• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas hidup penduduk suatu negara. Oleh karena itu, dibeberapa negara, upaya pengembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra berikut perlindungan hukumnya menjadi prioritas utama dalam rencana pembangunan negara yang bersangkutan.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), terutama teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini ternyata mampu menembus batas-batas negara yang paling dirahasiakan. Manusia cenderung maju dengan berkembangnya budaya teknologi (technology of culture). Kini tidak ada sesuatu pun yang dapat disembunyikan oleh seseorang atau suatu negara dengan maksud tertentu guna meraih keuntungan dengan cara-cara yang tidak terhormat atau yang merugikan orang atau negara lain melalui hasil ciptaan yang dilindungi oleh perangkat hukum. Perkembangan IPTEK lambat laun akan mampu mengungkapkan adanya kecurangan yang terjadi selama ini terhadap ciptaan yang bernilai ekonomis.1

Seseorang atau perusahaan mungkin menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan suatu hasil karya kreatif yang akan memperkaya kehidupan manusia. Penciptaan hak milik intelektual juga membutuhkan waktu

1

Ade Maman Suherman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 21.

(2)

yang banyak disamping bakat, pekerjaan, dan juga uang untuk membiayainya. Jika para pencipta karya-karya tersebut tidak diakui sebagai pencipta atau tidak diberi penghargaan, karya-karya tersebut mungkin tidak akan pernah diciptakan sama sekali. Jika tidak ada seseorang pun yang peduli terhadap ciptaan tersebut, maka tidak ada seseorang pun yang akan bersedia menciptakan sesuatu. Mungkin juga tidak akan ada insentif ekonomi untuk penciptaan hasil karya tersebut ataupun insentif pribadi untuk memperoleh pengakuan sebagai pihak yang telah menyumbangkan sesuatu kepada seni, sastra, dan ilmu pengetahuan.2

Perbuatan seperti membajak, meniru, memalsukan, ataupun mengakui sebagai hasil ciptaannya sendiri atas hak cipta orang lain atau pemegang izin dari ciptaan, merupakan perbuatan yang dilarang dan dapat diancam dengan sanksi Dengan banyaknya karya cipta baru yang lahir, maka sangat penting diciptakan suatu aturan yang mengaturnya. Aturan tersebut harus mampu mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang diperoleh pencipta atas ciptaannya. Dengan demikian, orang-orang yang melahirkan suatu ide atau kreativitas yang baru dan menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada akan merasa dihargai oleh karena ciptaannya tersebut dan tidak perlu merasa takut untuk ditiru, dibuat copy-annya secara bebas, dan diproduksi tanpa batas. Untuk dapat menjamin kelanjutan perkembangan hak milik intelektual ini dan juga untuk menghindarkan kompetisi yang tidak layak diperlukan suatu perlindungan yang layak, walaupun dengan perlindungan ini diberikan suatu hak monopoli tertentu kepada pihak pencipta.

2

Asian Law Group Pty. Ltd., Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2006), hlm. 89-90.

(3)

hukum. Perbuatan demikian sangat merugikan masa depan perkembangan iptek dan kepentingan para pencipta yang telah bersusah payah menciptakan suatu penemuan baru demi kepentingan umat manusia. Perkembangan ini menyebabkan semua sektor kehidupan manusia seperti ekonomi, hukum, dan budaya perlu dipacu untuk mengejar ketertinggalannya dalam era persaingan global yang kini semakin diskriminatif, komparatif, dan kompetitif.3

Secara umum, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Hak Cipta dan Hak Milik Industri. Khusus mengenai hak cipta, awalnya terdapat dua aliran sistem hukum yang membentuknya, yaitu sistem hukum common law yang lahir di Inggris, kemudian berkembang serta banyak mendapat pengaruh dari Amerika Serikat dan sistem hukum Eropa continental yang awalnya dianut oleh negara-negara Eropa daratan, seperti Prancis, Belanda, Italia, dan Jerman.

Orang yang menulis buku, musik, atau menciptakan karya seni lain sering melakukan hal tersebut untuk mencari nafkah. Mereka seringkali mengalami keterbatasan dalam hal dana dalam menciptakan sesuatu. Untuk itu, para investor juga mempunyai peran yang sangat penting dalam memajukan teknologi.

4

1. Merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 yang telah dicabut dengan Undang Nomor 19 Tahun 1992 jo.

Undang-Dalam perkembangannya, hak atas kekayaan intelektual telah memiliki beberapa pengaturan di Indonesia, yaitu:

3

Ade Maman Suherman, Op Cit, hlm. 22. 4

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori, dan

(4)

Undang Nomor 14 Tahun 1997. Tahun 2001 telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang mencabut ketentuan Undang-Undang Merek lama.

2. Paten diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997, kemudian dicabut dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 3. Hak Cipta diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang

Hak Cipta sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta, terakhir dicabut dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

4. Persaingan Tidak Sehat, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

5. Desain Industri diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

6. Undisclosed Information/Rahasia Dagang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

7. Topography Right (Semi konduktor) (Tata Letak Sirkuit Terpadu) diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain dan Tata Letak Sirkuit Terpadu.5

Perkembangan pengaturan masalah hak cipta sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik tingkat perkembangan sosialnya maupun tingkat

5

Bambang Kesowo, Kebijakan di Bidang Hak Milik Intelektual Dalam Hubungannya

Dengan Dunia Internasional, Khususnya GATT, Panel Diskusi Bidang Hukum Hak Milik

(5)

perkembangan teknologinya. Materi peraturan perundang-undangan juga harus mengikuti kebutuhan masyarakat, baik menyangkut lamanya perlindungan, jenis bidang yang dilindungi, lingkup cakupan berlakunya ketentuan, maupun sanksi yang diberikan kepada orang yang melanggar ketentuan tersebut.6

Sisi lain yang muncul dari fenomena tersebut adalah kompetisi yang semakin keras yang mengharuskan perusahaan mencari cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan se-efisien mungkin. Negara-negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa mengandalkan supremasi dibidang industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif, sehingga kemudian pada tahun 1990-an dimulailah era Pergeseran dari Era Pertanian, lalu Era Industrialisasi, disusul oleh Era Informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi infokom serta globalisasi ekonomi, telah menggiring peradaban manusia kedalam suatu arena interaksi sosial baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, yaitu Era Industri Kreatif.

Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi, dan pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi infokom, seperti internet, email, SMS, Global System for Mobile communications (GSM) telah menciptakan interkoneksi antar manusia yang membuat manusia menjadi semakin produktif. Globalisasi di bidang media dan hiburan juga telah mengubah karakter, gaya hidup, dan perilaku masyarakat menjadi lebih kritis dan lebih peka atas rasa, serta pasar pun menjadi semakin luas dan semakin global.

6

(6)

ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, yang populer disebut sebagai Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif. Negara-negara membangun kompetensi ekonomi kreatif dengan caranya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang ada pada negara tersebut. Ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri berbasis:

1. lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry); 2. lapangan usaha kreatif (creative industry); atau

3. hak kekayaan intelektual, seperti hak cipta (copyright industry).7

Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk ke dalam kategori industri kreatif, yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video & fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio, serta riset & pengembangan.

Industri kreatif memajukan ide-ide yang dapat dieksploitasi menjadi potensi ekonomi. Dengan demikian, peranan hukum dalam memproteksi ide-ide sangat penting. Proteksi ide-ide dijalankan dengan mekanisme hak kekayaan intektual, salah satunya adalah hak cipta. Namun, harus ditekankan bahwa hak cipta bukanlah poin utama dari industri kreatif, yang lebih penting adalah bagaimana insan Indonesia menggunakan proses kreatif di dalam kehidupan

7

Tim Indonesia Design Power-Departemen Perdagangan RI, Buku 1, Rencana

Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, (Jakarta: Departemen Perdagangan RI,

(7)

sehari-hari, baik secara keilmuan, industri, maupun komersial. Sebisa mungkin industri kreatif di Indonesia juga mampu membangun landasan hak cipta yang bersifat ketimuran yang kuat, karena hak kekayaan intelektual didunia timur banyak berupa nilai-nilai kearifan budaya lokal yang bersifat kebersamaan (togetherness) dan berbagi (sharing).8

Tumbuhnya industri kreatif sangat dipengaruhi oleh iklim yang kondusif bagi kreativitas. Permasalahan yang mendasar di Indonesia adalah tingginya kasus pembajakan yang terjadi dan terutama sangat berpengaruh bagi industri kreatif, seperti musik, penerbitan & percetakan, serta film & video. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa sangat negatif, karena pembajakan ini menjadi disinsentif bagi pelaku industri kreatif, karena mereka tidak menikmati hasil dari jerih payahnya, melainkan orang lain. Hal ini dalam jangka panjang dapat berdampak negatif dengan hilangnya motivasi untuk menjadi penggiat di industri kreatif.9

Bagaimanapun juga, logika mengenai fungsi hak cipta guna mendorong terciptanya hasil karya kreatif sangat sulit untuk diabaikan. Investasi luar negeri dan kepercayaan ekonomi atas negara ini sangat bergantung kepada Filosofi pentingnya diberikan perlindungan hukum terhadap hak cipta bukan hanya didasarkan pada teori hukum alam, tetapi juga menekankan prinsip-prinsip ekonomi, maka perlindungan hak cipta sangat dibutuhkan dalam rangka untuk memberikan insentif bagi pencipta untuk menghasilkan karya ciptanya. Ada gairah untuk mencipta, maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8

Ibid., hlm. 53. 9

(8)

keefektifan penegakan hukum atas karya kekayaan intelektual. Keuntungan atas usaha penegakan tersebut perlu diperhatikan karena akan memberikan perlindungan kepada para pencipta, artis, dan pelaku lainnya di Indonesia. Namun, dalam konteks negara berkembang seperti Indonesia, penerapan hukum hak cipta mungkin akan terlihat tidak adil atau malahan dapat menghambat pertumbuhan sosial dan ekonomi.10

10

Asian Law Group Pty. Ltd, Op. Cit., hlm. 92.

Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

Ciptaan yang benar-benar baru dan unik memiliki potensi untuk didaftarkan hak ciptanya. Apabila hasil ciptaan telah didaftarkan hak ciptanya, maka kreasi tersebut dapat dieksploitasi potensi ekonominya semaksimal mungkin tanpa takut ditiru oleh orang lain.

Suatu hak cipta terkenal biasanya tidak dapat lepas dari tindakan pelanggaran hak kekayaan intelektual, apabila suatu hak cipta telah terdaftar dalam Daftar Umum Hak Cipta di kantor hak cipta, maka apabila terjadi pelanggaran terhadap suatu hak cipta, pemilik yang sah dapat mengajukan tuntutan melalui jalur hukum. Jalur hukum yang bisa ditempuh adalah jalur hukum pidana atau jalur hukum perdata dengan jalan tuntutan ganti kerugian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu skripsi berjudul

(9)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, penulis memilih beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain:

1. Bagaimana perlindungan hak cipta bila dikaitkan dengan industri kreatif? 2. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta dalam industri kreatif? 3. Bagaimana kasus-kasus pelanggaran hak cipta dalam industri kreatif?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Mengetahui Perlindungan Hak Cipta bila dikaitkan dengan Industri Kreatif. 2. Mengetahui bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Cipta dalam Industri Kreatif. 3. Mengetahui kasus-kasus Pelanggaran Hak Cipta dalam Industri Kreatif.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Secara Teoritis

Kiranya kehadiran skripsi ini mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi ini, hingga pada akhirnya skripsi ini nantinya dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hak cipta di

(10)

Indonesia, khususnya bila dikaitkan dengan industri kreatif. Kiranya skripsi ini juga mampu memenuhi hasrat keingintahuan para pihak yang ingin ataupun sedang mendalami pengetahuan mengenai hak cipta, baik itu mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat luas.

2. Secara Praktis

Manfaat dari skripsi ini adalah agar para pelaku Industri Kreatif dapat mengetahui hak-hak (perlindungan hukum) seperti apa saja yang dapat dipakai atau dimanfaatkan oleh pencipta atau pelaku industri terhadap keberadaan suatu karya cipta pada Industri Kreatif.

E. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul “Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap

Industri Kreatif di Indonesia”, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran

terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 22 Mei 2012 (terlampir) menyatakan ada beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan. Adapun judul skripsi tersebut antara lain:

1. Aspek Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Atas Desain Industri (disusun oleh Siswanto/990200168).

2. Tinjauan Yuridis Pelanggaran Hak Cipta dan Penegakan Hukumnya (disusun oleh Aprina Rosalin Ginting/010222023).

(11)

3. Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dalam Menunjang Industri Musik di Indonesia (disusun oleh Hengky Pardede/030200243).

4. Aspek Hukum Hak Cipta Karya Tulis Dalam Ruang Lingkup Hak Milik Intelektual (disusun oleh Karta Wahyudi/920200124).

5. Perlindungan Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka World Trade Organization (WTO) (disusun oleh Dia Sari Ritawati/020200210).

Surat dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H., M.Hum. (Ketua Departemen Hukum Ekonomi) dan Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum. (Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul di atas.

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

(12)

F. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini berkisar tentang Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Industri Kreatif di Indonesia. Adapun Tinjauan Kepustakaan tentang skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain, perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, kedamaian, dan ketentraman bagi segala kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat.11

a. Hukum sebagai pemelihara ketertiban;

Menurut pendapat para ahli, hukum mempunyai empat fungsi, yaitu:

b. Hukum sebagai sarana pembangunan;

c. Hukum sebagai sarana penegak keadilan; dan d. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.12

Intinya, perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh

11

Eko August Sihombing, Skripsi: Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap

Pengangkutan Orang dan Barang dalam Pengangkutan Udara Ditinjau dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm. 9.

12

(13)

subyek hukum dalam negara hukum, berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.13

Perlindungan hukum yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah perlindungan hukum terhadap hak cipta, yang merupakan bagian dari hak atas kekayaan intelektual. Pengembangan hak atas kekayaan intelektual terwujud dalam bentuk kebutuhan akan perlindungan hukum yang bertumpu pada pengakuan terhadap hak atas kekayaan intelektual dan hak untuk atau dalam waktu tertentu mengeksploitasi-komersialisasi atau menikmati sendiri kekayaan tersebut. Selama kurun waktu tertentu orang lain hanya dapat menikmati atau menggunakan atau mengeksploitasi hak tersebut atas izin pemilik hak. Karena itu, perlindungan dan pengakuan hak atas kekayaan intelektual hanya diberikan khusus kepada orang yang memiliki kekayaan tadi, sehingga sering tdikatakan bahwa hak seperti itu eksklusif sifatnya.14

Adanya perlindungan hukum seperti itu dimaksudkan agar pemilik hak dapat menggunakan atau mengeksploitasi kekayaan tadi dengan aman. Pada saatnya nanti, rasa aman itulah yang kemudian menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan orang lain berkarya guna menghasilkan ciptaan atau temuan berikutnya. Sebaliknya, dengan perlindungan hukum pula pemilik hak diminta untuk mengungkapkan jenis, bentuk atau produk, dan cara kerja atau proses, serta manfaat dari kekayaan itu. Ia dapat secara aman mengungkapkan karena adanya jaminan perlindungan hukum. Sebaliknya, masyarakat dapat ikut menikmati dan

13

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hlm. 105.

14

Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual, Aspek Hukum

(14)

menggunakannya atas dasar izin atau bahkan mengembangkannya secara lebih lanjut.15

2. Hak Cipta

Dasar filosofis hak atas kekayaan intelektual adalah alasan ekonomi, bahwa individu telah mengorbankan tenaga, waktu, pikiran, bahkan biaya demi sebuah karya atau penemuan yang berguna bagi kehidupan. Rezim hak atas kekayaan inteletual merupakan sebuah bentuk kompensasi dan dorongan bagi orang untuk mencipta.

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang dimaksud dengan Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya, sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.16

Secara tradisional, hak cipta telah diterapkan ke dalam buku-buku, tetapi sekarang hak cipta telah berkembang luas mengikuti perkembangan zaman

15

Ibid., hlm. 6-7. 16

(15)

dan kemudian mencakup perlindungan atas karya sastra, drama, karya musik dan artistik, termasuk rekaman suara, penyiaran suara film dan televisi, dan program komputer. Hak cipta bagi kebanyakan karya cipta berlaku untuk selama hidup pencpta dan 50 tahun setelah meninggalnya si pencipta. Bagi negara-negara berkembang, fakta bahwa negara-negara maju mengontrol hak cipta atas sebagian besar piranti lunak, produk-produk video, dan musik yang terkenal dengan apa yang dinamakan sebagai budaya global, tidak dapat dihindarkan lagi telah mengakibatkan permasalahan di bidang pembajakan dan impor paralel. Hak cipta yang dimaksud dalam skripsi ini adalah hak cipta yang berkaitan dengan industri kreatif.17

3. Industri Kreatif

Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task force 1998:

“Creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content.”18

Studi pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia tahun 2007-pun menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan

17

Asian Law Group Pty. Ltd, Op. Cit., hlm. 6. 18

(16)

pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.19

Industri kreatif adalah tidak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.20

1. Periklanan

Subsektor yang merupakan industri berbasis kreativitas adalah:

2. Arsitektur

3. Pasar Barang Seni 4. Kerajinan

5. Desain 6. Fesyen

7. Video, Film, dan Fotografi 8. Permainan Interaktif 9. Musik

10. Seni Pertunjukan

11. Penerbitan dan Percetakan

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak 13. Televisi dan Radio

19

Ibid., hlm. 4. 20

(17)

14. Riset dan Pengembangan21

G. Metode Penelitian

Diperlukan metode penelitian sebagai suatu tipe pemikiran secara sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian skripsi ini, yang pada akhirnya bertujuan mencapai keilmiahan dari penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Jenis, Sifat, dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Yuridis Normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan22

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi obyek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.

yang dalam hal ini, adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

23

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan Yuridis Normatif, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma–norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang–undangan.

21

Ibid., hlm. 4-6. 22

Diambil dari Law Education, http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/metode-penelitian-hukum, diakses pada tanggal 1 Juni 2012.

23 Ibid.

(18)

2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian Yuridis Normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun nonkomersial.24

1. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Industri Kreatif.

Data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:

2. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

3. Bahan hukum tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data:

24

(19)

a. Mendokumentasi semua bahan hukum yang terkait dengan penelitian, pada tahap ini penulis mengumpulkan peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah, dokumen, serta makalah yang relevan dengan masalah “Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Industri Kreatif di Indonesia”.25 b. Memilih dan memilah bahan hukum yang paling sesuai dengan topik

penelitian, yaitu yang berkaitan dengan Hak Cipta.

c. Menyusun bahan-bahan yang telah dikumpulkan, pada tahap ini penulis menyusun bahan-bahan yang telah dipilih menjadi sebuah tulisan hukum yang dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. 4. Analisis Data

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya.26

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan:

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

25

Sumardjono, Maria S.W., Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian: Sebuah Panduan

Dasar, (Jakarta, Penerbit: Gramedia, 2001), hlm. 45.

26

(20)

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan dan Penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan, yang semuanya berkaitan dengan Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Industri Kreatif di Indonesia.

BAB II: PERLINDUNGAN HAK CIPTA BILA DIKAITKAN DENGAN

INDUSTRI KREATIF

Pada bab ini, yang menjadi pembahasan adalah Ruang Lingkup Hak Cipta yang membahas seputar Pengertian Hak Cipta, Tujuan Hak Cipta, dan Sifat Hak Cipta; Hak-Hak Yang Dilahirkan Melalui Hak Cipta, yaitu Hak Ekonomi dan Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights); Subyek Hak Cipta berupa Subyek Hak Cipta Secara Umum dan Subyek Hak Cipta Dalam Industri Kreatif; dan bagaimana Keterkaitan Antara Hak Cipta Dengan Industri

(21)

Kreatif yang meliputi Perkembangan Industri Kreatif Di Indonesia, 14 Sub-Sektor Industri Kreatif, dan Perlindungan Hak Cipta Bila Dikaitkan Dengan Industri Kreatif.

BAB III: BENTUK-BENTUK PELANGGARAN HAK CIPTA DALAM INDUSTRI KREATIF

Pada bab ini, yang menjadi pembahasan adalah Pelanggaran Hak Cipta yang meliputi Bentuk-Bentuk Pelanggaran dan Ketentuan Sanksinya, serta Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hak Cipta Dalam Industri Kreatif.

BAB IV: KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DALAM INDUSTRI KREATIF

Pada bab ini, yang menjadi pembahasan adalah Prosedur Mendapatkan Perlindungan Hukum Dan Masa, Tuntutan/Gugatan Atas Pelanggaran yang meliputi Langkah-Langkah Awal Sebelum Mengajukan Gugatan dan Tata Cara Pengajuan Gugatan, Penyelesaian Sengketa, dan Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Cipta Dalam Industri Kreatif.

BAB V: PENUTUP

Pada bab terakhir ini, akan dikemukakan kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis ciptakan dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis tingkat kesepakatan antara tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) perbankan syariah dan analisis kinerja sosial bank Syariah yang tercantum dalam Indeks Pelaporan

Jika berat sampel susu bubuk yang digunakan 1.49 g dalam analisis protein (kjeldahl) dan jumlah larutan NaOH (0.9 N) yang dibutuhkan untuk titrasi sampel adalah 0.28 ml dan

Pada tahap implementasi ini akan menerapkan hasil dari tahap perancangan yang telah dilakukan dan nantinya dicocokan dengan proses pembuatan sistem informasi layanan surat

Selain persaingan yang ketat antar pengembang properti dan jumlah bisnis unit yang harus dipertahankan baik citranya, tantangan lain dalam membangun citra dan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Puskesmas Geger telah melakukan pelayanan dengan baik sesuai dengan komponen prevensi primer yaitu melaksanakan upaya peningkatan

Kehamilan merupakan proses yang ditunggu oleh keluarga, namun pada proses kehamilan muda atau trimester pertama terjadinya perubahan fisik, psikologis maunpun hormon

Faktor yang berpengaruh secara signifikan menurunkan prevalensi balita kurang gizi di Provinsi Jawa Timur yaitu persentase balita yang mendapatkan vitamin A, persentase bayi

1. Daya/kapasitas mesin injeksi kurang. Desain barang plastic injection yang tidak tepat. Ada kesalahan pada desain dan profil dies. Pemilihan material yang tidak tepat. Setting