• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat - Atresia Duodeni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat - Atresia Duodeni"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT

REFERAT

DESEMBER

DESEMBER 2015

2015

ATRESIA DUODENI

ATRESIA DUODENI

Nama

Nama : : Ahmad Ahmad Rahmat Rahmat RamadhanRamadhan No.

No. Stambuk Stambuk : : N N 111 111 14 14 055055 Pembimbing

Pembimbing : : dr. dr. Amsyar Amsyar Praja, Praja, Sp.ASp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

PALU

2015

2015

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus halus. Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus halus. Segmen pada usus halus terdiri

Segmen pada usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenumdari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum akan diikuti oleh bagian usus yang panjang yang disebut jejunum. Jejunum akan diikuti oleh bagian usus yang panjang yang disebut jejunum. Jejunum diikuti oleh ileum yang merupakan bagian terakhir dari usus halus yang akan diikuti oleh ileum yang merupakan bagian terakhir dari usus halus yang akan menghubungkan usus halus dengan usus besar. Apabila bagian dari usus ini menghubungkan usus halus dengan usus besar. Apabila bagian dari usus ini gagal untuk berkembang pada masa fetus, akan mengakibatkan terjadinya gagal untuk berkembang pada masa fetus, akan mengakibatkan terjadinya sumbatan pada usus yang disebut dengan atresia intestinal.

sumbatan pada usus yang disebut dengan atresia intestinal. 11 Atresia merupakan kondisi tidak ada atau

Atresia merupakan kondisi tidak ada atau tertutupnya lubang pada tubuhtertutupnya lubang pada tubuh atau organ yang berbentuk tubular secara congenital, 50% kasus atresia intestinal atau organ yang berbentuk tubular secara congenital, 50% kasus atresia intestinal terjadi pada duodenum, dan 46% kasus terjadi pada jejunoileal.. Intestinum terjadi pada duodenum, dan 46% kasus terjadi pada jejunoileal.. Intestinum adalah bagian dari saluran pencernaan yang dimulai dari struktur set

adalah bagian dari saluran pencernaan yang dimulai dari struktur set elah piloruselah pilorus gaster hingga anus dan terdiri dari usus halus dan usus besar, yang fungsinya gaster hingga anus dan terdiri dari usus halus dan usus besar, yang fungsinya melengkapi proses pencernaan, memberi air ke tubuh, elektrolit, zat gizi, dan melengkapi proses pencernaan, memberi air ke tubuh, elektrolit, zat gizi, dan menyimpan ampas fekal hingga dikeluarkan

menyimpan ampas fekal hingga dikeluarkan 22..

Angka kejadian atresia intestinal di Amerika Serikat mencapai 1 dari Angka kejadian atresia intestinal di Amerika Serikat mencapai 1 dari 3000 kelahiran hidup, tetapi di Benua Afrika angka kejadian ini bisa lebih 3000 kelahiran hidup, tetapi di Benua Afrika angka kejadian ini bisa lebih  banyak

 banyak yaitu yaitu 1 1 dari dari 1000 1000 kelahiran kelahiran hidup. hidup. Kasus Kasus atresia atresia intestinal intestinal akanakan menunjukkan gejala beberapa jam setelah kelahiran, tetapi pada beberapa kasus menunjukkan gejala beberapa jam setelah kelahiran, tetapi pada beberapa kasus yang telah terjadi, sering tidak dilaporkan, sehingga tidak mendapatkan yang telah terjadi, sering tidak dilaporkan, sehingga tidak mendapatkan  pelayanan

 pelayanan medis. medis. Sebelum Sebelum tahun tahun 1952, 1952, kematian kematian akibat akibat atresia atresia jejuno jejuno ilealileal mencapai 90%. Di antara ta

mencapai 90%. Di antara tahun 1952 dan 1955, kematian mencapai 80% ketikahun 1952 dan 1955, kematian mencapai 80% ketika anastomosis primer terjadi tanpa reseksi usus. Pada saat reseksi dan dilatasi anastomosis primer terjadi tanpa reseksi usus. Pada saat reseksi dan dilatasi usususus  bisa

 bisa dilakukan, dilakukan, angka angka kematian kematian menurun menurun hingga hingga 22%. 22%. Kematian Kematian menurunmenurun kembali hingga 10% pada tahun 1959 sampai 2000. Beberapa faktor yang kembali hingga 10% pada tahun 1959 sampai 2000. Beberapa faktor yang  berkontribusi

 berkontribusi dalam dalam kematian kematian antara antara lain lain infark infark usus usus proksimal, proksimal, peritonitis,peritonitis, kelemahan anastomosis, atresia distal

(3)

BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 EmbriogenesisEmbriogenesis

Secara embriologi, saluran pencernaan berasal dari foregut, midgut dan Secara embriologi, saluran pencernaan berasal dari foregut, midgut dan hindgut. Foregut akan membentuk faring, sistem pernafasan bagian bawah, hindgut. Foregut akan membentuk faring, sistem pernafasan bagian bawah, esofagus, lambung sebagian duodenum, hati dan sistem bilier serta pankreas. esofagus, lambung sebagian duodenum, hati dan sistem bilier serta pankreas. Midgut membentuk usus halus, sebagian duodenum, sekum, appendik, kolon Midgut membentuk usus halus, sebagian duodenum, sekum, appendik, kolon asenden sampai pertengahan kolon transversum. Hindgut meluas dari midgut asenden sampai pertengahan kolon transversum. Hindgut meluas dari midgut hingga ke membrana kloaka, membrana ini tersusun dari endoderm kloaka, dan hingga ke membrana kloaka, membrana ini tersusun dari endoderm kloaka, dan ektoderm dari protoderm atau analpit. Usus terbentuk mulai minggu keempat ektoderm dari protoderm atau analpit. Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut. Kegagalan perkembangan

disebut sebagai primitif gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septumyang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek perkembangan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek perkembangan  proktoderm

 proktoderm dan dan lipatan lipatan genital. genital. Pada Pada anomali anomali letak letak tinggi, tinggi, otot otot levator levator aniani  perkembangannya tidak

 perkembangannya tidak normal. normal. Sedangkan otot Sedangkan otot sfingter sfingter eksternus eksternus dan dan internusinternus dapat tidak ada atau rudimenter.

dapat tidak ada atau rudimenter. 55

Deodenum dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian sefalik dari Deodenum dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian sefalik dari usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di sebelah distal usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di sebelah distal  pangkal

 pangkal tunas tunas hati. hati. Ketika Ketika lambung lambung berputar, berputar, duodenum duodenum mengambil mengambil bentukbentuk melengkung seperti huruf C dan memutar ke kanan. Perputaran ini bersama-sama melengkung seperti huruf C dan memutar ke kanan. Perputaran ini bersama-sama dengan tumbuhnya kaput pankreas, menyebabkan duodenum membelok dari dengan tumbuhnya kaput pankreas, menyebabkan duodenum membelok dari  posisi te

 posisi tengahnya yang sengahnya yang semula ke mula ke arah sisarah sisi kiri i kiri rongga abdomen. rongga abdomen. Deodenum danDeodenum dan kaput pankreas ditekan ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan kaput pankreas ditekan ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan mesoduodenum dorsal menyatu dengan peritonium yang ada didekatnya. Kedua mesoduodenum dorsal menyatu dengan peritonium yang ada didekatnya. Kedua lapisan tersebut selanjutnya menghilang dan duodenum serta kaput pankreas lapisan tersebut selanjutnya menghilang dan duodenum serta kaput pankreas menjadi terfikasasi di posisi retroperitonial. Mesoduodenum dorsal menghilang menjadi terfikasasi di posisi retroperitonial. Mesoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali di daerah pilorus lambung, dengan sebagian kecil duodenum sama sekali kecuali di daerah pilorus lambung, dengan sebagian kecil duodenum (tutup duodenum) yang tetap intraperitonial. Selama bulan ke dua, lumen (tutup duodenum) yang tetap intraperitonial. Selama bulan ke dua, lumen duodenum tersumbat oleh ploriferasi sel di dindingnya. Akan tetapi, lumen ini duodenum tersumbat oleh ploriferasi sel di dindingnya. Akan tetapi, lumen ini akan mengalami rekanalisasi

(4)

 pembuluh

 pembuluh darah darah yang yang berasal berasal dari dari arteri arteri sefalika sefalika dan dan usus usus tengah tengah oleh oleh arteriarteri mesenterika superior, sehingga duodenum akan disuplai oleh kedua pembuluh mesenterika superior, sehingga duodenum akan disuplai oleh kedua pembuluh darah tersebut.

darah tersebut.55

2.2

2.2 Anatomi DuodenumAnatomi Duodenum

Duodenum atau juga disebut dengan usus duabelas jari merupakan usus Duodenum atau juga disebut dengan usus duabelas jari merupakan usus yang berbentuk seperti huruf C yang menghubungkan antara gaster dengan yang berbentuk seperti huruf C yang menghubungkan antara gaster dengan  jejunum.

 jejunum. Duodenum Duodenum melengkung melengkung di di sekitarsekitar caput caput   pancreas. Duodenum  pancreas. Duodenum merupakan bagian terminal atau muara dari sistem apparatus biliaris dari hepar merupakan bagian terminal atau muara dari sistem apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu duodenum juga merupakan batas akhir dari maupun dari pancreas. Selain itu duodenum juga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana saluran cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas saluran cerna atas. Dimana saluran cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh adanya ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni) yang dan bawah oleh adanya ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni) yang terletak pada flexura duodenojejunales yg merupakan batas antara duodenum dan terletak pada flexura duodenojejunales yg merupakan batas antara duodenum dan  jejunum. Di dalam lumen

 jejunum. Di dalam lumen duodenum terdapduodenum terdapat lekukan-lekukan kecil yat lekukan-lekukan kecil yang disebutang disebut dengan plica sircularis. Duodenum terletak di cavum abdomen pada regio dengan plica sircularis. Duodenum terletak di cavum abdomen pada regio epigastrium dan umbilikalis

epigastrium dan umbilikalis 44..

Duodenum memiliki penggantung yg disebut den

Duodenum memiliki penggantung yg disebut dengan mesoduodenum.gan mesoduodenum.

Gambar 1. Bagian

(5)

Gambar

Gambar 2. 2. Bagian-bagian Bagian-bagian duodenumduodenum Duodenum terdiri atas beberapa bagian:

Duodenum terdiri atas beberapa bagian: 1.

1. Duodenum pars superior Duodenum pars superior

Bagian ini bermula dari pylorus dan berjalan ke sisi kanan vertebrae Bagian ini bermula dari pylorus dan berjalan ke sisi kanan vertebrae lumbal I dan terletak di linea transpylorica. Bagian ini terletak setinggi lumbal I dan terletak di linea transpylorica. Bagian ini terletak setinggi vertebrae lumbal I dan memiliki sintopi:

vertebrae lumbal I dan memiliki sintopi: a.

a. Anterior Anterior : : Lobus Lobus quadrates quadrates hepatis, hepatis, vesica vesica veleavelea  b.

 b. Posterior Posterior : : Bursa Bursa omentalis, omentalis, a. a. gastroduodenalis, gastroduodenalis, ductusductus choledocus, v. portae hepatis, dan v. cava inferior choledocus, v. portae hepatis, dan v. cava inferior c.

c. Superior Superior : : Foramen Foramen epiploica epiploica winslowwinslow d.

d. Inferior Inferior : : Caput Caput pankreaspankreas 2.

2. Duodenum pars decendens Duodenum pars decendens

Bagian dari duodenum yang berjalan turun setinggi vertebrae lumbal Bagian dari duodenum yang berjalan turun setinggi vertebrae lumbal II-III. Pada duodenum bagian ini terdapat papilla duodeni major dan II-III. Pada duodenum bagian ini terdapat papilla duodeni major dan minor yang merupakan muara dari ductus pancreaticus major dan

minor yang merupakan muara dari ductus pancreaticus major dan ductusductus choledocus serta ductus pancreaticus minor yang merupakan organ choledocus serta ductus pancreaticus minor yang merupakan organ apparatus billiaris dan termasuk organ dari system enterohepatic.

apparatus billiaris dan termasuk organ dari system enterohepatic. Duodenum bagian ini memiliki sintopi :

Duodenum bagian ini memiliki sintopi : a.

a. Anterior Anterior : : Fundus Fundus vesica vesica felea, felea, colon colon transersum, transersum, lobuslobus hepatis dextra

(6)

 b.

 b. Posterior Posterior : : Ureter Ureter dextra, dextra, hilus hilus renalis renalis dextradextra c.

c. Medial Medial : : Caput Caput pankreaspankreas d.

d. Lateral Lateral : : Colon Colon ascendens, ascendens, fleksura fleksura coli coli dextra, dextra, lobuslobus hepatis dextra

hepatis dextra 3.

3. Duodenum pars ho Duodenum pars horizontalrizontal

Merupakan bagian dari duodenum yang berjalan horizontal ke sinistra Merupakan bagian dari duodenum yang berjalan horizontal ke sinistra mengikuti pinggir bawah caput pancreas dan memiliki skeletopi setinggi mengikuti pinggir bawah caput pancreas dan memiliki skeletopi setinggi vertebrae lumbal II.

vertebrae lumbal II.

Duodenum bagian ini memiliki sintopi : Duodenum bagian ini memiliki sintopi :

a.

a. Anterior Anterior : : Mesenterium Mesenterium usus usus halus, halus, vasa vasa mesentericamesenterica superior, lekukan jejunum

superior, lekukan jejunum  b.

 b. Posterior Posterior : : Ureter Ureter dextra, dextra, m. m. psoas psoas dextra, dextra, aortaaorta c.

c. Superior Superior : : Caput Caput pancreaspancreas d.

d. Inferior Inferior : : Lekukan Lekukan jejunumjejunum 4.

4. Duodenum pars ascendensDuodenum pars ascendens

Merupakan bagian terakhir dari duodenum yang bergerak naik hingga Merupakan bagian terakhir dari duodenum yang bergerak naik hingga  pada flexura d

 pada flexura duodenujejunales yang uodenujejunales yang merupakan batas antara dmerupakan batas antara duodenum danuodenum dan  jejunum.

 jejunum. Pada Pada flexura flexura duodenojejunales duodenojejunales ini ini terdapat terdapat ligamentum ligamentum yangyang menggantung yang merupakan lipatan peritoneum yang disebut dengan menggantung yang merupakan lipatan peritoneum yang disebut dengan ligamentum Treitz (m. suspensorium

ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni) yang dimana ligamentum iniduodeni) yang dimana ligamentum ini  juga merupakan

 juga merupakan batas batas yang membagi yang membagi saluran saluran cerna cerna menjadi menjadi saluran saluran cernacerna atas dan saluran cerna bawah. Duodenum bagian ini memiliki skeletopi atas dan saluran cerna bawah. Duodenum bagian ini memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal I atau II. Duodenum bagian ini memiliki sintopi setinggi Vertebrae Lumbal I atau II. Duodenum bagian ini memiliki sintopi ::

a.

a. Anterior Anterior : : Mesenterium, Mesenterium, lekukan lekukan jejunumjejunum  b.

 b. Posterior Posterior : Pingg: Pinggir kiri aorta, ir kiri aorta, pinggir medial pinggir medial m. psoas m. psoas sinistrasinistra 44

Vaskularisasi

Vaskularisasi duodenumduodenum

Vaskularisasi duodenum baik arteri maupun vena nya terbagi Vaskularisasi duodenum baik arteri maupun vena nya terbagi menjadi 2. Untuk duodenum pars superior hingga duodenum pars menjadi 2. Untuk duodenum pars superior hingga duodenum pars descendens diatas papilla duodeni major (muara ductus pancreticus major), descendens diatas papilla duodeni major (muara ductus pancreticus major),

(7)

divaskularisasi oleh R. superior a. pancrearicoduodenalis cabang dari a. divaskularisasi oleh R. superior a. pancrearicoduodenalis cabang dari a. gastroduodenalis, cabang dari a. hepatica communis, cabang dari triple gastroduodenalis, cabang dari a. hepatica communis, cabang dari triple hallery yang dicabangkan dari aorta setinggi Vertebae Thoracal XII hallery yang dicabangkan dari aorta setinggi Vertebae Thoracal XII

 – 

 – 

Vertebrae Lumbal I. dan aliran vena nya langsung bermuara ke system Vertebrae Lumbal I. dan aliran vena nya langsung bermuara ke system  portae.

 portae. Sedangkan Sedangkan dibawah dibawah papilla papilla duodeni duodeni major, major, duodenumduodenum divaskularisasi oleh R. duodenalis a. mesenterica superior yg dicabangkan divaskularisasi oleh R. duodenalis a. mesenterica superior yg dicabangkan dari aorta setinggi Vertebrae Lumbal I. Sedangkan aliran vena nya bermuara dari aorta setinggi Vertebrae Lumbal I. Sedangkan aliran vena nya bermuara ke v. mesenterica superior

ke v. mesenterica superior44.. Inervasi duodenum

Inervasi duodenum

Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus sympaticus segmen thoracal VI-XII, sedangkan persarafan parasimpatis nya sympaticus segmen thoracal VI-XII, sedangkan persarafan parasimpatis nya oleh n. vagus (n. X)

oleh n. vagus (n. X) 44..

2.3

2.3 Atresia duodenumAtresia duodenum 2.3.1 Definisi

2.3.1 Definisi

Atresia duodenum adalah suatu kondisi dimana duodenum (bagian Atresia duodenum adalah suatu kondisi dimana duodenum (bagian  pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak  pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak  berupa

 berupa saluran saluran terbuka terbuka dari dari lambung lambung yang yang tidak tidak memungkinkanmemungkinkan  perjalanan makanan

 perjalanan makanan dari ladari lambung ke usus. mbung ke usus. Pada kondisi Pada kondisi ini duodenumini duodenum  bisa

 bisa mengalami mengalami penyempitan penyempitan secara secara komplit komplit sehingga sehingga menghalangimenghalangi  jalannya makanan

 jalannya makanan dari dari lambung menuju lambung menuju usus usus untuk mengalami untuk mengalami prosesproses absorbs. Apabila penyempitan usus terjadi secara parsial, maka kondisi absorbs. Apabila penyempitan usus terjadi secara parsial, maka kondisi ini disebut dengan duodenal stenosis

ini disebut dengan duodenal stenosis 55.. 2.3.2 Epidemiologi

2.3.2 Epidemiologi

Secara statistik insidensi atresia duodenum dilaporkan terdapat 1 Secara statistik insidensi atresia duodenum dilaporkan terdapat 1 diantara 5000-10000 kelahiran di Afrika. Atresia duodenum dan diantara 5000-10000 kelahiran di Afrika. Atresia duodenum dan  jejunoileal peringkat

 jejunoileal peringkat kedua paling banyak penyebab kedua paling banyak penyebab obstruksi intestinalobstruksi intestinal  pada

 pada populasi populasi Afrika. Afrika. Sekitar Sekitar 20-30% 20-30% bayi bayi dengan dengan atresia atresia duodenalduodenal memiliki sindrom down. Atresia duodenal selalu dihubungkan dengan memiliki sindrom down. Atresia duodenal selalu dihubungkan dengan defek kelahiran lain

(8)

2.3.3 Etiologi 2.3.3 Etiologi

Penyebab atresia duodenum belum diketahui, tetapi diperkirakan Penyebab atresia duodenum belum diketahui, tetapi diperkirakan hasil dari permasalahan s

hasil dari permasalahan selama perkembangan embrio dimana duodenumelama perkembangan embrio dimana duodenum tidak berubah bentuk secara normal

tidak berubah bentuk secara normal..  Masa kehamilan minggu ke 5  Masa kehamilan minggu ke 5 sampai ke 10, duodenum berupa chord padat. Obstruksi instriksi hasil sampai ke 10, duodenum berupa chord padat. Obstruksi instriksi hasil dari kegagalan vakuoliasasidan rekanalisasi. Pancreas annular hasil dari dari kegagalan vakuoliasasidan rekanalisasi. Pancreas annular hasil dari fusi bagian anterior dan posterior, pembentukkan cincin jaringan fusi bagian anterior dan posterior, pembentukkan cincin jaringan  pankreas

 pankreas yang yang disekitar disekitar duodenum. duodenum. Obstruksi Obstruksi ekstrinsik ekstrinsik hasil hasil daridari  berbagai

 berbagai macam macam kelainan kelainan perkembangan embriologi perkembangan embriologi spesifik spesifik penyebabpenyebab  patologi

 patologi3,63,6..

Atresia duodenal sering ditemukan bersamaan dengan malformasi Atresia duodenal sering ditemukan bersamaan dengan malformasi  pada neonates lainnya yang

 pada neonates lainnya yang menunjukkan kemungkinan menunjukkan kemungkinan bahwa anomalybahwa anomaly ini disebabkan karena gangguan yang dialami pada awal

ini disebabkan karena gangguan yang dialami pada awal kehamilan. Padakehamilan. Pada  beberapa

 beberapa penelitian, penelitian, anomaly anomaly ini ini diduga diduga karena karena gangguan gangguan pembuluhpembuluh darah mesenterika. Gangguan ini bisa disebabkan karena volvulus, darah mesenterika. Gangguan ini bisa disebabkan karena volvulus, malrotasi, gastroskisis maupun penyebab yang lain. Pada atresia malrotasi, gastroskisis maupun penyebab yang lain. Pada atresia duodenum, juga diduga disebabkan karena kegagalan proses duodenum, juga diduga disebabkan karena kegagalan proses rekanalisasi. Disamping itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa rekanalisasi. Disamping itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa annular pancreas berhubungan dengan terjadinya aresia

annular pancreas berhubungan dengan terjadinya aresia duodenalduodenal 77 Klasifikasi

Klasifikasi

Atresia duodenum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 morfologi, yaitu : Atresia duodenum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 morfologi, yaitu :

a.

a. Tipe Tipe 1 1 : : Atresia Atresia duodenum duodenum yang yang ditandai ditandai oleh oleh adanyaadanya webswebs atauatau membrane pada lumen duodenum.

membrane pada lumen duodenum.  b.

 b. Tipe Tipe 2 2 : : Atresia Atresia duodenum duodenum dengan dengan segmen segmen proksimal proksimal dan dan distaldistal dihubungkan dengan fibrous cord.

dihubungkan dengan fibrous cord. c.

c. Tipe Tipe 3 3 : : Atresia Atresia dengan dengan diskontinuitas diskontinuitas komlit komlit antar antar segmensegmen  proksimal dan distal.

(9)

Gambar 3. Tipe atresia

Gambar 3. Tipe atresia duodenumduodenum

Patogenesis Patogenesis

Ada faktor ekstrinsik serta ekstrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya Ada faktor ekstrinsik serta ekstrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya atresia duodenal. Faktor intrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya anomali i atresia duodenal. Faktor intrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya anomali i nini karena kegagalan rekanalisasi lumen usus. Duodenum dibentuk dari bagian akhir karena kegagalan rekanalisasi lumen usus. Duodenum dibentuk dari bagian akhir foregut dan bagian sefalik midgut. Selama minggu ke 5-6 lumen tersumbat oleh foregut dan bagian sefalik midgut. Selama minggu ke 5-6 lumen tersumbat oleh  proliferasi sel

 proliferasi sel dindingnya dindingnya dan dan segera mengalami segera mengalami rekanalisasi pada rekanalisasi pada minggu minggu ke 8- ke 8- 10.10. Kegagalan rekanalisasi ini disebut dengan atresia duodenum. Perkembangan Kegagalan rekanalisasi ini disebut dengan atresia duodenum. Perkembangan duodenum terjadi karena proses ploriferasi endoderm yang tidak adekuat (elongasi duodenum terjadi karena proses ploriferasi endoderm yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi ploriferasinya atau disebabkan kegagalan rekanalisasi saluran cerna melebihi ploriferasinya atau disebabkan kegagalan rekanalisasi epitelial (kegagalan proses vakuolisasi)

epitelial (kegagalan proses vakuolisasi)88..

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa epitel duodenum berploriferasi Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa epitel duodenum berploriferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari ata

dalam usia kehamilan 30-60 hari ataupada kehamilan minggu ke 5 atau minggu keupada kehamilan minggu ke 5 atau minggu ke 6, kemudian akan menyumbat lumen duodenum secara sempurna. Kemudian akan 6, kemudian akan menyumbat lumen duodenum secara sempurna. Kemudian akan terjadi proses vakuolisasi. Pada proses ini sel akan mengalami proses apoptosis terjadi proses vakuolisasi. Pada proses ini sel akan mengalami proses apoptosis yang timbul pada lumen duodenum. Apoptosis akan menyebabkan terjadinya yang timbul pada lumen duodenum. Apoptosis akan menyebabkan terjadinya degenerasi sel epitel, kejadian ini terjadi pada minggu ke 11 kehamilan. Proses ini degenerasi sel epitel, kejadian ini terjadi pada minggu ke 11 kehamilan. Proses ini mengakibatkan terjadinya rekanalisasi pada lumen duodenum. Apabila proses ini mengakibatkan terjadinya rekanalisasi pada lumen duodenum. Apabila proses ini mengalami kegagalan, maka lumen duodenum akan mengalami

mengalami kegagalan, maka lumen duodenum akan mengalami penyempitan. Padapenyempitan. Pada  beberapa

 beberapa kondisi, kondisi, atresia atresia duodenum duodenum dapat dapat disebabkan disebabkan karena karena faktor faktor ekstrinsik.ekstrinsik. Kondisi ini disebabkan karena gangguan perkembangan struktur organ sekitarnya, Kondisi ini disebabkan karena gangguan perkembangan struktur organ sekitarnya, seperti pankreas. Atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular. Pankreas seperti pankreas. Atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular. Pankreas anular merupakan jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum, anular merupakan jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum,

(10)

terutama deodenum bagian desenden. Kondisi ini akan mengakibatkan gangguan terutama deodenum bagian desenden. Kondisi ini akan mengakibatkan gangguan  perkembangan duoden

 perkembangan duodenumum 99.. 2.3.4 Penegakkan diagnosis 2.3.4 Penegakkan diagnosis

a.

a. Manifestasi klinisManifestasi klinis

Pasien dengan atresia duodenal memiliki gejala obstruksi usus. Pasien dengan atresia duodenal memiliki gejala obstruksi usus. Gejala akan nampak dalam 24 jam setelah kelahiran. Pada beberapa pasien Gejala akan nampak dalam 24 jam setelah kelahiran. Pada beberapa pasien dapat timbul gejala dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah dapat timbul gejala dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah kelahiran. Muntah yang terus menerus merupakan gejala yang paling sering kelahiran. Muntah yang terus menerus merupakan gejala yang paling sering terjadi pada neonatus dengan atresia duodenal. Muntah yang terus-menerus terjadi pada neonatus dengan atresia duodenal. Muntah yang terus-menerus ditemukan pada 85% pasien. Muntah akan berwarna kehijauan karena ditemukan pada 85% pasien. Muntah akan berwarna kehijauan karena muntah mengandung cairan empedu (biliosa). Akan tetapi pada 15% kasus, muntah mengandung cairan empedu (biliosa). Akan tetapi pada 15% kasus, muntah yang timbul yaitu non-biliosa apabila atresia terjadi pada proksimal muntah yang timbul yaitu non-biliosa apabila atresia terjadi pada proksimal dari ampula veteri. Muntah neonatus akan semakin sering dan progresif dari ampula veteri. Muntah neonatus akan semakin sering dan progresif setelah neonates mendapat ASI.

setelah neonates mendapat ASI.

Karakteristik dari muntah tergantung pada lokasi obstruksi. Jika Karakteristik dari muntah tergantung pada lokasi obstruksi. Jika atresia diatas papila, maka jarang terjadi.

atresia diatas papila, maka jarang terjadi. Apabila obstruksi pada bagian ususApabila obstruksi pada bagian usus yang tinggi, maka muntah akan berwarna kuning atau seperti susu yang yang tinggi, maka muntah akan berwarna kuning atau seperti susu yang mengental. Apabila pada usus yang lebih distal, maka muntah akan berbau mengental. Apabila pada usus yang lebih distal, maka muntah akan berbau dan nampak adanya fekal. Apabila anak terus menerus muntah pada hari dan nampak adanya fekal. Apabila anak terus menerus muntah pada hari  pertama

 pertama kelahiran ketika kelahiran ketika diberikan diberikan susu susu dalam jumlah dalam jumlah yang yang cukup cukup sebaiknyasebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang lain seperti roentgen dan harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang lain seperti roentgen dan harus dicurigai mengalami obstruksi usus. Ukuran feses juga dapat digunakan dicurigai mengalami obstruksi usus. Ukuran feses juga dapat digunakan sebagai gejala penting untuk menegakkan diagnosis. Pada anak dengan sebagai gejala penting untuk menegakkan diagnosis. Pada anak dengan atresia, biasanya akan memiliki mekonium yang jumlahnya lebih sedikit, atresia, biasanya akan memiliki mekonium yang jumlahnya lebih sedikit, konsistensinya lebih kering, dan berwarna lebih abu-abu dibandingkan konsistensinya lebih kering, dan berwarna lebih abu-abu dibandingkan mekonium yang normal. Pada beberapa kasus, anak memiliki mekonium mekonium yang normal. Pada beberapa kasus, anak memiliki mekonium yang nampak seperti normal

yang nampak seperti normal 1010

Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama biasanya tidak Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama biasanya tidak terganggu. Akan tetapi, pada beberapa kasus dapat

terganggu. Akan tetapi, pada beberapa kasus dapat terjadi gangguan. Apabilaterjadi gangguan. Apabila kondisi anak tidak ditangani dengan cepat, maka anak akan mengalami kondisi anak tidak ditangani dengan cepat, maka anak akan mengalami dehidrasi, penurunan berat badan, gangguan keseimbangan elektrolit. Jika dehidrasi, penurunan berat badan, gangguan keseimbangan elektrolit. Jika

(11)

dehidrasi tidak ditangani, dapat terjadi alkalosis metabolik hipokalemia atau dehidrasi tidak ditangani, dapat terjadi alkalosis metabolik hipokalemia atau hipokloremia. Pemasangan tuba orogastrik akan mengalirkan cairan hipokloremia. Pemasangan tuba orogastrik akan mengalirkan cairan  berwarna

 berwarna empedu empedu (biliosa) (biliosa) dalam dalam jumlah jumlah bermakna. bermakna. Anak Anak dengan dengan atresiatresi duodenum juga akan mengalami aspirasi gastrik dengan ukuran lebih dari 30 duodenum juga akan mengalami aspirasi gastrik dengan ukuran lebih dari 30 ml. Pada neonatus sehat, biasanya aspirasi gastrik berukuran kurang dari 5 ml. Pada neonatus sehat, biasanya aspirasi gastrik berukuran kurang dari 5 ml. Aspirasi gastrik ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada jalan ml. Aspirasi gastrik ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada jalan nafas anak. Pada beberapa anak, mengalami demam. Kondisi ini disebabkan nafas anak. Pada beberapa anak, mengalami demam. Kondisi ini disebabkan karena pasien mengalami dehidrasi. Apabila temperatur diatas 103º F maka karena pasien mengalami dehidrasi. Apabila temperatur diatas 103º F maka kemungkinan pasien mengalami ruptur intestinal atau peritonitis

kemungkinan pasien mengalami ruptur intestinal atau peritonitis 1010..  b.

 b. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen. Akan tetapi Pada pemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen. Akan tetapi distensi ini tidak selalu ada, tergantung pada level atresia dan lamaya distensi ini tidak selalu ada, tergantung pada level atresia dan lamaya  pasien tidak dirawat. Jika obstruksi pada duodenum, d

 pasien tidak dirawat. Jika obstruksi pada duodenum, distensi terbatas padaistensi terbatas pada epigastrium. Distensi dapat tidak terlihat jika pasien terus menerus muntah. epigastrium. Distensi dapat tidak terlihat jika pasien terus menerus muntah. Pada beberapa neonatus, distensi bisa sangat besar setelah hari ke tiga Pada beberapa neonatus, distensi bisa sangat besar setelah hari ke tiga sampai hari ke empat, kondisi ini terjadi karena ruptur lambung atau usus sampai hari ke empat, kondisi ini terjadi karena ruptur lambung atau usus sehingga cairan berpindah ke kavum peritoneal. Neonatus dengan atresia sehingga cairan berpindah ke kavum peritoneal. Neonatus dengan atresia duodenum memiliki gejala khas perut

duodenum memiliki gejala khas perut yang berbentuk skafoidyang berbentuk skafoid 1010..

Saat auskultasi, terdengar gelombang peristaltik gastrik yang Saat auskultasi, terdengar gelombang peristaltik gastrik yang melewati epigastrium dari kiri ke kanan atau gelombang peristaltik melewati epigastrium dari kiri ke kanan atau gelombang peristaltik duodenum pada kuadran kanan atas. Apabila obstruksi pada jejunum, ileum duodenum pada kuadran kanan atas. Apabila obstruksi pada jejunum, ileum maupun kolon, maka gelombang peristaltik akan terdapat pada semua maupun kolon, maka gelombang peristaltik akan terdapat pada semua  bagian dinding perut

 bagian dinding perut 1010.. c.

c. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang Pre natal

Pre natal

Secara general, atresia duodenum sulit untuk di diagnosis selama Secara general, atresia duodenum sulit untuk di diagnosis selama kehamilan. Diagnosis prenatal selalu berdasarkan tanda non spesifik pada kehamilan. Diagnosis prenatal selalu berdasarkan tanda non spesifik pada fetal ultrasound seperti dilatasi

fetal ultrasound seperti dilatasi lambung. Karena cairan amnion ditelan danlambung. Karena cairan amnion ditelan dan dicerna secara normal oleh fetus, atresia duodenum dapat menyebabkan dicerna secara normal oleh fetus, atresia duodenum dapat menyebabkan  peningkatan

 peningkatan cairan cairan dalam dalam sakus sakus amnion, amnion, hidramnion. hidramnion. Ini Ini mungkinmungkin merupakan tanda awal atresia duodenum. Diagnosis saat masa prenatal merupakan tanda awal atresia duodenum. Diagnosis saat masa prenatal

(12)

yakni dengan menggunakan prenatal ultrasonografi. Sonografi dapat yakni dengan menggunakan prenatal ultrasonografi. Sonografi dapat meng-evaluasi adanya polihidramnion dengan melihat adanya struktur meng-evaluasi adanya polihidramnion dengan melihat adanya struktur yang terisi dua cairan dengan gambaran double bubble pada 44% kasus. yang terisi dua cairan dengan gambaran double bubble pada 44% kasus. Sebagian besar kasus atresia duodenum dideteksi antara bulan ke 7 dan 8 Sebagian besar kasus atresia duodenum dideteksi antara bulan ke 7 dan 8 kehamilan

kehamilan33..

Gambar 4. Gambaran USG prenatal pada atresia duodenal Gambar 4. Gambaran USG prenatal pada atresia duodenal Post natal

Post natal

Pemeriksaan yang dilakukan pada neonatus yang baru lahir dengan Pemeriksaan yang dilakukan pada neonatus yang baru lahir dengan kecurigaan atresia duodenum, yakni pemeriksaan laboratorium dan kecurigaan atresia duodenum, yakni pemeriksaan laboratorium dan  pemeriksaan

 pemeriksaan radiografi. radiografi. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium laboratorium yang yang diperiksa diperiksa yakniyakni  pemeriksaan

 pemeriksaan serum, serum, darah darah lengkap, lengkap, serta serta fungsi fungsi ginjal ginjal pasien. pasien. PasienPasien  bisanya mu

 bisanya muntah yang ntah yang semakin progresive semakin progresive sehingga pasien sehingga pasien akan mengalamiakan mengalami gangguan elektrolit. Biasanya mutah yang lama akan menyebabkan gangguan elektrolit. Biasanya mutah yang lama akan menyebabkan terjadinya metabolik alkalosis dengan hipokalemia atau hipokloremia terjadinya metabolik alkalosis dengan hipokalemia atau hipokloremia dengan paradoksikal aciduria. Oleh karena itu, gangguan elektrolit harus dengan paradoksikal aciduria. Oleh karena itu, gangguan elektrolit harus lebih dulu dikoreksi sebelum melakukan operasi. Disamping itu, dilakukan lebih dulu dikoreksi sebelum melakukan operasi. Disamping itu, dilakukan  pemeriksaan

 pemeriksaan darah darah lengkap lengkap untuk untuk mengetahui mengetahui apakah apakah pasien pasien mengalamimengalami demam karena peritonitis dan kondisi pasien secara umum

demam karena peritonitis dan kondisi pasien secara umum 55..

Pemeriksaan roentgen yang pertama kali dilakukan yakni plain Pemeriksaan roentgen yang pertama kali dilakukan yakni plain abdominal x-ray. X-ray akan menujukkan gambaran double-bubble sign abdominal x-ray. X-ray akan menujukkan gambaran double-bubble sign tanpa gas pada distal dari usus. Pada sisi kiri proksimal dari usus nampak tanpa gas pada distal dari usus. Pada sisi kiri proksimal dari usus nampak

(13)

gambaran gambaran lambung yang terisi cairan dan udara dan terdapat gambaran gambaran lambung yang terisi cairan dan udara dan terdapat dilatasi dari duodenum proksimal pada garis tengah agak kekanan. Apabila dilatasi dari duodenum proksimal pada garis tengah agak kekanan. Apabila  pada

 pada x-ray x-ray terdapat terdapat gas gas distal, distal, kondisi kondisi tersebut tersebut tidak tidak mengekslusi mengekslusi atresiaatresia duodenum. Pada neonatus yang mengalami dekompresi misalnya karena duodenum. Pada neonatus yang mengalami dekompresi misalnya karena muntah, maka udara akan berangsur-angsur masuk ke

muntah, maka udara akan berangsur-angsur masuk ke dalam lambung dandalam lambung dan  juga akan menyebabkan g

 juga akan menyebabkan gambaran double-bubbleambaran double-bubble 77

Gambar 5. Gambaran double bubble pada

Gambar 5. Gambaran double bubble pada atresia duodenumatresia duodenum 2.3.5

2.3.5 PenatalaksanaanPenatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum yaitu : Penatalaksanaan secara umum yaitu :

-- Pemasangan tube orogastrik untuk mendekompresi lambungPemasangan tube orogastrik untuk mendekompresi lambung

-- Memberikan cairan elektrolilt melalui intravena (mengkoreksi dehidrasiMemberikan cairan elektrolilt melalui intravena (mengkoreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit).

dan ketidakseimbangan elektrolit). -- Mengatasi sindrom down.Mengatasi sindrom down.

-- Pembedahan untuk mengkoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukanPembedahan untuk mengkoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun tidak darurat. Pembedahan ini tergantung pada sifat namun tidak darurat. Pembedahan ini tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur operatif standar saat ini berupa duodenostomi. abnormalitas. Prosedur operatif standar saat ini berupa duodenostomi.

(14)

a.

a. Pre operasiPre operasi

Penatalaksanaan terdiri dari dekompresi nasogastrik dan Penatalaksanaan terdiri dari dekompresi nasogastrik dan menyediakan penggantian cairan dan elektrolik. Banyak penderita menyediakan penggantian cairan dan elektrolik. Banyak penderita merupakan prematur dan umur kelahirannya rendah, maka harus menjaga merupakan prematur dan umur kelahirannya rendah, maka harus menjaga tubuh dari panas dan menghindari hipoglikemia terutama pada kasus tubuh dari panas dan menghindari hipoglikemia terutama pada kasus  berat

 berat bayi bayi lahir lahir rendah, rendah, penyakit penyakit jantung jantung kongenital, kongenital, sindroma sindroma distresdistres respirasi

respirasi 33..

Setelah diagnosis ditegakkan, maka resusitasi yang tepat Setelah diagnosis ditegakkan, maka resusitasi yang tepat diperlukan dengan melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan diperlukan dengan melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan abnormalitas elektrolit serta melakukan kompresi pada gastrik. abnormalitas elektrolit serta melakukan kompresi pada gastrik. Managemen preoperatif ini dilakukan mulai dari pasien lahir. Sebagian Managemen preoperatif ini dilakukan mulai dari pasien lahir. Sebagian  besar

 besar pasien pasien dengan dengan duodenal duodenal atresia atresia merupakan merupakan pasien pasien premature premature dandan kecil, sehingga perawatan khusus diperlukan untuk menjaga panas tubuh kecil, sehingga perawatan khusus diperlukan untuk menjaga panas tubuh  bayi

 bayi dan dan mencegah mencegah terjadinya terjadinya hipoglikemia, hipoglikemia, terutama terutama pada pada kasus kasus beratberat  badan lahir

 badan lahir yang sangat yang sangat rendah, dan rendah, dan penyakit pada penyakit pada respirasi. respirasi. SebaiknyaSebaiknya  pesien dirawat dalam inkubator.

 pesien dirawat dalam inkubator. 11  b.

 b. IntraoperasiIntraoperasi

Tindakan ini memerlukan anestesi general dengan intubasi Tindakan ini memerlukan anestesi general dengan intubasi endotrakeal. Yang sering banyak digunakan dengan insisi pemotongan endotrakeal. Yang sering banyak digunakan dengan insisi pemotongan otot, transversal, insisi kuadran kanan atas. Namun, beberapa otot, transversal, insisi kuadran kanan atas. Namun, beberapa menggunakan motode laparoskopi untuk memperbaiki

menggunakan motode laparoskopi untuk memperbaiki 1111..

Sisi ke sisi duodenoduodenostomi merupakan standar perbaikan Sisi ke sisi duodenoduodenostomi merupakan standar perbaikan untuk stenosis duodenal, atresia atau obstruksi yang disebabkan vena untuk stenosis duodenal, atresia atau obstruksi yang disebabkan vena  porta

 porta preduodenal. preduodenal. Ketika Ketika pankreas pankreas annular annular dihubungkan dihubungkan dengandengan obstruksi duodenal bertemu, pilihan penyembuhan dengan obstruksi duodenal bertemu, pilihan penyembuhan dengan duodenoduodenostomi antara segmen duodenum yang diatas dan duodenoduodenostomi antara segmen duodenum yang diatas dan dibawah pada area cincin pankreas

(15)

Selain itu, tindakan bedah dapat dilakukan sesuai

Selain itu, tindakan bedah dapat dilakukan sesuai dengan tipe daridengan tipe dari atresia duodenum.

atresia duodenum. 1)

1) Tipe 1Tipe 1

Atresia duodenum yang ditandai oleh adanya webs atau membrane Atresia duodenum yang ditandai oleh adanya webs atau membrane  pada

 pada lumen lumen duodenum. duodenum. Tindakan Tindakan bedah bedah yang yang dilakukan dilakukan adalahadalah menginsisi dinding duodenum kemudian mengeksisi membrane menginsisi dinding duodenum kemudian mengeksisi membrane  bagian dalamnya, kemudian dijahit.

 bagian dalamnya, kemudian dijahit.

Gambar 6. Tindakan bedah pada atresia duodenum tipe 1 Gambar 6. Tindakan bedah pada atresia duodenum tipe 1 2)

2) Tipe 2Tipe 2

Atresia duodenum dengan segmen proksimal dan distal dihubungkan Atresia duodenum dengan segmen proksimal dan distal dihubungkan dengan fibrous cord. Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah dengan fibrous cord. Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah dudenoduodenostomi. Bagian yang mengalami atresia dihilangkan, dudenoduodenostomi. Bagian yang mengalami atresia dihilangkan, kemudian kedua ujung tersebut

kemudian kedua ujung tersebut digabungkan.digabungkan. 3)

3) Tipe 3Tipe 3

Atresia dengan diskontinuitas komplit antar segmen proksimal dan Atresia dengan diskontinuitas komplit antar segmen proksimal dan distal. Tindakan bedah yang dilakukan adalah gastrojejunum, yaitu distal. Tindakan bedah yang dilakukan adalah gastrojejunum, yaitu menggabungkan antara utung jejunum langsung ke lambung.

(16)

Gambar 7. Tindakan operasi pada atresia duodenum tipe 2 (atas) dan Gambar 7. Tindakan operasi pada atresia duodenum tipe 2 (atas) dan atresia duodenum tipe 3 (bawah)

atresia duodenum tipe 3 (bawah) c.

c. Post operasiPost operasi

Penggunaan selang transanastomik berada dalam di jejunum, Penggunaan selang transanastomik berada dalam di jejunum,  pemberian

 pemberian makan makan dapat dapat diberikan diberikan setelah setelah 48 48 jam jam paska paska operasi. operasi. NutrisiNutrisi  parenteral

 parenteral via via central central atau atau perifer perifer dimasukan dimasukan kateter kateter dapat dapat sangat sangat efektifefektif untuk menjaga nutrisi waktu yang lama jika transanastomik enteral tidak untuk menjaga nutrisi waktu yang lama jika transanastomik enteral tidak cukup atau tidak dapat ditolenrasi oleh tubuh pasien

cukup atau tidak dapat ditolenrasi oleh tubuh pasien 33.. 2.3.6 Komplikasi

2.3.6 Komplikasi

-- Komplikasi yang dapat ditemukan ialah kelainan congenital lainnya.Komplikasi yang dapat ditemukan ialah kelainan congenital lainnya.

-- Mudah terjadi dehidrasi. Komplikasi post operasi dilaporkan pada 14-18%Mudah terjadi dehidrasi. Komplikasi post operasi dilaporkan pada 14-18%  pasien, dan beb

 pasien, dan beberapa pasien memerlukan erapa pasien memerlukan operasi kembali. Beberapa operasi kembali. Beberapa kondisikondisi yang sering terjadi dan menyebabkan pasien perlu dioperasi kembali yaitu : yang sering terjadi dan menyebabkan pasien perlu dioperasi kembali yaitu :

o

o Kebocoran anostomosisKebocoran anostomosis o

(17)

o

o AdhesiAdhesi o

o Bengkak pada bagian pertama usus Bengkak pada bagian pertama usus halus (megaduodenum)halus (megaduodenum) o

o Permasalahan pergerakan ususPermasalahan pergerakan usus o

o Refluks gastroesofagealRefluks gastroesofageal o

o Sepsis intraabdomenSepsis intraabdomen (Richard

(Richard et al et al , 2001), 2001)

2.3.7

2.3.7 PrognosisPrognosis

Angka harapan hidup untuk bayi dengan atresia duodenum adalah 90 Angka harapan hidup untuk bayi dengan atresia duodenum adalah 90 -95%. Mortalitas yang tinggi disebabkan karena prematuritas serta 95%. Mortalitas yang tinggi disebabkan karena prematuritas serta abnormalitas congenital yang menyertainya. Morbiditas dan mortalitas telah abnormalitas congenital yang menyertainya. Morbiditas dan mortalitas telah membaik secara bermakna selama 50 tahun terakhir. Adanya kemajuan membaik secara bermakna selama 50 tahun terakhir. Adanya kemajuan dibidang anestesi pediatric, neonatologi, dan teknik pembedahan, angka dibidang anestesi pediatric, neonatologi, dan teknik pembedahan, angka kesembuhannya telah meningkat hingga 90%. Menurut Milar (2005), kesembuhannya telah meningkat hingga 90%. Menurut Milar (2005), walaupun prognosis atresia duodenal secara general bagus namun angka walaupun prognosis atresia duodenal secara general bagus namun angka kematian sebesar 7%. Hubungan kelainan kongenital diindentifikasikan kematian sebesar 7%. Hubungan kelainan kongenital diindentifikasikan sebagai faktor risiko independent. Berat lahir rendah dan permasalah prematur sebagai faktor risiko independent. Berat lahir rendah dan permasalah prematur lebih jauh meningkatkan resiko kematian

(18)

BAB III BAB III KESIMPULAN KESIMPULAN

1.

1. Atresia duodenum merupakan kondisi dimana duodenum tidak berkembangAtresia duodenum merupakan kondisi dimana duodenum tidak berkembang dengan baik.

dengan baik. 2.

2. Penyebab terjadinya atresia duodenum sampai saat ini belum diketahui,Penyebab terjadinya atresia duodenum sampai saat ini belum diketahui, namun sering ditemukan bersamaan dengan malformasi pada neonates namun sering ditemukan bersamaan dengan malformasi pada neonates lainnya seperti sindrom down, maupun penyakit jantung.

lainnya seperti sindrom down, maupun penyakit jantung. 3.

3. Penegakkan diagnosis yaitu dengan anamnesis didapatkan pasien memilikiPenegakkan diagnosis yaitu dengan anamnesis didapatkan pasien memiliki gejala obstruktif usu

gejala obstruktif usus, yaitu s, yaitu muntah terus muntah terus menerus. Pada menerus. Pada pemeriksaan fisikpemeriksaan fisik ditemukan distensi abdomen. Pada pemeriksaan

ditemukan distensi abdomen. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan doublepenunjang ditemukan double  buble.

 buble. 4.

(19)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

1.

1. Tamer S, Mustafa K, Ulas A, Ali SK,. 2011. Duodenal Atresia andTamer S, Mustafa K, Ulas A, Ali SK,. 2011. Duodenal Atresia and Hirchsprung Disease in a Patient with Down Syndrome. European Journal Hirchsprung Disease in a Patient with Down Syndrome. European Journal of General Medicine, June 2011,Vol 8 Issue 2, p. 157.

of General Medicine, June 2011,Vol 8 Issue 2, p. 157. 2.

2. Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC. Hal 206 dan 1113.

Hal 206 dan 1113. 3.

3. Millar A. J. W., Gosche J. R., and Lakhoo K. 2003. Intestinal Atresia andMillar A. J. W., Gosche J. R., and Lakhoo K. 2003. Intestinal Atresia and Stenosis.

Stenosis.  Paediatric  Paediatric Surgery: Surgery: A A Comprehensive Comprehensive Text Text for for Africa Africa ChapterChapter 63

63. p.385-388.. p.385-388. 4.

4. Snell, Richard S. 2006.Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik un Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran.tuk mahasiswa kedokteran.Jakarta :Jakarta : EGC.

EGC. 5.

5. Hayden CK, Marshall ZS, Michael D, Hayden CK, Marshall ZS, Michael D, Leonard ES. Combine Esophageal andLeonard ES. Combine Esophageal and Duodenal Atresia: Sonograpic

Duodenal Atresia: Sonograpic Findings. Arch Surg.2003;140:225-230Findings. Arch Surg.2003;140:225-230 6.

6. Wyllie, R. 2007. Intestinal Atresia, Stenosis, and Malrotation:Wyllie, R. 2007. Intestinal Atresia, Stenosis, and Malrotation:  Nelson Nelson Textbook of Pediatrics.

Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 327. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 327. 7.

7. Richard FL, Benneth AL, Norman GB, Anthony JB, Brian RJ. 2001.Richard FL, Benneth AL, Norman GB, Anthony JB, Brian RJ. 2001. Sonographic Appearance of Duodenal Atresia in Utero. Am J Sonographic Appearance of Duodenal Atresia in Utero. Am J Roentgenol.2001;131:701-702

Roentgenol.2001;131:701-702 8.

8. Alan PL, James AM. Congenital Duodenal Abnormalies in a Adult.Alan PL, James AM. Congenital Duodenal Abnormalies in a Adult.  Arch Arch Surgery

Surgery.2001;136:578-561.2001;136:578-561 9.

9. Free FA, Barry G. Duodenal Obstruction in the Newborn Due To AnnularFree FA, Barry G. Duodenal Obstruction in the Newborn Due To Annular Pancreas.

Pancreas. Surg Surg .2004;103:321-325.2004;103:321-325 10.

10. Langman, 2009. Atresia Combined With Isolated Oesophageal Atresia.Langman, 2009. Atresia Combined With Isolated Oesophageal Atresia. TheThe  British Journal of Radiology.20

 British Journal of Radiology.2011;66:11;66: 86-8886-88 11.

11. Fellicitas, Eckoldt-Wolke, Afua A. J. Hesse, Sanjay Krishnaswami. 2009.Fellicitas, Eckoldt-Wolke, Afua A. J. Hesse, Sanjay Krishnaswami. 2009. Chapter 62

Chapter 62:: Duodenal  Duodenal Atresia and Atresia and StenosisStenosis. Afr J Paediatr . Afr J Paediatr Surg 2009; 6:11Surg 2009; 6:11

 – 

 – 

 13. 13. 12.

12. Kessel D, Bruyn D, Drake F. Ultrasound Diagnosis Of Duodenal atresiaKessel D, Bruyn D, Drake F. Ultrasound Diagnosis Of Duodenal atresia combined with isolated oesophageal atresia. Br. J. Radiol. 1993 Jan; 66 combined with isolated oesophageal atresia. Br. J. Radiol. 1993 Jan; 66 (781): 86-8.

(20)

13.

13. Blanco-Rodríguez, G., Penchyna-Grub, J., Porras-Hernández, JD.,Blanco-Rodríguez, G., Penchyna-Grub, J., Porras-Hernández, JD., TrujilloPonce A. 2008.

TrujilloPonce A. 2008. Transluminal Endoscopic Electrosurgical IncisionTransluminal Endoscopic Electrosurgical Incision of Fenestrated Duodenal Membranes

of Fenestrated Duodenal Membranes. Pediatric Surgery Int. Epub :711. Pediatric Surgery Int. Epub :711

 – 

 – 

714.

Gambar

Gambar 1. Bagian
Gambar 3. Tipe atresia
Gambar 4. Gambaran USG prenatal pada atresia duodenalGambar 4. Gambaran USG prenatal pada atresia duodenal Post natal
Gambar 5. Gambaran double bubble pada
+3

Referensi

Dokumen terkait

Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 dan Instruksi Menteri

Pada penelitian ini, dilakukan proses risk assessment terhadap layanan IT yang dimanfaatkan dalam layanan bisnis Perpustakaan dan dibuatlah analisa berdasarkan

Pada siklus hidup serangga ada juga serangga yang mengalami kesempurnaan siklus hidupnya dan ada juga yang tidak.Serangga yang banyak jenis atau macamnya itu tentunya memiliki

3 Tourism Council (WTTC). Selain itu, berdasarkan Laporan The Travel & Tourism Compettitiveness Report, pada World Economic Forum, pada tahun 2019 peringkat indeks daya

Dengan adanya penambangan pasir liar yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Karangmojo Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang tidak hanya memiliki dampak positif

097450 DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM.. JUMLAH PAGU

Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak ada penanganan yang tepat adalah infeksi dapat menyebar ke tractus urinarius bagian atas yang dapat menyebabkan