meyerap energi sinar ionisasi efek fotoelektrik, sedangkan element yang bernomer atom kecil akan menyebarkan sinar ionisasi tersebut. Penyebaran sinar Rontgen pada dasarnya lebih kuat dari

pfoton =

c f . h

(14)

sinar cahaya yang dapat dilihat polychromatik. Bahkan sinar rontgen normal pada perjalanannya di udara mengalami penyebaran, ini juga yang menjadi sumber bahaya yang serius di dalam penggunaan sinar rontgen di kedokteran tanpa pakaian khusus. Pada penyebaran secara normal energi sinar rontgen tidak berubah, yang berubah adalah arah begeraknya.

= panjang gelombang foton sebelum tumbukan

’ = panjang gelombang foton setelah tumbukan

h = tetapan Planck = 6,626 x 10 –34 J.s

(15)

Efek Compton

Hipotesa de Broglie.

Jika cahaya yang memiliki sifat gelombang, memiliki sifat partikel, maka wajarlah bila partikel-partikel seperti elektron memiliki sifat gelombang, demikian hipotesa yang dikerjakan oleh de Broglie (tahun 1892).

Panjang gelombang cahaya dengan frekwensi dan kecepatannya mempunyai hubungan sebagai berikut :

Menurut Compton pfoton = c.f h pfoton = λ h  = p h

Hubungan ini berlaku pula bagi partikel, demikian usul de Broglie. Menurut de Broglie, jika ada partikel yang momentumnya p, maka partikel itu dapat bersifat sebagai gelombang dengan panjang gelombang :

 = f c

 = p h

(16)

 = Panjang gelombang partikel. p = Momentum partikel.

Percobaan Davisson dan Germer.

Jika partikel berlaku sebagai gelombang, harus dapat ditunjukkan bahwa partikel dapat menimbulkan pola-pola difraksi seperti halnya pola-pola difraksi pada gelombang.

Pada tahun 1927 Davisson dan Germer memilih elektron sebagai partikel untuk menguji hipotesa de Broglie. Elektron-elektron diperoleh dari filamen yang dipijarkan, kemudian elektron-elektron itu dipercepat dalam medan listrik yang tegangannya 54 Volt. Setelah dipercepat elektron-elektron memiliki energi kinetik. Ek = 54 eV = 54 . 1,6 .10 –19 Joule Momentum elektron : p = mv = v m. 2m. 2 2 1 p = 2mEk p = 10 . 1,6 . 54 . 10 . 9,1 . 2 -31 -19 p = 4 .10 –24 kg m/det

Menurut de Broglie, panjang gelombang elektron :

 = p h = 10 . 4 10 . 6,6 24 --34 = 1,65 .10 –10 m

(17)

Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi terlampau sempit, pola-pola difraksi sukar teramati.

Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal nikel.

Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi.

Kini tidak disangsikan lagi bahwa apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang, tepat seperti yang diramalkan oleh de Broglie.

Contoh Soal dan Pembahasan

1. Sebuah benda bersuhu , jika konstanta Wien = 2,8 x , maka panjang gelombang radiasi dari benda tersebut yang membawa energi terbanyak adalah…. a. 7 x m b. 3,5 x m c. 2,0 x m d. 1,4 x m e. 1,12 x Pembahasan T = 127 + 273 = 400 K C = 2,8 x = = = 0,7 x atau

(18)

7,0 x meter

Daftar Pustaka

Anonim.2015.Cahaya.(online).https://id.wikipedia.org/wiki/Cahaya (diakses pada tanggal 13 oktober 2015)

Nugroho.2014.Dualisme Sifat

Cahaya.http://www.danielnugroho.com/science/dualisme-sifat-cahaya/ (diakses pada tanggal 13 oktober 2015)

(19)

Tatang.2015.Pengertian Dualisme Gelombang Partikel. (online)http://tatangsma.com/2015/05/pengertian-dualisme-gelombang-partikel.html (diakses pada tanggal 13 oktober 2015)

Gambar

Gambar Pergeseran Wien

Referensi

Dokumen terkait

(dalam Tjhai 2003) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi merupakan suatu manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melaksanakan

penelitian yang dilakukan pada kulit jeruk sambal yang diperoleh dari tiga daerah memiliki aktivitas antioksidan yang bagus terutama pada kulit jeruk sambal yang

Saluran media massa seperti telvisi, radio, majalah, surat kabar dan sebagainya yang memungkinkan suatu sumber terjadi dari seseorang atau beberapa orang untuk menjangkau

Kandungan protein ASI memiliki berbagai aktivitas biologis diantaranya sebagai antimikrobial, imunomodulator dan terdapat asam amino esensial dalam jumlah yang adekuat

Kawasan penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti

menikmati manfaatnya dan mau membelinya, mampu menciptakan pasar baru, yaitu dengan adanya value innovation, pembeli yang tadinya belum menggunakan produk yang ditawarkan atau

/ala$ satu proses industri gas selain dengan -ara kriogenik ada ,uga dengan proses non8 kriogenik. Proses kali ini sangat &er&eda dengan proses se&elumnya' proses

Ekoran daripada perlaksanaan dasar ini, timbul isu baru yang mana selain daripada isu penjajahan, OMIP telah dirampas kuasa untuk mentadbir negeri dan segala keputusan politik