• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA MOTIF PADA BUSANA TARI KONDAN SUKU DAYAK POMPAKNG KABUPATEN SANGGAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA MOTIF PADA BUSANA TARI KONDAN SUKU DAYAK POMPAKNG KABUPATEN SANGGAU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKNA MOTIF PADA BUSANA TARI KONDAN

SUKU DAYAK POMPAKNG KABUPATEN SANGGAU

Fitri Febrianti Puji Lestari, Ismunandar, Imma Fretisari

Program Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Email : [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna motif pada

busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng dan mendeskripsikan peran busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Hasil analisis data dari penelitian adalah bahwa di dalam busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng terdapat dua motif inti dan dua motif tambahan dimana masing-masing motif tersebut memiliki makna yang tidak selalu berhubungan baik kepada sesama manusia akan tetapi juga kepada Tuhan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan dalam mata pelajaran Seni Budaya kelas VIII semester I serta dapat menjadi referensi bagi peneliti yang akan mengambil penelitian mengenai makna motif pada busana tari.

Kata kunci : makna motif, busana Tari Kondan

Abstract: This research aims to describe meaning of motive in Kondan

Dance costume Dayak tribe Pompakng and to describe the role of traditional Kondan Dance costume Dayak tribe Pompakng. Researcher used descriptive analytic method in this study. The result of data analysis is that in dance Kondan of costume there are two special motive and two additional motive where each in mentioned motive not have meaning to always good corresponded with human fellow but with God too. The result of this research are expected to be implemented in a cultural art lesson on Senior High School VIII grade first semester and it can be refrences for further analysis about meaning of motive dance costume.

Keywords: meaning motive, Kondan Dance of costume

ada Tari Kondan ini terdapat busana adat, yang digunakan dalam kegiatan adat sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat setempat. Pada peristiwa pertunjukan Tari Kondan, yang berkaitan dengan ritus sosial bersangkutan, busana adat tersebutlah yang juga biasa dipakai sebagai busana adat sekaligus sebagai busana tari. Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah seorang narasumber yang bernama Iwan Supardi (49), dimana merupakan masyarakat yang pernah menyaksikan dan terlibat langsung dalam penyajian Tari Kondan mengatakan bahwa busana yang digunakan pada Tari Kondan pada awalnya ialah busana yang hanya dengan memakai bahan dasar keseluruhan kapuak atau biasa disebut kulit pohon.

Semakin berkembangnya zaman, busana yang masih sangat tradisi dan sederhana itu berubah. Busana yang digunakan yaitu dengan memakai baju

P

(2)

2 kemban untuk wanita dan baju keseharian biasa untuk pria, serta sudah berbahan kain. Masuk ke tahun 70-an busana yang digunakan pada Tari Kondan pun berubah kembali yaitu busana yang sudah agak moderen dapat dikatakan begitu karena busana yang digunakan sudah berbahan dasar kain dari ikat kepala sampai bagian bawahan busana, di setiap tepian busana juga terdapat hiasan tambahan serta pada busana Tari Kondan ini hanya sedikit perbedaan pada bagian bawahannya yaitu untuk pria memakai celana yang panjangnya sampai ke lutut sedangkan wanita memakai rok yang panjangnya sampai ke lutut juga.

Mengenai motif-motif yang ada pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng sampai saat kini masih belum adanya kejelasan baik dalam segi bentuk, warna, ukuran, serta gambar motif. Seiring dengan pergeseran Tari Kondan yang tidak lagi dilaksanakan pada saat-saat siklus bercocok tanam tetapi dilaksanakan hampir disetiap pesta-pesta, gawai, atau keramaian (misalnya Nosu Minu Podi, pesta pernikahan, kemerdekaan peresmian gedung, penerimaan tamu) sehingga nilai-nilai asli dari Tari Kondan tidak nampak lagi.

Pada saat sekarang ini baik penggarap ataupun pelaku seni jarang adanya yang mengetahui struktur busana tari atau adat suku Dayak Pompakng. Hal lain yang mendorong dalam penelitian ini adalah keingintahuan terhadap busana tari atau adat suku Dayak Pompakng itu sendiri terlebih lagi pada motif yang ada pada busana tersebut, serta kenyataan lain bahwa sejauh ini belum ada dimilikinya data lengkap mengenai makna motif baik dari segi bentuk, warna, dan ukuran pada busana tari atau adat suku Dayak Pompakng yang dapat dijadikan informasi dan bahan pengolahan untuk menanamkan nilai sosial budaya yang ada di daerah tersebut.

Pengetahuan tentang motif yang ada pada busana tersebut belum disahkan secara tertulis dan belum adanya dibukukan, namun sampai sekarang ini penyampaiannya hanya berlangsung dalam bentuk lisan. Adapun secara tertulis namun yang disampaikan atau disajikan tidak merinci karena hanya menjelaskan ciri-ciri busana tari atau adat dari suku Dayak Pompakng. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, maka peneliti mengangkat judul penelitian yaitu “Makna Motif pada Busana Tari Kondan Suku Dayak Pompakng di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau”.

Berger (2010:245), “Bahwa makna bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh suatu tanda karena dirinya sendiri; melainkan, makna berasal dari hubungan-hubungan, dari konteks di mana tanda yang dimaksud didapat. Namun terkadang makna tersebut tidak selalu jelas atau tidak selalu terbukti, dan kenyataannya ada. Bila kita berkutat dengan suatu teks, kita harus menyisihkan bermacam-macam pasangan oposisi yang memberi arti pada teks tersebut. Sebagaimana benda yang mempunyai arti tersembunyi sehingga bila kita menyisikan arti-arti tersembunyi itu maka kita akan menemukan arti dari teks tersebut. Kemudian suatu arti muncul dari hubungan-hubungan yang sangat penting dari sebuah konsep yang dapat menegaskan artinya serta pengertian itu berkaitan dengan istilah-istilah suatu objek.” Kasiyan (2014:22), “Motif merupakan suatu bentuk yang menjadikan pangkal tema dari sesuatu karya ragam hias. Motif merupakan pangkal untuk membentuk suatu pola, baik dibentuk dari unsur garis maupun suatu bentuk

(3)

3 figure.” Motif ragam hias atau motif hiasan adalah bermacam-macam hiasan atau motif yang dipadupadankan dengan beraneka benda, media, dan teknik.

Motif yang ada pada busana Tari Kondan juga termasuk motif ragam hias primitif, karena menurut Kasiyan (2014:57), “Motif ragam hias primitif ini merupakan motif yang diciptakan pada zaman purba atau zaman primitif yang memiliki ciri-ciri umum dari seni ornamen primitif adalah sederhana, tegas, kaku, cendrung bermotif geometris, goresan, spontan, kadang kalanya mengandung makna simbolik tertentu.” Mengenai busana yang digunakan dalam Tari Kondan. Peneliti membahas busana yang berkaitan dengan adat bagi masyarakat Dayak. Maksud busana adat disini adalah busana yang digunakan dalam kegitan adat sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat setempat. Beberapa tari tradisi juga memiliki ketentuan dengan kebutuhan pertunjukan tersebut. Ada beberapa tari tradisi yang memiliki ketentuan tentang jenis atau desain busananya, bahannya, warnanya, dan demikian juga dengan aksesoris (perlengkapan, hiasan) lainnya.

Suku Dayak Pompakng ini merupakan salah satu sub suku Dayak yang berada di wilayah administratif Kecamatan Kapuas yang jaraknya kurang lebih 265 kilometer dari Kota Pontianak. Bahwa pada umumnya lokasi pemukiman suku Dayak Pompakng terletak di pinggiran pantai sungai besar (Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam). Oleh karena itu, mereka menyebut diri Orang Pompakng, yang kemudian dikenal sebagai suku Dayak Pompakng. Suku Dayak Pompakng adalah suku Dayak yang bermigrasi dari Borakng dan Kamokng yang terjadi sekitar 300 tahun yang lampau.

Tari Kondan merupakan salah satu tari tradisional yang berfungsi sebagai tari hiburan masyarakat Dayak di Kabupaten Sanggau.Tari Kondan memiliki gerak yang lincah penuh dengan riang gembira mereka mencurahkan kegembiraan lewat langkah dan gerak. Penampilan Tari Kondan ini juga disertai dengan nyanyian lagu berupa balas pantun saling bergantian sambil para penari menari membuat bentuk lingkaran. Tari Kondan ini banyak disukai oleh kalangan tua maupun muda-mudi karena musik, lagu, dan langkah gerak tari mudah untuk dilakukan dengan gerak yang sederhana dan musik dan lagu yang didengar sangat sederhana. Alat musik yang digunakan dalam Tari Kondan ini adalah alat musik tradisional Dayak yang sederhana, yaitu kanong, seperangkat gamal, dan ketebung.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif analitik adalah peneliti ingin mendeskripsikan makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng Kabupaten Sanggau secara tertulis. Ratna (2010:336), berpendapat:

Metode deskriptif analitik dengan demikian adalah metode dengan cara menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara secara bersama-sama maka diharapkan objek dapat diberikan secara maksimal. Metode deskriptif lebih banyak berkaitan dengan kata-kata, bukan angka-angka, benda-benda budaya apa saja yang sudah diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tulisan.

(4)

4 Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif. Penelitian kualitatif interpretatif adalah sebuah metode penelitian yang berhubungan dengan lingkungan sosial budaya yang dimana peneliti mencoba memahami makna suatu objek berdasarkan kenyataan yang didapat dari hasil penelitian. Alasan peneliti menggunakan bentuk kualitatif interpretatif dalam penelitian ini adalah peneliti mendeskripsikan makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng Kabupaten Sanggau secara tertulis. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi.

Pendekatan fenomenologi adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak. Pada penelitian kualitatif, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu, teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi yang di mana semua informasi didapatkan dari beberapa teknik tersebut. Teknik menguji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dengan cara (teori, metode, teknik), dan waktu.

Stainback (dalam Sugiyono, 2013:328), “Tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.”Maka secara tidak langsung peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu peneliti mengecek kredibilitas data dari berbagai teknik pengumpulan data dan dari beberapa sumber data yang sudah ada.

Pada penelitian ini cara yang digunakan oleh peneliti adalah dengan cara triangulasi sumber dengan maksud untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama untuk menganalisis makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng Kabupaten Sanggau. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa tema kultural, dimana berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan yaitu makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.

Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menganalisis data sebagai berikut.

1. Menganalisis dan menginterprestasikan makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.

2. Menganalisis dan mengaitkan peran makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.

3. Menganalisis dan mengaitkan makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dengan rancangan implementasi yang nantinya akan diimplementasikan di sekolah.

4. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.

5. Menyimpulkan hasil penelitian mengenai makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.

(5)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Melalui teknik triangulasi sumber, maka penelitian ini dapat diselesikan. Maka dari itu diperolehlah hasil penelitian yang mendeskripsikan makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng dan peran busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng. Busana Tari Kondan ini pada dasarnya memiliki beberapa motif yang berbeda-beda. Motif ragam hias yang digunakan pada busana Tari Kondan memiliki beberapa bentuk, diantaranya yaitu bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk hewan, dan ragam hias dalam bentuk manusia. Oleh sebab itu, setiap ragam hias yang digunaka pada busana Tari Kondan memiliki arti dan fungsi tertentu serta penggunaan dari beberapa ragam hias memiliki maksud tertentu juga yang melatarbelakangi kehidupan mereka. Dari hasil penelitian yang didapat pada zaman dulunya itu orang tua yang ada di Desa Lintang Kapuas tidak mengharuskan untuk mesang tato pada tubuhnya.

Dengan kata lain, motif-motif yang didapatkan itu adalah memang benarnya hasil dari lingkungan sekitar. Motif-motif tersebut terdiri dari Pucuk Rebung, Pucuk Pakis, Mata Punai, dan motif Buau Bekajau. Motif-motif tersebut lah yang biasanya digunakan pada busana Tari Kondan serta gambar motif pada busana Tari Kondan tersebut masing-masingnya mengikuti apa yang ada di lingkungan sekitar baik itu bersumber dari alam ataupun manusia.

Untuk motif Pakis ini peletakannya biasa diletakkan pada busana pria atau wanita, kemudian motif Pakis ini diletakkan di bagian rompi (bojuh), celana pria (slowar), terabai, dan rok wanita (tapeh). Ukuran dan peletakan motif pakis ini apabila diletakkan pada rompi bagian belakang maka besar atau kecilnya haruslah sama dan apabila motif tersebut diletakkan dibagian punggung atas kanan maka motif yang satunya lagi haruslah diletakkan pada bagian punggung atas kiri dengan kata lain peletakannya haruslah sejajar. Oleh karena itu, filosofi untuk motif Pakis adalah tanaman yang dapat dimakan, dipetik maka akan tumbuh kembali apabila dikaitkan dengan manusia setiap manusia itu pasti ada yang meninggal, namun setiap yang meninggal itu pasti ada yang lahir kembali.

Gambar 1

(6)

6 Kemudian pakis adalah tanaman yang apabila dia tumbuh sendiri dia akan tumbang maka dari itu tanaman pakis ada diantara tanaman-tanaman yang lainnya dan tumbuh dengan jumlah yang tidak sedikit itu menggambarkan apabila manusia itu tidak dapat hidup sendiri, mereka harus saling bergotong-royong tidak lepas dari orang lain serta bersama-sama saling melindungi. Karena pada dasarnya manusia juga tidak dapat hidup sendiri. Mengenai motif Pakis untuk bagian pucuknya tersebut haruslah menghadap keatas, hal tersebut mengartikan bahwa kita sebagai manusia adalah mahkluk ciptaan yang harus hormat dan taat akan aturan baik yang tersirat maupun yang tersurat pada Yang Kuasa. Artinya setinggi-tingginya harkat dan martabat atau sekaya-kayanya manusia tetap harus hidup berkiblat pada Tuhan, yaitu sang pencipta. Kehidupan normal manusia selalu berusaha untuk bisa menjadi orang teratas, baik dalam hal kekayaan ataupun tahta dengan upaya bekerja dengan gigih untuk mencapai tujuan.

Motif Pucuk Rebung ini biasanya diletakkan baik di busana pria atau wanita, peletakkannya sama seperti motif Pakis yaitu pada bagian rompi (bojuh), celana pria (slowar), terabai, dan rok wanita (tapeh). Untuk motif Pucuk Rebung biasanya ukuran serta letaknya tidak melebar seperti motif Pakis. Motif Pucuk Rebung ini biasanya lebih diletakkan pada pinggiran rompi (bojuh) baik pria atau wanita. Jika pada celana pria (slowar) dan rok wanita (tapeh) diletakkan pada salah satu sisi celana atau rok dan biasanya juga lebih diletakkan pada bagian ujung bawah. Ukuran yang digunakan untuk motif Pucuk Rebung pun tidak sebesar motif Pakis.

Gambar 2

Motif Pucuk Rebung

Motif Pucuk Rebung juga sama seperti pakis yaitu tanaman yang hidup disekitar suku Dayak dan tanaman ini jika ia hidup tumbuhnya akan ke atas dan akan menjadi tanaman yang rimbun. Filosofinya apabila dikaitkan dengan manusia, yaitu pertama pada dasarnya manusia hidup harus dijalan yang lurus dengan kata lainnya kita hidup sebagai manusia janganlah hidup dengan sifat atau karakter yang buruk, karena hidup manusia itu harus baik dan di jalan yang benar. Kedua, manusia pada dasarnya adalah mahkluk sosial yang dimana manusia bahwasannya sampai kapanpun akan selalu membutuhkan bantuan atau bimbingan dari orang lain baik dilihat dari segi pekerjaan ataupun kehidupan bermasyarakat untuk mendapatkan sebuah hasil yang positif.

Motif Mata Punai adalah bentuk mata yang biasanya terdapat pada ukiran perisai atau anyaman. Akan tetapi jika pada busana Tari Kondan motif ini

(7)

7 diletakkan di bagian depan rompi (bojuh) pria. Mengapa pada busana Tari Kondan juga terdapat motif Mata Punai, itu karena Mata Punai adalah motif yang menggambarkan bahwa manusia itu harus hidup dengan berhati-hati, bahwasannya manusia harus peka melihat sesuatu hal mana yang menurutnya baik dan mana yang menurutnya buruk.

Gambar 3

Motif Mata Punai

Mengapa bentuk Mata Punai harus bulat dan ditengahnya terdapat bentuk bulatan penuh kembali, itu dikarenakan bola mata manusia berbentuk bulat yang analoginya pertama, menggambarkan manusia harus melihat segala sesuatu hal lebih dalam lagi dengan jeli dan cermat, kedua karena bentuk bulat itu adalah simbol dualisme dari wanita oleh karena itu, motif Mata Punai yang diletakkan pada rompi (bojuh) pria menggambarkan sebagai pria maka ia haruslah dapat mengayomi wanita. Begitu pula sebagai wanita haruslah dapat mengimbangi pria, wanita juga harus berdoa atau memohon kepada Tuhan untuk keselamatan dan kemakmuran di dalam keluarganya.

Buau Bekajau merupakan bentuk moitf geometris. Bentuk motif ini diletakkan pada busana pria pada bagian rompi (bajouh) pria baik di bagian depan atau belakang dan ada pula yang diletakkan pada bagian ikat kepala. Motif ini menggambarkan bahwa manusia haruslah menghindar dari sifat-sifat jahat. Dengan kata lain, tidak diperkenankannya manusia untuk berbuat jahat kepada orang lain dan janganlah manusia memiliki rasa dengki terhadap manusia lainnya.

Gambar 4

(8)

8 Tidak dapat kita pungkiri bahwa semakin berkembangnya zaman maka perkembangan di bagian seni khususnya sni tari juga semakin pesat. Pada dasarnya siapa saja yang menari khususnya para pelaku seni yang pastinya lebih memilih busana tari yang lebih indah dan lebih menarik. Maka dari itu busana tari juga sebagai identitas sebuah tarian dan yang pastinya model atau bentuk busana tersebut disesuaikan dengan koreografer agar sesuai dengan konsep garapan tarinya. Di Kota Pontianak sendiri sudah dapat kita jumpai berbagai macam busana tari dari yang lebih sederhana lagi hingga yang lebih sederhana lagi. Oleh karena itu, dengan berbagai macam model busana maka seiring berkembangnya zaman maka busana tari yang digunakan juga ikut berubah.

Untuk busana Tari Kondan itu sendiri pada umumnya tidak terlalu memiliki peran yang sangat khusus. Peran tersebut dapat dilihat dari pergeseran fungsi Tari Kondan. Pertama-tama karena Tari Kondan merupakan sebuah tari pergaulan maka busana tari yang digunakan juga masih sangat sederhana, hal ini terlihat dari model busana yang digunakan serta bahan dasar busana yang digunakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu Tari Kondan tersbut berubah fungsi sebagai tari hiburan, misalnya untuk sebuah acara-acara resmi dan pesta pernikahan. Maka busana yang digunakan juga sudah berganti. Sebenarnya yang namanya Kondan itu walaupun hanya memakai busana keseharian maka kita akan tau mereka itu sedang berkondan. Akan tetapi apabila dikaitkan dengan upacara Nosu Minu Podi tidak berkondan maka serasa kurang lengkaplah upacara tersebut karena pada intinya berkondan itulah yang menjadi inti dari upacara tersebut dan busana yang digunakan pastinya juga ikut terkait. Hal ini dapat dilihat dari makna pada motif yang ada pada busana.

Kemudian, apakah busana Tari Kondan memiliki peran lainnya maka jawabannya iya, karena sesuai dengan keterangan Bapak Aloysius Nedi selaku Kepala Desa Lintang Kapuas busana Tari Kondan ini pada umumnya adalah sebuah pengenal atau identitas bagi suku Dayak Pompakng. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pertama apabila didalam suatu aktifitas masyarakat terdapat Tari Kondan maka biasanya busana keseharianlah yang digunakan. Kedua apabila Tari Kondan ini ditarikan untuk sebuah acara-acara resmi maka busana yang digunakan pastinya busana tari atau busana adat Dayak Pompakng.

Pada penelitian ini, mengeani rancangan implementasi peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan untuk siswa SMP kelas VIII semester ganjil. Pada RPP ini, peneliti memusatkan bahan ajaran materi pembelajaran pada busana Tari Kondan dengan sub fokus pada motif yang terdapat pada busana tersebut. Pertemuan yang dilaksanakan untuk materi yang diangkat adalah 3 pertemuan (9 JP), karena peneliti mengambil Kurikulum 2013.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Juli 2015 sampai dengan 27 Agustus 2015. Sebelum peneliti melakukan penelitian tahap lanjut, sebelumnya peneliti melakukan penelitian tahap awal yang dimana pada penelitian tahap awal peneliti mendapatkan data-data penelitian dari buku referensi dan hasil wawancara dengan pelaku seni yang ada di Kota Pontianak. Selanjutnya peneliti melanjutkan

(9)

9 kembali penelitian tahap lanjut yang dimana peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.

Untuk mendapatkan data-data yang valid, peneliti terlebih dahulu menyiapkan instrumen-instrumen penelitian yang nantinya akan digunakan pada saat di lokasi penelitian, yaitu di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Instrumen-instrumen tersebut, yaitu pertama lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan dalam penelitian makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompkang di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau, dimana lembar observasi ini diajukan kepada objek yang akan diteliti yaitu motif busana Tari Kondan. Kedua, pedoman wawancara adalah lembar kerja yang berisi pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada narasumber yang telah didapat. Isi dari pertanyaan tersebut yaitu mengenai busana Tari Kondan.

Ketiga, pada kegiatan dokumentasi ini peneliti memakai beberapa alat yaitu kamera foto yang digunakan untuk mengabadikan data yang didapat dalam bentuk gambar dan dianggap berhubungan dengan objek yang diteliti agar memperkuat penelitian ini, Camera Digital berguna untuk merekam dan mengabadikan data-data berupa gambar yang berbentuk sejarah. Serta Handycam berguna untuk mengabadikan video kegiatan atau peristiwa yang terjadi pada saat peneliti berada di lokasi penelitian untuk kemudian dianalisis. Buku catatan lapangan berfungsi bebagai media untuk mencatat hal-hal yang diamati pada saat penelitian sedang berlangsung.

Pada dokumentasi tahap awal, untuk mendapatkan data-data awal mengenai makna motif pada busana Tari Kondan peneliti mengumpulkan data-data dari beberapa cara yaitu melakukan wawancara dengan narasumber yang ada di Kota Pontianak dan merangkum data-data dari buku referensi ynag didapatkan dari beberapa tempat, yaitu di Institute of Dayakology Research and Development (IDRD) Kalimantan Barat di Pontianak, Perpustakaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan perputakaan yang ada di Prodi Pendidikan Tari dan Musik. Pada pengambilan data penelitian ini peneliti menggunakan teknik dokumentasi, peneliti berfokus kepada makna motif busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Berdasarkan hasil penelitian tahap awal peneliti banyak menemukan kendala dalam merangkum data-data. Hal tersebut dikarenakan masih sangat awamnya baik pelaku seni tradisional ataupun penggarap seni khususnya pada bidang seni tari yang mengetahui tentang busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng. Pada penelitian tahap awal data yang didapatkan belum terlalu akurat dan dibuktikan kevaliditasannya, sehingga dalam hal ini peneliti diharuskan berperan aktif dalam menganalisis data penelitian yang dituju.

Kemudian pada tahapan kedua atau selanjutnya dokumentasi didapatkan dari hasil wawancara ataupun pengambilan video dan foto dengan narasumber yang ada di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Narasumber yang dimaksud yaitu Bapak Aloysius Nedi selaku Kepala Desa Lintang Kapuas, Elias Wiwit selaku tokoh masyarakat Desa Lintang Kapuas, serta

(10)

10 Mas Kartini, S. Sos, M. Si selaku pelaku seni Tari Kondan dan yang merancang busana Tari Kondan di Kabupaten Sanggau.

Pada pengambilan data, peneliti berfokus pada makna yang terdapat pada busana Tari Kondan baik itu berupa warna, bentuk, ukuran, serta gambar motif yang ada pada busana Tari Kondan. Dokumentasi dilakukan secara langsung, dimana untuk perekaman video peneliti meminta tolong kepada Baliya Tiakh Alqdri sedangkan untuk dokumentasi berupa gambar atau foto peneliti meminta tolong kepada Asby Arief Pansyah, sedangkan untuk hasil berupa tulisan peneliti sendirilah yang merangkumnya. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kegiatan wawacara yang dimana peneliti melakukan tanya jawab secara langsung kepada narasumber. Proses tanya jawab berlangsung secara tak terencana atau dengan kata lain menggunakan pedoman wawancara, peneliti membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara, dan menyusun pokok-pokok itu sebelum melakukan wawancara.

Untuk memudahkannya dalam pengambilan dokumentasi peneliti menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara agar selama berlangsungnya proses dokumentasi peneliti tidak menemukan kendala yang terlalu berat. Tidak lupa juga peneliti menyiapkan alat tulis untuk merangkum apa saja data-data yang sudah didapatkan baik mengenai pokok pembahasan ataupun mengenai hal-hal yang diluar dari pokok pembahasan namun masih berkaitan dengan sub materi yang diteliti. Selain Peran peneliti juga sangat berpengaruh dalam penelitian ini, dikarenakan selain sebagai pendengar dan penyimak peneliti juga ikut serta dalam mempraktekkan Tari Kondan dan memperagakan busana Tari Kondan.

Kemudian dalam penelitian tahap lanjut, peneliti lebih mendapatkan data-data penelitian yang lebih akurat dan valid. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian terdapat beberapa hal yang mempengaruhi mengapa pelaku seni atau penggarap seni tidak mengetahui tentang busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng. Pertama, dikarenakan pengaruh dari pergeseran fungsi dari Tari Kondan yang beralih dari tari pergaulan menjadi tari hiburan. Hal tersebut turut serta mempengaruhi pergeseran fungsi busana Tari Kondan.

Busana yang digunakan pada ritus tari pergaulan masih menggunakan busana keseharian, busana adat yang digunakan sekaligus menjadikan busana tari bagi suku Dayak Pompakng. Akan tetapi pada ritus tari hiburan, busana yang digunakan sudah berubah yaitu lebih menyesuaikan keadaan atau acara tertentu, misalnya pada saat prosesi pernikahan busana yang digunakan adalah busana adat, sedangkan jika pada saat acara hiburan seperti penyambutan tamu kehormatan maka busana yang digunakan adalah busana yag lebih mengarah pada seni pertunjukan.

Kedua, motif yang ada pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng juga dibedakan yaitu adaya motif inti dan motif tambahan pada busana tari. Hal tersebut dikarenakan dari perbedaan makna yang ada pada setiap masing-masing motif. Ketiga, dari hasil penelitian yang didapat dari lokasi penelitian motif yang digunakan oleh suku Dayak Pompakng pada dasarnya hanya terdapat dua motif utama yang digunakan dari zaman dulu hingga sekarang. Kemudian apabila

(11)

11 dikaitkan dengan peran busana maka sesungguhnya busana Tari Kondan yang digunakan pada saat sekarang merupakan efek dari pergeseran fungsi Tari Kondan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dibahas serta hasil dari analisis dan pengolahan data yang dilakukan maka dapat disimpulakan bahwa makna motif pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng di Desa Lintang Kapuas Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau mengandung nilai kehidupan yang pada dasarnya berpegang pada agama serta kehidupan sosial. Makna-makna yang terkandung di dalam busana Tari Kondan tersebut berupa nama, bentuk, warna, dan ukuran dari motif-motif yang ada.kemudian makna-makna yang terkandung di dalam busana Tari Kondan tersebut tidak hanya menjadi busana adat atau tari semata, akan tetapi yang pertama menjadikan ciri khas dari kebudayaan suku Dayak Pompakng, kedua menjadikan pembelajaran mengenai berbusana yang sesuai dengan ajaran agama ataupun sosial. Kemudian, yang terpenting adalah terdapat dua motif utama dan dua motif tambahan yang digunakan pada busana Tari Kondan suku Dayak Pompakng, serta motif yang masih digunakan dari dulunya hingga sekarang adalah motif Pakis dan motif Pucuk Rebung.

Saran

1. Peneliti berharap adanya kerja sama antara pelaku seni, masyarakat, dan Dinas Keudayaan dan Pariwisata dalam melestarikan busana adat atau tari dari Suku Dayak Pompakng. 2. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar baik di sekolah maupun intitut-institut lainnya dan juga dapat menyadarkan bagi para peserta didik maupun remaja agar dapat lebih peka terhadap kebudayaan asli tradisional Kalimantan Barat. 3. Peneliti juga berharap semoga dari penelitian ini untuk penelitian yang selanjutnya yang ingin mengambil penelitian mengenai makna motif ataupun busana dapat menggunakannya sebagai bahan referensi atau bahan acuan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Berger, A. A. 2010. Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. (Cetakan ke-1). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kasiyan. 2014. Ragam Hias Tradisional. (Online). (http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.20%Kasiyan,%20M. Hum/Silabus%20Mata%20Kuliah%20Ragam%20Hias%20Tradisional.pdf ,dikunjungi 7 September 2015).

Ratna, N. K. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(12)

12 Sugiyono. 2013. Metode Peneitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinsi (Mixed

Gambar

Gambar 1  Motif Pakis
Gambar 2  Motif Pucuk Rebung
Gambar 3  Motif Mata Punai

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dalam bentuk pemberian masker kain, hand sanitaizer , poster dan stiker cuci tangan yang diberikan secara langsung pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan safety management system (SMS) dan kompetensi pemandu lalu lintas penerbangan terhadap keselamatan

Fenomena inilah yang memberikan ketertarikan dalam penelitian ini bagaimana wanita muslimah melihat konsep konsumerisme dan gaya hidup ini yang secara sosiologis

Skenario pengujian login berbasis web apakah halaman yang di tampilkan sesuai dengan hasil yang ditampilkan atau tidak, karena login ini sebagai gerbang

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR, dan FACR memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan dan partial terhadap ROA

Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta

[r]

berdasarkan data citra landsat kota yang diambil dari BIOTROP, Lab Dept ARL IPB beberapa tahun sebelumnya tetapi tidak ditunjukkan tingkat akurasi dalam melakukan