• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mampu membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

Seseorang yang mengeluarkan zakat, berarti ia telah membersihkan diri, jiwa dan hartanya, membersihkan jiwanya dari penyakit kikir dan membersihkan hartanya dari hak orang lain yang ada dalam hartanya itu. Orang yang berhak menerimanya pun akan bersih jiwanya dari penyakit iri hati, dengki terhadap orang yang mempunyai harta.1

Hubungan dengan Allah telah terjalin dengan ibadah shalat dan hubungan dengan sesama manusia telah terikat dengan infak dan zakat. Hubungan ke atas dipelihara sebagai tanda bersyukur dan berterimakasih, dan hubungan dengan sesama dijaga sebagai tanda setia kawan, berbagai rahmat dan nikmat.2

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

1

Ali Hasan, MasailFiqhiyah,, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 hlm 1

2

(2)

ﺧ

ﹾﺬ ِِﻣ

ﻦ

ﻢ ﺻ

ِﻬ

ﻮِﻟ

ﹶﺍﻣ

ﹰﺔ

ﺪﹶﻗ

ﻢ

ﻫ

ﻬﺮ

ﺗﹶﻄ

ﻢ

ِﻬ

ﱢﻛﻴ

ﺰ

ﻭﺗ

ِﺑﻬ

ﺎ ﻭ

ﱢﻞ ﻋﹶﻠ

ﺻ

ﻢ

ﻴِﻬ

... ( ﺍﻟﺘ

ﻪ : 103)

ﻮﺑ

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian mereka, dengan zakat itu kamu memberikan dan mensucikan mereka dan mendoakan untuk

mereka“(Q.S At-Taubah: 103).3

Zakat mulai disyari’atkan pada bulan Syawal tahun ke 2 Hijriah sesudah pada bulan Ramadhannya diwajibkan zakat dan fitrah, baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan. Akan tetapi kitab Fikhussunah dalam bab zakat menerangkan, bahwa zakat itu sebelum Rasulullah berhijrah ke Madinah sudah diwajibkan secara garis besar yaitu belum terperinci benda-benda apa yang dikenakan zakat dan belum ada kadar nisabnya maupun kadar zakatnya. 4 dan sebagai penguatnya disebutkan sebagai berikut:

ﻭ

ﹶﻛﺎ

ﻧ

ﺖ

ﹸﺔ

ﻀ

ﻳ

ﹶﻓِﺮ

ِﺓ ِﰲ ﹶﺃﻭ

ﹶﻛﺎ

ﺍﻟﺰ

ِﻝ

ِﻡ

ِﹶﻼ

ﺳ

ﹾﺍِﻹ

ﻣ

ﹶﻘﹰﺔ ﹶﻟﻢ ﻳ

ﹾﻄﹶﻠ

ﺪﺩ ِﻓﻴ

ﺤ

ﻬﺎ ﹾﺍﹶﳌﺎ

ﹸﻝ ﺍﱠﻟ

ﻱ ِﹶﲡ

ِﺬ

ﺐ ِﻓﻴِﻪ ﻭ

ﹶﻻ

ِﻣﹾﻘ

ﺪﺍ

ﺭ ﻣﺎ ﻳﻨﹶﻔ

ﻖ ِﻣﻨ

ﻪ ﻭِﺇ

ﺎ ﺗِﺮ

ﻧﻤ

ﻙ ﹶﺫِﻟ

ﻚ

ِﺭ

ﻌﻮ

ﺸ

ِﻟ

ﻴﻦ

ِﻠِﻤ

ﺴ

ﹾﺍﹸﳌ

ﻢ

ِﻬ

ﺮِﻣ

ﹶﻛ

ﻭ

. ﻭ

ِﰱ ﺍﻟ

ﻨِﺔ ﺍﻟﱠﺜ

ﺴ

ِﺔ ِﻣ

ﺎِﻧﻴ

ﻦ

ﹾﺍِﳍ

ﺠ

ﺮِﺓ ﻋﻠ

ﻰ

ﻮِﺭ ﹸﻓِﺮ

ﻬ

ﺸ

ﹾﺍﹶﳌ

ﺽ

ﻫﺎ

ﺭ

ﺪﺍ

ِﻣﹾﻘ

ِﻣ

ﻦ ﹸﻛ

ﱢﻞ ﻧﻮ

ٍﻉ ِﻣ

ﻦ ﹶﺃﻧ

ِﻉ ﹾﺍﹶﳌﺎ

ﻮﺍ

ِﻝ ﻭﺑ

ﺖ ﺑﻴﺎ

ﻴﻨ

ﻧﺎ

ﹰﻼ

ﺼ

ﻣﹶﻔ

Artinya: "Diwajibkan zakat pada permulaan Islam secara mutlak, tidak dibatasi harta wajib di zakati itu, dan juga tidak ditentukan kadar zakatnya, yang sedemikian itu karena soal zakat diserahkan kepada perasaan kaum Muslim dan sifat pemurah mereka".5

3

Departemen Agama al Quran dan terjemahnya, Jakarta: PT Tanjungmas inti Semarang, 1997, hlm 297

4

Syukri Ghazali at.al Pedoman zakat, Jakarta: PT Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1985 hlm 108.

5

(3)

Zakat merupakan suatu perwujudan hidup bermasyarakat dan mengembangkan hidup saling bergotong-royong karena zakat itu dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Jadi sudah jelas bahwa zakat mampu menunaikan fungsinya guna memberantas kemiskinan: dan dalam hal ini penyelesainya memerlukan campur tangan Allah SWT. Seperti dalam Firman-Nya:

ﻭﺍ

ﷲ ُﹶﻓ

ﹶﻞ

ﻀ

ﻢ

ﹸﻜ

ﻀ

ﺑﻌ

ﻋﹶﻠ

ﻰ َﺑﻌ

ٍﺾ

ِﻕ

ﺯ

ﻟﺮ

ﻰﺍ

ِﻓ

( ﺍﻟﻨ

ﻞ : 71)

Artinya: “ Dan melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal

rezeki “.6

Maksud ayat diatas ialah bahwa allah SWT melebihkan sebagian kita dari sebagian yang lain dalam hal rezeki. Dia mewajibkan orang untuk memberika hak yang wajib atau fardlu kepada orang fakir bukan hak yang sekedar pemberian kepadanya .

Mobilisasi pemikiran di Indonesia telah banyak memberikan kontribusi teori pengentasan kemiskinan, namun hasilnya belum memberikan dampak yang produktif bagi perkembangan ekonomi sosial masyarakat. Zakat, merupakan manifestasi cita keadilan sosial berdasarkan keruhaniahamn. Konsep Al-Qur’an surat Al-Ahzab: 21, apa yang disunahkan oleh Rasulullah Saw termasuk penanganan zakat lebih merupakan ketauladanan yang sangat baik untuk dijadikan sumber inspireasi bagaimana tujuan etis dari konsep zakat berupa keadilan sosial dapat digelar dalam kehidupan nyata

6

(4)

Allah SWT adalah pemilik seluruh alam raya dan segala isinya, termasuk pemilik harta benda. Seseorang yang beruntung memperolehnya pada hakikatnya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dijalankan sesuai dengan kehendak Allah SWT7 .

Manusia sebagai pengemban amanat berkewajiban memenuhi ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT baik dalam pengembangan harta maupun dalam penggunaanya. Dan zakat merupakan salah satu ketetapan Allah yang berhubungan dengan harta, harta benda dijadikan Tuhan sebagai sarana kehidupan untuk umat manusia seluruhnya, maka zakat harus diarahkan guna kepentingan bersama 8

Seperti sudah kita ketahui, masalah zakat disebutkan dalam Al-Qur’an serta ringkas seperti halnya sholat, maka secara khusus, Al-Qur’an telah memberikan perhatian dengan memberikan keterangan kepada siapa saja zakat dibagikan. Tidak diperkenankan para penguasa memberikan zakat menurut kehendaknya sendiri dan hasil pengumpulan zakat di daya gunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama, dan orang yang berhak meneriman zakat terbagi 8 asnaf. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah: 60

7

Qurais Shihab, Membumjkan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1999, Cet.ke-20, hlm. 323

8

(5)

ِﺍﻧ

ﻤﺎ

ﺖ

ﺪﹶﻗ

ﺼ

ﺍﻟ

ِﺀ

ﺮﺍ

ﹸﻔﹶﻘ

ِﻟﹾﻠ

ِﻦ

ِﻜﻴ

ﺴ

ﹶﳌ

ﻭﹾﺍ

ﻦ

ِﻣِﻠﻴ

ﻌﺎ

ﻭﺍﹾﻟ

ﻋﹶﻠ

ﻴﻬ

ﹶﻔِﺔ

ﺆﱠﹼﻟ

ﻤ

ﻭﺍﹾﻟ

ﻢ ﻭِﻓ

ﻬ

ﻮِﺑ

ﹸﻗﹸﻠ

ِﺏ

ﹶﻗﺎ

ﺍﻟﺮ

ﻭﺍﹾﻟ

ﻐﺎ

ِﺭِﻣ

ﻴﻦ

ﻭِﻓ

ﻰ ﺳِﺒ

ﻴِﻞ ﺍِﷲ ﻭﺍﺑ

ِﻦ

ِﺒِﻞ

ﺴ

ﺍﻟ

ﻰﻗﻠ

ﹰﺔ ِﻣ

ﻀ

ﻳ

ﹶﻓِﺮ

ﻦ

ﻭﺍ

ﻰﻗﻠ

ﺍُِﷲ

ﻢ ﺣ

ِﻠﻴ

ُﻋ

ﻢ

ِﻜﻴ

( ﺍﻟﺘ

ﻪ :60)

ﻮﺑ

Artinya: “Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak. Orang-orang yang berhutang. Untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah: dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.9 (QS. At-Taubah: 60)

Sebagaimana firman Allah SWT surat at-Taubah: 60 bahwa zakat harus diberikan kepada 8 golongan. Dengan kata lain bahwa gharim merupakan salah satu yang termasuk dalam 8 asnaf tersebut.

Yusuf al Qardawi mempertegas kembali pendapat Imam malik, Syafi’i dan ahmad dalam kitabnya fiqhuz zakah bahwa gharim atau orang yang berutang tersebut terbagi dalam 2 golongan. Masing-masing mempunyai hukumnya sendiri, yaitu pertama orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan dirinya sendiri seperti: untuk nafkah, membeli pakaian, mengobati orang sakit. Melaksanakan perkawinan, membeli perabot rumah dan lain-lain. Kedua orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan masyarakat atau orang lain mereka itu orang-orang yang berutang karena mendamaikan dua golongan yang bersengketa.

Apabila golongan pertama berutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri berhak untuk ditolong dan zakat. Maka mereka yang berutang untuk

9

(6)

kemaslahatan masyarakat tentu lebih utama pula untuk ditolong. Dan apabila golongan pertama tidak berhak untuk diberi kecuali bersama jama’ah maka golongan kedua berhak diberi bagian walaupun keadaannya kaya.10

Ini semua merupakan syari’at dan jalan Islam, ia menolong orang yang mempunyai utang untuk membebaskannya dari belenggu utang. Menghilangkan kebingungannya dan tidak meninggalkannya dalam keadaan jatuh tertumpuk utang serta diketahui kepailitannya. Dan kita tidak mengetahui adanya peraturan selain Islam yang telah menyatakan dalam nash dan aturannya untuk menutup utang orang yang berutang serta menjadikannya sebagai ketetapan yang dipastikan Allah.

Utang itu tidak hanya membahayakan pribadi dan ketentraman orang yang berutang saja, tetapi juga membahayakan bagi akhlak dan perjalanan hidupnya. Dan ini juga diperingatkan oleh hadits Rasul saw, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa Rasulullah saw sering berlindung kepada Allah dari cengkraman utangnya, seperti sabdanya:

ﹶﺍﱠﻟﻠ

ﻬ

ﻢ ِﺍﻧ

ﻰ ﹶﺍﻋ

ﻮﹸﺫ ِﺑ

ﻚ ِﻣ

ﻦ ﹶﻏﹶﻠ

ﺒِﺔ ﺍﻟ

ِﻦ ﻭ

ﺪﻳ

ﺒِﺔ ﺍﻟﻌ

ﹶﻏﹶﻠ

ﻭ

ﺪ

ﺗِﺔ

ﻤﺎ

ﺷ

ﻭ

ِﺀ

ﺪﺍ

ﻋ

ﹶﺍﻻ

“Ya Allah. Aku berlindung kepada-Mu dari belenggu utang, belenggu

musuh dan cercaan musuh”.11

10Yusuf Qardawi, Fiqih Zakat Beirut, Linabon: Muasasah ar-Risalah, 1973, hlm 631.

11

(7)

Dari sifatnya ini, berarti zakat dapat menyelamatkan masyarakat dari kehancuran dan kebinasaan hidup. Dan melalui zakat pula maka hak-hak fakir miskin khususnya gharim akan terpenuhi kebutuhannya. Cara menyelamatkan yang ditetapkan Islam bagi anggota masyarakat dengan sistem zakat itu lebih tinggi dan lebih sempurna serta lebih mencakup bagi kehidupan masyarakat khususnya umat Islam.

Zakat merupakan ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas sosial. Zakat juga bukti pernyataan rasa kemanusiaan, pengikat rasa persaudaraan umat sehingga tidak adanya jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan golongan yang lemah.12

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pendapat Yusuf Al Qardawi terhadap gharim sebagai mustahiq zakat dalam skripsi ini.

B. Rumusan Masalah

Selanjutnya setelah melihat pada latar belakang masalah diatas maka ada beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapat Yusuf Al Qardawi tentang gharim sebagai mustahik zakat ?

12

Institut Management Zakat, Panduan Zakat Praktis, Jakarta: Institut Management Zakat, 2002, hlm 32.

(8)

2. Bagaimana metode istimbath hukum menurut Yusuf Al Qardawi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis selain sebagai persyaratan Formal dalam mencapai gelar kesarjanaan di IAIN Walisongo, juga bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep Yusuf Al Qardawi tentang gharim sebagai mustahik zakat?

2. Untuk mengetahui istimbath hukum yang digunakan Yusuf Al Qardawi tentang pemberian zakat kepada gharim?

D. Telaah Pustaka

Seperti yang telah disebut diatas bahwa penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan menggunakan studi kepustakaan. Disini penulis akan mencoba menghadirkan pendapat Yusuf Al Qardawi yang termuat dalam banyak buku dan kitab. Banyaknya pemikiran para ahli tentang masalah yang diangkat oleh penulis. Telah menarik penulis untuk mengkaji dan mendalami permasalahan diatas, sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang membahas secara spesifik, hanya saja penulis menemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan masalah tersebut, diantaranya:

Nailis Sa’adah dangan skripsinya (th 2004/2005) pada Fakultas Syari’ah jurusan muamalah yang berjudul Guru Ngaji sebagai Mustahiq Zakat (Studi Baziz

(9)

Kabupaten Kudus). Skripsi ini membahas tentang alasan baziz kebupaten Kudus

mentasarufkan zakat kepada guru ngaji dengan ikhlas tanpa mengharap adanya

suatu imbalan dan semata-mata karena Allah SWT dalam memperjuangkan agama Islam. Salah satunya meraih ilmu pengetahuan (Jihad dibidang pendidikan) adalah termasuk sabilillah. Disamping itu guru ngaji mempunyai jasa yang sangat besar dalam rangka memerangi kebodohan dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya khususnya al-Qur’an dan ilmu agama. Dalam skripsi ini belum dijelaskan secara spesifik tetang pemaknaan Kriteria masing-masing mustahiq zakat secara lebih luas dan terperinci, khususnya konsep gharim dari berbagai pendapat dalam arti sempit dan luas.

Siti Qomariyah dengan skripsinya (th 2003) Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Analisis Pendapat Ibnu Taimiyah tetang Pemberian Zakat kepada Keluarga”. Skripsi ini membahas tentang pendapat Ibnu Taimiyah yang membolehkan memberikan zakat kepada kedua orang tua walaupun keatas (kakek, nenek) dan kepada anak walaupun kebawah (cucu) kerena mereka fakir, pada skripsi inipun beda pada pembahasan penulis. Karena skripsi ini lebih menonjolkan zakat pada keluarga.

Ulfa Ariyani dengan skripsinya (th 2004) Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Studi Analisis Pemikiran Yusuf al Qardawi tentang nishab zakat uang” skripsi ini membahas tentang pendapat Yusuf al Qardawi terhadap segala jenis uang. Baik itu uang kertas maupun logam wajib ditunaikan zakatnya.

(10)

Nur Hayati dengan skripsinya (th 2003) Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Analisis terhadap Pandangan Yusuf al Qardawi tentang Haul dalam Zakat Pendapatan” skripsi ini membahas tentang pendapat Yusuf al-Qardawi bahwa konsep zakat sebaiknya harus mengalami orientasi seiring dengan perubahan keadaan, dimana arus pusat perekonomian tidak lagi tertumpu pada sector pertanian atau tradisional, HP mengarah pada sector industri dan jasa, oleh karena itu harta pendapatan dikeluarkan zakatnya ketika itu juga (tanpa menunggu perputaran masa 1 tahun).

Keempat skripsi di atas berbeda dengan skripsi penulis yang berjudul “Analisis Pemikiran Yusuf al Qardawi Terhadap Gharim sebagai Mustahiq Zakat”. dengan demikian skripsi penulis masih berpeluang untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut.

Sedangkan literature yang membahas zakat pada umumnya cukup banyak antara lain; kitab karangan Yusuf Al Qardawi yang berjudul “fikhuz zakah” dalam buku ini zakat dikaji secara luas mulai konsep zakat klasik sampai konsep zakat kontemporer. Salah satu pendapatnya adalah tidak mencegah dan menutup asnaf-asnaf yang lain sebagaiman ditujukan oleh al-Qur’an at-Taubah: 60

E. Metode Penelitian

(11)

Tulisan ini bersifat kepustakaan atau library research yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan kepustakaan atau literature baik berupa buku laporan ataupun catatan hasil penelitian terdahulu. 13

2. Sumber Data.

Dalam skripsi ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.14 Contoh sumber data primer kitab fikhuz zakah Yusuf Al Qardawi

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari pihak lain tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.15 Data ini didapat dari buku-buku karya orang lain yang ada kaitannya dengan data primer. Contoh Hasbi asy Shidieqie Pedomanzakat, Saifuddin Zuhri,

zakatkontekstual, Azhar Bashir, Hukumzakat, dan lain-lain.

3. Analisis Data

a. Content Analisis.

Yaitu data-data yang penulis kumpulkan adalah bersifat deskriptif dan data tekstual yang bersifat fenomenal, maka dalam mengelola data tersebut penulis menggunakan analisis isi, sebagaimana dikatakan Sumadi

13

M Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : Ghalia Indonesia 2002 hlm 11.

14

Rahman el-Yunusi, Laporan Penelitian (Studi Pada BMT Binaan PINBOOK, Kota Semarang), 2005, hlm. 24.

15

(12)

Suryabrata, sebagai content analisis.16 Maksudnya jika analisisnya berupa non statistic maka digunakan data yang bersifat deskriptif dan data ini sering dianalisis menurut isinya karena itu analisis semacam ini juga disebut sebagai analisis isi. Dengan metode penulis akan melakukan analisis data dan pengolahan secara ilmiah tentang gharim menurut yusuf Al Qardawi dalam bab IV.

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi dalam beberapa bab agar pembahasannya dapat tersusun dengan baik dan memenuhi harapan sebagai karya ilmiah. Dan untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka penulis memberikan sistematika beserta penjelasan.

Dalam skripsi ini terdiri dari lima bab penjelasan yang mana satu dengan lainnya saling berkaitan dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

Pada bab I pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II gambaran umum tentang zakat, dalam bab ini berisi: pengertian dan dasar hukum zakat, harta yang wajib dizakati, mustahiq zakat dan hikmah zakat, bab ini merupakan landasan teori yang akan dijadikan acuan dalam pembahasan

16

(13)

Bab III membahas tentang pendapat Yusuf Al Qardawi terhadap gharim sebagai mustahiq zakat yang diawali dengan: Biografi Yusuf Al Qardawi, pendapat Yusuf Al Qardawi terhadap gharim sebagai mustahiq zakat dan istimbath hukumnya

Bab IV mengenai analisis terhadap pendapat Yusuf Al Qardawi terhadap gharim sebagai mustahiq zakat dan analisis terhadap istimbat hukumnya.

Bab V berisikan kesimpulan dan saran, bab ini merupakan akhir dari keseluruhan dalam bab skripsi ini. Dalam bab ini dikemukakan seluruh kajian yang merupakan jawaban dari permasalahan juga saran dan penutup sebagai tindak lanjut dari uraian sekaligus penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil validasi de- sain, validasi alat, uji keberfungsian, respon guru, dan respon siswa terha- dap alat distilasi sederhana berbasis barang bekas hasil

bahwa penyelenggaraan pendidikan di Kota Bandung telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2002, dimana dalam ketentuan Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2)

perhitungan pengaruh tidak langsung dari Insentif dan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Kerja melalui Kinerja menunjukkan bahwa Insentif memiliki pengaruh tidak langsung

Anak, Kementerian Kesehatan RI, Markas Besar Polri, Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Agama RI, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ikatan Pekerja

Pada pengujian ini pengambilan data dilakukan dengan cara menguji turbin angin Savonius dengan profil kurva b = 3,75 cm, b = 5 cm dan b = 6,25 cm pada 5 variasi kecepatan angin

Pembakaran adalah reaksi kimia antara komponen-komponen bahan bakar (karbon dan hidrogen) dengan komponen udara (oksigen) yang berlangsung sangat cepat, yang membutuhkan

Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran pada konsep sistem pernapasan, siswa juga memberikan repon positif terhadap penilaian keterampilan kolaborasi

Berdasarkan Hasil Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam menetapkan hukum aborsi terkait dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang