• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI STKIP PGRI SUMATERA BARAT DALAM MENGGUNAKAN MIKROSKOP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI STKIP PGRI SUMATERA BARAT DALAM MENGGUNAKAN MIKROSKOP."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI STKIP PGRI SUMATERA BARAT DALAM MENGGUNAKAN

MIKROSKOP

Husnulhayati1, Ade Dewi Maharani2, Liza Yulia Sari2

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat husnulhayatii19@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by some skills problems of biology education students of STKIP PGRI West Sumatera in using microscope, there are still some of biology education students who get low score in using microscope. This study aims to determine the skills of students of biology education program STKIP PGRI West Sumatra in using binocular light microscope. The type of this research is descriptive research. The instrument used in this research is performance sheet. The population in this study are students who have taken the course of microbiology with 188 students. The sample in this study is 58 students. The technique used in this sampling is random sampling. Based on the research result, it is found that the skill of the students of study program of biology of STKIP PGRI West Sumatera in using binocular light microscope (73%). This shows that the skills of students of biology education program STKIP PGRI West Sumatra quite understand in using binocular light microscope. It can be concluded that the skills of biology education students of academic year 2014 are in "enough" category.

Keywords: Analysis, Of Student Ability In Using Binocular Light Microscope

PENDAHULUAN

Biologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berasal dari fenomena alam yang didefenisikan dengan pengetahuan dan disusun dengan menghubungkan gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan serta induksi. Sebagai proses ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.

Sebagai proses ilmiah diartikan sebagai hasil berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan-bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi pengetahuan. Membekali peserta didik dengan keterampilan dalam melakukan pengamatan yang melibatkan semua indera, penelitian, penggunaan alat dan keterampilan berfikir (berfikir ilmiah). Keterampilan proses sains yang dilatihkan kepada mahasiswa akan

(2)

mampu memberikan pengalaman belajar langsung kepada mahasiswa dalam memahami alam disekitarnya. Hal seperti inilah yang diharapkan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar oleh pemerintah (Mariyana, 2012:2).

Salah satu keterampilan proses sains adalah keterampilan mengobservasi (pengamatan). Observasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang memakai berbagai indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba untuk menemukan fakta-fakta yang relevan dan memadai. Salah satu alat bantu observasi adalah mikroskop, penggunaan alat bantu pengamatan seperti mikroskop menjadi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran praktikum biologi. Pada praktikum pembelajaran biologi, mikroskop merupakan salah satu alat bantu optik dalam mengamati. Sebagai seorang calon guru biologi, mahasiswa harus mampu menggunakan atau mengaplikasikan penggunaan mikroskop secara benar, karena sangat membantu dalam melakukan pengamatan, karena seorang guru

biologi akan melakukan praktikum dengan menggunakan mikroskop untuk mengamati suatu benda.

Menurut hasil observasi yang dilakukan pada bulan Agustus kepada mahasiswa pendidikan biologi STKIP PGRI Sumatera Barat yang melaksanakan praktikum, salah satunya alat bantu optik untuk mengamati objek praktikum adalah dengan menggunakan mikroskop. Melihat keterampilan mahasiswa dalam menggunakan mikroskop, masih ada mahasiswa yang kurang terampil dalam menggunakan mikroskop. Hal ini bisa terlihat langsung dengan dilakukan wawancara kepada mahasiswa dengan cara mahasiswa tersebut membawa mikroskop, cara mengoperasikan mikroskop dan cara melakukan pangamatan. Cara menggunakan mikroskop dan mengenal bagian-bagian mikroskop, telah dipelajari pada mata kuliah pengenalan dan teknik laboratorium. Dari data yang diperoleh didapatkan distribusi nilai pada sesi A 2014 (67,3), sesi B 2014 (60,3), sesi C 2014 (69,0), sesi D 2014 (69,76), sesi E 2014 (64,86), sesi F

(3)

2014 (68,8) dan nilai rata-rata sesi G 2014 (56,7).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Agustus 2016 dengan beberapa dosen Program Studi Pendidkan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat yang membimbing praktikum bahwa masih ada mahasiswa yang kurang terampil dalam mengoperasikan mikroskop dalam mencari objek yang diteliti. Maka berdasarkan masalah tersebut telah dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterampilan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2014 STKIP PGRI Sumatera Barat Dalam menggunakan Mikroskop Cahaya Binokuler pada tahun akademik 2016/2017’’.

Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa lembar kinerja, melakukan validasi lembar kinerja kepada ibu vivi fitriani,M.Pd sebagai validator, menyebarkan lembar kinerja pada responden yang telah ditentukan, menganalisis data, menyusun laporan penelitian, menarik kesimpulan dari penelitian.

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kinerja menggunakan skala

likert yang dikemukakan Arikunto (2015: 142) dengan menggunakan alternatif jawaban sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang (2), kurang sekali (1). Salah satu keterampilan proses sains adalah keterampilan mengobservasi (pengamatan). Observasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang memakai berbagai indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba untuk menemukan fakta – fakta yang relevan dan memadai. Tetapi, observasi tidak harus selalu menggunakan alat indera karena alat indera memiliki keterbatasan terutama bila mengamati objek yang sangat keci. Penggunaan alat bantu yang dimaksud adalah mikroskop (Rustaman dalam saraswati 2016:6).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni pada tahun ajaran 2016/2017 dikampus STKIP PGRI Sumatera Barat dilaboratorium dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa program studi pendidikan biologi angkatan 2014. Pengambilan sampel dengan teknik

(4)

random sampling dimana hanya 20%

dari mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah mikrobiologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan lembar kinerja yang diperoleh pada mahasiswa pendidikan biologi tahun akademik 2014 maka dapat dideskripsikan hasil dari

penggunaan mikroskop cahaya binokuler diperoleh hasil penilaian berdasarkan skor setiap item, dimana setiap item diberi bobot 1,2,3,4,5 skor tersebut didapat sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil pengolaha data maka didapat data seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Persentase Keterampilan Mahasiswa Pendidikan Biologi Dalam Menggunakan Mikroskop Cahaya Binokuler Berdasarkan Gambar 1 deskripsi

data persentasi lembar kinerja di atas, dapat dilihat bahwa analisis keterampilan mahasiswa pendidikan biologi tahun akademik 2014 dalam

menggunakan mikroskop cahaya binokuler, dapat dikategorikan pada kriteria cukup dengan persentase 73,09%. Hasil ini diperoleh dari rata-rata persentase penilaian lembar 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 65,17 63,7972,75 71,72 74,82 73,79 69,3179,31 80,34 78,27 74,82 P re se nt as e K ete ra m pi la n M aha sis w a P endi di ka n B io il o gi D ala m M engguna ka n M ik ro sko p Keterangan:

1. mencek mikroskop dan dihubungkan dengan sumber listrik

2. memeriksa kebersihan lensa objektif dan lensa okuler sebelum pengamatan 3. memasang preparat dan mengatur kondesor

4. mengatur lensa objektif dengan perbesaran terkecil (4x) 5. memutar sekrup makrometer pada saat meneliti 6. mangamati objek menggunakan mikrometer

7. menggunakan lensa objektif terkecil sampai objek fokus 8. menggambarkan objek yang telah damati

9. menekan tombol off dan menurunkan meja objek 10. membersihkan preparat

11. melepaskan kabel mikroskop dan digulung

Gambar 3. Hasil Persentase KeterampGambar 3. Hasil

Persentase Keterampilan Mahasiswa program studi Pendidikan Biologi Dalam Menggunakan ikroskop

(5)

kinerja oleh 58 responden yang terpilih. Penelitian ini mendeskripsikan tentang keterampilan mahasiswa pendidikan biologi tahun akademik 2014 yang terdiri dari 6 sesi (A,B,C,D,E,F) dalam menggunakan mikroskop cahaya binokuler menunjukkan bahwa keterampilan dalam menggunakan mikroskop cahaya binokuler termasuk ke dalam kategori cukup dengan persentasi 73,10%, dari 11 indikator variabel, yang termasuk kedalam kategrori cukup terdapat 8 indikator variabel yang termasuk kedalam kategori baik 3 indikator variabel. Hal ini disebabkan karena tidak semua mahasiswa menggunakan mikroskop secara benar, pada saat melakukan penelitan kurangnya keseriusan mahasiswa, pada saat mahasiswa menggunakan mikroskop masih ada yang tidak mengetahui langkah penggunaan secara benar karena mahasiswa tidak mengaplikasinya secara baik. Rata –rata keterampilan mahasiswa dalam penggunaan mikroskop yang paling tinggi terdapat pada indikator kesembilan yaitu menekan tombol

off dan menurunkan meja objek dengan persentase 80,34%.

Pada indikator variabel pertama penilaian dalam mencek mikroskop dan dihubungkan dengan sumber listrik termasuk kedalam kategori “cukup” karena yang hanya menjawab secara benar hanya 11 responden dimana responden yang menjawab benar mencek bagian-bagian dari mikroskop dan memperhatikan lensa objektif serta lensa okuler, beberapa responden yang lain hanya menghubungkan secara langsung tidak mencek bagian – bagian dari mikroskop dan ada sebagian responden langsung memulai melakukan pengamatan hanya memperhatikan bagian penerangan pada mikroskop. Menurut Tarmizi (2009:142) mengatakan bahwa kelancaran kagiatan praktikum ditentukan oleh alat dan bahan, jadwal pemakaian laboratorium yang diatur bergantian. Pada indikator variabel ke dua memeriksa kebersihan lensa objektif dan lensa okuler sebelum melakukan pengamatan, indikator variabel kedua ini termasuk ke dalam kategori “cukup” responden

(6)

tidak mencek bagian dari lensa objektif dan lensa okuler dan ada juga sebagian responden yang hanya mencek bagian lensa objektif tetapi tidak keempat lensa objektif yang dicek hanya 2/3 bagian lensa objektif yang dicek dan ada juga yang hanya mencek lensa okuler saja tampa memperhatikan kebersihan lensa dari kotoran. Subandi (2014:32) menjelaskan bahwa seluruh sistem lensa harus dibersihkan karena debu atau kotoran (percikan uap air, minyak atau bulu mata) yang sekecil apapun dapat mengurangi keefektifan lensa objektif dan lensa okuler.

Pada indikator variabel ke tiga memasang preparat dan mejepitkan preparat pada meja objek tepat pada datangnya cahaya, dimana objek yang akan diamati harus tepat pada datangnya cahaya sehingga mudah dengan melihat objek yang akan diamati apabila objek tidak dijepit dengan penjepit objek maka preparat akan mudah bergeser sehingga pengamatan tidak berlangsung dengan dengan baik, dimana pada indikator ketiga ini memasang preparat dan menjepitkan dengan

penjepit objek termasuk kedalam kategori “cukup” dimana responden tidak menjepitkan objek tepat pada datangya cahaya sehingga meja objek yang digeser kekiri atau kekanan seharusnya dalam mencari objek meja objek dinaik atau diturunkan setelah itu ada beberapa responden tidak mencepitkan objek hanya menepatkan preparat pada meja objek. Subandi (2014:32) menyesuaikan cahaya yang sesuai dengan preparat dengan mengatur makrometer dan mengatur mikrometer sehingga pencarian objek terlihat lebih jelas.

Pada indikator ke empat mengatur lensa objektif dimulai dengan perbesaran terkecil (4x), mengatur lensa dengan perbesaran terkecil agar preparat dengan lensa objektif berjarak sehingga lebih bebas mencari objek, apabila dimulai dengan dengan perbesarn yang lebih besar bisa mengakibat preparat dengan lensa bersentuhan dan mencari objek juga sulit. Dimana indikator variabel ke empat termasuk kedalam kategori “cukup” karena beberapa responden ada yang memulai pengamatan dengan

(7)

menggunakan lensa objektif perbesaran 10x dan ada juga yang memulai dengan perbesaran 40x. cara mencari objek yang benar dimulai dengan perbesaran terkecil (4x). Trisnayanti (2016:10) setelah disiapkan preparat yang akan diamati dalam mengamati objek gunakan lensa objektif dengan perbesaran kecil terlebih dahulu.

Pada indikator variabel ke lima memutar sekrup makrometer pada saat melakukan mencari objek, dimana memutar makrometer saat melakukan pengamatan kerah belakang atau depan dengan menggunakan satu tangan sangat membantu dalam pencari objek sehingga objek dapat ditemukan, dimana pada indikator variabel kelima ini termasuk kedalam kategori “cukup” dimana responden pada saat mencari objek tidak memutar makrometer hanya menurunkan meja objek keatas kebawah, ada yang juga yang memutar makrometer tetapi tidak secara perlahan dan sebagian responden memutar makrometer kearah belakang saja. Subandi (2014:32) memutar makrometer

secara perlahan ke depan atau kebelakang pada saat mencari objek sehingga objek bisa ditemukan.

Pada indikator variabel ke enam mengamati objek dengan menenteskan air dengan memutar /menggunakan micrometer dan menggunakan kedua mata pada saat melakukan pengamatan termasuk kedalam kategori “cukup” pada saat menggunakan mikrometer dalam mencari objek kasih ais setetes dan respnden tidak mentesi dengan air responden juga tidak memutar mikrometer kearah depan atau belakang secara perlahan tidak memperhatikan secara langsung posisi preparat dan hanya memutar mikrometer sehingga objek susah untuk ditemukan dan ada juga beberapa responden menggunakan satu mata pada saat melakukan pengamatan. Untuk bisa melihat objek dengan mikroskop menggunakan setetes air dan menutup dengan kaca penutup (Wiley, 2004:195).

Pada indikator variabel ke tujuh dengan menggunakan lensa objektif perbesaran terkecil sampai objek fokus untuk diamati termasuk

(8)

kedalam kategori “cukup” pada saat responden sudah mendapatkan banyangan objek tetapi tidak menggunakan/ mengatur lensa objektif keperbesaran terbesar sehingga objek tidak jelas telihat, apabila banyangan sudah terlihat kita harus mengatur lensa objektif keperbesaran terbesar dan ada sebagian responden yang melakukannya sehingga objek fokus dan kita bisa melihat langsung objek dengan jelas. Entjang (2003:8) menjelaskan untuk lebih memperjelas bayangan yang akan dilihat, antara objek yang akan dilihat dengan lensa objektif diberi minyak imersi. Minyak imersi ini akan memperbanyak cahaya yang menuju lensa objektif setelah melewati objek sehingga objek akan terlihat lebih jelas.

Pada indikator variabel ke delapan menggambarkan objek yang telah diamati termasuk kedalam kedalam kategori “baik” dimana responden menggambarkan objek dengan menggunakan pena dalam keadaan berdiri dengan kepala masih menoleh ke kiri atau kekanan sebagian responden ada yang

manggambarkan dengan menggunakan pensil dalam keadaan duduk dan hanya mata yang bekerja dalam menggambarkan objek yang telah diamati, dalam menggambarkan objek kita menggunakan pensil hanya tangan dan mata yang bekerja.

Pada indikator ke sembilan menekan tombol off dan menurunkan meja objek pada saat selesai melakukan pengamatan tombol off ditekan dan meja objek diturunkan secara perlahan sampai kebagian terendah dan mencek penjepit objek. Pada indikator kesembilan ini termasuk kedalam kategori “baik” pada indikator ini responden selesai melakukan pengamatan dengan memperhatikan bagian lensa mikroskop dan menekan tombol off setelah menekan tombol off responden menurunkan meja objek secara hati-hati dan perlahan sampai meja objek tepat pada posisi terendah. Suabandi (2014:32) setelah praktikan selesai matikan mikroskop dengan menekan tombol off selanjutnya kabel listrik dibuka dan posisikan tubus pada

(9)

mikroskop pada posisi paling rendah.

Pada indikator kesepuluh membersihkan preparat dengan membuka penjepit pada meja objek termasuk kedalam kategori “baik” dimana responden melakukannya dengan membuka penjepit objek secara hati-hati dan menempatkan atau mengatur meja tepat pada posisi ditengah sehinga preparat sudah bisa dibersihkan dengan membuka penutup objek dan membersihkan dengan air. Subandi (2014:34) bagian-bagian mekanik tertentu diposisikan seimbang dan berada di tengah-tengah dan badan tubus mikrsokop diposisikan paling terendah.

Pada indikator kesebelas melepaskan kabel mikroskop dari sumber listrik sampai kabel dingin setelah itu kabel digulung. Pada indikator kesebelas ini termasuk ke dalam kategori “cukup” dimana responden hanya melepaskan kabel yang tersambung pada sumber listrik, ada juga responden yang hanya membiarkan kabel terhubung cukup dengan menekan tombol off , dan ada responden yang mencabut kabel

dari sumber listrik dan langsung menggulung kabel mikroskop. Subandi (2014:33) kabel mikroskop yang tersambung dilepas dari sumber sentrumnya dan diamkan beberapa menit kabel gulung pada tubuh mikroskop.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis keterampilan mahasiswa pendidikan biologi tahun akademik 2014 dalam menggunakan mikroskop cahaya binokuler rata-rata persentasi yang diperoleh 73,10% berada pada kategori cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan ban Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. Bandung : Citra Aditya Bakti

Mariyana, A. N. A. 2012. Di MTS

Negeri Ketanggungan Brebes Tahun Pelajaran 2011-2012 (Skripsi). Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Fakultas

(10)

Saraswati P M. 2016. Di SMP N 1 Sidoarjo Wonogiri Tahun Pelajaran 2015/2016 (Skripsi). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarata.

Subandi. 2014. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosda karya Tarmizi. 2009. Penuntun Laboratorium. Padang: UNP Press.

Wiley, J. 2004. A+ Projects In

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak terhadap larutan standar Co(II) 10 μg/L dan Ni(II) 50 μg/L dengan potensial

 Elemen Utama Kawasan yang akan dikembangkan, misal : Koridor (jalan, sungai dll), Ruang Terbuka (Open space, RTH dll), Persimpangan (Intersection) dll sesuai

Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi sistem spiritualitas seseorang. Sebaliknya dapat dipengaruhi juga oleh bagaimana seseorang mengartikan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : (1) Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian asli yang bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Purwoejo , (2)Kesenian

Kompetensi kepribadian yang harus guru Pendidikan kewarganegaraan berbasis penguatan pendidikan karakter yaitu memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan norma agama,

Perubahan yang terjadi di desa Pancur tidak sesuai harapan, banyak masyarakat yang tidak mau mencoba untuk membudidayakan jamur Tiram, dan ada sebagian manyarakat

Bahkan, dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian

Pada Gambar 5 disajikan kurva pertumbuhan sel selama fermentasi berlangsung dengan perlakuan variasi kadar di-kalium hidrogen fosfat sedangkan pada Gambar 6 dan Gambar 7,