KARAKTERTSTTK PREDASI Ambtyseius
ddeoni
DAN Phyfoseiussp.
RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP
Brevipalpusphoenicis
FakunasBiorogi,,f,
*f'H"::#""JS1*:*an,Purwokerto
Email : bhbudianto@qmail. comABSTRAK
Karakteristik
predasi
yang
meliputi penentuan
lama waktu
mencari
dan menanganimangsa
(search - anct destroytype) dan lama waktu
menunggu danmenantani mangsa
'(lying-in
wait
type) pada tungau predator
A.
deleoni
daninytos-eius
sp. risisten
suprasida melupakan landasan utama yang harus diketahui teriebih dahuiu dalam menentukan strategi augmentasi sebagai upaya pengendalianhayati tungau hama
B.
phoenicis. Berdasarkantujuan tersebut, maka
metodep"i.oO""n-y"ng
dilakukan adalah eksperimental dengan rancanganacak
lengkap. ivletodeyan!
Oigunakan adalah eksperimental dengan menggunakal Rancangan Acak Lengfad(nAf-)iaif
skala laboratoiium maupun lapang. Perlakuan berupa 2,4
dan 6 individu stadium larvaB.
phoenicisyang masing-masing diberikan kepada satu individu Amblyseius deteoni. Parameter uniuk tungau predator,lying-in wait fype berupa lamawattu
menunggu dan menangani mangsa (detik), sedangkan untuk tungSu predatordengan
sei/cn
and
destroytype,
parameter yang diamatimeliputi
lama waktumencari
dan menangani mangsa untuk setiap individu tungau predalor dalam 12 iam waktu pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik predasi tungauA.
Aeieoniresisten supiasida
skala
laboratoriummaupun lapang
menunjukan karakteristiks predasityiig in
wait type karena lama waktu menunggu lebih lama dari pada lamawaftu
untuktiencari (
lama waktu menunggu berkisar antara 8795-9871detik
sedangkanwaktu mencari berkisar
124-212detik).
Demikianpula
dengankarakteristiklredasi
Phytoseius sp. resisten suprasida yang merupakan ienis lying in wait baik skaia laboratoiium maupun lapang. Karakteristik predasi ke dua jenis tungau predator yangtelah
resisten terhadap suprasida, mengisyaratkan akan kemampuan dalam efisiensi penggunaan energi untuk berburu'Kata kunci: search and destroy type, Iying in wait type, Amblyseius deleoniresisten suprasida, Phytoseius sp. resisten suPrasida
PENDAHULUAN
Beberapa spesies tungau yang telah diketahui banyak menyerang perkebunan-perkebunan
teh
di
lndonesia adalahAcaphylla
theae, Polypagotarsonemus latus,Calacarus carinatus
dan
Brevipalpus phoenicis (Oomen, 1982).Di
antara berbagai spesies tungau hama tersebut,B.
phoenicis (tungau jingga) merupakan tungau yang paling sering menimbulkan banyak kerusakanpada
areal-areal perkebunanteh
diJawa Tengah, Jawa Barat
dan
Sumatera dibandingkantungau hama yang
lain (Cranham, 1966). Budiantodan
Praktiknyo (2007) mencatat bahwa tungau predatoryang
dikenal suksesdalam
pengendalianB.
phoenicis adalahtungau
Amblyseius deleoni dan Phytosetus sP.'
Pengendalian tungau
B.
phoenicis menggunakan tungau predatorA.
deleoni dan Phytoserus sp. menghadapi masalah dengan masih dimanfaatkannya insektisida seperti suprasida dibeberapa perkebunan tehdi
lndonesia (Budianto dan Widiastuti, 2010). Masalah tersebut meliputi meningkatnya resistensi tungau hamaB.
phoenicis, dan sebaliknya bertambahnya mortalitas ke dua jenis tungau predator. Hasil penelitian Budianto dan Basuki (2013) yang bertujuan untuk menurunkan mortalitas pada tungau predator menunjukkan bahwa kemampuan ketahanan populasike
duajenis
tungau predator tersebut terhadap rentang konsentrasi suprasida yang dicobakan pada skala laboratorium memperlihatkan peningkatan resistensiyang lebih baik
dibandingkankontrol. Hasil
uji
pada skala rumah kaca
dan
lapang
memperlihatkan koncahan populasi yang lebih stabil dibandingkan hasil penelitian tahun pertama.Lebih resistennya
ke
duajenis tungau
predator terhadap suprasida diduga berpengaruhterhadap
karakteristikpredasi.
Karakteristikpredasi adalah
perilaku tungau predator dalam mencari dan menangani mangsa. Karakteristik predasi terdiri atas karakteristik predasi searcfi and destroy type dan lying-in wait type (Budianto dan Munajad, 2012).Karakteristik
predasi
searchand
destroytype
adalah kemampuan predatorsebagai
agen
pengendalihayati dalam mencari,
menemukandan
mempredasi mangsanya, sedangkan karakteristik predasi lying-inwait type
adalah kemampuan predatordalam
menunggu, menanganidan
mempredasi mangsanya. Faktor yang mempengaruhi karakteristik predasi suatu tungau predator diantaranya adalah tingkat densitas atau kepadatan dari tungau hama, selera terhadap mangsa, dan jenis tungau predatoritu
sendiri (Budiantodan
Basuki, 2013). Berdasarkan uraian sebagaimana telah dikemukakan maka tujuan penelitian adalah menentukan karakteristik predasitungau
predatorA.
deleoni
dan
Phyfosefussp.
resisten
suprasidaterhadap
B.phoenicis.
Manfaat
hasil
penelitian
ini
adalah menjadi landasan
dasar
dalam menentukan strategi augmentasitungau
predatoryang
palingsesuai untuk
skala lapang.METODOLOGI
Metode
yang
digunakan
adalah
eksperimental
dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) baik skala laboratorium maupun lapang. Penelitianskala
laboratorium dilaksanakandi
laboratorium Entomologi-Parasitologi, Fakultas Biologi, Unsoed, Punnrokerto, sedangkan skala lapang dilakukandi
perkebunan teh Semugih PTPN lX, Semugih, Pemalang. Perlakuan berupa 2 (kelimpahan rendah),4
(kelimpahan normal suatu predasi) dan 6 (kelimpahan tinggi) individu stadium larva B.phoenicis yang masing-masing diberikan kepada satu individu Amblyseius deleonidan Phytoseius
sp.
resisten suprasida. Setiap perlakuan diulang sebanyak
8
kali. Parameter untuk tungau predator lying-in wait type berupa lama waktu menunggu dan menangani mangsa (detik), sedangkan untuk tungau predatordengan
search anddestroy type, parameter yang diamati
meliputi
lama waktumencari
dan menangani mangsa (detik) untuk setiap individu tungau predator dalam 12 jam waktu pengamatan.Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam(Uji
F).Apabila terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata, dilanjutkan dengan ujijarak berganda Duncan pada tingkat kesalahan 5olo dan lolo untuk skala laboratorium dan pada tingkat kesalahan 10% dan 20% untuk skala lapang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis variansi lama waktu menunggu
A.
deleoniresisten suprasida untuk mempredasi berbagai kelimpahan stadiumlarva
B.
phoenicis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan lama waktu menunggu A. deleonipada kelimpahanB.
phoenicis yang dicobakan (P>0,05, tabel 1). Sedangkan, lama waktu menangani (mempredasi) mangsa, tidak sama antar kelimpahan B. phoenicis (P<0,05, tabel2).
Hasiluji
lanjut Duncan menunjukkan bahwa perbedaan lama waktu menangani (mempredasi) teriadi antara kelimpahan rendah dibandingkan dengantinggi
(P<0,05,tabel 3),
meskipun lama waktu menangani mangsa antara kelimpahan rendah(2)
atau tinggi(6)
sama dengan kelimpahan normal (4).Tabel
1.
Lama waktu
menungguA.
deleoni resisten suprasida pada
berbagai kelimpahan Brevipalpus phoenicis skala laboratorium (detik)Sumber ragam
Derajat
Bebas
JumlahKuadrat
KuadratTengah
Fh
P Lama waktumenunggu Galat Total
.239
.788Tabel2.
Lama waktu
A.
deleoni resisten
suprasidadalam
menangani berbagai kelimpahan B. phoenicis (detik)Sumber
ragam
DerajatBebas
JumlahKuadrat
Kuadrat Tenoah 2 93 95 1511.749 293621.709 295133.458 755.874 3157.223 Lama waktu menangani 131.55 65.78 Total 2199.40 22.242.95
.057 Galat 93 2067.85 95bio.unsoed.ac.id
Tabel 3. Hasil uji lanjut Duncan lama waktu Amblyseius deleoniresisten suprasida dalam meningani berbagai kelimpahan tungau Brevipal pus phoenicis (detik) Kelimpahan tungau
hama B. phoenicis
Larna
waktu
Amblyseius deleoni resisten suprasida dalam menangani berbagai kepadatan tungau hamaB.
170,66
+
16,74a 152,65t
49,95 abt
51.62 bKeterangan
:
huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan beda nyata pada P<0,05Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa tungau predator
A.
deleoniresistensuprasida
merupakangolongan tungau predator
yang
sangat
memperhitungkan efisiensi penggunaanenergi dalam
berburuyang
ditunjukkanoleh
samanya lama waktu menunggu antar kelimpahan tungauB.
phoenicis. Hasilini
mengungkap lebihjauh
pemyataandari
Kalshoven(1981) yang
mengemukakan bahwa kemampuandalam efisiensi
penggunaanenergi
menyebabkantungau predator
dari
familia phytoseiidae tersebut mampu lulus hidup pada kelimpahan tungau hama yang rendah. Berdasarkan lama waktu menunggu terhadap lama waktu mencariA.
deleaniresisten suprasida pada beberapa kelimpahanB.
phoenicisdapat
diketahui bahwa tungau predator A.deleani resisten suprasida mempunyai karakteristik predasilying'in
wait type (tabel4).Tabel 4. Karakteristik predasi A. deleoni resisten suprasida pada beberapa kelimpahan
Hasil ini memperkuat pemyataan sebelumnya bahwa tungau predator A. deleoni
resisten
suprasida
merupakan
golongan
tungau
predator
yang
sangat memperhitungkanefisiensi
penggunaanenergi dalam
berburu.Hasil
ini
berbedadengan
pernyataanlbrahim
&
Rahman (1997),
yang
menyatakanbahwa
lebih berkelompoknyatungau
mangsa
(tungau hama) dalam
jumlah
besar,
akan menyebabkan tungau predator untuk lebih banyak menunggu dibandingkan langsung berburu dan mempredasi mangsa. Diduga, perbedaan lebih disebabkan oleh menjadi resistennyaA.
deteoni dalam penelitian
ini
dibandingkantungau predator
yang dipergunakanoleh lbrahim
&
Rahman (1997).Tungau
predatorA.
deleoni yang resisten suprasida kemungkinan lebih efisien dan efektif lagidi
dalam berburu untukB. phoenicis skala laboratorium Kelimpahan
B.
phaenicisLama
waktu menunggu (detik)Lama
waktu mencari (detik)Lama
waktu menangani (detik) Karakteristikpredasi
A.deleoni
resisten suorasida2 (rendah) 78,61 44.17 170.6 Lvinq-in waittype
4 (normal) 72.5 31.51 152.6 Lvina-in wait tvpe
6 (tinqqi) 67,61 11.45 138,5 Lvino-in waittvpe
mengkompensasi
kehilangan
energi
metabolismedalam
proses
untuk
resisten terhadap suprasida (Prasad, 1 967).Berbeda dengan
A.
deleoni resisten suprasida,
hasil
uji
lanjut
Duncan menunjukkan bahwa tungau predator Phytoseiussp.
resisten suprasida lebih cepat mempredasitingkat
kepadatanB.
phoenicisyang
rendah dibandingkan kepadatan yang tinggi (tabel 5; P<0,05).Tabels.
Hasil
uji
lanjut lama waktu
total
Phytoseiussp.
dalam
menunggu dan mempredasi-berbagai kepadatan tungau hama B. phoenicis (detik)Kelimpahan tungau hama Brevipalpus phoenicis
Lama waktu Phytoseius sP. untuk menunggu dan memPredasi B.
163,17
t23,92a
166,31t
39,65 a204j0
r
32,16 bKeterangan
:
huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan beda nyata pada P<0,05Hasil uji lanjut sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3 dan 5 mempertegas bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan mangsa, maka kedua
jenis
tungau predator akan cenderung mengarah padajenis
karakteristik predasi tertentuyang
pada dasamyaadalah upaya efisiensi penggunaan
energi
predasi. Berdasarkan
lama
waktumenunggu terhadap
lama waktu mencari
Phytoseiussp.
resisten suprasida pada beberapa kelimpahanB.
phoenicrb dapat diketahui bahwa tungau predator Phytoseius sp. resisten suprasida mempunyai karakteristik predasi lying-in waittype (tabel6).Tabel6.
Karakteristikpredasi
Phyfoserbssp.
resisten suprasida pada
beberapa kelimpahan B. phoenicis skala laboratoriumHasil analisis variansi dan uji lanjut Duncan terhadap lama waktu menunggu dan mempredasi
A.
deteoni resisten suprasida pada skala lapang, memberikan hasil yang sama dengan skala laboratorium. Upaya efisiensi penggunaan energi predasi tungau predator ini diperkuat dari perbandingan lama waktu menunggu terhadap lama waktu mencariA.
deteoniresisten suprasida pada beberapa kelimpahanB.
phoenicis (tabel 7). 2 4 6 1 2 3 KelimpahanB.
phoenicisLama
waktu menunggu (detik)Lama
waktu mencari (detik)Lama
waktu menangani (detik)Karakteristik
predasi Phytoseiussp.
resisten suorasida2 (rendah) 13637 2382.62 297,38 Lvinq-in waitNpe 4 (normal) 1243r', 3940.69 256.31 Lvino-in waittype 6 (tinoqi) 16990 3202.02 217.98 Lvina-in wait tvpe
TabelT.
Karakteristikpredasi
A.
deleoni sp. resisten suprasida pada
beberapa kelimpahan B- phoenicis skala lapangKESIMPULAN
Karakteristik
predasi
Amblyseius deleoni dan Phytoserus sp. resisten suprasida skata laboratoriumO"nltp"ng
ierhadap
Brevipatpus phoenicis tergolong lying-in wait Upe.DAFTAR PUSTAKA
Budianto, B.H.
dan R.
Widiastuti, 2010. Hubungan antara perubahan..iklim dengan dinamika populasi Brevipatptus phonicis dan tungau predatornya.di
Perkebunan Teh Tambi, Wonosobo. Fenelitian DIPA, Fakultas Biologi, Unsoed' Purwokerto' Budianto,B.H. dan
A.
Munadjat, 2O12. Kemampuan reproduksi Tungau.PredatorFamiti phytoseiidae pada berbagai
kep?gglal
Te.lranychusuttigy-
lan
polen tanaman di sekitar tanaman singkiong.i.
Hpf
Tropika. ISSN 1411'7525,Vol'
12,No.2:
103-
111, SePtember2012Budianto, B.H.
&
E.
Basuki, 2013. Kemampuan Predasi Populasi Tungau Predator Amblyseiussp.
nesisien
TemperaturTerhadap
Tetranychus urticae.J'
HPT Tropii<a. ISSN 1411-7525, Vol. 13, No' 1:34-40,2413
Budianto,
B. H.
dan
Pratiknyo
H.
2009. Faktor Kunci
dan
strategi
Pelepasan phytoseiusonitrt
Swirsii
Et Schebter dalam Pengendalian Tetranychus urticaep"la
fan"*"n-
Singkong (Manihot
esculenta).Laporan Perrelitian
(tidakbipublikasitan;.
faruilis
Alotogi Universitas Jenderalsoedirman, Purwokerto.cranham, J.E.
(1966),TeaPestsandTheircontrol,
Ann.Rev.Entomol.11,491'514'lbrahim,
y.
B.dan R.
B.A.
Rahman. 1997. tnfluenceof
Prey Dens.ity,species
and Development Stageson the
Predatory Befrryigurol
Amblyseius longisponous (Acari: Pnytoseiid ae)' Entomoph ag a, 42: 31 9-327'Kalshoven. L.G.E. 1g81. Pest
of
Cropsin
lndonesia. Revised and Translated byP.A. van der Laan. P.T. lchtiar Baru van Hoeve. Momen, F.M.
1996' Effgctof
Pray Densityon
Reproduction,Prey
consur.nntiol _andsex
Ratio
of
Amblyseius barkery(Acarina,Phytoseiidae).Acarologia,35:223'228'Oomen,
-
-
- p.A.
1gg2. Studies On Population Dynamics of The Scarlet Mite Brevipalpusp,'noenrcrs
tcE1s[esj
a pest ln lndonesia. Departemen of Entomology AgriculturalUniversitY, Wageningen, PP. 1 -79.
Prasad,