• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokakarya Fungsional Non Pene/iti DISTRIBUSI ETEC DI BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA Penyebab kolibasilosis neonatal pada anak babi yang utama ialah ETEC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lokakarya Fungsional Non Pene/iti DISTRIBUSI ETEC DI BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA Penyebab kolibasilosis neonatal pada anak babi yang utama ialah ETEC"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENGENDALIAN KOLIBASILOSIS

NEONATAL PADA BABI DENGAN VAKSIN

ESCHERICHIA COLI MULTIVALEN

Nina Kurniasih, Djaenuri dan Supar

Balai Penelitian Veteriner, Bogor

PENDAHULUAN

Escherichia coli merupakan spesies bakteri penghuni normal di dalam saluran pencernakan hewan atau manusia . Bakteri tersebut pertama kali ditemukan oleh Theobold Escherich pada tahun 1885 (Ewings, 1986) . Berpuluh-puluh tahun kemudian bakteri tersebut baru diketahui bahwa serotipe tertentu sangat patogen terhadap manusia dan hewan neonatal . Di Indonesia bakteri ini sudah diketahui menyebabkan kematian anak babi sejak tahun 1932 (Kraneveld, 1932) .

Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) yang mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41 atau 987P menyebabkan diare pada anak babi neonatal . Penyakit yang ditimbulkan oleh ETEC secara umum dinamakan kolibasilosis, sedangkan diare akibat infeksi ETEC sering disebut Cholera like diarrhoea dengan tanda-tanda klinis diare terus-menerus (profuse), tinja encer berwarna putih kekuning-kuningan, dehidrasi dan cepat mati . Penyakit kolibasilosis banyak dijumpai pada peternakan babi tradisional atau peternakan babi komersial dengan prevalensi diare dan kematian yang tinggi menyebabkan kerugian ekonomi (Supar dkk ., 1988, 1989a,b, 1991 ; Supar, 1993, 1994) . Pengobatan kolibasilosis pada umumnya masih mengandalkan penggunaan obat-obatan antibiotika, namun hasilnya tidak baik dan kasus diare dan kematian anak babi tetap tinggi .

Dengan semakin meluasnya tingkat resistensi bakteri ETEC terhadap obat-obatan antibiotika yang dipakai pada peternakan babi maka pengobatan kasus diare neonatal dengan obat-obatan antibiotika tidak efektif lagi (Supar, dkk ., 1990) . Sebaiknya para peternak menggunakan vaksin E. coli multivalen yang mengandung semua jenis antigen perlekatan K88, K99, F41 dan 987P . Dalam hubungannya dengan permasalahan diare pada anak babi yang disebabkan oleh infeksi ETEC, beberapa tahun yang lalu di Balai Penelitian Veteriner, telah diadakan studi pengendalian kolibasilosis dengan vaksin

ETEC . Pada kesempatan ini teknologi pengendalian kolibasilosis dengan vaksin dikemukakan agar diketahui dan dapat diterapkan oleh para peternak guna meningkatkan kesehatan ternak babi .

(2)

Lokakarya Fungsional Non Pene/iti

DISTRIBUSI ETEC DI BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA

Penyebab kolibasilosis neonatal pada anak babi yang utama ialah ETEC yang mempunyai antigen perlekatan atau antigen fimbriae atau pili K88, K99, F41 dan 987P (Supar dan Hirst, 1985 ; Supar dkk ., 1988 ; Supar dkk., 1989a,b, 1991) . Adapun variasi serotipe ETEC dan hubungannya dengan antigen somatik O-serogroups dan distribusinya pada beberapa daerah yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 1 . ETEC K99, F41 bersifat non hemolitik, merupakan penyebab diare awal mulai umur beberapa jam (early onset diarrhoea) . Sedangkan ETEC 987P merupakan penyebab diare awal sampai umur beberapa minggu . ETEC K88 bersifat hemolitik mampu memproduksi 2 macam toksin (LT dan ST) merupakan penyebab diare pada anak babi neonatal sampai pasca sapih . Oleh karena itu diare yang berkaitan dengan ETEC sangat sulit dikendalikan dengan obat-obatan antibiotika .

VAKSIN ETEC UNTUK PENGENDALIAN KOLIBASILLOSIS PADA ANAK BABI

Pengendalian diare akibat kolibasillosis dengan vaksin ETEC menjadi penting artinya dengan semakin meluasnya resistensi ETEC terhadap sediaan antibiotika yang sering dipakai pada peternakan babi . Di samping itu, penggunaan antibiotika secara terus menerus pada ternak akan menaikkan residu antibiotika pada daging atau derivat produk ternak tersebut . Dewasa ini, pengendalian kolibasillosis dengan vaksin ETEC, belum banyak diketahui oleh para peternak .

Pencegahan kolibasillosis atau diare akibat E. coli pada anak babi dapat dilakukan dengan meningkatkan kekebalan pada induk yang bunting . Pada awalnya digunakan vaksin E. coli hidup dengan aplikasi per oral, kemudian kombinasi oral dan injeksi intramuskuler (Vaksin Intagen) pada induk babi bunting 6 minggu dan dibuster pada 2 minggu sebelum partus . Akan tetapi cara vaksinasi ini kurang baik, karena akan terjadi pencemaran agen penyakit di lingkungan peternakan (Tzipori 1985) . Vaksin tersebut belum dipakai di Indonesia, namun dapat diimpor bila diperlukan dengan harga yang sangat mahal bagi peternak tradisional . Oleh karena itu perlu dikembangakan vaksin lokal yang sesuai dengan serotipe di lapangan .

KOMPOSISI VAKSIN ETEC UNTUK BABI YANG COCOK UNTUK INDONESIA

Vaksin ETEC polivalen yang dibuat untuk studi pencegahan neonatal kolibasillosis berdasarkan pada serotipe bakteri yang ada di lapangan . Komposisi vaksin terdiri atas E . coli K88 (0108, 138, 149, 157, E. coli K99 (064 101 )

(3)

Lokakarya Fungsional Non Peneliti

diisolasi dari anak babi penderita diare di peternakan babi komersial (Tabel 1) . Untuk memproduksi antigen perlekatan K99, F41 dipakai media agar Minca+lsovilex (Oxoid) . Sedangkan antigen K88 dibuat pada media agar alkalis dan untuk antigen 987P dipakai media agar darah . Prosedur pembuatan suspensi antigen untuk vaksin mengikuti prosedur yang ditulis oleh Supar dkk . (1988, 1991) . Vaksin dibuat dalam bentuk tidak aktif dan diemulsikan dalam gel alumunium hidroksida (Alhydrogel) dengan konsetrasi akhir 1,5% dan kepekatan sel akhir setara dengan tabung standar MacFarland nomor 10 .

DOSIS DAN APLIKASI VAKSIN

Pada tahap pertama, tiap induk babi bunting divaksin pada umur kebungtingan 70 - 75 hari, dengan dosis 2 - 2,5 ml per ekor. Pada umur kebutingan 100 - 105 hari divaksin lagi (dibuster) dengan dosis seperti pada vaksinasi pertama . Vaksin diinjeksikan di daerah leher pada bagian belakang telinga . Dua minggu sesudah buster, induk babi akan beranak (partus) . Semua anak babi yang dilahirkan dari induk babi yang divaksin diusahakan supaya menyusu pada induknya segera setelah dilahirkan, agar masing-masing anak babi mendapatkan kolostrum secara optimal (Supar dan Hirst, 1990, Supar, 1993, 1994) .

PENGENDALIAN KOLIBASILOSIS DENGAN VAKSIN ETEC DI LAPANGAN

Uji lapang vaksin ETEC multivalen berdasar serotipe E . coli lapangan di bawah kondisi peternakan telah dilakukan di daerah Jakarta, dan Bogor . Baik vaksin yang dibuat ataupun vaksin komersial (impor) terbukti dapat menurunkan kasus diare (Gambar 1) dan menurunkan tingkat mortalitas anak babi sangat nyata (Gambar 2) .

Selama uji coba vaksin di sebuah peternakan babi di Jakarta, kasus diare dan mortalitas anak babi dari kelompok induk yang tidak divaksin tetap tinggi . Baik vaksin ETEC impor ataupun vaksin ETEC BALITVET dapat menekan kematian anak babi secara drastis . Sedangkan efektifitas vaksin ETEC komersial dan vaksin formulasi lokal tidak berbeda nyata .

Hasil reisolasi E. coli dari anak anak babi penderita diare dari kelompok yang tidak divaksin dan yang divaksin dari peternakan G di Jakarta dan peternakan IB di Bogor menunjukkan bahwa empat macam E . coli K88, K99, F41, dan 987P masih dapat diisolasi dari kelompok anak babi yang lahir dari kelompok yang tidak divaksin .

(4)

Tabel 1 . Serotipe ETEC diisolasi dari anak babi pederita diare dan

LokakaryaFungsional Non Penelifi

Keterangan :

LT : toksin tidak tahan panas ST : toksin tahan panas

Sumber: (Supar dkk ., 1988, 1989a, 1991 ; Supar 1993, 1994) distribusinya

Asal Antigen pili Enterotoksin 0-serogroups DKI K88 hemolitik LT 0108, 138, 149, 157 Jakarta K99 non hemolitik ST 09, 20,64, 101 K99F41 non " ST 0101 F41 non " ST 09,101 K88K99 hemolitik LT dan ST 0 108 987P non hemolitik ST 09, 20, 141 Bogor K88 hemolitik LT 0149, K99 non hemolitik ST 09, 20, 101 F41 " ST 09,20 987P " ST 09, 20, 141 Tangerang K88 hemolitik LT 0108, 138, 149. 157 K99 non hemoliti ST 064,101 I, K99F41 " ST 0101 F41 ST 09,20 987P ST 09, 20. 141 Sumatera K88 hemolitik LT 0138, 149, 157 Utara K99 non hemolitik ST 09, 64, 101 F41 ST 020 987P " ST 09,20

(5)

60

40

30

20

10

Lokakaiya Fungsional Non Peneliti

Dad kelompok yang diinjeksi vaksin komersial ETEC K88, K99 dan 987P masih dapat terdeteksi, sedangkan dari vaksin Balitvet hanya ETEC 987P saja . Hal ini memberikan petunjuk bahwa vaksin BALITVET lebih baik dari vaksin komersial . Lebih lanjut, penggunaan vaksin akan menekan terjadinya diare dan pencemaran patogen dalam kandang, maka pada gilirannya diare akibat infeksi ETEC 987P akan menghilang atau tertekan seperti halnya serotipe yang lain .

Mare

(x)

Percobaan I

Percobaan II

Percobaan III

Percobaan vaksin ETEC pada induk babi

M

Kontrol non vakeln ® Vakein Impor Vakeln BALITVET

umber : Supar dan Hirst, 1990

Gambar 1 . Pengaruh vaksinasi ETEC pada induk terhadap penurunan diare anak babi yang lahir dan menyusui induknya .

(6)

30

25

20

15

10

Mare

(x)

Sumbar, 8upar dan Hlrst. 1990

Lokakarya Fungsional Non Penel)fl

Percobaan I

Percobaan II

Percobaan III

Percobaan vaksin ETEC pada Induk babi

M

Kontrol non vaksln ® Vaksin Impor Vakoin BALITVET

Gambar 2 . Pengaruh vaksinasi ETEC pada induk terhadap penurunan kematian anak babi yang dilahirkan

Evaluasi efikasi vaksin ETEC multivalen BALITVET di peternakan KJP Tangerang dapat menurunkan diare dan mortalitas anak babi secara drastis .

(7)

50 40 30 20 10 0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

Percobaan vaksin ETEC pada induk babi

Non vaksin diare -i - Non vaksin mats Lokakarya Fungsional Non Peneliti

induk babi yang tidak divaksin antara 20% dan 45%, mortalitasnya antara 16 - 30% . Sedangkan pada kelompok induk yang divaksin kasus, diare yang terjadi antara 2,7% - 8% dan mortalitasnya antara 3,1% - 7% . Dalam waktu 5 bulan berikutnya, kasus diare dan mortalitas anak babi lahir dari induk yang divaksin turun Iebih rendah dibanding dengan periode sebelumnya . Pola penurunan diare dan kematian anak babi dapat dilihat pada Gambar 3 .

Diare/mati (S)

-*- Vaksin diare -9- Vaksin mati

Sumber : Supar, 1993

Gambar 3 . Pengaruh vaksinasi ETEC pada induk terhadap penurunan diare dan kematian anak babi di farm KJP Tangerang

Pada peternakan KJT, pola penurunan diare dan mortalitas anak babi lahir dari induk yang divaksinasi dengan vaksin ETEC dapat dilihat pada Gambar 4 . Penggunaan 2 dosis vaksin ETEC multivalen pada induk babi

(8)

bunting menurunkan kasus diare pada anak babi yang dilahirkan dari 31,8% menjadi 3,6% dan mortalitasnya dari 18,6% menjadi 3,5% dalam periode 3 bulan . Demikian halnya pada periode 5 bulan berikutnya .

Dari pemantauan hasil isolasi ETEC K88, K99, F41 dan 987P dari kasus diare, memberikan hasil serupa dengan penelitian sebelumnya, E . co/i

987P merupakan isolat yang dominan . Setelah penggunaan vaksin prevalensi perolehan isolasi ETEC K88, K99, F41 menurun hingga tidak terdeteksi . E. coli 987P merupakan satu-satunya isolat yang masih sering diisolasi dari kasus diare dari kelompok yang divaksin, dengan prevalensi sangat rendah dibanding sebelum penggunaan vaksin . Setelah 5 bulan pemakaian vaksin pada semua induk babi divaksin, diare dan kematian anak babi dapat ditekan menjadi sekitar 3-4% pada percobaan lapang 5 bulan (Gambar 3 dan 4) . Vaksinasi induk babi pada tingkat akhir kebuntingan akan menaikkan antibodi (IgG dan IgA) dalam kolostrum atau air susu (Supar dan Hirst, 1991 a, b ; Supar dkk ., 1993), anak babi yang menyusu induknya akan memperoleh antibodi protektif untuk mencegah infeksi kuman enterikE . co/ienterotoksigenik .

Dlare/mati (%) 35 30 25 20 15 10 5

Lokakarya Fungsional Non Peneliti

VT

0

M ar Apr Mel Jun Jul Agu Sep Okt Nop 'Des

Percobaan vaksin ETEC pada induk babi

Non vaksin diare + Non vakein matt -I-- Vaksin diare -e- Vakstn matt $umber. Supar, 1993

(9)

Lokakarya Fungsional Non Penelifi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kasus diare dan kematian anak babi pada umumnya terjadi pada umur 2 minggu pertama dan infeksi atau kasus diare sudah banyak terjadi pada umur 1 hari atau beberapa jam sesudah dilahirkan . Penyebab kolibasilosis neonatal di Indonesia berupa E. coil yang sangat mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41 atau 987P . Kuman-kuman tersebut sudah menunjukan multipel resisten antara 2 - 9 macam obat-obatan antibiotika, oleh karena itu tidak cocok untuk pengobatan atau pengendalian kolibasilosis .

Vaksin ETEC multivalen merupakan produk sel E . coli yang mengandung antigen pili K88, K99, f41 dan 987P dalam bentuk tidak aktif (mati), diawetkan dan diemulsikan dalam adjuvant alhydrogel yang tidak menimbulkan efak sampingan, merupakan harapan masa depan untuk pengendalian kolibasilosis . Vaksin ETEC memberikan proteksi terhadap infeksi E. coli melalui kolostrum atau susu-induk babi yang divaksin . Daya proteksi optimal kolostrum dan susu dalam waktu 1 minggu post partus . Antibodi susu induk masih memberikan proteksi sampai 3-4 minggu post

partus .

DAFTAR BACAAN

Ewings, W . H . 1986 . Edward and Ewing . Identification of Enterobacteriaceae . Fourth Ed . Elsevier, New York .

Kraneveld F .C . 1932 . Colibacillosis Bij Biggen . N . I . V . Dierg . 44 : 52-55 . Supar. 1993 . Prospek pengendalian kolibasillosis neonatal dengan vaksin

Eschericia coli multivalen pada peternakan intensif di Tangerang Jawa Barat . Penyakit Hewan XXV (46) : 114-119

Supar. 1994 . Distribusi infeksi Escherichia coli enterotoksigenik pada anak babi di Sumatera Utara dan prospek pengendaliannya dengan vaksin . Prosiding seminar Nasional Teknologi Veteriner untuk meningkatkan Kesehatan hewan dan Pengamanan bahan pangan asal ternak : 173-179

Supar and R . G . Hirst . 1985 . Detection of enteropathogenic Escherichia coli in calves and pigs . Proceedings of the forth National Congress of Indonesian Society for Microbiology and the first meeting of Asean Microbiologist, 2- 4 December 1985 Jakarta , Indonesia .

Supar, R . G . Hirst and B . E . Patten . 1988 . K-adhesins and O-serogroups of Escherichia coli in calves and piglets with diarrhoea . Proceedings of the sixth Congress of Federation Asian Veterinary Association (FAVA) . Bali Indonesia : 479-485 .

(10)

Lokakarya Fungsional Non Peneliti

Supar, R . G . Hirst and B . E . Patten . 1989a . The detection of enterotoxic Escherichia coil with F41 fimbrial antigen from pigs in Indonenesia . Penyakit Hewan . XXI (37) : 13-17 .

Supar, R . G . Hirst and B . E . Patten . 1989b . Studies on the epidemilogy of neonatal colibacillosis in food-producing animals in Indonesia . Proceedings of the first National Seminar on Veterinary Epidemiology . 6 December 1989, Yogyakarta Indonesia : 103-132 .

Supar, R .G . Hirst and B .E . Patten . 1990 . Antimicrobial drug resistance in enterotoxigenic Escherichia coli K88, K99, F41 and 987P isolated from piglets in Indonesia . Penyakit Hewan XXII (39) : 13-19 .

Supar, R .G . Hirst and B .E . Patten . 1991 . The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia . Vet. Microbiol, 26 : 393-400 .

Supar and R . G . Hirst . 1990 . Development of a whole cell vaccine from Escherichia coli beaing K88, K99, F41 and 987P fimbrial antigens : Vaccine field trials to control piglets neonatal colibasillosis . Penyakit

he wan XXII (40) :69-75

Supar and R . G . HirsT 1991a . Development of a whole cell vaccine from Escherichia cofi beaing K88, K99, f41 and 987P fimbrial antigens : Studies on the immunogenicity of the fimbrial antigens . Penyakit hewan

XXIII (41) :1-10 .

Supar and R . G . Hirst . 1991b . Development of a whole cell vaccine from Escherichia coli beaing K88, K99, F41 and 987P fimbrial antigens : The relationships between colostral IgA and IgG antifimbrial antibodies and protection . Penyakit Hewan XXIII (42) : 1-11

Supar, B . E . Patten, R . G . Hirst, Djaenuri And NINA KURNIASIH . 1993 . The use of ELISA for detecting antifimbrial antibody responses in pigs vaccinated with multivalent Eschericgia coli containing K88, K99, F41 and 987P fimbrial antigens Penyakit Hewan XXV (46A) : 21-28 .

Tzipori, S . 1985 . The Relative Importance of Enteric Pathogens Affecting Neonate of Dometic Animals . Adv . in Vet . Sci . Prevent . Med . 29, 108-206 .trum dan susu dalam waktu 1 minggu post partus . Antibodi susu induk masih memberikan proteksi sampai 3-4 minggu post partus .

Referensi

Dokumen terkait

 Untuk mencari jarak Andi dengan sepeda motor maka siswa harus mecari jarak Andi dengan menara dan jarak sepeda motor dengan menara apabila siswa dapat menemukan

Hopper merupakan bagian dari komponen mesin tanam yang berada di atas yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka akan muncul pertanyaan penelitian, yaitu apakah corporate governance yang dalam penelitian ini

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik

bahwa dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 180/KMK.01/2009 tanggal 12 Mei 2009 telah diatur pendelegasian sebagian wewenang kepada para pejabat eselon I di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, (1) Apakah penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berpengaruh terhadap

Perlakuan hidrolisis asam pada fraksi air daun mengkudu dan batang brotowali dapat meningkatkan aktivitas penangkapan radikal DPPH yang ditunjukkan pada nilai

KBM sebagai sebuah bentuk interaksi antara tutor dan peserta tutorial (mahasiswa) serta antar peserta yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar, membentuk jejaring sosial