• Tidak ada hasil yang ditemukan

WORKING PAPER ANALISIS FUNGSI DAN TIPE SHIEKI ~SASERU PADA NOVEL JEPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WORKING PAPER ANALISIS FUNGSI DAN TIPE SHIEKI ~SASERU PADA NOVEL JEPANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

WORKING PAPER

ANALISIS FUNGSI DAN TIPE SHIEKI

~SASERU PADA NOVEL JEPANG

Elizabeth Clarissa Devina

Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021)53696969, elizabeth.lovepicco@gmail.com

Dra. Nalti Novianti, M.Si

Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021)53696969

Abstract

The research function and form of Japanese causative shieki ~saseru in Novel Tora-chan. Research methods applied were qualitative methods. Analysis was done by sentences causative or shieki ~saseru from Novel Tora-chan, and data is sort by theory of function and forms shieki ~saseru. The result is compulsion of the main function and forms shieki ~saseru. The subject and object of forms shieki ~saseru is humans related.

Keywords: Shieki ~saseru, Japanese Causative, Function and Form of Japanese Causative

Abstrak

Penelitian menjelaskan penggunaan kausatif bahasa Jepang (shieki ~saseru) yang ada dalam novel bahasa jepang Tora-chan. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data dari novel Tora-chan yang mempunyai kalimat shieki ~saseru dan diterapkan dengan teori fungsi shieki dan tipe shieki ~saseru, kemudian dianalisis sesuai dengan fungsi dan tipenya. Dari hasil analisis ditemukan fungsi utama shieki ~saseru dan pemahaman mengenai tipe yang terbentuk pada shieki ~saseru. Disimpulkan, fungsi terbanyak yang ditemukan adalah paksaan yang bertipe dasar subjek dan objek yaitu manusia atau makhluk hidup.

Kata kunci: Shieki ~saseru, Japanese Causative, Function and Form of Japanese Causative

PENDAHULUAN

Di kehidupan sehari-hari banyak yang dapat dipelajari, salah satu hal paling mendasar yang dipelajari adalah bersosialisasi. Dalam bersosialisasi pasti terlibat dengan Bahasa agar dapat menegrti maksud satu dengan yang lainnya. Bahasa merupakan suatu ilmu yang paling mendasar untuk kehidupan manusia. Tanpa bahasa, kita akan sulit mengerti satu sama lain.

Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Walaupun bahasa merupakan hal yang mendasar untuk dipelajari, tapi akan banyak hal yang dapat dipelajari dari bahasa. Pada zaman sekarang, bahasa tidak hanya dapat dilihat dari percakapan sehari-hari, tapi dapat dilihat melalui media online, media cetak seperti novel, komik, majalah, dan sebagainya.

▸ Baca selengkapnya: perubahan shieki

(2)

Ilmu yang mempelajari Bahasa adalah ilmu linguistik. Secara umum kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti ‘bahasa’. Dalam buku Linguistik Umum yang ditulis Abdul Chaer, Ilmu linguistik sering disebut juga dengan linguistik umum yang artinya ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk Bahasa pada umumya.

Dalam ilmu linguistik murni mencakup beberapa bagian yaitu fonetik yang berarti analisis artikulasi bunyi Bahasa, fonologi yang berarti sistem bunyi bahasa, morfologi yang merupakan analisis unsur-unsur pembentuk kata artikulasi suatu bahasa, sintaksis yang menganalisis tentang frasa dan kalimat, dan semantik merupkan analisis mengenai makna kata.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memilih tema linguistik diteliti dari bagian sintaksis berupa Bahasa tulisan yang ada dalam sebuah karya sastra yang berbentuk novel. Sintaksis dalam Bahasa Jepang berbeda dengan sintaksis pada umumnya. Arti sintaksis secara umum di ungkapkan oleh O’ Grady, et. al. (1997) adalah“The system of the rules and categories that underlines sentence formation in human

language”. Artinya sintaksis adalah aturan dalam sistem tipe kalimat dasar dalam bahasa manusia. Manaf (2009:3) sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Menurut Manaf (2009:3) frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

Dalam Bahasa Jepang sintaksis disebut dengan tougoron (統語論) atau sintakusu (シンタクス), yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur – unsur pembentuk kalimat (Sutedi, 2003:61). Kalimat dalam Bahasa Jepang terbentuk dari perpaduan beberapa jenis kata yang disusun berdasarkan pada aturan gramatikalnya.

Penulis memilih tema sintaksis karena banyak sekali yang dapat dibahas seperti struktur kalimat dalam bahasa, jenis atau kelas kata dalam bahasa dan sebagainya. Hal ini sangat menarik untuk dibahas, khususnya yang terkait dengan kelas kata dalam Bahasa Jepang. Dalam Bahasa Jepang ada beberapa kelas kata, salah satunya jodoushi「助動詞」 yang artinya verba bantu atau kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti tertentu. Dalam jodoushi memliki berbagai bentuk perubahan, antaralain

shieki ~saseru yang sering dikenal dengan bentuk menyuruh.

Dalam skripsi ini, penulis bermaksud membahas mengenai bentuk shieki ~saseru yang biasanya dipakai ketika seseorang menyuruh orang lain. Arti kata ‘Shieki’ dari kamus Jepang-Indonesia (Kenji Matsuura, 2005) adalah kata kerja kausatif atau mempekerjakan dengan kata lain membuat seseorang bergerak. Contoh kalimat dari shieki ~saseru ,sebagai berikut:

木村さんは選手に一日どれぐらい練習させていますか。(Nakagawa, 1995) Artinya: Kimura, dalam sehari menyuruh para pemain berapa lama untuk latihan?

Dari kalimat tersebut dapat dilihat bentuk shieki ~saseru pada kata succhousaseru yang digaris bawahi yang berarti ‘menyuruh latihan’. Dalam bentuk shieki ~saseru biasanya berciri-ciri ada objek dan partikel, karena termasuk jenis transitif yaitu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam contoh tersebut juga dapat dilihat bentuk shieki ~saseru digunakan oleh sesama manusia, ada orang yang menyuruh da nada orang yang disuruh.

Shieki ~saseru tidak hanya memiliki arti makna menyuruh saja, masih ada beberapa makna lainnya yang terkandung dalam shieki ~saseru. Sering pembelajar Bahasa Jepang pemula juga mengalami kesulitan ketika belajar mengenai shieki ~saseru. Karena selain tipe artinya yang lebih dari satu penggunaan tipe shieki ~saseru sangat beragam. Penulis bermaksud membahas mengenai penggunaan tipe

shieki ~saseru. Penulis tertarik untuk membahas mengenai shieki karena bagi pembelajar Bahasa Jepang

tingkat pemula, shieki ~saseru cukup sulit untuk dipahami penggunaanya karena shieki ~saseru cukup banyak dan masih belum sepenuhnya dipelajari.

(3)

Biasanya tingkat pemahaman mengenai penggunan shieki ~saseru berbeda-beda karena tergantung dari tingkat belajar Bahasa Jepang. Maka tidak heran bila banyak pembelajar Bahasa Jepang tingkat pemula kurang memahami penggunaan shieki ~saseru. Hal ini menarik untuk dibahas, karena fungsi shieki memiliki arti yang banyak dan penggunaan shieki ~saseru yang berbeda-beda.

Dalam skripsi ini, penulis memakai korpus data dari salah satu bentuk sastra yang berupa novel. Novel yang dipakai berjudul Torachan neko to nezumi to kingyo to kotori to inu no ohanasu karya Mure Yoko (群ようこ,1989) Novel ini menceritakan tentang kehidupan para hewan, seperti kucing, tikus, ikan mas, burung kecil dan anjing. Penulis tertarik dengan novel ini karena didalam bacaan tersebut terdapat banyak kata-kata yang memakai kelas kata shieki ~saseru. Selain itu novel cukup mudah dimengerti untuk dapat mengklasifikasikan makna dan fungsi shieki ~saseru.

Dalam skripsi ini penulis memakai beberapa teori yang berguna sebagai acuan dalam penelitian, diantaranya adalah teori sintaksis, kemudian dilanjutkan dengan teori kelas kata Bahasa Jepang jodoushi 「助動詞, teori makna shieki ~saseru menurut Aoki (1995) dan teori penggunaan shieki ~saseru menurut Kazuko Hoshino (1994). Teori-teori ini akan menjadi teori dasar dalam penelitian dan penulis juga akan menggunakan teori pembantu dan referensi lain yang mendukung penyusunan skripsi ini.

Dari teori yang ada, penulis akan menghubungkan teori dengan kalimat-kalimat yang berbentuk

shieki ~saseru yang ada dalam novel Tora chan kedalam analisis yang akan dibahas pada bab 4 yaitu pada

bab analisis. Penulis juga akan menjelaskan satu persatu dilihat dari situasi kalimat dan golongan penggunaan dari teori yang ada. Dengan begitu penggunaan tipe-tipe shieki ~saseru dapat lebih diketahui lebih dalam lagi.

Masalah pokok: meneliti masalah sintaksis yang ada dalam tipe tata Bahasa Jepang yang dihubungkan dengan penggunaannya dalam sebuah novel.

Formulasi masalah: penulis akan menganalisis korpus data melalui teori shieki ~saseru yang akan dihubungkan dengan korpus data dalam novel Jepang.

Ruang Lingkup Penelitian : penulis akan menggunakan teori dari Kazuko Hoshino (1994) mengenai penggunaan shieki ~saseru, kemudian menganalisis masing-masing tipe penggunaan shieki ~saseru dalam novel berjudul Tora chan (Mure Yoko, 1989)

Tujuan Penelitian : banyak pembelajar bahasa Jepang tidak tertalu mengetahui makna dan tipe penggunaan shieki ~saseru. Di dalam skripsi ini, penulis bertujuan untuk meneliti tipe shieki yang berdasarkan dengan teori sehingga para pembelajar Bahasa Jepang dapat lebih memahami dan menambah pengetahuan yang lebih lagi mengenai penggunaan shieki ~saseru. Selain itu, dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembelajar Bahasa Jepang dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan melakukan penelitian ini sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut yang akan memperbaiki dan mendukung hasil penelitian ini.

Tinjauan Pustaka : sebelum penulis meneliti masalah fungsi-fungsi shieki ~saseru dalam skripsi ini, telah ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai penggunaan shieki ~saseru. Ia adalah Kazuko Hoshino (1994) orang yang meneliti mengenai penggunaan Shieki ~saseru. Judul penelitiannya adalah

‘Shieki Doushi no yoho’ (使役形動詞の用法). Pada penelitian tersebut membahas mengenai penggunaan

shieki dengan menggunakan korpus datanya berasal dari Koran Jepang dan novel, kemudian kalimat-kalimat shieki ~saseru dikumpulkan lalu diklasifikasikan penggunaanya. Dalam skripsi ini akan memakai teori Kazuko Hoshino (1994) tetapi perbedaanya dengan penelitiannya adalah pada korpus data yang digunakan berupa novel yang berjudul Tora chan.

(4)

Tahap 1 : Memulai Penelitian Sesuai Metodologi

Penelitian ini dimulai dari permasalahan yang sudah teridentifikasi dan dirumuskan. Permasalahannya adalah meneliti mengenai pembahasan tentang shieki ~saseru yang ditemukan pada kalimat-kalimat yang ada di dalam buku Jepang. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini untuk mengetahui tipe dan penggunaan fungsi shieki ~saseru, mengerti dan memahami penggunaan shieki

~saseru.

Dari permasalahan dan tujuan penelitian tersebut, kemudian penulis memilih pendekatan metode penelitian dan metode pengumpulan data. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode kepustakaan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Setelah itu, penulis menggunakan teori hinshi, jenis-jenis hinshi, teori jodoushi, teori shieki ~saseu, teori tipe shieki ~saseru dan teori tadoushi sebagai pendukung skripsi ini. Dengan demikian, output pada tahap 1 ini, penulis memperoleh :

1. Pendekatan kualitatif untuk seluruh penelitian 2. Metode kepustakaan untuk mengumpulkan data 3. Metode deskriptif analitis untuk menganalisis data 4. Teori untuk menganalisis data.

Tahap 2: Mengumpulkan data

Pada tahap ini, penulis menggunakan metode kepustakaan sebagai metode untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah pendektan kualitatif dan memakai sumber data yaitu berupa buku novel Jepang yang berjudul “Torachan” karya Mure Yoko. Kemudian, penulis mencari dan mengumpulkan korpus data yaitu kalimat-kalimat yang memakai bentuk shieki ~saseru yang ada dalam buku novel tersebut. Setelah data di tetapkan, data siap untuk dianalisis.

Tahap 3 : Menganalisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis untuk menganalisis data-data yang sudah dikumpulkan. Dalam menganalisis data, penulis akanmemilah atau mengklasifikasi data. Setelah itu, data dikaji dan dicocokan dengan teori. Kemudian penulis akan membuat kesimpulan disetiap data dan mengulang kembali analisis data sampai data habis. Data-data yang telah dianalisis dibuat kesimpulan. Dan akhirnya, kesimpulan akhir penelitian akan menjadi kesimpulan skripsi ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

強制/ kyosei atau paksaan

Data 1: 母親はトラちゃんを前に座らせる

Perubahan kata suwaraseru yang bermula dari bentuk ru atau bentuk kamus yaitu

suwaru yang berarti “duduk”, merupakan bentuk kata kerja golongan I (Tomita, 1997:200) kemudian jika

diubah menjadi suwaru + seru dan akan berubah menjadi bentuk shieki yang lengkap yaitu suwaraseru yang berarti menyuruh duduk. Pada perubahan ini kata suwaraseru bermakna menyuruh, karena dalam situasi tersebut menjelaskan bahwa induknya Tora-chan ingin mengajarkannya beberapa peraturan, kemudian ia menyuruh Torachan duduk didepannya, dengan maksud supaya perkataan induknya dapat didengar dan dipatuhi.

Dari situasi tersebut, merupakan bentuk “menyuruh” antar sesama makhluk hidup yang merupakan salah satu fungsi dari shieki ~saseru. Dalam situasi tersebut ada subjek dan objeknya. Seperti yang diungkapkan oleh Hoshino (1994:4) tipe pelaku 2 (manusia sebagai subjek) menyuruh pelaku 1 (manusia sebagai objek).

(5)

Pada data ini subjek adalah ibu sebagai pelaku yang menyuruh Tora-chan, dan Tora-chan sebagai objek yang disuruh dan diwakilkan dengan kata suwaraseru atau “menyuruh duduk”.

Menurut Hoshino (1994:4) bentuk shieki ~saseru dalam data ini dapat dipakai dengan tipe pelaku 2 (manusia sebagai subjek) menyuruh pelaku 1 (manusia yang sebagai objek). Pada tipe ini kata “manusia” sebagai pelaku dapat diganti sebagai “makhluk hidup”. “ibu” sebagai pelaku 2, dan

“Tora-chan” sebagai pelaku 1. Dari tipe ini, penulis akan menjabarkan penggunaan shieki ~saseru yang

terbentuk dalam tipe ini. トラちゃんを前に座らせて

Dimasukan ke dalam tipe: 関与者2(人間)が関与者1(人間)をさせる

Pada tipe ini, Hoshino (1994:4) menekankan partikel wo yang menunjukan “harus atau memaksa” dan pelaku ke 1 tidak dapat menolak dari pelaku 2. Seperti yang dikatakan oleh Yamada (2004:41) bahwa partikel wo dapat ditempatkan setelah kata benda dalam kalimat dengan kata kerja kausatif (shieki) yang menyebabkan orang lain atau untuk melakukan sesuatu. Pada data ini

“Tora-chan” merupakan kata benda, dan fungsi partikel wo di sini menyebabkan Tora-chan melakukan suatu

perbuatan yaitu “duduk”. Jadi “Ibu menyuruh (memaksa) Tora-chan duduk di depannya. Arti dari data 1 tersebut menunjukkan arti menyuruh, karena menurut Aoki (1995) kata “menyuruh” merupakan salah satu kyosei atau memaksa.

Kesimpulan dari analisis data 1 adalah pada data ini, Tora-chan sebagai objek penderita, dan Ibu adalah subjek yang menyuruh Tora-chan untuk berbuat. Dalam tipe yang dikatakan oleh Hoshino (1994:4) menekankan partikel ‘wo’ yang menunjukan “harus atau memaksa” dan pelaku ke 2 tidak dapat menolak dari pelaku 1. Dan hal ini termasuk dalam golongan kyousei atau memaksa yang diungkapkan oleh Aoki (1995).

Tabel 4.1.3 Tabel Pembuktian

Tabel di atas, membuktikan secara ringkas pembenaran data ini bahwa Ibu adalah orang yang memaksa, dan jenis paksaanya adalah meyuruh duduk, yang terkena paksaan adalah Tora-chan.

Data 3 : 母親は口をモグモグさせる

Pembentukan shieki ~saseru pada kata mogumogusaseru yang bermula dari bentuk ru atau bentuk kamus yaitu mogumogusuru yang berarti bergerak. Menurut Tomita (1997:200) bentuk ini merupakan kata kerja golongan III. Kemudian berubah menjadi mogumogu + saseru kemudian menjadi suatu kata dengan bentuk shieki yang lengkap yaitu mogumogusaseru yang berarti menggerak-gerakkan. Pada perubahan ini kata mogumogusaseru bermakna menggerak-gerakkan karena dari data diatas menjelaskan ibu membuat mulutnya bergerak.

Dari situasi tersebut, merupakan bentuk menyuruh atau memaksa karena pelaku 2 (manusia) yang berusaha membuat anggota badannya begerak. Hal ini merupakan salah satu fungsi dari shieki

~saseru. Dalam situasi tersebut ada subjek dan objeknya. Seperti yang diungkapkan oleh Hoshino

(1994:7) tipe pelaku 2 (manusia sebagai subject) menyuruh atau membuat pelaku 1 (badan dari pelaku 2) untuk bergerak.

Yang memaksa Ibu

Jenis Paksaan Menyuruh duduk

Yang Terkena Paksaan Tora-chan

(6)

Pada data ini subjek adalah ibu sebagai pelaku yang menyuruh atau memaksa, dan mulutnya sendirilah yang sebagai objek untuk disuruh atau dipaksa dan diwakilkan dengan kata mogumogusaseru atau menggerak-gerakan .

Menurut Hoshino (1994:7) bentuk shieki ~saseru dalam data ini dapat dipakai dengan tipe pelaku 2 (manusia sebagai subjek) menyuruh pelaku 1 (anggota badannya sendiri dari pelaku 2). Ibu sebagai pelaku 2, dan mulut sebagai pelaku 1.

母親は口をモグモグさせる

Dimasukan kedalam tipe 関与者2(人間)ガ関与者1(関与者2の身体部分)ヲさせる

Aoki (1995) dalam pembagian tiga fungsi shieki ~saseru, kata menggerak-gerakkan mulutnya merupakan salah satu fungsi shieki ~saseru yang bermakna kyosei atau paksaan, karena adanya suatu tindak kesengajaan dalam perbuatan tersebut. Menurut Hoshino (1994:7) bentuk ini merupakan bentuk

shieki ~saseru dari manusia yang menggerakkan anggota tubuhnya sendiri. Dalam data ini juga termasuk

makna yang berarti memaksa. Dalam data ini juga menyebutkan subjeknya yaitu ibu dan objeknya yaitu mulut dan kata yang mendasari shieki ~saseru adalah pada kata menggerak-gerakkan.

Kesimpulan pada analisis data 3 adalah penggunaan tipe shieki ~saseru dapat dipakai untuk pergerakan anggota tubuh sendiri dan hal tersebut termasuk dalam arti kyousei atau paksaan yang seperti diungkapkan oleh Aoki (1995), karena kalimat kuchi wo mogumogusaseru yang berarti gerakkan mulutnya. Hal ini sangat terlihat jelas bahwa adanya paksaan dari ibu untuk menggerak-gerakkan mulutnya.

Tabel 4.1.9 Tabel Pembuktian

Dari tabel diatas, telah membuktikan subjek objek serta fungsi shieki ~saseru. Yang memaksa (subjek) adalah Ibu, jenis fungsinya adalah paksaan yaitu diwakilkan dengan kata menggerak-gerakkan, yang terkena paksaan adalah mulut ibu itu sendiri. Jadi, terbukti data ibu menggerak-gerakkan mulutnya mempunyai arti paksaan dalam fungsi shieki ~saseru.

許可 / izin

Data 5 : 弟はトラちゃんに頭を叩かせる

Bentuk awal adalah dari kata tataku dan merupakan salah satu bentuk golongan I (Tomita, 1997:200) yang mempunyai arti pukul. Kemudian jika tataku + seru akan berubah menjadi bentuk shieki

~saseru yang sempurna yaitu tatakaseru yang artinya pun ikut berubah yaitu menjadi mengizinkan

dipukul. Jika dilihat dari situasinya, fungsi shieki ~saseru disini menekankan arti izin. .Jika dilihat dari situasinya, fungsi shieki ~saseru disini menekankan arti izin. Karena situasinya dalam permainan

jakenpon tersebut, adik mengeluarkan dua jarinya yang seolah-olah berbentuk gunting, sedangkan kaki

depan Tora-chan bundar seolah-olah berbentuk batu, maka dalam permainan ini, jika para pemain mengeluarkan jarinya seolah-olah berbentuk batu dan gunting, maka yang menang adalah yang bentuk batu, karena batu dapat menghancurkan gunting. Adiknya pun kalah dan meberi izin kepada Tora-chan untuk memukul kepalanya.

Situasi pada data tersebut, sesuai dengan tipe shieki ~saseru yang diungkapkan oleh Hoshino (1994:3) yaitu adanya hubungan antara 2 pelaku yang merupakan sesama makhluk hidup. Pelaku 2

Yang memaksa Ibu

Jenis Paksaan Menggerak-gerakkan

Yang Terkena Paksaan mulutnya

(7)

(manusia atau makhluk hidup sebagai subjek) yang membuat pelaku 1 (manusia atau makhluk hidup sebagai objek) bergerak.

弟はトラちゃんに頭を叩かせる

Dimasukkan kedalam tipe 関与者2(人間)が関与者1(人間)にさせる

Dari hasil penjabaran tipe shieki ~saseru menurut Hoshino (1994:3) diatas, terlihat bahwa tipe

shieki ~saseru terpakai dalam hubungan antar makhluk hidup, Adik (subjek) sebagai orang yang

mengizinkan Tora-chan (objek) untuk memukul kepalanya, Dari situasi dan data, dapat dilihat fungsi

shieki ~saseru ini adalah adalah izin (Aoki,1977(1995)). Dalam data ini adanya tindak kesengajaan dari

Adik, karena ia sudah tahu bahwa chan tidak dapat bermain jakenpon, dan ia memperbolehkan

Tora-chan untuk menang, dengan sengaja ia mengeluarkan kedua jarinya yang seolah-olah bentuk gunting dan

Tora-chan adalah seekor kucing biasa dengan kaki depannya yang sama seperti kucing lainnya, yaitu berbentuk bulat (seolah-olah mirip seperti mengepalkan tangan yang dalam permainan jakenpon yang berbentuk batu). Jadi dalam permainan ini Adik yang kalah, dan Tora-chan yang menang. Dengan demikian,peraturan jakenpon yang dibuat oleh Adik dapat terlaksana yaitu yang kalah kepalanya dipukuli oleh yang menang. Jadi, Adik mengizinkan Tora-chan memukuli kepalanya.

Pengertian izin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyataan mengabulkan atau tiada melarang, persetujuan membolehkan. Dalam situasi ini juga secara tidak langsung terlihat hak Adik untuk menang diberikan kepada Tora-chan dengan cara mengalah kepada Tora-chan. Jadi seharusnya Adik dapat menang dari Tora-chan tetapi ia mengalah agar Tora-chan dapat menang. Hal ini sesuai dengan penjelasan menurut Aoki (1995) mengenai fungsi shieki ~saseru yang mempunyai arti izin, yaitu subjek (Adik) memberikan izin kepada pelaku objek (Tora-chan).

Dari analisis data ini, dapat disimpulkan bahwa fungsi shieki ~saseru tidak hanya untuk menyuruh atau paksaan, tetapi bisa juga untuk memberi izin atau mengizinkan (Aoki, 1995) . Dalam fungsi izin ini pun diikut sertakan adanya subjek dan objek yang selalu ada di setiap bentuk shieki ~saseru, dan pada data ini subjek dan objeknya adalah manusia. Jadi, makhluk hidup (subjek) mengizinkan makhluk hidup lainnya (objek). Hal ini sesuai dengan tipe yang di ungkapkan oleh Hoshino (1994:3). Tabel 4.2.3

Tabel Pembuktian

Jadi, pada tabel diatas membuktikan, yang mengizinkan adalah Adik, jenis izinnya adalah mengizinkan (kepalanya) dipukul , yang diizinkan adalah Tora-chan. Jadi benar bahwa data ini membentuk fungsi shieki ~saseru yang bermakna izin, yaitu Adik mengizinkan kepalanya dipukul Tora-chan.

放任 / Honin atau subjek membiarkan objek melakukan apapun yang diinginkannya Data 7 : 松田さんは犬を好きにさせる

Bentuk shieki ~saseru pada kata Suki ni saseru yaitu berawal dari kata Suki ni suru merupakan bentuk kata kerja golongan III (Tomita, 1997:200), yang berarti melakukan dengan sesuka hati. Kemudian kata suru pada kata Suki ni saseru di hilangkan dan diubah menjadi Sukini+seru atau menjadi bentuk shieki ~saseru yang lengkap yaitu Suki ni saseru yang berarti dibiarkan dengan sesuka hatinya. Dalam situasi di atas, menunjukkan bahwa Paman Matsuda sang pemilik anjing Peter-kun sebenarnya sudah tidak ingin merawat anjing itu, tetapi ia menjelaskan alasan anjing tersebut kerkeliaran di luar

Yang mengizinkan Adik Jenis Izin Mengizinkan dipukul Yang diizinkan Tora-chan

(8)

rumah karena anjing tersebut umurnya sudah tua, maka ia membiarkan Peter-kun melakukan sesuka hatinya, tidak di kurung dalam rumah lagi.

Sebelum menganalisis mengenai tipe dan fungsi shieki ~saseru lebih lanjut lagi, penulis akan membahas mengenai partikel yang menempel pada Suki ni saseru. Menurut Tomita (1991:79) mengenai fungsi partikel ni adalah salah satu cara penyampaian maksud seseorang ke orang lain. Jadi Suki ni saseru diartikan dengan “membiarkan dengan sesuka hatinya”

Dapat dilihat dari situasi ini, bahwa tipe yang terbentuk dalam shieki ~saseru di data ini merupakan bentuk shieki ~saseru antar makhluk hidup satu dengan makhluk hidup lainnya. Sepeti tipe yang dikatakan oleh Hoshino (1994:4) yaitu pelaku 2 (manusia sebagai subjek) membuat pelaku 1 (manusia sebagai objek) bergerak. Pada data ini fungsi shieki ~saseru berbeda dari data-data sebelumnya yang mempunyai arti paksaan, tetapi pada data ini menunjukkan arti membiarkan.

Menurut kamus linguistik Bahasa Indonesia (Harimurti, 2008) pengertian subjek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dibicarakan oleh pembicara, dan Objek adalah suatu hal, benda, atau manusia sebagai inti pokok permasalahan. Pada tabel di atas, menunjukkan subjek yaitu Paman Matsuda dan Objeknya adalah seekor anjing yang bernama Peter-kun. Peter-kun sebagai objek yang dibiarkan yang diwakilkan dengan kata membiarkan melakukan sesuka hati.

Pada data ini menjelaskan bahwa arti dari fungsi shieki ~saseru ini, menekankan arti membiarkan, berbeda dengan menizinkan. Menurut Aoki (1995) ia mengatakan bahwa shieki ~saseru tidak ada kemauan dari pelaku subjek, sedangkan pelaku objek bisa ada kemauan atau tidak ada kemauan. Jadi karena Paman Matsuda tidak da kemauan untuk ikut campur lagi atau mengurus kehidupan Peter-kun, ia membiarkan Peter-kun dengan cara melepas anjing itu dari rumahnya, sehingga Peter-kun dapat melakukan apapun yang ia inginkan.

Untuk melihat subjek dan objek, penulis akan memasukkan kedalam tipe yang dijabarkan oleh Hoshino (1994:6)

松田さんは犬を好きにさせる

Dimasukkan kedalam tipe 関与者2(人間)が関与者1(人間)をさせる

Tipe shieki ~saseru menurut Hoshino (1994:6) yaitu pemakaian shieki ~saseru dapat dipakai antar sesama makhluk hidup. Hoshino juga memaparkan bila peran utama dalam tipe shieki ~saseru yaitu ada subjek dan objek sebagai penderitanya. Terlihat dengan jelas Subjeknya adalah paman Matsuda yang membiarkan anjingnya (Peter-kun) melakukan sesuka hatinya, sehingga wajar dalam situasi ini, menjelaskan bahwa Peter-kun berkeliaran di jalanan karena paman Matsuda membiarkan anjingya untuk melakukan apapun yang ia inginkan.

Jadi, dari data ini, dapat disimpulkan bahwa pemahaman fungsi shieki ~saseru berbeda dari data-data sebelumnya yaitu yang diartikan membiarkan. Bila tidak memahami situasi pada cerita tersebut, fungsi shieki ini dapat menjadi berbeda dari yang seharusnya, karena fungsi shieki menurut Aoki (1995) selain arti paksaan dan izin, fungsi terakhir adalah berarti membiarkan atau subjek membiarkan objek untuk melakukan apapun yang ingin dilakukannya. Tipe pembentukan shieki ~saseru ini pun mengikuti tipe yang sesuai dengan Hoshino (1994:6) yaitu adanya pemakaian tipe ini antar sesama makhluk hidup. Tabel 4.3.3

Tabel Pembuktian

Yang Membiarkan Paman Matsuda

Jenis Membiarkan Membiarkan sesuka hati

Yang Dibiarkan Anjingnya (Peter-kun)

(9)

Pada tabel di atas membuktikan data ini merupakan fungsi shieki ~saseru yang berarti membiarkan. Yang membiarkan adalah Paman Matsuda, jenis membiarkannya adalah membiarkan sesuka hati, yang dibiarkan adalah Anjingnya. Jadi, data ini benar berfungsi subjek membiarkan objeknya melakukan apapun yang diinginkannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan : Penulis telah menganalisis mengenai fungsi dan tipe shieki ~saseru. Dalam analisis data yang diambil dari novel bahasa Jepang yang berjudul Tora-chan ini banyak menemukan fungsi serta tipe yang dipakai dalam pembentukan shiki ~saseru. Menurut Aoki (1995) fungsi shieki ~saseru ada 3 yaitu kyousei atau paksaan, kyoka atau izin, dan hounin atau membiarkan (subjek membiarkan objek melakukan apa yang ingin ia lakukan). Setelah mengumpulkan dan menganalisis data, penulis mendapatkan ketiga fungsi tersebut. Fungsi kyousei / paksaan terdapat 5 data, kyouka / izin terdapat 2 data, dan hounin / membiarkan terdapat 2 data.

Kemudian selain mencari fungsi shieki ~saseru, penulis juga menghubungkan tipe-tipe yang terdapat dalam shieki ~saseru menurut Hoshino (1994). Setelah data dianalisis, penulis hanya menemukan 3 tipe shieki ~saseru, yaitu subjek dan objek adalah manusia atau makhluk hidup dengan partikel ni ada 4 data, subjek dan objek adalah manusia atau makhluk hidup dengan partikel wo ada 4 data, dan subjek dan objek adalah manusia / makhluk hidup dengan anggota tubuhnya sendiri ada 1 data.

Setelah menghubungkan semua data pada kedua teori tersebut, penulis menemukan penggunaan

shieki ~saseru yang lebih mudah dipahami, yaitu pada intinya shieki ~saseru merupakan suatu perbuatan

subjek kepada objeknya agar objek dapat bergerak. Fungsi utama dari shieki ~saseru mempunyai tiga makna yaitu paksaan, izin, dan membiarkan / subjek membiarkan objek melakukan apapun yang diinginkan. Inti pada shieki ~saseru pun syaratnya harus ada subjek dan objeknya, Dengan ini, fungsi dan tipe shieki ~saseru dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh penggunanya.

Saran : Meneliti mengenai shieki ~saseru sangat menarik, karena jika membaca komik Jepang, novel Jepang dan sebagainya akan banyak sekali menemukan bentuk shieki ~saseru. Akan disayangkan bila pembelajar bahasa Jepang kurang memahami fungsi shieki ~saseru ini, karena jika tidak mengerti artinya akan menjadi kendala dalam menterjemahkan bahasa Jepang. Maka penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menganalisis fungsi shieki ~saseru lainnya. Penulis hanya menganalisis fungsi shieki

~saseru dalam tiga fungsi dan hanya menemukan 4 tipe shieki ~saseru. Jadi diharapkan penelitian ini

dapat dilanjutkan dan dikembangkan lebih baik lagi.

REFERENSI

Kazuko, Hoshino. (1994). Shiekikei Doushi no Houhou. Kamazawa Women’s University, diakses 1 Mei 2014 dari http://ci.nii.ac.jp/naid/110004679004

Masuoka dan Takubo Yukinori. (2000). Kiso Nihongo Bunpou (kaiteiban). Tokyo : Kuroshio Shuppan. Matsuura, Kenji. (2005). Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.

Mure, Youko. (1989) Torachan. Tokyo : Shueisha.

Natalia, Lydia. (2009). Analisis Fungsi Kakuhoshi (wo) Dalam Novel Shiosai Karya Mishima Yukio. Tugas Akhir tidak diterbitkan : Jakarta, Bina Nusantara

Noda, Hisashi. (1991). Hajimete no Hito no Nihongo Bunpou, Tokyo : Kuroshio Shuppan. Shuga , K. & Hayatsu E. Doushi no Jita (hal. 108-121). Tokyo : Hitsuji Shobou. 1995. Sudjianto. (2000). Gramatika Bahasa Jepang Modern – seri B. Bekasi : Percetakan KBI.

(10)

Sudjianto dan Ahmad Dahidi. (2004).Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi Timur : Kesaint Blanc. Takayuki, Tomita. (1997). Zoku Kiso Hyougen 50 to Sono Oshiekata. Tokyo : Nihongo no Bonjisha. Teramura, Hideo. (1982). Nihongo no Shintakusu to imi. Tokyo : Kuroshio Shuppan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Vriconella, Aulia. (2012). Analisis Fungsi Kakujoshi ni dalam Novel Summer Time Karya Sataou Takako. Tugas Akhir tidak diterbitkan : Jakarta, Bina Nusantara.

RIWAYAT PENULIS

Elizabeth Clarissa Devina lahir di Jakarta pada tanggal 18 Juni 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang tahun 2014.

Gambar

Tabel 4.1.3  Tabel Pembuktian
Tabel 4.1.9  Tabel Pembuktian
Tabel 4.2.3  Tabel Pembuktian

Referensi

Dokumen terkait

Gaza – Jalur Gaza – Bank Dunia mengatakan Jalur Gaza yang terkepung memiliki jumlah pengangguran tertinggi di dunia dan sedang menghadapi “krisis fiskal yang

Saudaraku seiman, beranjak dari sini, maka sebuah keharusan bagi kita semua untuk mengetahui apasaja adab-adab berdo’a agar do’a yang kita panjatkan diterima dan

Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator, data yang diperoleh selama observasi siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 5 Agustus

Gaya geser akibat gempa arah X dengan metode statik ekuivalen, respons spectrum dan time history seperti terlihat pada Gambar 1.53 sampai 1.55.. Gaya geser arah X akibat gempa

ILS Integrated Logistics Support adalah disiplin yang digunakan o leh tentara/militer  leh tentara/militer  untuk memastikan sistem pendukung yang kuat dengan layanan

sense, feel , think, act, dan relate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu customer loyalty. Ha : Variabel-variabel

Teknik triangulasi yang dilakukan dengan sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, sistem mampu berinteraksi dengan baik dilihat dari hasil pengujian yang sepenuhnya berhasil diuji yaitu saat awal