• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosiology Department College of Teacher Training and Education STKIP (PGRI) Sumatera Barat PADANG 2014 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sosiology Department College of Teacher Training and Education STKIP (PGRI) Sumatera Barat PADANG 2014 ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

THE ROLE OF SOCIOLOGY TEACHERS’ TO IMPROVE SOCIAL INTERACTION FOR DISABILITY STUDENT AT REFORMATORY BINA NETRA TUAH SAKATO SUB DISTRICT OF

KALUMBUK DISTRICT OF KURANJI PADANG TOWN. Diary Akhita Nasrul1 Buchari Nurdin2 DarmairalRahmad3

Sosiology Department

College of Teacher Training and Education STKIP (PGRI) Sumatera Barat

PADANG 2014

ABSTRACT

This research aim to describe the role of sociology teachers’ to improve social interaction for disability student with planning of learning, implementation of study, and evaluation by sociology. This research type is qualitative by using technique of purposive sampling. Type of data used primary data and secondary data. Methods of data collection is done in three ways of that is exploiting of document, interview and observation. Analysis of the data used by the model of interactive data analysis Milles and Huberman with four stages, (1) data collection, (2) data reduction, (3) data display and (4) data conclusion. This research is concluded that sociology teachers’ to improve social interaction for disability student (blind), such as teacher is directed in group student activity and mobility oriented.

Key word: Role Of Teacher, Social Interaction and Disability Student

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 2Pembimbing I

(2)

PENDAHULUAN

Di semua masyarakat yang pernah dikenal, hampir semua orang hidup terikat dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan peran (role playing). Pola kekeluargaan manusia sebagian ditentukan oleh tugas khusus yang dibebankan kepadanya: “Keluarga itu adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia” (William, 2007:16). Hal yang terpenting dan menggembirakan dalam sebuah keluarga adalah saat mengetahui bahwa akan ada bayi yang akan menghiasi kebahagiaan dalam sebuah rumah tangga. Karena hal ini sangat dinantikan oleh setiap keluarga dan salah satu fungsi keluarga adalah mendapatkan keturunan yang akan meneruskan generasi selanjutnya. Bagaimana jika keturunan yang akan meneruskan generasi orang tuanya terlahir sebagai anak tuna netra?

Beragam pendapat keluarga dalam hal ini orang tua mengenai keberadaan anak tuna netra. Dimana semestinya setiap keluarga memahami akan kebutuhan anak tuna netra tersebut layak untuk sama dengan anak normal lainnya. Anak yang mempunyai kekurangan (cacat) biasanya disekolahkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan di Panti Sosial anak berkebutuhan khusus. Penyandang tuna netra juga merupakan individu yang memiliki hak yang sama seperti individu normal di dalam Pendidikan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial”.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa khusus untuk anak tuna netra disekolahkan di SLB, yang di dalamnya juga terjadi proses sosial melalui Interaksi Sosial. Dalam hal ini interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Dengan kata lain interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara orang dengan perorangan, orang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok (Soerjono, 2006:54-55). Di sekolah tersebut anak tuna netra akan bertemu dengan beragam watak manusia. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra dimana salah satu tugas dari seorang guru sosiologi.

Hal ini tidak terlepas dari peranan guru di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato khususnya guru sosiologi. Tentunya guru sosiologi tersebut juga tidak terlepas dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap pembelajaran sosiologi yang dilaksanakannya. Singkronisasi antara

(3)

ketiga proses tersebut adalah optimalnya perencanaan tujuan pembelajaran sosiologi yang berkaitan dengan interaksi sosial. Dimana proses perencanaan, pelaksanaannya yang difokuskan pada pembentukan kelompok baik itu di dalam dan di luar jam pembelajaran.

Tujuan dari penelitian ini:

a. Menganalisis perencanaan pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan interaki sosial pada anak tuna netra di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato.

b. Menganalisis pelaksanaan pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato.

c. Menganalisis evaluasi pembelajaran sosiologi khususnya interaksi sosial di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendekatan Teoritis

Dalam membahas mengenai peran guru sosiologi dalam meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra ini menggunakan teori “pembelajaran sosial” pandangan dari Albert Bandura. Dalam teori tersebut Bandura menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat

perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (social learning teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi (Haba 2013). Kemudian teori Behavioristik menurut pandangan Thorndike yang terkenal dengan hukum tiga tahap tentang belajar.

2. Penjelasan Konseptual a. Peran

Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status (Soerjono, 2006:212).

b. Pembelajaran Sosiologi a). Perencanaan Pembelajaran

Cunningham (Hamzah, 2011:1) mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b). Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran adalah tahap proses. Proses pelaksanaan adalah tahap dimana dan kapan, bagaimana serta oleh siapa kegiatan kelompok bermain itu dilaksanakan, sehingga pelaksanaannya

(4)

dapat diartikan sebagai proses kegiatan terlibatnya semua sumber daya manusia, dana dan sarana sesuai dengan pedoman dan petunjuk, waktu dan tempat yang telah ditetapkan, dalam melaksanakan program (Aulia Makro 2013).

c). Evaluasi Pembelajaran

Kata evaluasi merupakan penyaduran bahasa dari kata evaluation dalam bahasa Inggris yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Nurkancana (Evelin dan Hartini, 2010:142) evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.

c. Anak Tuna Netra

Pengertian anak menurut UUD RI. No.4 Tahun 1979: “Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Secara etiologi timbulnya ketunanetraan disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Ketunanetraan karena faktor endogen seperti keturunan atau karena faktor eksogen karena penyakit, kecelakaan, obat-obatan dan lainnya (Mohammad, 2009:30-34). Tuna netra artinya rusak matanya atau tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam penglihatannya.

d. Guru

Damsar (2011:154) guru merupakan suatu profesi yang memiliki organisasi dan kode etik profesi.

e. Pendidikan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan pengertian: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

f. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang menunjuk pada hubungan sosial yang dinamis. Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soerjono, 2006:54-55).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober s/d November 2013. Lokasi penelitian ini di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Basrowi, 2008:21). Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah pemanfaatan

(5)

dokumen, observasi dan wawancara. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis interaktif dari Milles dan Huberman.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian terdapat beberapa proses yang dilakukan oleh guru sosiologi, diantaranya melakukan perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi pembelajaran.

a. Guru Merencanakan Pelaksanaan Pembelajaran Sosiologi Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial pada Anak Tuna Netra.

Dalam menyusun RPP guru sosiologi menggunakan acuan atau pedoman dari Dinas Sosial. Guru sosiologi merencanakan pembelajaran sosiologi tidak saja di dalam kelas saja, melainkan juga dilakukan di luas kelas yang dikenal dengan istilah orientasi mobilitas. Maksud dari orientasi mobilitas tersebut adalah kegiatan yang dilakukan anak tuna netra untuk melatih anak tuna netra dalam berinteraksi sosial dengan bantuan tongkat sebagai alat bantu anak tuna netra dalam berjalan. Guru sosiologi merencanakan pembelajaran sosiologi lebih memfokuskan kepada kegiatan di luar kelas.

Dalam RPP tersebut guru menjelaskan rencana langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran, seperti langkah-langkah dalam kegiatan

pembelajaran pada umumnya. Guru merencanakan kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang mencakup kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi selanjutnya kegiatan akhir. Dalam hal ini guru sosiologi selalu merencanakan anak tuna netra untuk terus aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Namun kegiatan orientasi mobilitas lebih dianggap efektif dalam meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra.

b. Guru Melaksanakan Pembelajaran Sosiologi.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran penulis selalu mengamatinya dengan selalu memperhatikan kesesuaian RPP dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru mulai dari awal guru masuk kelas hingga keluar kelas (pelaksanaan pembelajaran selesai). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses perencanaan pembelajaran sosiologi tersebut memiliki tujuan utama untuk meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra.

Dalam pelaksanaan pembelajaran apa yang terdapat dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disusun sebelumnya oleh guru. Dalam hal ini guru melakukan orientasi mobilitas dan menginstruksikan untuk membentuk kelompok mampu meningkatkan interaksi sosial yang penulis maksud antara lain, (a) mampu aktif mengemukakan pendapat atau bertanya dalam kegiatan

(6)

pembelajaran (b) mampu membuka diri untuk mendapatkan teman dengan orang-orang baru, (c) bertutur kata dan berlaku sopan dengan siapa saja sedang berbicara dan berhadapan. Seperti yang dijelaskan oleh Albert Bandura bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan (Djaali, 2009:94).

c.Guru Melakukan Evaluasi Pembelajaran Sosiologi.

Seperti yang telah uraikan sebelumnya, sebagai bentuk evaluasi terhadap anak tuna netra mampu berinteraksi sosial dengan baik, guru sosiologi sepakat untuk menginstruksikan anak tuna netra ikut andil dalam berbagai kelompok dan organisasi yang ada di PSBN “Tuah Sakato”.

Dimulai dari proses perencanaan guru sama-sama merencanakan anak tuna netra mampu membentuk kelompok, ketika pelaksanaan pembelajaran guru sama-sama menyebutkan atau menyarankan anak tuna netra untuk aktif dalam kelompok tersebut, sebagai hasil maka terbentuklah beberapa kelompok minat dan satu organisasi masing-masingnya satu kelompok. Kemudian guru mulai melakukan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil yang direncanakan sebelumnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kelompok-kelompok tersebut memudahkan anak tuna netra

untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesam mereka anak tuna netra. Hal ini sudah menjadi alternatif untuk mengetahui kemampuan anak tuna netra dalam bermasyarakat dan melakukan interaksi sosial dengan teman-tmannya. KESIMPULAN

a. Untuk meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra guru memulai dari proses perencanaan pembelajaran sosiologi, pelaksanaan dan evaluasi. Dimana dalam ketiga proses ini guru mampu merencanakan kegiatan untuk memancing daya tarik anak tuna netra dalam melakukan interaksi sosial. Dalam tahap perencanaan pembelajaran guru mengarahkan anak tuna netra untuk membentuk kelompok dan aktif dalam kegiatan organisasi OSIS di PSBN Tuah Sakato. Tujuan guru adalah membiasakan anak tuna netra menghadapi orang lain. Sehingga anak tuna netra dapat berinteraksi sosial dengan maksimal.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran sosiologi dapat disesuaikan dengan RPP apabila kondisi atau keadaan di dalam kelas memungkinkan untuk sepenuhnya dilaksanakan. Sempurnanya sebuah rencana pembelajaran apabila dalam pelaksanaannya memiliki poin-poin yang sama seperti ada dalam perencanaan pembelajaran. Selama pelaksanaan pembelajaran guru

(7)

menyuruh anak tuna netra membentuk kelompok dan aktif mengikuti organisasi (OSIS) dan mengatakan kepada anak tuna netra bahwa kegiatan ini menjadi penilaian personal/ individu bagi anak tuna netra tersebut.

c. Dalam proses evaluasi pembelajaran sosiologi dilakukan dengan adanya terbentuk kelompok dan organisasi tersebut. Guru menilai dengan terbentuknya kelompok tersebut dan 8 orang diantara anak tuna netra memiliki kelompok yang lebih dari satu. Dan diantara kelompok tersebut, sudah layak untuk ditampilkan ke masyarakat. Hal ini menandakan bahwa guru sosiologi berhasil meningkatkan interaksi sosial pada anak tuna netra, dengan awal mula anak tuna netra ini sulit untuk diajak kerja sama namun dengan upaya yang dilakukan guru sosiologi dalam kegiatan variatif anak tuna netra bisa kerja sama dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian. Yogyakarta: PT

RinekaCipta

Burhan, Bungin. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

_____________, 2006. Sosiologi Komunikasi. Surabaya: Kencana Damsar. 2011. Sosiologi Pendidikan.

Jakarta: Kencana

Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mohammad Efendi. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Goode, William J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT. Bumi Aksara Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu

Berparadigma Ganda. Jakarta:

Rajawali Pers

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta ________________, 2006. Sosiologi

Suatu Pengantar. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: ALFABETA, CV

Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan UNP. 2008. Pengantar Pendidikan. Padang.

(8)

Undang-Undang tentang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005

Hamzah. B, Uno. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

hingga yang terakhir. Kaitannya dengan pembahasan ini penulis bermaksud untuk mengarahkan pengertian tersebut kepada kejadian atau masalah yang pernah terjadi di waktu

Use case mendeskripsikan sebuah interkasi antara satu atau lebih aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat dan digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada

pesawat tersebut adalah seorang Pramugari asal Yogyakarta / yaitu Agnes Ratnaning Lestari //Rosalin. Wasmiyati ibunda dari Agnes / ketika ditemui oleh Tim AKJ RBTV / di rumahnya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Dewi

Nilai tersebut berarti bahwa tidak ada pengaruh yang berarti antara kedalaman, nitrat dan mortalitas terhadap laju pertumbuhan dengan hubungan korelasi terbalik yaitu

Dari analisis data diperoleh koefisien korelasi r = 0,7380, Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara higiene dan sanitasi lingkungan dengan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis saya yang berjudul: “MANAJEMEN MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN ASSUNNIYYAH TAMBARANGAN KABUPATEN TAPIN PROVINSI KALIMANTAN

Dari hasil penelitian kuat tekan batako ringan styrofoam, perbandingan bahan yang paling baik dan menghasilkan kuat tekan yang paling tinggi yaitu pada perbandingan 1