• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN ADAT TAWANG PANYAI DI DESA TAPANG SEMADAK KECAMATAN SEKADAU HILIR KABUPATEN SEKADAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN ADAT TAWANG PANYAI DI DESA TAPANG SEMADAK KECAMATAN SEKADAU HILIR KABUPATEN SEKADAU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

387 KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN

HUTAN ADAT TAWANG PANYAI DI DESA TAPANG SEMADAK KECAMATAN SEKADAU HILIR KABUPATEN SEKADAU

Community Local Wisdom For Preserve Customary Forest Of Tawang Panyai In The Village Of Tapang Semadak At The Subdistrict Of Sekadau Hilir, Sekadau Regency

Selly Rismi Juniarti, Iskandar AM, Ahmad Yani

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 E-mail : sellysilva29@yahoo.co.id

ABSTRACT

The Tawang Panyai Customary Forest has various species of trees which produce timber, fruits, medicinal plants, rattan and bamboo used by the indigenous De’sa Dayak people around it. To date, the Tawang Panyai Customary Forest is well preserved through local wisdom of the local community. This research aims to find out the forms of local wisdom and describe how such wisdom in the community preserve the Tawang Panyai Customary Forest in the village of Tapang Semadak in Subdistrict of Sekadau Hilir, Sekadau Regency. The research findings show that there are six forms of local wisdom in preserving the forest i.e. prohibition on felling / stealing trees in the forest, prohibition on taking or killing animals, prohibition on opening the customary forest for farming, myth/belief about bunyik (ghost), traditional rituals of badarak, maintaining good attitude and speech.

Keywords: Local Wisdom, Community, Preservation of Tawang Panyai Customary Forest. PENDAHULUAN

Hutan Adat Tawang Panyai merupakan hutan adat yang berada di antara Dusun Tapang Sambas dan Tapang Kemayau Desa Tapang Semadak dengan luas 38,79 Ha. Hutan ini merupakan hutan adat milik bersama (komunal) masyarakat yang berada pada fungsi kawasan areal penggunaan lain (APL). Hutan adat ini masuk dalam wilayah administrasi Desa Tapang Semadak Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.

Hutan Adat Tawang Panyai memiliki berbagai macam jenis pohon penghasil kayu, pohon penghasil buah-buahan, tanaman obat-obatan, rotan, dan bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat suku Dayak De’sa sekitar hutan.Hutan Adat Tawang Panyai tetap terjaga kelestarian melalui kearifan lokal

masyarakat setempat. Menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009, menyatakan bahwa kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Kearifan lokal memiliki peran yang sangat penting dalam melestarikan keberadaan hutan, sehingga kearifan lokal yang bernilai positif pada masyarakat adat suku Dayak De’sa di Desa Tapang Semadak memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelestarian Hutan Adat Tawang Panyai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk kearifan lokal dan mendeskripsikan bagaimana kearifan lokal yang berada di masyarakat dalam menjaga kelestarian Hutan Adat Tawang Panyai di Desa Tapang Semadak

(2)

388 Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten

Sekadau.

METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan sebagai panduan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemilihan

responden dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Responden yang di ambil dari masyarakat adalah kepala keluarga yang berada di Dusun Tapang Sambas dan Tapang Kemayau di Desa Tapang Semadak yang berusia minimal 17 tahun sampai 64 tahun, sehat jasmani dan rohani, berdomisili di Desa Tapang Semadak khususnya di Dusun Tapang Sambas dan Tapang Kemayau > 5 tahun, dan penduduk asli setempat. Alat dan bahan digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, alat perekam, alat tulis menulis, kamera, dan daftar pertanyaan sebagai alat bantu pengumpulan informasi atau data. Penelitian dan pengambilan data dilapangan dilaksanakan di Desa Tapang Semadak, waktu penelitian ± 2 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN Secara administrasi, Desa Tapang Semadak terletak di Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau. Desa ini memiliki luas kawasan ± 5.382 Ha dan terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Tapang Semadak, Dusun Tapang Kemayau, Dusun Tapang Sambas, Dusun Janang Sebatu dan Dusun Perupuk Mentah. Desa Tapang Semadak memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.997 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak

1.549 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.448 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tapang Semadak diketahui banyak masyarakat yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA), namun masih banyak masyarakat yang pendidikan hanya sampai ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD). Masyarakat yang berdomisi di Desa Tapang Semadak didominasi oleh suku Dayak De’sa, suku Melayu, China, Jawa dan Batak yang menyebar hampir disetiap wilayah desa.

Masyarakat menggantungkan

perekonomian desa dari kegiatan pertanian, perkebunan, pedagang dan membuat kerajinan tangan berupa : tikar pandan, nampan rotan, alat penangkap ikan, dan bakul.

Hasil observasi di lapangan diketahui bahwa masyarakat Desa Tapang Semadak masih merupakan masyarakat desa tradisional. Hamdani Fauzi (2012) menyatakan bahwa Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang dalam bersikap, berfikir, bertindak selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang adat secara turun-temurun.

Menurut Poplin (1972) dalam Kumala (2013) bahwa masyarakat tradisional memiliki ciri-ciri yaitu : (1). Perilaku masyarakatnya homogen, (2). Perilakunya yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaa, (3). Hubungan antar anggota masyarakat desa berdasar ikatan kekeluargaan, (4). Perilakunya yang berorientasi pada tradisi dan status, (5). Kesatuan dan keutuhan kultural, dan (6). Banyak ritual dan nilai-nilai sakral.

(3)

389 Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal Desa

Tapang Semadak.

Hasil penelitian mengenai penerapan kearifan lokal masyarakat yang berhubungan dengan upaya pelestarian

Hutan Adat Tawang Panyai di Desa Tapang Semadak Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Wawancara Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat Desa Tapang Semadak (Recapitulation Table For Interview

Forms Community Local Wisdom In The Tapang Semadak Village).

No Bentuk Kearifan Lokal Keterangan

1 Larangan Menebang/Mencuri Pohon DiHutan

Larangan ini menyebabkan tidak ada masyarakat yang berani menebang pohon didalam Hutan Adat Tawang Panyai.

2. Larangan Mengambil atau Membunuh Satwa

Larangan ini menyebabkan masyarakat takut untuk mengambil atau membunuh hewan-hewan yang langka yang hingga saat ini tetap ada didalam hutan adat.

3. Larangan Membuka Hutan Adat Untuk Berladang

Larangan ini menyebabkan masyarakat takut membuka hutan untuk berladang karena akan melanggar norma adat.

4. Mitos/ Kepercayaan Terhadap Orang Bunyik (Hantu).

Kepercayaan terhadap mitos ini menyebabkan masyarakat sangat takut untuk berperilaku yang dapat merusak kelestarian hutan adat karena masih percaya terhadap mitos orang Bunyik. 5. Ritual Adat Badarak Acara adat ini dilakukan masyarakat tujuannya

untuk permisi kepada leluhur agar diberikan kelancaran ketika melakukan kegiatan didalam hutan.

6. Menjaga Sikap dan Tutur Kata

Kepercayaan ini membuat masyarakat takut untuk berucap kata-kata kotor dan hal-hal lain karena hutan Adat ini dianggap angker sehingga bila ada yang melanggar akan mendapatkan musibah.

Bentuk-bentuk kearifan lokal yang hingga saat ini masih ada dalam kehidupan masyarakat dalam upaya pelestarian Hutan Adat Tawang Panyai di Desa Tapang Semadak akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Larangan Menebang/Mencuri Kayu Di Hutan

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap kearifan lokal masyarakat Desa Tapang Semadak dalam menjaga kelestarian Hutan Adat Tawang Panyai

menerapkan aturan larangan

penebangan pohon di kawasan Hutan Adat Tawang Panyai. Larangan menebang/mencuri kayu ini telah dibuat peraturan desa secara tertulis pada tahun 2014. Adapun sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran aturan adat ini sebagai berikut :

a. Adat Basa

Adat basa merupakan sanksi adat yang diberikan karena orang tersebut mengambil barang tanpa seizin

(4)

390 pemiliknya. Sangsi adat sebanyak 20

Rial (1 Rial = Rp.5000). b. Adat Bagi Pelaku Pencuri

Adat ini merupakan sanksi adat yang yang diberikan karena orang tersebut telah mencuri benda milik orang lain sehingga menimbulkan kerugian. Sanksi adat sebanyak 20 Rial sebagai bangku adat (dasar hukum) jika barang dikembalikan. Jika barang tidak bisa dikembalikan, pelaku dikenai bangku adat sebanyak 60 Rial.

Selanjutnya pelaku dikenai batang adat (rincian adat) yang wajib dikeluarkan sebagai berikut :

1. 1 Ekor ayam

2. 1 Bakul dan 1 Mangkok beras 3. Renti Babi (1 renti = 25 Kg) 4. 1 ekor ayam

5. 1 bakul dan 1 mangkok beras 6. 1 batang besi

7. 6 botol atau 1 tempayan minuman Tuak

c. Adat Kesurupan Kampung

Adat kesurupan kampong

merupakan sanksi adat yang diberikan kepada pelaku pelanggaran karena telah melanggar peraturan kampung/ desa. Sanksi Adat yang di berikan kepada pelaku sebanyak 20 Rial. Sanksi adat ini di buat agar masyarakat mematuhi peraturan yang telah dibuat bersama dan berkat aturan adat ini Hutan Adat Tawang Panyai tetap terjaga kelestariannya.

2. Larangan Mengambil atau Membunuh Satwa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, beberapa satwa yang ditemukan di Hutan Adat Tawang Panyai antara lain labi-labi (Corettochelys sp), murai batu (Copsychus malabaricus), kacer (Copsychus saularis), burung cucak hijau (Chloropsis sonnerati), semut (Formicia sp), kelabang (Scolopendra sp) dan monyet (Macaca sp). Menurut Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air dan di udara.

Larangan ini merupakan salah satu bentuk aturan atau hukum tidak tertulis

yang dipatuhi oleh masyarakat Desa Tapang Semadak hingga saat ini.

3. Larangan Membuka Hutan Untuk Berladang

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Tapang Semadak dan masyarakat sekitar hutan, diperoleh informasi adanya larangan untuk tidak membuka areal perladangan di dalam Hutan Adat Tawang Panyai.Bentuk larangan berladang pada hutan adat ini, menunjukan sikap kecerdasan ekologis masyarakat karena mereka menyadari bahwa merekalah yang menjadi kontrol terhadap kelestarian lingkungan hutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Jung (2010) menyatakan bahwa kecerdasan ekologis sebagai bentuk empati dan kepedulian yang mendalam terhadap lingkungan sekitar, serta cara berpikir kritis terhadap apa yang terjadi dilingkungan sekitar akibat perlakuan manusia. Kecerdasan ekologis ini terbentuk dari kesadaran masyarakat untuk bersikap arif terhadap lingkungan. Dengan sikap arif yang dimiliki masyarakat ini ada melalui proses interaksi dan adaptasi dengan lingkungan serta terhadap sumber daya alam secara terus-menerus.

(5)

391 4. Kepercayaan Terhadap Hal Mistik

(Orang Bunyik)

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Tapang Semadak, bahwa masyarakat percaya adanya hal mistik seperti orang Bunyik (hantu) yang menjadi penunggu Hutan Adat Tawang Panyai.Kepercayaan terhadap orang Bunyik yang secara turun-temurun diwariskan dari nenek moyang suku Dayak De’sa ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Kumala (2013) Salah satu nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah kepercayaan berbau mistik, seperti kepercayaan akan keberadaan makluk-makluk halus dan kepercayaan tentang penguasa makluk halus terhadap tempat tertentu atau pohon tertentu sebagai tempat bersemayamnya makluk halus sehingga menimbulkan kesan angker bagi masyarakat.

5. Ritual Adat Bedarak

Ritual adat Bedarak, merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum memasuki hutan oleh masyarakat dari luar desa. Selain itu, adat ini dilakukan ketika ada kegiatan didalam hutan misalnya seperti pemasangan patok batas hutan dan ketika ada masyarakat luar yang melakukan kepentingan didalam hutan. Ritual adat ini bertujuan untuk meminta izin kepada leluhur agar kegiatan yang dilakukan didalam hutan diberikan kelancaran tanpa ada halangan atau musibah.

6. Menjaga Sikap dan Tutur Kata Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, bahwa masyarakat sangat mempercayai nilai religius yang berlaku secara

turun-temurun di Desa Tapang Semadak sebagai kearifan tradisional adat istiadat bagi suku Dayak sebagai suku mayoritas masyarakat Desa Tapang Semadak. Menurut pendapat Sonny Keraf (2002) dalam Hariyadi (2010), bahwa kearifan tradisional di sini bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana relasi di antara semua penghuni dan komunitas ekologis ini harus dibangun. Seluruh kearifan tradisional ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain yang sekaligus membentuk pola perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam yang gaib.

PENUTUP A. Kesimpulan

Terdapat 6 bentuk kearifan lokal masyarakat Desa Tapang Semadak dalam menjaga kelestarian Hutan Adat Tawang Panyai yaitu : (1). larangan menebang/ mencuri pohon di hutan, (2). larangan mengambil atau membunuh satwa, (3). larangan membuka hutan adat untuk berladang, (4). mitos/ kepercayaan terhadap orang bunyik (hantu), (5). ritual adat bedarak, dan (6). menjaga sikap dan tutur kata. Kearifan lokal masyarakat Desa Tapang Semadak tetap berjalan dan di patuhi hingga sekarang.

(6)

392 B. Saran

Pemerintah Kabupaten Sekadau harus segera lakukan inventarisasi potensi yang dimiliki oleh Hutan Adat Tawang Panyai dan memberikan dukungan semaksimal mungkin agar Hutan Adat Tawang Panyai segera ditetapkan SK sebagai hutan adat yang ada di wilayah Kabupaten Sekadau.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Panduan

Pengembangan Peran Dan

Pertisipasi Masyarakat Dalam

Mengelola Hutan.

http//PartisifasiMasyarakatDalam MengelolaHutan. Wordpres.com. [2 Mei 2016].

Aris. 2013. Peranan Lembaga Adat

dalam Penyelesaian Konflik

Lahan Pada Hutan Adat Di Desa

Engkode Kecamatan Mukok

Kabupeten Sanggau. [Skripsi] Pontianak. : Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura.

Fauzi H. 2012. Pembangunan Hutan Berbasis Kehutanan. Bandung. Hariyadi R. 2010. Mengangkat

Kearifan Lokal Sebagai Basis

Pembangunan.

http://dhony- syach.blogspot.com/.../sebagai-basis.html. [2 Juni 2016].

Herdiansyah. 2010. Metode Penelitian

Deskriptif. http://addhintheas. blogspot.co.id/ 2013/04/metode-penelitian-deskriptif.html. [2 Juni 2016]. Jung, C.G. 2010. Ecological Intelligence. http://Jungianwork. Worpress. Com/ 20110/02/10 on- alchemy – c – g- jung-and- ecological –intelligence. [1 Mei 2016].

Khartika, Sandara, Candra Gautama. 1999. Menggugat : Posisi

Masyarakat Adat Terhadap

Negara. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. www.ymp.ot.id. [25 April 2016].

Kumala. 2013. Nilai – Nilai Lokal Masyarakat Nagari Paninggahan

Dalam Pengelolaam Dan

Pemanfaatan Hutan. Jurnal

penelitian : Jurusan Ilmu

Lingkungan Pascasarjana

Universitas Andalas. Padang.

https://www.google.com

/#q=jurnal+ kearifan+lokal+

masyarakat+adat+sekitar+hutan.[ 21April 2016].

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman

Penyelesaian Masalah Hak

Ulayat Masyarakat Hukum Adat. www.kbbi.web.id. [3 Juni 2016]. Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi

Pedesaan dan Pertanian. Gajah Mada University Press.

Simangunsong J.M. 2014. Kearifan Lokal Masyarakat Desa Sekitar Danau Berkat Dalam Menjaga

Kelestarian Di Kecamatan

Tayan Hilir Kabupaten

Sanggau. [Skripsi] Pontianak : Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura.

(7)

393 Sugiyono. 2013. Statistik Untuk

Penelitian. ALFABETA.

Bandung.

Suryani A. 2007. Peran Masyarakat

Adat Dalam Pengelolaan

Tembawang Di Desa Meragun

Kecamatan Nanga Taman

Kabupaten Sekadau. [skripsi] Pontianak : Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura. Tidak dipublikasikan.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2009.

Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. www.

indonesiabch.orgdoc. [1 Mei 2016].

Referensi

Dokumen terkait

yang diterima seseorang dari teman- temannya mengenai sebuah gagasan atau tindakan, semakin besar tekanan untu tindakan, semakin besar tekanan untu percaya pada gagasan atau

Mengingat penting nya peranan suatu sistem kendali, maka dalam penelitian ini akan dibahas tentang perancangan dan implementasi sistem kendali posisi motor DC

Hal ini dilakukan demi mempertahankan kehadiran media sosial yang semakin kuat (2015, para. Selanjutnya, Kayla Perry dalam tulisannya juga menyampaikan bahwa dengan

Dari hasil kultur jamur yang paling banyak terdapat pada kuku adalah golongan nondermatofita yaitu sebanyak 13 sampel (50,0%) dan golongan dermatofita mempunyai sampel

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan hasil bahwa tingkat pengetahuan pelajar SMP – SMA di Surabaya mengenai pendidikan lingkungan melalui Eco Mobile

Perbandingan yang akan dilakukan adalah performa sistem kontrol kecepatan motor brushless DC menggunakan konverter Zeta dalam memperbaiki power factor dan

yang diakui IAI yang mengharuskan yang bersangkutan menyiapkan atau mereview materi-materi yang bersifat teknis yang relevan dengal kompetensi akuntan adalah sebagai

Hal ini terlihat bahwa kementerian/Lembaga menjalankan kebijakannya sesuai dengan kepentingan masing-masing, termasuk membuat kebijakan mengenai perbatasan cenderung