• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keuangan

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari ataupun dalam rangka mengembangkan perusahaan. Dana tersebut digunakan sebagai modal kerja ataupun untuk membeli aktiva tetap (seperti tanah, gedung, mesin, dan lain-lain). Oleh karena itu seorang manajer keuangan harus mampu mencari sumber dana dan mampu mengalokasikan dana tersebut untuk mebiayai kegiatan operasional perusahaan agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan laba yang maksimal.

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:4) menjelaskan bahwa:

“Manajemen keuangan adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”

Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:4) mengemukakan bahwa :

“Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan kegiatan keuangan, kegiatan-kegiatan tersebut

(2)

dalam dikelompokan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana dan mencari pendanaan”

Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian manajemen keuangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa menajemen keuangan adalah keseluruhan aktifitas perusahaan yang biasa dilakukan oleh manajer keuangan untuk mendapatkan dana dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana dari luar perusahaan ke dalam berbagai aktifitas perusahaan guna memaksimalkan nilai perusahaan.

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan berhubungan dengan bermacam-macam keputusan, seperti mencari dana, mengelola dana dalam bentuk investasi, ataupun dalam menentukan berapa besar dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.

Menurut Agus Sartono (2001:6) terdapat tiga fungsi utama dalam mnajemen keuangan yaitu:

1. Keputusan Investasi

Keputusan investasi menyangkut tentang keputusan alokasi dana baik dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Secara garis besar keputusan investasi dapat dikelompokan ke dalam investasi jangka pendek seperti misalnya investasi dalam kas, persediaan, piutang dan surat berharga maupun investasi jangka panjang dalam

(3)

bentuk gedung, peralatan produksi, tanah, kendaraan dan aktiva tetap lainnya. Keputusan investasi ini merupakan keputusan paling terpenting diantara ketiga fungsi yang ada, dikarenakan keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap profitabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang.

2. Keputusan Pendanaan

Pada keputusan pendanaan ini seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana ini bersangkutan dengan penentuan sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.

3. Keputusan Dividen

Keputusan dividen ini menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas dan pembelian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi di masa yang akan datang. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan (3) dividen saham (stock dividen), (4) pemecahan dividen (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar.

2.1.3 Laporan Keuangan

Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi investor untuk membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut memberikan gambaran

(4)

suatu perusahaan baik mengenai kondisi performa dan prospek dimasa yang akan datang. Informasi yang berasal dari perusahaan emiten yang umum tersedia bagi para pelaku pasar dan dipublikasikan adalah laporan keuangan.. Laporan keuangan dibuat oleh direksi perusahaan untuk diumumkan kepada public agar para pemegang sahamnya dapat melihat kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi (satu tahun). Dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang diumumkan, para pemegang saham tersebut dapat melihat apakah selama satu tahun perusahaan mendapatkan keuntungan yang menjanjikan bagi pemegang saham dari kegiatan operasionl usahanya.

Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2005:51) pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan Keuangan (Finacial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu yang dibedakan menjadi 4 macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas”

Sedangkan menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2006:164) menjelaskan jenis-jenis laporan keuangan antara lain:

1. Neraca (Balance Sheets)

Merupakan ikhtisar kondisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, yang menunjukkan jumlah kekayaan/asset perusahaan, jumlah hutang dan jumlah modal dari perusahaan.

(5)

Merupakan laporan keuangan yang menunjukan hasil operasi pada periode tertentu dan mencerminkan status laba atau rugi, serta merupakan ringkasan penghasilan dan biaya-biaya perusahaan dalam periode tertentu. 3. Laporan Arus Kas

Laporan keuangan yang menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba-rugi, untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam periode tertentu.

4. Laporan Perubahan Posisi Keuangan

Merupakan laporan tentang sumber dan penggunaan dana perusahaan, yang menunjukkan hasil perbandingan antara neraca pada periode yang sedang berjalan dengan periode yang lampau.

Sedangkan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:32) laporan keuangan yaitu:

“Financial statement give an accounting picture of the firms’s operations and financial position”

Artinya adalah laporan keuangan dapat memberikan suatu gambaran akuntansi dari pengoperasian dan penempatan keuangan perusahaan. 2.1.4 Rasio Keuangan

Analisis internal perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan pada setiap periode yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan yang dilakukan adalah menyangkut rasio-rasio keuangan perusahaan yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan.

(6)

2.1.4.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan dalam penggunaannya dari suatu perusahaan membantu memprediksikan nilai perusahaan di periode yang akan datang dengan menghitung dari laporan keuangan di peiode sebelumnya.

Pengertian analisis rasio keuangan menurut Gitman (2006:54) adalah sebagai berikut:

“Involves methods of calculating and interpreting rations to analyze and monitor the firms’s performance”

Artinya bahwa rasio keuangan meliputi metode untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisis dan mengawasi kinerja perusahaan.

Sedangkan menurut James Van Horne dan John M, Wachowiez, JR (2002:350) adalah sebagai berikut :

“Financial rations help us size up a company as to trends and relative to others”

Artinya rasio keuangan dapat mebantu dalam pengembangan sebuah perusahaan seperti kecenderungan dan hubungannya dengan yang lain.

2.1.4.2 Jenis – jenis Rasio Keuangan

Untuk analisis rasio keungan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan dihitung dengan menggabungkan angka di neraca dengan atau angka-angka pada laporan laba-rugi.

(7)

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007:70), pengelompokan rasio keuangan menurut tujuan pengukuran, yaitu:

1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menggambrakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2. Rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur sejauhmana perusahaan di biayai oleh hutang.

3. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan.

4. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menujukkan ukuran tingkat efektifitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi.

5. Rasio pertumbuhan, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankam posisi ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi dan sektor usaha.

6. Rasio penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemmapuan menajamene dalam menciptakan nilai pasar usaha diatas biaya investasi.

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Asset (ROA) yang apabila dikelompokan berdasarkan tujuannya termasuk kedalam kelompok Rasio Profitabilitas, karena Return on Assets menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan seluruh investasi yang ditanamkan dalam bentuk aktiva.

(8)

2.2 Aktiva Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki aktiva yang berbeda-beda dalam hal jumlah dan jenis aktiva yang dimiliki. Hal ini berdasakan pada perusahaan pada perbedaan jenis operasi atau usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva atau asset yang dimiliki oleh perusahaan, seorang manajer keuangan harus dapat menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk – bentuk aktiva yang harus dimiliki oleh perusahaan sehubungan bidang usaha dari perusahaan tersebut.

Investasi yang ditanamkan dalam perusahaan dapat berupa aktiva yang digunakan dalam jangka panjang yaitu aktiva tetap maupun aktiva yang digunakan dalam jangka pendek yaitu aktiva lancar. Suatu perusahaan akan membutuhkan aktiva dalam menjalankan setiap kegiatan operasinya. Aktiva tersbut harus dikelola dengan baik agar mendapatkan keuntungan di masa depan.

Dalam menjalankan kegiatan operasinya, perusahaan tidak akan terlepas dari sebuah aktiva. Soemarno S.R (2005:43) mengemukakan bahwa:

“Aktiva merupakan bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan dan merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha”

2.2.1 Jenis – jenis Aktiva

Berdasarkan cara dan lamanya perputaran modal aktiva atau kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Perbandingan atau perimbangan antara kedua aktiva tersebut akan menentukan struktur kekayaan.

(9)

1. Aktiva Lancar (current asset) adalah mencakup uang kas,aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisir atau dicairkan menjadi uang kas atau dijual selama jangka waktu yang normal.

2. Aktiva Tetap (fixed asset) adalah aktiva berwujud seperti tanah, mesin, dan sebagainya yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal.

2.3 Kas

Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan membutuhkan uang tunai atau kas yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

2.3.1 Pengertian Kas

Kas adalah modal kerja yang sangat likuid. Semakin besar jumlah kas yang ada dalam suatu perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti semakin besar dana yang menganggur dan akan memperkecil laba yang yang akan diperoleh.

Sebaliknya jika perusahaan hanya akan mengejar keuntungan saja tanpa memperhitungkan faktor-faktor lain maka semua kas akan dalam keadaan bekerja. Jika hal itu terjadi artinya perusahaan akan berada di posisi illikuid apabila suatu saat

(10)

ada penagihan hutang atau ada hutang yang jatuh tempo tapi perusahaan tidak mampu membayar karena tidak ada persediaan kas balk di bank ataupun di perusahaan.

Martono dan Agus Harjito (2003:116) mengungkapkan tentang kas sebagai berikut:

”Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi”

Sedangkan Brealey dan Myers (2000;857) mengungkapkan tentang kas sebagai berikut:

“The cash consist of currency, demand deposits (funds in checking accounts), and time deposits (funds in savings accounts)”.

Jadi untuk dapat dilaporkan sebagai kas haruslah siap tersedia untuk digunakan membayar kewajiban lancar dan bebas dari berbagai pembatasan yang membatasi penggunaannya. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas dan dana yang tersedia dalam deposito di bank. Instrumen-instrumen yang dapat dinegosiasikan seperti pos wesel, cek yang disahkan, cek kasir, cek pribadi dan wesel bank juga dipandang sebagai kas. Kas harus siap tersedia untuk pembayaran kewajiban lancar dan harus bebas dari setiap ikatan kontraktual yang membatasi penggunaannya. 2.3.2 Perputaran Kas

Kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah satu unsure modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Ini

(11)

berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas akan menyebabkan banyaknya uang menganggur sehingga akan memperkecil keuntungannya. Tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditasnya, maka perusahaan tersebut akan dalam keadaan likuid jika sewaktu-waktu ada tagihan.

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu mebutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi dalam aktiva tetap. Pengeluaran kas suatu perusahaan dapat bersifat terus menerus atau kontinyu, misalnya pengeluaran kas untuk pembelian bahan mentah, pembayaran gaji, dan lain sebagainya. Aliran kas keluar (cash outflow) yang bersifat tidak kontinyu seperti pengeluaran untuk pembayaran bunga, deviden, pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran hutang dan lain sebagainya. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk (cash inflow) di dalam perusahaan, seperti aliran kas yang berasal dari hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang, dan lain sebagainya.

Adanya perimbangan yang baik mengenai cash inflow dan cash outflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlah maupun waktunnya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya, sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan kas yang besar. Ini berarti bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan kas dari penjualan.

(12)

Menurut Kamarudin Ahmad (2001:13), perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut:

“Sebagai jangka waktu yang dibutuhkan sejak perusahaan mengeluarkan uang kas untuk membeli bahan sampai dengan saat pengumpulan hasil penjualan barang jadi dibuat dari bahan tersebut”

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:87) perputaran kas adalah:

“Untuk mengetahui efisiensi atau tidaknya penggunaan kas dalam perusahaan. Perbandingan antara sales dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas”

Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan mengenai perputaran kasnya. Semakin tinggi perputaran kasnya akan semakin baik kondisi perusahaan. Sebaliknya jika perputaran kas perusahaan sering mengalami penyimpangan maka perusahaan harus berusahaan untuk selalu menjaga persediaan kas minimal.

Perputaran kas, menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:75) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:75)

Perputaran Kas =

(13)

2.4 Piutang

Nilai keunggulan bersaing dapat dicapai melalui efesiensi dan efektifitas dari seluruh kegiatan perusahaan yang mana salah satu usahaanya yaitu dengan melakukan penjulan kredit, sehingga menyebabkan timbulnya piutang bagi perusahaan. Pemberian kredit kepada pembeli barang dan jasa umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk memperbesar penjualan dan meningkatkan laba. Adanya penjualan yang dilakukan secara kredit akan mempengaruhi pada tingakt likuiditas perusahaan tersebut. Sistem penjualan tunai akan menyebabkan modal kerja menjadi likuid, sedangkan sistem penjualan kredit menyebabkan modal kerja kurang likuid, karena menimbulkan piutang sehingga memerlukan waktu jatuh tempo untuk likuid.

2.4.1 Pengertian Piutang

Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan operasional perusahaan pada umumnya bergerak di bidang penjualan barang atau jasa secara kredit maka piutang-piutang yang timbul merupakan unsur paling penting dari aktiva lancar.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2003:95), mandefinisikan piutang sebagai berikut:

“Tagihan perusahaan kepada pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan”

(14)

Piutang usaha ini timbul karena adanya penjualan kredit. Piutang ada yang berbentuk wesel (notes receivable). Wesel ini merupakan kesanggupan membayar dari pembeli kepada penjual sejumlah uang tertentu di masa mendatang. Penjual biasanya lebih suka melakukan penjualan secara tunai karena uang hasil penjualan dapat segera diterima. Tetapi adanya persaingan memaksa perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit. Besarnya piutang yang ada di perusahaan biasanya mencapai lebih kurang 20% dari nilai aktivanya. Hal ini disebabkan pembeli banyak yang lebih suka membeli secara kredit karena dapat menggunakan uang yang relatif lebih kecil bila disbanding membeli secara tunai.

Dengan demikian, kebijakan penjualan kredit oleh perusahaan akan memunculkan dua pos perkiraan dalam neraca. Bagi penjual, penjualan kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persediaan barang. Sedangkan bagi pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang dan menambah persediaan.

2.4.2 Perputaran Piutang

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang ini dimulai pada saat kas dikeluarkan untuk mendapatklan persediaan kemudian persediaan tersebut dijual dengan cara kredit sehingga akan menimbulkan piutang dimana piutang tersebut akan berubah kembali menjadi kas pada saat terjadi pelunasan piutang tersebut oleh para pelanggannya.

Menurut Darsono (2004:59) memberikan keterangan mengenai perputaran piutang sebagai berikut:

(15)

“Perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang dikonversi ke dalam kas selama periode tertentu.”

Adapun pengertian perputaran piutang yang seperti dinyatakan oleh Bambang Riyanto (2001:90) sebagai berikut:

“Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayaran. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang terdiri dari dua variabel yaitu total penjualan bersih dan rata-rata piutang.

Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Darsono (2006:95) Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan.

Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 36 hari dibagi perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period of account receivable). Pernyataan tersebut disajikan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

Perputaran Piutang =

(16)

Rata-rata Pengumpulan Piutang =

Bambang Riyanto (2001:91)

Menurut Bambang Riyanto (2001 : 90) perputaran piutang (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable) pada periode tersebut.

Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran keefektipan pengelolaan piutang, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berarti semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat dipertinggi dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit misalnya dengan jalan memperpendek jangka waktu pembayaran.

2.5 Persediaan

Perusahaan memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasinya. Bagi perusahaan dagang, persediaan barang dagangan memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan industry, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar. Meskipun demikian tidak berarti perusahaan harus menyediakan persediaan sebanyak-banyaknya untuk maksud-maksud tertentu.

(17)

Persediaan yang tinggi memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula.

Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan dagang ataupun manufaktur. Hal ini mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. selain itu persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya ditimbulkan pada konsumen.

2.5.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar bagi sebagian besar perusahaan industri. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi dan penjualan secara lancar. Pengertian dari persediaan barang dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen setiap waktu.

(18)

Menurut Gitman (2000;717) memberikan pengertian persediaan sebagai berikut:

“inventory is a necessary current assets that permits the production sale process to operate with a minimum of disturbance”.

Jadi persediaan barang merupakan sejumlah barang yang disediakan dan barang-barang dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa persediaan merupakan salah satu unsur yang penting dalam perusahaan karena jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta efektifitas dan efisiensi perusahaan tersebut. 2.5.2 Jenis – jenis Persediaan

Persediaan barang yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atau dikelompokan menurut Sofyan Assauri (2004:171) jenis-jenis persediaan dapat dibedakan menjadi :

1. Persediaan bahan baku (raw material stock) yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan bagian produk dan part (purchase for/component stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari part yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di assembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik

(19)

atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi satu bentuk, tetapi perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

4. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain.

5. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang perlengkapan (supplier stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya proses produksi atau dipergunakan dalam bekerjanya satu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

2.5.3 Perputaran Persediaan

Persediaan diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Karena persediaan merupakan unsur terbesar dalam aktiva dan berkaitan langsung dengan kegiatan utama perusahaan, terutama dalam perusahaan industri jika tidak tersedia salah satu jenis persediaan maka proses produksi akan terganggu. Bagi perusahaan dagang persediaan harus cepat terjual, karena jika tidak cepat terjual akan mengurangi laba baik karena persediaan yang terlalu tinggi juga ada kemungkinan barang menjadi rusak, oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan perputaran persediaannya untuk mendapatkan laba yang maksimal.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat

(20)

mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Menurut Sofyan Assauri (2006:203) mengemukakan bahwa :

“ Perputaran persediaan (inventory turn over) merupakan angka yang menunjukan penggantian persediaan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.”

Sedangkan menurut Martono dan Agus Harjito (2003:57):

“Perputaran persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan”

Jika tidak diketahui data harga pokok penjualan maka perputaran persediaan dapat dihitung dari penjualan bersih. Dalam hal ini bila perhitungan dilakukan dengan harga pokok penjualan maka persediaan rata-rata barang dagang juga dihitung berdasarkan harga pokok. Sedangkan bila cara yang digunakan dengan harga jual maka rata-rata persediaan barang dagang dihitung berdasarkan harga jual.

Dari beberapa definisi, maka perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(21)

Rata-rata persediaan = Perputaran persediaan =

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam memutarkan barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang lebih ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva lancar. Semakin cepat perputaran persediaan makan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu persediaan.

2.6 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang dapat diukur dalam rasio untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan berdasarkan besarnya laba yang diperoleh sebagai hasil pengembalian atas modal kerja, penjualan, dan investasi; yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Profitabilitas dapat menunjukkan seberapa baik prospek perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya ataupun mengembangkan usahanya di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat/ rasio profitabilitas suatu perusahaan, maka

(22)

akan semakin baik perusahaan tersebut menghasilkan laba yang menandakan prospek perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya serta mengekspansi usahanya semakin baik. Perusahaan yang memiliki prospek cerah tentu akan menarik minat para investor menanamkan modalnya di perusahaan tersebut pula.

Menurut Brigham dan Houston (2006: 107)

“Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi”

Terdapat beberapa jenis rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, yaitu: Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Return On Total Assets, dan Return On Equity.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis memutuskan hanya memakai rasio ROA saja sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Menurut Gitman (2009: 68),

“The return on total assets (ROA) measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets.”

Rasio ini dipilih karena ROA mengukur kemampuan manajemen suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang tersedia dan oleh peneliti, dirasa erat hubungannya dengan manajemen modal kerja dimana modal

(23)

kerja bersih secara sederhana dapat diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.

2.6.1 Pengertian Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk tetap bersaing dalam kompetisi dengan perusahaan-perusahan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan profitabilitas. Pengertian profitabilitas seperti yang dikemukakan oleh Dewi Astuti (2004:36) sebagai berikut:

“Profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.”

Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:304) mengemukaan bahwa: “Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilka laba disebut juga Operating ratio.”

Selanjutnya menurut Martono dan Agus Harjito (2007:59):

“Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan investasi”.

(24)

Dari pengertian-pengertian profitabilitas dapat disimpulkan bahwa, profitabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba melalu kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cadangan dan sebagainya.

2.6.2 Pengukuran Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tolak ukur menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profit yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profit akan memungkinkan bagi perusahaan dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan dengan volume penjualan jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pihak manajemen.

Menurut Susan Irawati (2006:58) bahwa dalam profitability ratio ini ada beberapa rumusan yang digunakan diantaranya adalah:

a. Gross Profit Margin b. Operating Profit Margin

c. Operating Ratio

d. Net Profit Margin

(25)

e. Return On Assets atau

Return On Assets

Seperti terlihat di atas bahwa ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, penulis membatasi hanya akan menggunakan dengan cara Rasio Return On Assets (ROA) yang merupakan kemampuan suatu perusahaan (aktiva perusahaan) dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan (EBIT) atau perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba. 2.7 Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, dan Persediaan terhadap

Profitabilitas

Pada dasarnya modal kerja suatu perusahaan selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan melakukan kegiatan usahanya. Bila ditelaah secara mendalam ternyata modal kerja merupakan salah satu unsure yang penting dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat profitabilitas perusahaan karena baik laba bersih operasi atau laba usaha, penjualan, maupun aktiva operasional sebebnarnya ditentukan oleh besarnya modal kerja.

(26)

Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:155) pengertian modal kerja yaitu:

“Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat berharga yang mudah diuangkan misalnya cek, giro, (deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan”

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur modal kerja perusahaan terdiri dari kas, sekuritas, piutang, dan persediaan. Apabila proses produksi atau operasi perusahaan meningkat maka jelas sekali perusahaan memerlukan modal kerja yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan peningkatan pendapatan diharapkan profitabilitas perusahaan akan meningkat pula.

Menurut Agus Sartono (2001:122) bahwa:

“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”

Berdasarkan uraian diatas, dapat terlihat bahwa modal kerja yang terdiri dari kas, sekuritas, piutang, dan persediaan suatu perusahaan pada umumnya akan

(27)

mempengaruhi tingkat profitabilitas yang tercermin pada peningkatan biaya oeprasional perusahaan yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Tingkat profitabilitas akan semakin maksimal apabila proses produksi suatu barang meningkat, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

2.7.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Profitabilitas

Kas adalah salah satu unsure modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya, hal ini menunjukkan makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil tingkat profitabilitas perusahaan.

Menurut Harnanto (2002:148) :

“Kas merupakan alat pertukaran atau pembayaran yang diakui oleh masyarakat dan oleh sebab itu merupakan dasar landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan”

Hal ini menunjukkan bahwa kas dapat dijadikan tolak ukur bagi kelangsungan berbagai transaksi atau kegiatan ekonomi di dalam perusahaan.

Pada dasarnya suatu perusahaan menggunakan kas untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk mendapatkan profitabilitas.

(28)

“Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan. Karena sifat likuidnya tersebut, kas memberikan keuntungan yang paling rendah. Masalah utama dalam pengelolaan kas adalah menyediakan kas yang memadai, tidak terlalu banyak agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar”

Dengan kata lain, apabila kas yang tersedia dalam sebuah perusahaan semakin besar, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang.

2.7.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas

Piutang yang diberikan kepada pelanggan tentunya harus bisa mendatangkan manfaat bagi perusahaan. Untuk itu perlu diketahui efesiensi piutang. Untuk mengukur efesiensi piutang bisa menggunakan dua ukuran yakni tingkat perusahaan piutang atau rata-rata terkumpulnya piutang. Semakin efisien piutang tersebut atau semakin cepat piutang semakin efisien. Menurut Sutrisno (2003:63)

“Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat dari penjualan kredit”

Pada dasarnya, makin besar jumlah piutang dalam suatu perusahaan berarti makin besar pula risikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya.

Pengaruh besarnya piutang terhadap profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:117), bahwa:

(29)

“Piutang merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit. Penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan. Dengan penjualan yang semakin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat”

Artinya, bahwa piutang suatu perusahaan mengalami kenaikan atau meningkat maka profitabilitas yang diperoleh akan meningkat pula.

2.7.3 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas

Persediaan dalam hal ini merupakan persediaan perusahaan dalam menopang operasional perusahaan supaya kontinuitas operasi perusahaan bisa terus berjalan dengan baik, dalam perputarannya persediaan ini yaitu untuk mengganti perlengkapan atau hal-hal yang diperlukaan perusahaan untuk menjalankan operasinya.

Menurut Agus Sartono (2001:444)

“Bagi suatu perusahaan persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Dengan persediaan yang cukup, perusahaan akan memenuhi pesanan dengan cepat, namun demikian apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun”.

(30)

Persediaan yang terlalu besar apabila dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan akan mengakibatkan besarnya beban bunga, besarnya biaya penyimpanan, besarnya pemeliharaan gudang, dan besarnya kemungkinan kerugian, sehingga semuanya ini akan memperkecil profitabilitas perusahaan.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan jika perusahaan semakin meningkat maka tingkat profitabilitas perusahaan akan menurun.

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi kecacingan adalah parasit pada manusia atau hewan yang sebagian besar menyerang anak usia 1-10 tahun yang disebabkan adanya iklim tropis, kelembaban udara yang

“Modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari suatu bentuk ke bentuk lain dalam suatu kegiatan bisnis yaitu dari

Layak Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil validasi e-book berorientasi mind mapping mendapatkan persentase total sebesar 89% dengan kategori sangat layak, artinya

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin dan merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam

Abstrak - Artikel ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang juga merupakan hasil dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan tujuan untuk meningkatkan

Sedangkan menurut Manullang (2013: 37) terdapat lima macam lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis, yaitu lingkungan fisik, lingkungan perekonomian,

Menurut (Sugiyono 2008: 142) angket merupakan :“teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa telah mengalami kemajuan dan siswa terlihat aktif selama proses belajar