• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak TANAMAN JAC UNG DAN PUPUK FOSFAT Jagung manis (Zea mays saccharata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak TANAMAN JAC UNG DAN PUPUK FOSFAT Jagung manis (Zea mays saccharata)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEKNOLOGI MIKORIZA DAN PEMUPUKAN

FOSFAT UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI JAGUNG

DwiRETNO LUKIWATI Fakultas Peternakan Lniversitas Diponegoro

Kampus UNDIP-Tembalang, Semarang E-mail : drlukiwati 07ya~yahoo.com

ABSTRAK

Jagung (Zeamays L) termasuk tanaman penting sebagai sumber bahan pangan maupun pakan . Jerami

jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia di Indonesia . Namun demikian, sebagian besar lahan untuk budidaya tanaman pangan merupakan tanah tidak produktif yang dicirikan oleh pH masam dan rendah ketersediaan unsur hara fosfor (P) . Superfosfat (SP) selama ini digunakan secara luas untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia. Mahalnya harga superfosfat merupakan faktor pembatas utama, dan kombinasi pemupukan batuan fosfat (BP) dengan inokulasi cendawan mikoriza vesikular-arbuskular (MVA) sebagai teknologi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagian besar penelitian mengenai pemupukan P dan inokulasi cendawan MVA untuk meningkatkan produksi jagung telah dilakukan pada tanah masam . Kata kunci : Jagung, mikoriza, superfosfat, batuan fosfat

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan produksi ternak ruminansia ditentukan oleh kecukupan pakan yang diberikan maupun nilai nutrisinya sesuai kebutuhan . Keterbatasan lahan atau tidak tersedianya lahan khusus untuk budidaya tanaman pakan, maka penerapan sistem integrasi tanaman pangan (jagung) - ternak sebagai salah satu solusinya . Jagung (Zea mays L) selain sebagai salah satu sumber karbohidrat untuk bahan pangan maupun pakan, jeraminya juga dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Namun sebagian besar tanah di

Indonesia yaitu 68% dari total lahan termasuk tanah masam yang dicirikan oleh defisiensi unsur hara P (DIEROLF et at, 2001) . Unsur hara P merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan jagung . Daun jagung menunjuk-kan warna merah keunguan apabila defisiensi unsur hara P . Sedangkan ternak yang keku-rangan fosfor dalam ransumnya, akan menun-jukkan gejala afosforosis antara lain pertumbuhan badan terhambat (kerdil) dan pertumbuhan tulang abnormal (WINKS, 1990) .

Upaya untuk mengatasi masalah defisiensi P pada tanah masam dilakukan dengan pemupukan P .

Terdapat dua sumber pupuk P, selain superfosfat (SP) juga beredar pupuk batuan fosfat (BP) . Pemupukan SP telah lama digunakan secara luas untuk meningkatkan

produksi jagung di lahan tidak subur di Indonesia. Mahalnya harga pupuk SP bahkan langka ketika dibutuhkan oleh para petani, menyebabkan perhatian kini mulai beralih pada penggunaan pupuk BP . Selain harga pupuk BP lebih murah, juga tersedia tambang BP misalnya di Ciamis, Sukabumi, Cirebon, Pati, Tuban dan Magelang . Pupuk SP bersifat larut dalam air, sehingga cepat tersedia dan mudah diabsorbsi oleh akar tanaman . Sedangkan pupuk BP tidak larut dalam air, sehingga lambat tersedia bagi akar tanaman . Namun kelarutan BP meningkat pada tanah masam (KERRIDGE dan RATCLIFF, 1982) . Perlu diterapkan suatu teknologi yang dapat meningkatkan ketersediaan P dari batuan fosfat tersebut misalnya dengan memanfaatkan peran cendawan MVA . Serangkaian hasil-hasil penelitian mengenai peran cendawan MVA dan pemupukan BP dalam meningkatkan produksi jagung pada tanah masam, disajikan dalam tulisan ini . Penerapan teknologi mikoriza dan pemupukan BP juga dapat menekan biaya produksi serta meningkatkan pendapatan asli daerah dengan pendayagunaan tambang batuan fosfat. Inokulasi dengan cendawan mikoriza termasuk teknologi yang murah, ramah lingkungan, mudah cara pembuatan maupun penerapannya di lapang .

(2)

8 8

TANAMAN JAC UNG DAN PUPUK FOSFAT

Jagung manis (Zea mays saccharata) selain sebagai salah satu sumber pangan, jeraminya dapat dimanfaatkan untuk pakan ruminansia . Jerami jagung manis masih hijau segar, karena umur panen lebih awal yaitu 70 hari . Jagung manis perlu dipupuk N, P dan K masing-masing dengan dosis 200 kg N/ha, 150 kg P2 0 5/ha dan 150 kg K20/ha (PALUNGKUN et

al., 2000 ; LUKIWATI dan SIMANUNGKALIT, 2003) . Kadar sulfur dan Se hijauan jagung manis tanpa pemupukan P, masing-masing 0,18% dan 0,24% pada umur 6 minggu (LUKIWATI et al., 2006) .

Tanah masam tidak hanya defisien unsur hara P, tetapi juga dapat mengikat P ketika dilakukan pemupukan P . Fiksasi P adalah proses kimia diikatnya unsur hara P oleh partikel tanah dan menjadi tidak tersedia atau

lambat tersedia bagi tanaman. Walaupun pupuk SP dapat digunakan, namun BP lebih sesuai untuk tanah masam (pH <5,5) dengan dosis 1-1,5 ton BP/ha atau 300-450 kg P 20 5 /ha (DIEROLF et al ., 2001) . Dosis pupuk BP yang digunakan oleh SHARMA et al. (2001) dengan sekali pemberian sebanyak 500 kg P 20 5 /ha untuk masa tanam 5 tahun, menghasilkan produksi jagung rata-rata meningkat 50% lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol .

Pupuk SP selama ini digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi unsur hara P di lahan tidak produktif (LUKIwATi, 2002 ; KASNO et a!., 2006) . Pupuk SP-36 (36% P2 0 5 ) merupakan hasil reaksi antara batuan fosfat dengan asam sulfat, sehingga mudah larut dalam air dan diabsorbsi oleh akar tanaman . LUKIWATI (2002) menunjukkan bahwa produksi biji dan bahan kering (BK) serta kadar protein kasar jerami jagung varietas Bisma lebih tinggi dengan pemupukan SP dibanding dengan pemupukan BP (27%P205) .

LUKIWATI dan SIMANUNGKALIT (2003) menyatakan bahwa produksi BK, serapan N dan P hijauan jagung manis lebih tinggi dengan pemupukan SP dibanding BP . Efisiensi pemupukan P tertinggi dalam menghasilkan produksi biji dan bahan kering jerami jagung, dicapai dengan pemupukan BP maupun SP pada dosis 66 kg P/ha atau 150 kg P 2 0 5 /ha .

Tidak semua dosis pemupukan P yang diberikan dapat diabsorbsi oleh akar tanaman,

sehingga masih terdapat residu pupuk P di dalam tanah . Pengaruh residu masih ada selama beberapa tahun (DIEROLF et al., 2001) .Residu pemupukan P pada dosis 132 kg P/ha masih mampu menghasilkan produksi biji dan bahan kering jerami jagung varietas Bisma lebih tinggi pada periode tanam kedua dibanding tanpa pemupukan P . Meskipun hasil pada periode tanam kedua lebih rendah dibanding pada periode tanam pertama . Pupuk BP menghasilkan produksi biji dan bahan kering jerami jagung setara dengan pupuk SP pada periode tanam kedua (LUKIWATI dan WALUYANTI, 2001) . Demikian juga STOYANOV (2001) menyatakan bahwa residu pemupukan P pada penanaman jagung secara Totasi dengan gandum masih menghasilkan

produksi jagung lebih tinggi dibanding tanpa pemupukan P . BATIONO dan KUMAR (2002) menegaskan bahwa dinamika fosfor dalam tanah sangat komplek, karena melibatkan proses kimia maupun biologi . Menurut JONES (1990) respon terhadap pemupukan P merupakan fungsi dari beberapa faktor misalnya ketersediaan P tanah, bentuk pupuk P yang diberikan, ada tidaknya mikoriza efektif dalam tanah . Oleh karena itu peran cendawan mikoriza vesikular-arbuskular (MVA) sangat penting untuk dimanfaatkan, agar dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P .

Cendawan mikoriza vesikular-arbuskular

Mikoriza vesikular-arbuskular termasuk salah satu tipe mikoriza, sebagai cendawan yang membentuk asosiasi simbiotik mutualis dengan akar tanaman inang dan berperan dalam meningkatkan serapan unsur-unsur hara terutama P . Potensi cendawan MVA tersebut sangat penting untuk diperhatikan dan dimanfaatkan khususnya bagi kepentingan budidaya tanaman pangan di lahan tidak subur . Cendawan MVA terdapat pada hampir semua jenis tanah dan tidak memerlukan tanaman

inang spesifik .

Asosiasi antara cendawan MVA dengan akar tanaman dicirikan oleh adanya struktur vesikel, arbuskel dan hifa internal di dalam akar, serta hifa eksternal dan spora. Vesikel berbentuk kantung,bulat, terminal atau interkalari, terdapat di dalam sel atau antar sel . Fungsi vesikel sebagai tempat penyimpanan

(3)

cadangan makanan . Arbuskel merupakan struktur seperti haustorium dan bercabang banyak, terletak di dalam sel . Fungsi arbuskel sebagai tempat pemindahan nutrisi antara cendawan mikoriza dan tanaman inang . Arbuskel berumur pendek, hanya sekitar 4 hari kemudian mengalami lisis/pecah dan membebaskan P ke tanaman inang (SMITH dan SMITH, 1995) . Hifa eksternal berperan meningkatkan efisiensi tanaman dalam mengabsorbsi dan translokasi unsur-unsur hara dan air tanah . Panjang hifa eksternal mencapai 7 - 10 m/g tanah pada penelitian di pot, sedangkan di lapang mencapai 5 - 50 m/g tanah (ALLEN et al., 1992) .

Penelitian mengenai taksonomi cendawan MVA telah dilakukan sejak tahun 1968 dan berkembang terus serta menunjukkan adanya revisi klasifikasi . Hal ini dilaporkan oleh MORTON dan BENNY (1990) maupun SCHENCK dan PE'REZ (1990), bahwa berdasarkan morfologi spora terdapat 6 genus pembentuk arbuskel dan termasuk dalam ordo Glomales. Genus-genus tersebut adalah Glomus, Sclerocystis, Acaulospora, Entrophosphora, Gigaspora, dan Scutellospora. Empat genus yang disebut lebih awal, selain arbuskel juga membentuk vesikel . Genus Gigaspora dan Scutellospora tidak membentuk vesikel .

Penelitian mengenai identifikasi spesies cendawan MVA dimulai sejak tahun 1988 dan telah ditemukan sebanyak 120 spesies . Setahun kemudian ditemukan sebanyak 126 spesies dan tahun-tahun berikutnya dapat di identifikasi 147 spesies (SCHENCK dan PE'REZ, 1990) dan meningkat lagi menjadi 150 spesies (MORTON dan BENTIVENGA, 1994) di dominasi oleh genus Glomus. Menurut YINGLONG et al. (1998) cendawan Glomus mosseae merupakan spesies MVA yang dominan dan berasosiasi dengan tanaman pangan maupun tanaman hutan.

Cendawan MVA di dalam tanah dalam keadaan dorman (istirahat), dapat di isolasi dengan metoda tuang-saring basah (wet sieving dan decanting) . Selanjutnya dengan bantuan mikroskop stereo dan pipet pasteur atau mikrospatula, spora MVA dapat diambil . Spora MVA tersebut dapat diperbanyak secara dikulturkan pada media tumbuh dengan tanaman inang rumput ataupun legum . Produksi spora cendawan MVA yang berasosiasi dengan tanaman inang dengan

pemupukan BP lebih tinggi dibanding pupuk SP (DODD et al ., 1990). Hasil perbanyakan mikoriza tersebut dapat digunakan sebagai inokulum tanah (crude inoculum), spora maupun inokulum akar. Inokulum tanah masih dapat dipertahankan efektivitasnya selama 3 tahun apabila disimpan dalam kamar dirgin (HOWELER et al., 1987) . Menurut HARDJOSOEWIGNJO et al. (1996), pada suhu penyimpanan 20 °C viabilitas cendawan Glomus mosseae maupun Glomusfasciculatum lebih tinggi dibanding pada suhu kamar . Namun populasi spora MVA menurun apabila digunakan fungisida Mankozeb 80% untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman (LUKIWATI et al., 1998) .

Perkembangan kolonisasi MVA dimulai dengan pembentukan suatu appresorium pada permukaan akar oleh hifa eksternal yang berasal dari spora atau akar bermikoriza di dalam tanah . Hifa dari appresorium kemudian menembus sel-sel epidermis dan menjalar diantara sel (interseluler) maupun di dalam sel (intraseluler), menembus korteks tetapi tidak meluas ke endodermis ataupun stele. Tiap spesies tanaman dapat mengendalikan luasnya kolonisasi dan aktivitas cendawan MVA dalam sistem perakaran segera setelah mikoriza mantap perkembangannya . Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan asosiasi akar tanaman dengan mikoriza dapat ber-pengaruh terhadap fungsi simbiotik tersebut . Pertumbuhan dan fungsi mikoriza tergantung pada suplai karbon sebagai derivat fotosintesis dari tanaman inang (AZCON-AQUILAR dan BAGO, 1994) . Keberhasilan inokulasi cendawan MVA di lapang antara lain ditentukan oleh potensi dan efektivitas spora MVA indigenous maupun yang di introduksikan serta status unsur hara tanah (LUKIWATI, 2007) .

Interaksi mikoriza-fosfor-tanaman jagung

Akar tanaman legum (Leguminoceae) maupun rumput (Gramineae) dapat berasosiasi dengan cendawan MVA . Mahal dan langkanya pupuk SP ketika dibutuhkan oleh petani, dapat diatasi dengan penggunaan pupuk P yang lebih murah harganya misalnya pupuk BP dikombinasikan dengan inokulasi cendawan MVA . Teknologi mikoriza telah banyak diteliti

(4)

dan berhasil meningkatkan ketersediaan unsur hara P . Sesuai dengan hasil penelitian LUKIWATI dan SIMANUNGKALIT (2001) bahwa pupuk BP dapat menggantikan pupuk SP, apabila BP dikombinasikan dengan inokulasi MVA. Dinyatakannya bahwa kombinasi pemupukan BP dengan inokulasi MVA menghasilkan produksi BK dan serapan P hijauan jagung tidak berbeda dibanding pemupukan SP tanpa MVA. Produksi BK, serapan N dan P tanaman jagung bermikoriza masing-masing meningkat 8, 9 dan 12 kali dibanding tanpa mikoriza . Kombinasi pemupukan P dan inokulasi MVA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, terutama apabila unsur hara P sebagai faktor pembatas produksi tanaman (DODD et al ., 1990) .

Setiap spesies MVA berbeda kemampuan-nya dalam merangsang pertumbuhan tanaman inang . Produksi BK, serapan N dan P hijauan jagung hijauan jagung varietas Arjuna dan hibrida C-1 lebih tinggi lebih tinggi dengan inokulasi Glomus fasciculatum dibanding Glomus manihotis maupun Scutellospora pellucida. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan ukuran spora dan dikaitkan dengan pembentukan hifa eksternal yang berperan dalam efisiensi penyerapan unsur-unsur hara terutama P (LUKIWATI dan SIMANUNGKALIT,

1999) .

Perkembangan penelitian mengenai penerapan teknologi mikoriza dan pemupukan batuan fosfat pada tanaman pangan lebih lamban dibanding pada tanaman kehutanan . Hal ini disebabkan karena terbatasnya informasi mengenai peran cendawan MVA, khususnya dalam upaya perbaikan produksi tanaman pangan maupun kualitas jeraminya yang dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia .

KESIMPULAN

Penerapan teknologi mikoriza dan pemupukan batuan fosfat pada tanah masam dan defisien unsur hara P, dapat menggantikan superfosfat dalam upaya meningkatkan produksi jagung dan kualitas jerami serta menekan ketergantungan terhadap pupuk superfosfat . Teknologi mikoriza murah, ramah lingkungan dan mudah cara pembuatan maupun penerapannya di lapang .

90

DAFTAR PUSTAKA

ALLEN MF, WEINBAUN B, MORRIS Si, and ALLEN EB . 1992 . Techniques for following the hyphae of VA mycorrhizal fungi . Di dalam : Programme and Abstracts . The International Symposium on Management of Mycorrhizas . In Agriculture, Horticulture, and Forestry . Perth . Western Australia . 28 Sept . -2 Oki . 1992 . Pp .24-25 .

AZCON-AQUILAR C, and BAGO B . 1994 . Physiological characteristics of the host plant promoting an undisturbed functioning of the mycorrhizal symbiosis . Di dalam : Proc . Impact of Arbuscular-mycorhizas on Sustainable Agriculture and Natural Ecosystems . Switzerland . pp .47-60 .

BATIONO A, and KuMARAK . 2002 . Phosphorus use efficiency as related to sources of P fertilizers, rainfall, soil, crop management, and genotypes in the West African semiarid tropics . Di dalam : Food Security in Nutrient-Stressed Environments : Exploiting Plant's Genetic Capabilities . Kluwer Academic Publishers . Printed in Netherlands . pp. 145-154 .

DIEROLF T, FAIRHURST T, and MUTERT E . 2001 . Soil fertility kit . A toolkit for acid, upland soil fertility management in Southeast Asia . First edition . Printed by Oxford Graphic Printers . 149 p .

DODD Jc, ARIAS I, KOOMEN I, and HAYMAN Ds . 1990 . The management of populations of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi in acid-infertile soils of a savanna ecosystem . 1 . The effect of pre-cropping and inoculation with VAM-fungi on plant growth and nutrition in the field . Plant and Soil . 122 : 229-240 . HARDJOSOEWIGNJO S, LUKIWATI DR, FAKUARA Y,

ANAS 1, SASTRADIPRADJA D, RAMBE A, and WIRADARYA T . 1996 . Pengaruh mikoriza vesikula-arbuskula dan pupuk batuan fosfat terhadap produksi dan nilai nutrisi hijauan leguminosa makanan ternak. Laporan Penelitian Hibah Bersaing U1 - 114 Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 1992/1993-1995/ 1996 . Kontrak Nomor 004/P4M/LPPM/95/ PHBI/4/1995 . DP4M Ditjen Dikti . Depdikbud . Fakultas Peternakan IPB . Bogor.

HOWELER, RH ., E . SIEVERDING and SAIF S . 1987 . Practical aspects of mycorrhizal technology in some tropical crops and pastures . Plant and Soil . 100 : 249-283 .

JONES RJ . 1990 . Phosphorus and beef production in northern Australia. 1 . Phosphorus and pasture productivity. Trop . Grassld . 24 : 131-139 .

(5)

KASNO A ., D. SETYORINI dan E . TUBERKIH . 2006. Pengaruh pemupukan fosfat terhadap produktivitas tanah inceptisol dan ultisol . Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia . 8(2): 91-98 .

KERRIDGE, PC . and D . RATCLIFF . 1982 . Comparative growth of four tropical pasture legumes and guinea grass with different phosphorus sources . Trop . Grassld . 16(1) : 33-40 . LuKIWATi, DR. 2002 . Effect of rock phosphate and

superphosphate fertilizer on the productivity of maize var. Bisma. Di dalam : Proc . of International Workshop Food Security in Nutrient-Stressed Environments : Exploiting Plant's Genetic Capabilities . International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT) Patancheru, India . 27-30 September. Kluwer Academic Publishers . Nederland . Pp . 183-187 .

LUKIWATI, DR. 2007 . Dry matter production and digestibility improvement of Centrosema pubescens and Pueraria phaseoloides with rock phosphate fertilization . Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia . 9(1) : 1-5 .

LuKIWATI, DR. dan RDM . SIMANUNGKALIT . 1999. Peningkatan produksi bahan kering, serapan N dan P hijauan jagung dengan inokulasi cendawan mikoriza arbuskular . Abstrak . Pertemuan Ilmiah Tahunan, Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia, Cabang Sumatera Barat, Padang 2-3 Agustus . hlm.32 .

LUKIWATI, DR. dan RDM. SIMANUNGKALIT . 2001 . Improvement of maize productivity with combination of phosphorus fertilizer from different sources and vesicular-arbuscular mycorrhizae inoculation . Di dalam : Proc. of International Meeting "Direct Application of Phosphate Rock and Related Appropriate Technology-Latest Developments and Practical Experiences . IFDC/MSSS/ESEAP . Kuala Lumpur, Malaysia 16-20 July. him . 329-333 .

LUKIWATI, DR . dan RDM . SIMANUNGKALIT . 2003 . Produksi dan nilai nutrisi hijauan jagung manis (Zea mays saccharata) dengan pemupukan fosfat dan inokulasi mikoriza pada kondisi tanah berbeda . Jurnal Litbang Propinsi Jawa Tengah . 1(3) :168-174 .

LUKIwATI, DR ., N. NURHIDAYAT dan SH. WINARBIE . 2006 . Peningkatan kadar sulfur dan selenium hijauan Zea mays saccharata oleh pemupukan fosfor dalam suspensi fermentasi Acetobacter-Saccharomyces . Jurnal Pembangunan Pedesaan . 6(2) : 128-132 .

LUKIWATI, DR., SUPRIYANTO dan S. NURDYAHANINGRUM . 1998. Nilai nutrisi hijauan legum pakan dengan inokulasi Glomus mosseae dan Glomus etunicatum pada tiga level fungisida . Di dalam : Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan, Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Lampung, Lampung. 14-15 Desember. hlm .33-40 . LUKIWATI, DR. dan R. WALVYANTi. 2001 . Response

of maize to the residual effect of phosphorus fertilization in Latosolic soil . Collection of Summaries . 37' Croatian Symposium on Agriculture with an International Participation. Opatija-Croatia, 19-23 February. hlm .183 .

MORTON, JB . and GL . BENNY. 1990 . Revised classification of arbuscular mycorrhizal fungi (Zygomycetes) : A new order, Glomales, two new suborders, Glomineae and Gigaspo-rineae, and two new families, Acaulospo-raceae and Gigasporaceae, with an emendation of Glomaceae . Mycotaxon. 37 : 471-491 .

MORTON, JB . and SP. BENTIVENGA. 1994 . Levels of diversity in endomycorrhizal fungi (Glomales, Zygomycetes) and their role in defining taxonomic and non-taxonomic groups . Didalam : Proc .of an International Symposium on Management of Mycorrhizas in Agriculture, Horticulture and Forestry . Kluwer Academic Publishers . London. hlm .47-59. PALUNGKUN, R. dan A . BUDIARTI . 2000 . Sweet Corn

Baby Corn . Cetakan ke-6 . Penebar Swadaya. Jakarta .

SCHENCK, NC . and Y . PE'REZ . 1990 . Manual for the Identification of VA Mycorrhizal Fungi. 3' ed. Synergistic Publications . Gainesville, Florida.

SHARMA, PK., SK . BHARDWAJ, and HL . SHARMA. 2001 . Long-terma studies on agronomic effect-tiveness of African and Indian phosphate rocks in relaton to productivity of maize and wheat crops in mountainb acid soils of Western Himalayas (India) . Di dalam : Proc .of International Meeting "Direct Application of Phosphate Rock and Related Appropriate Technology-Latest Developments and Practical Experiences . IFDC/MSSS/ ESEAP . Kuala Lumpur, Malaysia 16-20 July . hIm. 322-328 .

SMITH, FA . and SE . SMITH . 1995 . Nutrient transfer in vesicular-arbuscular mycorrhizas . A new model based on the distribution of ATP uses on fungal and plant membranes . BIOTROPIA, 8 :1-10.

(6)

STOYANOV, I . 2001 . Systemati mineral fertilization of maize, cultivated in a 4-field crop rotation . Di dalam : 37th Croatian Symposium on

Agriculture with an International Participation . Collection of Summaries . Opatija, Croatia 19-23 February . p .195 . WINKS, I. 1990 . Phosphorus and beef production in

Northern Australia . 2 . Responses to phos-phorus by ruminants a review . Trop . Grassid. 24 :140-158

92

YINGLONG, C ., G . MINGQIN, W . FENGZHEN, C . YU, Z. MEIQING, B . DELL, and N . MALAJCZUK . 1998. Diversity putative ectomycorrhizal fungi and arbuscular mycorrhizal fungi in Eucalyptus plantations in Southern China . Di Dalam: Proc .of Guangzhou ACIAR International Workshop . Guangzhou-China, 31 August - 6 September . pp .21-28 .

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Huda mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti Jawa yang merupakan akumulasi dari cipta-rasa- karsa yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah

PKuM yang telah diselenggarakan meliputi PKuM rintisan yaitu PKuM yang dilaksanakan di Dea Gemawang, Kab. Semarang, dan dua PKuM pengembangan yang dilaksanakan di Desa

Based on the research using Clue Game towards students‟ Grammar Mastery at the second semester of the eighth class of MTs Negeri Kalianda, Lampung Selatan in 2013/2014,

(3) Arsip yang tercipta pada lembaga negara, pemerintahan daerah, dan perguruan tinggi negeri yang berkaitan dengan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Pada penelitian ini, metode Adaptive Neuro fuzzy inference system (ANFIS ) yang merupakan gabungan jaringan syaraf tiruan dan teori fuzzy diterapkan untuk

Pengelompokan Berdasarkan Nilai Investasi (NI) Pengelompokan berdasarkan nilai investasi dengan menghitung jumlah pemakaian dikalikan harga rata-rata obat selama periode

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literature yang terkait dengan proses pencucian bijih timah menggunakan shaking table serta melakukan pengumpulan data