LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
“TRAUMA PERSALINAN” “TRAUMA PERSALINAN” Pembimbing Akademik Pembimbing AkademikNs. Jamilatus Syamsiah Anwar, S.Kep. Ns. Jamilatus Syamsiah Anwar, S.Kep.
Disusun Oleh: Lailatul Munawaroh Disusun Oleh: Lailatul Munawaroh
NIM: 2010.01.092 NIM: 2010.01.092
SEKOLAH TINGGI ILMU
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATIKESEHATAN HAFSHAWATI PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN GENGGONG - PROBOLINGGO GENGGONG - PROBOLINGGO
2013 2013
1. DEFINISI
• Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena
trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yangdiakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan.(Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
• Trauma lahir adalah kerusakan dari struktur atau fungsi tubuh neonatus
sebagai akibat komplikasi yang terjadi saat lahir. .(Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)
• Trauma lahir adalah kelahiran bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. (YPB, maternal neonatal. 2007).
2. INSIDEN
Insidensi trauma lahir diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak 5-8 per 100.000 lahir meninggal akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 lahir meninggal akibat trauma anoksik Walaupun insiden
telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal. Di Indonesia angka kematian perinatal adalah 44 per 1000 krlahiran hidup, dan 9,7 % diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir. (6,9,11) 3. ETIOLOGI Pendarahan intracranial 1. Hipoksia 2. Trauma Persalinan Kaput suksedanum 1. Partus lama/obstruksi
2. Persalinan dengan ekstraksi vakum
Chepalohematoma
1. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan. 2. Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.
3. Partus dengan tindakan.
Forsep Vacum ekstraksi Cedera spinal 1. rotasi forceps 2. Vacum ekstraksi 4. KLASIFIKASI 1. Pendarahan Intrakranial:
perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu.
2. Kaput suksedanum:
Benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunana getah bening dikepala (pada presentasi kepala)yang terjadi pada bayi
lahir.
3. Chepalohematoma:
Pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat perdarahan pada subperiostinum.
4. Cedera Spinalis:
Peregangan berlebihan medulla spinalis dan pendarahan yang menyertainya dapat timbul setelah traksi berlebihan selama persalinan sungsang dan bahkan dapat terjadi fraktur atau dilokasi
vertebra. 5. PATOFISIOLOGI
Terlampir
6. MANIFESTASI KLINIS a. Pendarahan intracranial:
• Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada
tempat dan luasnya kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.
• Gangguan kesadaran (apati, somnolen, sopor atau koma), • Tidak mau minum,
• Menangis lemah, • Nadi lambat/cepat.
• Kadang-kadang ada hipotermi yang menetap.
b. Kaput suksedanum:
• Edema di kepala
• Terasa lembut dan lunak pada perabaan
• Banjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah • Edema melampaui tulang tengkorak
• Batas yang tidak jelas
• Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemeraha • Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan.
c. Chepalohematoma:
• Kepala tampak bengkak dan berwarna merah
• Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampui
tulang tengkorak
• Benjolan tampak jelas +6 sampai 8 jam setelah lahir • Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga • Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu
d. Cedera Spinalis:
• gangguan pernafasan
• kelumpuhan kedua tungkai dan retensio urin.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan radiografi
1. Pendarahan Intrakranial:
USG
menentukan derajat perdarahan intraventrikuler sebagai berikut 1 derajat 0 :
foto kepala.
Sinar X spiral
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.
Pemeriksaan likuor terutama untuk perdarahan subaraknoid dan intraventrikuler/periventrikuler
Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Lumbal pungsi:untuk mengetahui keadaan spinalnya
EKG:grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf,yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
2. Kaput suksedanum:
Sinar X-ray
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.
3. Cephalohematoma
Sinar X-ray
CT-SCAN
Menentukan tempat luka.
4. Cedera spinalis
Foto vetebra vertical untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra sertical
Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur tulang belakang.
Foto toraks
gambaran atau pencitraan yang dihasilkan oleh Sinar X yang ditembakkan ke tubuh pasien.
MRI
berguna untuk membedakan perdarahan subgaleal dari kondisi patologik kranial lainnya.Untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf
spiral. CT-SCAN
Menentukan tempat luka. Sinar X spiral
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang.
8. KOMPLIKASI
1. Pendarahan Intrakranial:
hilang kesadaran
peningkatan tekanan cairan cerebrospinal
2. Kaput suksedanum:
Kaput hemorargik
Infeksi
Ikhterus
3. Chepalohematoma:
Ikterus
Anemia
Infeksi
Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
4. Cedera spinalis:
Kerusakan medula spinalis dari komorsio
serabut-serabut ernia nukleus pulposus melalui anulus,dan menekan radiks saraf spinal.
saraf mulai membengkak dan hancur
Daerah lumbal mengalami herniasi nukleus pulposus. 9. PENATALAKSANAAN
a. Pendarahan intracranial 1. Farmakologi:
Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk bayi preterm
valium/luminal bila ada kejang-kejang.
kortikosteroid berupa deksametason 0,5–1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik terhadap hipoksia dan edema otak
antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi yang berlebihan.
2. Non farmakologi:
• Hindari manipulasi • Rujuk ke rumah sakit
• Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita
• Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta
penyumbatan larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.
b. Kaput suksedanum
1. Farmakologi:tidak ada 2. Non farmakologi:
• Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal • Pengawasan keadaan umum bayi
• Berikan lingkungan yang baik,adanya ventilasi dan sinar
matahari yang cukup.
• Pemberian ASI yang adekuat,bidan harus mengajarkan pada
ibu teknik menyusui dengan benar
• Pencegahan infeksi hasus dilakukan untuk menghindari adanya
infeksi pada benjolan.
• Berikan konseling pada orang tua,tentang:
o Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
o Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan
sendirinya setelah 2 sampai 3 minggu tanpa pengobatan
o Perawatan bayi sehari-hari
o Manfaat dan teknik pemberian ASI
c. Chepalohematoma 1. Farmakologi:
Lakukan pemberian vitamin K jika perlu 2. Non farmakologi:
• Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan kaput
suksedaneum
• Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak,harus
dilakukan pemeriksaan lain seperti foto toraks.
• Lakukan pemeriksaan radiologic apabila dicurigai terdapat
gangguan susunan sarafpusat,seperti tampak benjolan yang sangat luas.
d. Cedera Spinalis 1. Pembedahan:
Neurolysis : Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf.
Neuroma excision : Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan kembali
Nerve grafting: Bila “gap” antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin dilakukan tarikan
Intraplexual neurotization menggunakan bagian dari root yang masih melekat pada spinal cord sebagai donor untuk saraf yang avulsi.
2. Pembedahan Sekunder
Tujuan untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang terkena. Ini tergantung saraf yang terkena.
10. PROGNOSA:
• Pendarahan intracranial:
- Kira-kira 50 % pasien dengan ruotur aneurysma dapat sembuh dari episode awal, tapi 50 % lagi akan terus mengalami perdarahn ulang bila tidak diobati. Hemoragi ulangan akan terjadi dalam 2 minggu
dan bahaya maut bias mengancam setiap episode perdarahan.
- Ultrasonografi cranial (mayoritas IVH terjadi dalam 72 jam setelah kelahiran);CT scan
1. Menentukan derajat dilakukan sesuai perluasan dan lokasi hemoragi:derajat 1 (hemoragi subependimal dalam matriks germinal periventrikuler);derajat II(pendarahan kedalam ventrikulus lateralis tanpa dilatasi ventrikel);derajat III (pendarahan kedalam ventrikel lateralis dengan dilatasi ventrikel);derajat IV (pendarahan intraventrikuler meluas kejaringan parenkim).
• Katup seksudanum:
Akan hilang sendiri setelah 24-48 jam
• Sefalohematom:
Film radiografi tengkorak atau CT scan bila dicurigai ada fraktur tengkorak.
• Cedera spinal:
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endo- kendral. Ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut. Namun tulang mengalami regenerasi sendiri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata:Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari. b. Keluhan Utama:Adanya benjola di kepala
c. Riwayat Penyakit Sekarang:Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak jelas Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal
d. Riwayat Penyakit Dahulu:Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum ekstrasi,Proses persalinan bayi lama e. ADL (Activity Daily Life)
o Pola Nutrisi:Pemberian ASI yang adekuat
o Pola Aktivitas:Tidak sering diangkat agar benjola tidak
meluas
o Pola Istirahat:Biasanya bayi sering tidur
Pola Eliminasi
Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan Pola Personal Hygiene:Pasien diseka di tempat tidur
o Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
1)TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt,RR : 80 x/mnt, pada menit(pertama), kemudian menurun setelah tenang 40x/mnt,Suhu : 36,5oC – 37,4C
o Kesadaran Composmentis o Pemeriksaan Fisik
Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak
Thorax : Lingkar dada 30 – 38 cm
Genetalia : - Sesuai umur kehamilan,Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki,testis belum turun, pada bayi
wanita labia mayora belum menutupi labia minora Ekstrimitas : Aktif
Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera psikis,alat traksi 2. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan apnea
3. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah:Mis:hipovolemia
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama. 5. Resiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan tekanan
daerah kepala subperiostal, disporsisi cephalo pelvic.
C. INTERVENSI
Tujuan:setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
o nyeri berkurang o skala nyeri 1-10
o posisi senyaman mungkin
Intervensi:
1. Kaji terhadap adanya bantuan pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
2. Menayakan pada orang tua bayi,untuk mengidentifikasi factor pencetus
3. Berikan tindakan kenyamanan pada bayi Rasional:
1. Orang tua bayi melaporkan nyeri di atas tingkat cedera.Mis:dada,punggung
2. Nyeri terbakar dan spasme otot dicetuskan diperoleh oleh banyak factor.Mis:ansietas,tegangan
3. Tindakan anternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosional
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah:Mis:hipovolemia
Tujuan:setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tingkat kesadaran biasa,dan fungsi motorik/sensorik
Kriteria Hasil: tanda-tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Intervensi:
1. Tentukan factor-faktor yang menentukan penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK
2. Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan standar GCS
3. Evaluasi keadaan pupil ukuran kesamaan antara kiri dan kanan reaksi terhadap cahaya
4. Pantau tanda-tanda vital:nadi,nafas,suhu
5. Pantau intakedan out put turgor kulit dan membrane mukosa. Rasional:
1. Penurunan tanda dangejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihan setelah serangan awal
2. Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK 3. Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
4. Peningkatan TD sistemik yang di ikuti oleh penurunan TD diastole(nadi yang membesar)
5. Bermanfaat sebagai indicator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan .
3. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan takipnea Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pernafasan kembali normal.
Kriteria Hasil:
o Nafas normal
o bebas sianosis
o GDA dalam batas norma
Intervensi:
1. Lakukan pengisapan bila perlu,catat jumlah jenis,dan karekteristik sekresi
2. Kaji fungsi pernafasan dengan menginstruksikan pasien untuk nafas dalam
3. Auskultasi suara nafas
5. Berikan oksigen dengan cara yang tepat seperti dengan kanul oksigen,masker,ingkubasi.
Rasional:
1. Jika batuk tidak efektif,penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan secret,meningkatkan secret,meningkatkan distribusi udara,mengurangi resiko infeksi pernafasan.
2. Trauma pada C1-C2 menyebabkan hilangnya fungsi pernafasan secara menyeluruh,trauma C4-C5 mengakibatkan hilangnya fungsi persarafan yang bervariasi tergantung pada tekanan saraf frenikus
dan fungsi diagfragma
3. Hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi atau atelektasi atau pneumonia(komplikasi yang sering terjadi)
4. Menggambarkan akan terjadinya gagal nafas yang memerlukan evaluasi dan intervensi medis dengan segera
5. Metode yang akan dipilih tergantung dari lokasi trauma keadaaninsufisiensi pernafasan.
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander JM, Leveno KJ, Hauth J, et al. Fetal injury associated with caesarean delivery. Obstet Gynecol 2006; 108:885.
2. Angsar MD, Setjalilakusuma L. Persalinan sungsang. Dalam: Winknjosastro H, Saifudin Ab, Rachimhadhi T, editor. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. hal. 104-22.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom Sl, Hauth JC, Gillstrap III L, Wenstrom KD. Williams obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p.527-34.
4. Kilani RA, Wetmore J. Neonatal subgaleal hematoma: presentation and outcome radiological findings and factors associated with mortality. Amm J Perinatol 2006; 23:41.
5. Levene MI, Tudehope DI, Sinha SK. Essential neonatal medicine. 4th ed.
Massachusetts: Blackwell publishing; 2008.
6. Rukmono S. Malpresentasi dan malposisi. Dalam: Trijatmo R, Gulardi HW, Abdul BS, editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. hal. 581-98.
7. Vivian Nanny Lia Dewi,S.ST.2011.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta:EGC