• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. KEHAMILAN 1. Pengertian - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB)PADA NY.P UMUR 38 TAHUN G3 P2 A0 SUSPECT HAMIL 9 MINGGU 1 HARI DI DESA KEBARONGAN, PUSKESM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. KEHAMILAN 1. Pengertian - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB)PADA NY.P UMUR 38 TAHUN G3 P2 A0 SUSPECT HAMIL 9 MINGGU 1 HARI DI DESA KEBARONGAN, PUSKESM"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN 1. Pengertian

Menurut Federasi Obstetric Gunekologi Internasional dalam

Prawirahardjo (2010; h. 213) mendefinisikan kehamilan sebagai fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi

menjadi 3 trimester, trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester ke dua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester

ke-3 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak

hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati,

yang menandai awal periode antepartum, periode antepartum dibagi

menjadi 3 trimester yang masing-masing terdiri dari 13 minggu atau 3

bulan dari hitungan kalender. Pembagiann waktu ini diambil dari

ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan

kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran

bulan atau lunar), atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT).

Pada kenyataannya, kehamilan tidak berlangsung selama itu.Pembuahan

berlangsung ketika terjadi ovulasi, kurang lebih 14 hari setelah haid

(2)

berlangsung selama kurang lebih 266 hari atau 38 minggu.Dengan

penambahan 14 hari setelah hari, maka lama kehamilan menjadi 280 hari,

bila dihitung dari haid terakhir (Varney, 2007 ; h. 492).

Setiap bulan, saat ovulasi, seorang wanita melepaskan satu atau

dua sel telur (ovum) indung telur (ovarium), yang ditangkap oleh

umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur. Suatu persetubuhan,

cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma)

bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian tuba uterine

yang menggembung. Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang

mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.

Kemudian, pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel

mani untuk kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa tersebut disebut

pembuahan (konsepsi atau fertilisasi). Ovum yang telah dibuahi segera

membelah diri sambil bergerak (dengan bantuan rambut getar tuba)

menuju ruang rahim.Ovum yang telah dibuahi tadi kemudian melekat

pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa

tersebut disebut nidasi atau implantasi.Dari pembuahan sampai nidasi,

diperlukan waktu kira-kira 6 hari untuk menyuplai darah dan zat-zat

makanan bagi mudhigah dan janin, dipersiapkan uri (placenta). Jadi,

dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel

telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi), nidasi

(3)

2. Tanda kehamilan

a. Tanda-tanda presumtif

1) Amenorea (tidak mendapat haid)

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terahir

(HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran

tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan

rumus dari Naegele:

TTP= (HPHT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1).

2) Mual dan muntah (nausea and vomiting).

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga

akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari,

disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan

muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis

gravidarum.

3) Mengidam (ingin makanan khusus)

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu

terutama pada bulan-bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak

tahan suatu bau-bauan.

4) Pingsan

Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,

seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

5) Tidak ada selera makanan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian

(4)

6) Lelah (fatigue)

7) Payudara membesar, tegang, dan sakit nyeri, disebabkan

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus

dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih

membesar.

8) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gelaja tersebut muncul

kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

9) Konstipasi/Obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormon steroid.

10) Epulisi : hipertrofi papila gingifalis.

11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon

Kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka (chloasma

gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea

nigra = grisea).

12) Epulis : hipertrofi papila gingivalis.

13) Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis,

dan vulva, biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil

1) Perut membesar

2) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

(5)

3) Tanda hegar : ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang

lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

sampai 6 minggu.

4) Tanda chadwick : perubahan warna menjadi kebiruan yang

terlihat di porsio, vagina, dan labia. Tanda tersebut timbul

akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

5) Tanda piskacek : Pembesaran dan pelunakan rahim kesalah

satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina.

Biasanya, tanda ini ditemukan diusia kehamilan 7-8 minggu.

6) Kontraksi kecil uterus jika dirangsang = Braxton-Hicks.

7) Teraba ballotement.

8) Reaksi kehamilan positif.

c. Tanda pasti (tanda positif) :

1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga

bagian-bagian janin.

2) Denyut jantung janin :

a) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laenneck

b) Dicatat dan didengar dengan alat dopler, dicatat dengan

feto-elektrokardiogram, dilihat pada ultrasonografi.

3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Mochtar, 2012; h.

35).

3. Respon psikologis kehamilan pada trimester I, II dan III

Respons psikologis dapat terulang pada kehamilan berikutnya

(6)

a. Trimester pertama.

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.

PenyesuaIan yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan

bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa sedih

dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80%

wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan

kesedihan. Namun, perasaan ambivalen ini biasanya akan berakhir

dengan sendrinya seiring dengan penerimaan kehamilannya.

Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan

difasilitasi oleh perasaannya sendiri yang merasa cukup aman untuk

mulai mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulkan konflik

yang dialami.

b. Trimester Kedua.

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,

dimana wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Trimester kedua

sebenarnya terbagi atas 2 fase: praquickening dan pasca-quickening.

Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang

terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan

tugas psikologis utamanya pada trimester kedua yaitu

mengembangkan identitasnya sebagai ibu pada dirinya sendiri, yang

berbeda dari ibunya. Quickening memudahkan wanita

mengkonseptualisasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari

dirinya sendiri. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam

(7)

c. Trimester Ketiga.

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan.Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga.

Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri, seperti: apakah bayinya akan lahir abnormal,

terkait persalinan dan kelahiran (nyeri, kehilangan kendali, dan

hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia

akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar, atau apakah organ

vitalnya akan mengalami cedera (Varney, 2007).

4. Standar pemeriksaan kesehatan ibu hamil

Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Care sedikitnya 4 kali

selama Kehamilan yaitu :

a. 1 kali pada Kehamilan triwulan pertama antara 0 hingga 13 minggu.

b. 1 kali pada Kehamilan triwulan kedua antara 14 hingga 27 minggu.

c. 2 kali Kehamilan triwulan ketiga antara 28 hingga 40 minggu

(Sulistyawati, 2011; h.4).

5. Resiko tinggi pada ibu hamil

Faktor resiko kehamilan seprti umur terlalu muda atau tua, banyak

anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan secara tidak

langsung menambah resiko kesakitan dan kematian ibu hamil. Resiko

tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab

langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir ,

eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat

pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan beresiko tinggi (Sitompul,

(8)

Hasil penelitian Kurniawati (2014) menunjukan bahwa terdapat

pengaruh umur terhadap kejadian kehamilan resiko tinggi, karena umur

yang ekstrem memungkinkan terjadinya penurunan dari fungsi organ

reproduksi. Sedangkan paritas juga menjadi faktor penyebab terjadinya

kehamilan resiko tinggi. Semakin tinggi paritas ibu, maka kehamilan

semakin beresiko. Hal ini disebabkan karena lemahnya otot rahim pada

ibu berusia ekstrem dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan saat

persalinan maupun setelah persalinan.

Sari (2014) menambahkan dalam penelitiannya bahwa variabel

yang paling dominan dalam hubungan antara faktor tidak langsung

dengan kejadian risiko kehamilan 4-T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu

banyak dan terlalu dekat) adalah variabel tempat tinggal (desa/kota),

tingkat pendidikan, status ekonomi, dan keinginan hamil. Ibu yang tinggal

di perdesaan berpeluang 1,1 kali berisiko kehamilan 4T, sementara ibu

yang berpendidikan rendah (SD ke bawah) berpeluang 1,4 kali untuk

mengalami risiko kehamilan. Ibu dari keluarga miskin berpeluang 1,3 kali

mengalami risiko kehamilan, sedangkan ibu yang sulit akses ke

pelayanan kesehatan berpeluang 1,9 kali berisiko hamil dengan kondisi

4-T, dan ibu yang tidak/belum ingin hamil berpeluang 4,9 kali mengalami

risiko kehamilan. Masalah risiko kehamilan lebih mungkin terjadi pada

kelompok ibu yang tinggal di perdesaan, dengan tingkat pendidikan dan

ekonomi rendah, dan kesulitan akses ke fasilitas kesehatan serta belum

(9)

6. Standar asuhan kesehatan ibu hamil

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care ada 10 standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau, tenaga kesehatan.

Yang dikenal dengan 10T, pelayanan atau asuhan standar minimal 10T

adalah sebagai berikut (Sulistiyawati, 2011; h. 121):

a. Timbang berat badan dan ukuran tinggi badan

b. Pemeriksaan tekanan darah

c. Nilai status gizi (nilai lengan atas)

d. Pemeriksaan puncak Rahim (tinggi fundus uteri)

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

f. Skrining status imunisasi tetanus dan diberikan imunisasi tetanus

toksoid (TT)

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

h. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

i. Tata laksanaan kasus

j. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan,

pencegahan, komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

7. Kunjungan antenatal

Table 2.1 Kunjungan Antenatal

Kunjungan Waktu Informasi penting

Trimester I Sebelum minggu ke 14

-Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

-Mendeteksi masalah dan

menanganinya.

-Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

(10)

dan kesiapan untuk menghadapi komplikas

-mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebrsihan, istirahat, dan sebagainya).

Trimester II Sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (Tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema,

periksa untuk mengenai

proteinuria). Trimester III Antara 28-36

minggu

Sama seperti diatas, ditambah

palpasi abdomen untuk

mengetahui apakah kehamilan ganda

Trimester III Setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Sumber: Saiffudin (2010; h N-2)

8. Tanda bahaya kehamilan

a. Trimester I

1) Abortus (Keguguran)

Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan. Klinis abortus spontan dibagi

menjadi 5 yaitu (Mochtar, 2011; h 150-152) :

a) Abortus immines adalah keguguran yang mengancam.

Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat

dipertahankan dengan cara tirah baring, tidak berhubungan

badan, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat

(11)

b) Abortus insipiens adalah proses keguguran yang sedang

berlangsung ditandai dengan adanya rasa sakit karena

kontraksi Rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi.

c) Abortus inkomplet adalah keguguran bersisa atau hanya

sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal

adalah desidua atau plasenta.

d) Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan

(desidua dan fetus) sehingga rongga Rahim kosong

e) Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang telah mati

masih berada di dalam rahim.

2) Mola Hidatidosa

Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan

hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah

fertilisasi, namun terjadi proliferasi dari vili korialis disertai dengan

degenerasi hidropik. Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui.

Faktor penyebab kehamilan ini meliputi:

(a) Ovum sudah patologis sehingga mati, namun terlambat

dikeluarkan.

(b) Keadaan social ekonomi yang rendah

(c) Paritas tinggi

(d) Kekurangan protein

(e) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

(12)

b. Trimester II

1) Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari

karena keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.

(Mochtar, 2011; h 141)

2) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi

diluar rongga uterus. (Saifuddin, 2010; h.15)

c. Trimester III

a) Preeklamsia

Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul

pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang terdiri atas

trias gejala yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema,

kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. (Yulaikhah, 2009; h. 95)

Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti.Teori

yang terkenal sebagai penyebab preeklamsia adalah teori iskemia

plasenta. Akan tetapi teori ini belum dapat menerangkan semua

hal yang berkaitan dengan preeklamsia.(Yulaikhah, 2009; h. 95)

Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya preeklamsia dan

(13)

(1) Jumlah primigravida terutama primigravida muda

(2) Distensi Rahim yang berlebih, seperti hidramnion, hamil ganda,

dan mola hidatidosa

(3) Penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus

(DM), dan kegemukan.

(4) Jumlah umur ibu diatas 35 tahun

(5) Preeklamsia berkisar antara 3%-5% dari kehamilan yang

dirawat (Yulaikhah, 2009; h 96).

b) Klasifikasi preeklamsia

(1) Preeklamsia ringan

(a) Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg

dengan interval pemeriksaan 6 jam

(b) Tekanan darah diastolic 90 mmHg atau kenaikkan 15

mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam

(c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu

(d) Proteinuria 0,3 gram atau lebih dengan kualitatif plus 1-2

pada urine kateter atau urine aliran tengah (Yulaikhah,

2009; h. 99)

(2) Preeklamsia berat

Tanda dan gejala preeklamsi berat (Yulaikhah,2009;h 99) :

(a) Tekanan darah 160/110 mmHg

(b) Oliguria, urine kurang dari 400 cc/24 jam

(c) Proteinuria lebih dari 3 gram/liter

(d) Keluhan subyektif, meliputi:

(14)

(f) Gangguan penglihatan

(g) Nyeri kepala

(h) Edema paru dan sianosis

(i) Gangguan kesadaran

(3) Eklamsia

Eklamsia adalah preeklamsia berat yang dilanjutkan dengan

keadaan kejang dan atau sampai koma. Kejadian eklamsia

menurut timbulnya dibagi kedalam (Yulaikhah, 2009; h. 101):

(a) Eklamsia gravidarum (50%)

(b) Eklamsia parturein (40%)

(c) Eklamsia puerperium (10%)

Sebelum kejang kondisi ini didahului dengan gejal subjektif yaitu

nyeri kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan

semakin kabur, dan terdapat mual muntah dan hasil pemeriksaan

menunjukkan hiper refleksia atau mudah terangsang (Yulaikhah,

2009; h 102)

c) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar

segmen bawah Rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau

seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa digolongkan

menjadi 3 macam (Yulaikhah, 2009; hal 109-110):

(1) Plasenta previa totalis yaitu pada pembukaan 4-5 cm teraba

(15)

(2) Plasenta previa partialis yaitu jika pembukaan 4-5 cm sebagian

permukaan ditutupi oleh plasenta

(3) Plasenta previa marginalis yaitu jika sebagian kecil atau hanya

pinggir ostium yang ditutupi oleh plasenta

d) Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya

dengan implantasi normal pada kehamilan lebi dari 28 minggu.

Faktor predisposisi solusio plasenta (Yulaikhah, 2009; hal. 113) :

(a) Hamil pada usia tua

(b) Mempunyai tekanan darah tinggi

(c) Bersamaan dengan preeklamsia atau eklamsia

(d) Tekanan vena kava inferior yang tinggi

(e) Kekurangan asam folat

e) Ketuban Pecah Dini (KPD)

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda

persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi

(16)

(1) Etilogi KPD meliputi hal-hal berikut ini (Yulaikhah, 2009; hal

116) :

(a) Servik inkompeten

(b) Ketegangan Rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda,

dan hidramnion

(c) Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak

lintang

(d) Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung,

bagian terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul),

disproposi sefalopelvik

(e) Kelainan bawaan dari selaput ketuban

(f) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada

selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga

memudahkan ketuban pecah.

9. Zat besi (tablet Fe) pada ibu hamil

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini

terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu

sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang

mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri

dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe)

(Susiloningtyas, 2009).

(17)

alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai

reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Linda, 2007).

Susiloningtyas, (2009) menjelaskan bahwa kebutuhan zat besi

selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini diperlukan

untuk :

a. ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.

b. ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.

c. ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin

maternal/ sel darah merah.

d. ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.

e. ± 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Arisman (2007) menjelaskan bahwa efek samping tablet besi

berupa pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu

hati, mual, muntah, dan diare (terkadang juga konstipasi). Penyulit ini

tidak jarang menyusutkan ketaatan pasien selama pengobatan

berlangsung. Menurut Salmah, dkk (2006) Kebutuhan zat besi pada

kehamilan kurang lebih 1000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan

massa sel darah merah dan 300 mg untuk transportasi ke fetus dalam

kehamilan 12 minggu, 300 mg lagi untuk menggantikan cairan yang

keluar dari tubuh. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 3,5

mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester akhir

(18)

10. Ketidaknyamanan selama hamil

Menurut Varney (2007; h. 536-544) bahwa ketidaknyamanan

umum yang sering teradi pada ibu selama menjalani keamilan, adalah

sebagai berikut:

a. Nausea

Sering diartikan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering

terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan sepanjang hari.

b. Ptialisme (Salivasi Berlebihan)

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat

disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau

peningkatan zat pati yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita

yang rentan mengalami sekresi berlebihan.

c. Keletihan

Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan oleh

penurunan drastic laju metabolism dasar pada awal kehamilan, tetapi

alasan ini masih belum jelas.

d. Nyeri punggung bagian atas

Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat

(19)

e. Leukorea

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan

konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama.

Sekresi ini bersifat asam meskipun basil ini berfungsi untuk

melindungi ibu dan janin dari kemungkinan infeksi yang mengancam,

tetapi basil ini merupakan medium yang dapat mempercepat

pertumbuhan organisme yang bertanggung jawab terhadap terjadinya

vaginitis.

f. Peningkatan frekuensi berkemih

Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi

lunak (tanda hegar) menyebabkan antefleksi pada uterus yang

membesar.Hal ini menyebabkan tekanan langsung pada kandung

kemih.

g. Nyeri ulu hati

Nyeri ulu hati timbul menjelang akhir trimester kedua dan bertahan

hingga trimester ketiga adalah kata lain untuk regurgitasi atau refluks

isi lambung yang asam menuju esophagus bagian bawah akibat

peristaltis balikan.

h. Konstipasi

Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usu besar ketika terjadi

(20)

i. Hemoroid

Hemoroid sering didahului dengan konstipasi, oleh karena iu semua

penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

j. Kram tungkai

Kram kaki disebabkan oleh gangguan asupan kalsium atau asupan

kalsium yang tidak adekuat atau ketidakseimbangan rasio kalsium

dan fosfor dalam tubuh.

k. Edema dependen

Edema dependen pada kaki timbul akibat sirkulasi vena pada

ekstremitas bagian bawah.

l. Varises

Varises dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.

m. Dyspareunia

Nyeri saat berhubungan seksual selama kehamilan.

n. Insomnia

Insomnia disebabkan karena kekhawatiran, kecemasan, terlalu

gembira menyambut acara untuk keesokan hari.

(21)

Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya

seiringnya bertambah usia kehamilan karena diakibatkan oleh

pergeseran pusat gravitasi tersebut dan postur tubuhnya.

p. Sesak napas

Sesak napas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami

pada trimester ke-3. Selama periode ini uterus membesar hingga

terjadi penekanan diafragma.

q. Kesemutan

Pertumbuhan pada pusat gravitasi akibat uterus membesar dan

bertambah berat dapat menyebabkan wanita dengan mengambil

postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke belakang dan kepala

antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan bert bagian depannya

dan lengkung punggungnya.

r. Sindrom hipotensi terlentang

Sindrom ini menyebabkan wanita merasa seperti ingin pingsan dan ia

menjadi tidak sadarkan diri bila masalah tidak teratasi

B. PERSALINAN

1. Pengertian

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan

membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan

terjadi pada system reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu

(22)

bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan yang dilalui

wanita (Bopak, 2004 ; h. 245)

Partus spontan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu

sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2011 ; h. 69)

Persalinan yang normal (eutasia) menunjukan bahwa ketiga

faktor penting yaitu, Power (P), Passage (P), dan Passenger (P) sama

baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm dan hidup. Selain

itu, terdapat faktor lainnya, seperti faktor kejiwaan wanita dan penolong

(Manuaba, 2010; h. 371).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah

suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan

saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500 gram-1000

gram. Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36

minggu dengan berat janin antara 1000 gram-2500 gram

2. Macam- macam persalinan:

a. Persalinan spontan

Yaitu apabila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan

Yaitu apabila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

(23)

c. Persalinan anjuran

Yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin.

3. Perubahan-Perubahan Fisiologis Persalinan

Beberapa perubahan yang terjadi pada masa persalinan yaitu

uterus, serviks dan sistem kardiovaskular.

a. Uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan

keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri

menjalar ke bawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk

mendorong janin ke bawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif

hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya

menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerja sama

antara uterus bagian atas dan bagian bawah disebut polaritas.

Pembentukan Segmen Atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim

Segmen atas rahim (SAR), terbentuk pada uterus bagian atas dengan

sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat

banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus

sampai ishmus uteri.

Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah

antara ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipi dan elastis,

pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.

(24)

seluruh ototnya kontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his

bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus

yang menarik otot bawah rahim keatas sehingga akan menyebabkan

pembukaan serviks dan dorongan janin kebawah secara alami

(Sulistiawati, 2011)

b. Serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium Uteri Internum

(OUI) di tarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek

dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena

canalis servikalis membesar dan atas membentuk ostium uteri

eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.

(Sumarah, 2008). Pada kala II ,Serviks sudah menipis dan dilatasi

maksimal. Saat dilakukan pemeriksaan dalam, porsio sudah tidak

teraba dengan pembukaan 10 cm (Sulistiawati, 2011).

c. Perubahan pernafasan

Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian O2 terlihat dari

peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan

alkalosis respiratorik ( PH meningkat ) hipoksia dan hipokapnea ( CO2

menurun)

d. Perubahan pada ginjal

Pada trimester ke II kandung kemih menjadi organ abdomen. Apakah

terisi kandung kemih dapat teraba diatas simpisis pubis. Selama

persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara

spontan akibat dari :

(25)

2) Rasa tidak nyaman

3) Sedasi dan rasa malu

e. Perubahan integument

Terlihat pada daya distensibilitas daerah introtus vagina (muara

vagina). Pada setiap individu tingkat distensibilitas berbeda, meskipun

meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit

sekitar introitus vagina meskipun tidak dilakukuan episiotomi / terjadi

laserasi.

f. Perubahan muskuloskeletal

Dapat mengalami stress selama masa persalinan. Diaphoresis,

keletihan, proteinuria dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai

peningkatan aktivitas yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi

terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm.

g. Perubahan neuriologis

Menunjukkkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman pada

masa persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk ke

tahap I persalinan dan masuk kesetiap tahap berikutnya. Mula-mula

wanita terasa euphoria kemudian menjadi serius dan mngelami

amnesia diantara fraksi selama tahap ke II akibatnya wanita merasa

senang atau merasa letih saat melahirkan.

h. Perubahan pencernaan

Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui

mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.

Selama persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran cerna menurun

(26)

sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks

lengkap.

i. Perubahan endokrin

Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat

diakibatkan oleh penurunann kadar progresteron dan peningkatan

estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan

kadar aliran darah dapat menurun akibat proses persalinan (Verney,

2007)

j. Sistem Kardiovaskular

Perubahan kerja jantung dalam persalinan disebabkan karena his

persalinan usaha ekspulsip, pelepasan plasenta yang menyebabkan

terhentinya peredaran darah dari plasenta dan kembali kepada

peredaran darah. Perubahan selama kontraksi yang ditandai dengan

increnetr, decremen merefleksikan peningkatan metabolisme yang

terjadi selama persalinan (Varney, 2007). Peningkatan

metabolismenya ini dikarenakan kecemasan dan aktifitas otot skelet.

Peningkatan aktifitas direpleksikan dengan peningkatan suhu tubuh,

denyut jantubf, respirasi cardiac output dan kehilangan cairan.

Kompensasinya adalah tekanan darah meningkat 10-20 mmhg dan

peningkatan nadi. Setelah kontraksi sistol kembali ke level semula.

4. Tinggi Fundus Uterus (TFU)

Menurut Mufdlilah (2009) menjelaskan bahwa pengukuran Tinggi

Fundus Uteri (TFU) dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi

secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat

(27)

terhadap terjadinya molahidatidosa (kehamilan mola/kehamilan anggur),

janin ganda atau hidramnion dimana ketiganya dapat mempengaruhi

terjadinya kematian maternal.

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uterus (TFU)

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu 1/3 di atas simpisis

16 minggu ½ simpisis-pusat

20 minggu 2/3 di atas simpisis

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 1/3 di atas pusat

34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus

36 minggu Setinggi prosessus xifoideus

40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

5. Sebab-sebab dimulainnya persalinan

1) Penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di

dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone

menurun sehingga timbul his.

2) Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim.

3) Keregangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya

teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim, maka dengan

(28)

4) Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang

peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama

dari biasa.

5) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah

satu sebab permulaan persalinan.Hasil dari percobaan menunjukkan

bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,

intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada

setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar

prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah

perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama

persalinan.

6. Komplikasi persalinan

Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian

maternal khususnya di Negara berkembang. Faktor yang menyebabkan

pendarahan post partum adalah grandemultipara, jarak persalinan

pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan

pertolongan persalinan dengan paksa, dan persalinan dengan narkosa.

(Manuaba, 2012; h 395).

7. Langkah persalinan normal

Menurut buku pedoman Asuhan Persalinan Normal JNPK-KR

(29)

a. Mengenali tanda dan gejala kala II

Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala

dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan

tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya, perineum

menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka.

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

1) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan

komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia tempat datar dan

keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60

watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain

di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu

bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali

pakai dalam partus set.

2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.

Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

4) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk semua pemeriksaan dalam.

5) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.

(30)

1) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika

mulut vagina perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka

dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar, mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi.

2) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah

lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.

3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit, mencuci tangan.

4) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan

bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil

penilaian serta asuhan lainnya dicatat pada partograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

1) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai

(31)

untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan,

menjelaskan kepada anggota bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

meneran.

3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran

secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada

saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya

tidak sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara

kontraksi.Anjurkan keluarga untuk memberi semangat pada

ibu. Berikan cukup asupan cairan. Menilai DJJ setiap

kontraksi uterus selesai. Segera rujuk bila bayi tidak lahir

setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran

(multigravida).

4) Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam 60 menit.

5) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

(32)

6) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah

bokong ibu.

7) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan

alat dan bahan.

8) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan

yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. Dengan lembut,

menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa

yang bersih.

2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

3) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

4) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi

berikutnya dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke

arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke

(33)

5) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke

tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi

saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

7) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung dan kaki lahir memegang

kedua mata kaki bayi, dengan hati-hati membantu kelahiran

bayi.

f. Penanganan bayi baru lahir

1) Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas

tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak

bernafas tidak menangis lakukan resusitasi.

2) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan

bayi di atas perut ibu.

3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal).

4) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar

uterus berkontraksi baik.

5) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin

(34)

6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan

urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

7) Memotong dan mengikat tali pusat, dengan satu tangan

memegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan penjepitan

tali pusat antara 2 klem tersebut atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan satu simpul kunci pada sisi lainnya.

Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

8) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehingga

bayi menempel di dada ibu/di perut ibu. Usahakan kepala bayi

berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

posisi puting payudara ibu.

9) Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

g. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.

2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas

simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.

3) Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah darso kranial

secara hati-hati. Untuk mencegah inversio uterus jika plasenta

(35)

dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di

atas.

4) Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik

tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,

mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah panjang,

pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan

lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit

meregangkan tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit

IM. Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh. Minta

keluarga untuk menyiapkan rujukan. Ulangi peregangan tali

pusat 15 menit berikutnya. Jika plasenta tidak lahir dalam 30

menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera

lakukan plasenta manual.

5) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika selaput

ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari

tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang

tertinggal.

6) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan

(36)

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

h. Menilai perdarahan

1) Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun janin dan

pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap, masukkan plasenta

kedalam kantong plastik atau tempat khusus.

2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penilaian bila laserasi menyebabkan perdarahan.

i. Melakukan prosedur pasca persalinan

1) Pastikan uterus berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling

sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan

inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu

pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup

menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu

selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

3) Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi,

beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 mg IM di

paha kiri anterolateral.

4) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi didalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan

kembali bayi didada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam

(37)

5) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca

persalinsan. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan. Setiap 23-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia

uteri.

6) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai

kontraksi.

7) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

8) Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1

jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam

kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan

yag sesuai untuk temuan yang tidak normal.

9) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal

(36,5-37,5 oC).

10) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah dekontaminasi.

11) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah

(38)

12) Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat

Tinggi (DTT). Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

13) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya.

14) Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %.

15) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %.

Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

selama 10 menit.

16) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

17) Lengkapi partograf.

8. Tahapan-tahapan persalinan

Menurut Sulistyawati (2011), ada beberapa tahap persalinan,

yaitu:

1) Kala I (pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan ibu primipara, jika sudah

terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal dua

kali dalam 10 menit selama 40 detik.Ibu primipara adalah kala

pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm

(pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase

laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7

jam) dimana serviks membuka clari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan

sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan

(39)

bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya ibu primipara untuk

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigrattida sekitar

8 jam. Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam.

Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat

diperkirakan.

2) Kala II (Pengeluaran Bayi)

Kala II ini adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan

lengkap sampai bayi baru lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya

ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir.

Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan I jam

pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan dalarn untuk memastikan pembukaan sudah

lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6

cm.

Gejala utama kala II adalah :

a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50- 100

detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pacla pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

d) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi

(40)

hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung

dan muka, serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong.

g) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30

menit.

3) Kala III (Pelepasan Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahimya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan fisiologis kala III

adalah otot uterus menyebabkan berkurangnya rongga uterus secara

tiba tiba setelah lahirnya bayi.Penyusunan ukuran rongga uterus ini

menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi

semkain kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah.Perubahan

psikologis kala III adalah ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk

bayi. Kemudian ibu merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya,

juga merasa sangat lelah. Memusatkan diri dan kerap bertanya

apakah vaginanya perlu dijahit dan menaruh perhatian terhadap

plasenta (Marisah dkk, 2011).

4) Kala IV (Observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama l-2 jam. Pada kala IV

dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling

(41)

9. Komplikasi persalinan

Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian

maternal khususnya di Negara berkembang. Faktor yang menyebabkan

pendarahan post partum adalah grandemultipara, jarak persalinan

pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan

pertolongan persalinan dengan paksa, dan persalinan dengan narkosa.

(Manuaba, 2012; h. 395). Kegawatdaruratan persalinan :

a. Retensio plasenta

Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit)

setelah persalinan bayi (Manuaba, 2012; h.399).

b. Persalinan lama

Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada primigravida dan 18

jam pada multigravida (Manuaba, 2012; h.389).

c. Atonia uteri

Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus

tidak mau menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi

plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2010; h. 524).

d. Inversio uteri

Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, yang dpaat

(42)

10. Hal-hal yang penting dalam menolong persalinan

Rencana persalinan perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan

dan harus terdiri atas elemen-elemen dibawah ini:

a. Dimana Ibu akan Bersalin (Desa, Fasilitas Kesehatan, Rumah Sakit).

b. Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika

terjadi kegawatdaruratan.

c. Ke fasilitas mana Ibu akan dirujuk.

d. Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi ke gawat daruratan.

e. Bagaimana cara mencari Donor Darah.

f. Membuat Rencana / Pola Menabung:

1) Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk

persediaan dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi

kegawatdaruratan.

2) Menabung sesuai kemampuan dan terprogram.

3) Kesepakatan bersama dalam keluarga.

4) Program Tabulin.

g. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan.

a) Ibu dan keluarga dapat mengumpulkan barang-barang (seperti

pembalut wanita, sabun, baju ibu, baju bayi dan lain-lain) dan

menyimpannya untuk persiapan persalinan.

b) Beberapa rumah sakit biasa nya sudah membuatkan daftar

peralatan yang harus dibawa saat datang.

c) Hendaknya dipersiapkan jauh hari sebelumnya, dimasukan dalam

(43)

panik dan dapat langsung mencari pertolongan (Dewi dkk., 2012;

h.131-133).

11. Asuhan kebidanan persalinan

Asuhan kebidanan pada persalinan dibagi IV tahap, yaitu

a. Kala I

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan

kebidanan pada kala I yaitu:

1) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan

partograf;

2) Pemantauan terus-menerus vital sign;

3) Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi;

4) Pemberian hidrasi bagi pasien;

5) Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan

posisi dan ambulansi;

6) Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman;

7) Memfasilitasi dukungan keluarga.

b. Kala II

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II

persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu

pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut:

1) Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu;

2) Evaluasi kontinu kesejahteraan janin;

3) Evaluasi kontinu kemajuan persalinan;

(44)

5) Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta

keluarga;

6) Persiapan persalinan;

7) Penatalaksanaan kelahiran;

8) Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan

c. Kala III

1) Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya;

2) Lakukan manajemen aktif kala III;

3) Pantau kontraksi uterus;

4) Berikan dukungan mental pada pasien;

5) Berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien

dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancar;

6) Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh

bagian bawah (perineum)

d. Kala IV

Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan

kala IV persalinan adalah:

1) Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus

sampai menjadi keras.

2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap

15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2.

3) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.

4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan

(45)

5) Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan

bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman.

6) Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan

bayi.

7) Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat

tepat untuk memberikan ASI

8) Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan.

9) Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa

fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu

dan bayi

12. Faktor - faktor Persalinan

Menurut Sumarah dkk, (2008) faktor yang mempengaruhi

persalinan antara lain:

1) Passage jalan lahir

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina. Meskipun

jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan

dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya

terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan

bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

2) Passanger janin

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala, janin,

(46)

melewati jalan lahir, maka plasenta juga dianggap sebagai bagian dai

passanger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat

proses persalinan pada kehamilan normal.

3) Power (kekuatan mengejan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin

dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan

primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi,

usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan

sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi

involunter. Kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang

terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas.

Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke uterus bagian bawah dalam

bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat.Kekuatan primer

membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi yang kemudian

terjadi penurunan janin.

4) Posisi ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah

posisi membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman dan

memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,

duduk dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi

membantu penurunan janin. Kontraksi utreus lebih kuat dan efisien

(47)

lebih cepat. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu

dalam kondisi normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi

uterus mengendalikan darah ke anyaman pembuluh darah. Posisi

tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu

dan mencegah kompresi pembuluh darah.

5) Psychology respons (Respon psikologi)

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat, jika

dirinya tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang

disampaikan kepadanya. Perilaku dan penampilan wanita serta

pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan

yang akan diperlukannnya. Membantu wanita berpatisipasi sejauh

yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan

hasil akhir persalinannya, membantu wanita menghemat tenaga,

mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam

mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari

orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang

sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan

menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi

sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi

analgesi jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien

adalah bentuk-bentuk dukungan psikologi. Dengan kondisi psikologi

(48)

C. BAYI BARU LAHIR 1. Pengertian

Kelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang

reguler sampai ekspulsi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal

disebut persalinan (labor) – suatu istilah yang pada konteks obstetric

mengambil beberapa konotasi dari bahasa inggris, menurut New Shorter

Oxford English Dictionary (1993), toil, trouble, suffering, bodily exertion,

especially when painful, and an outcome of work merupakan karakteristik

persalinan (labor) dan dengan demikian terlibat dalam proses pelahiran.

Konotasi tersebut, seluruhnya, tampaknya sesuai untuk kita dan

menekankan perlunya tenaga medis untuk mendukung kebutuhan

perempuan yang sedang bersalin, terutama dalam hal peredaran nyeri

secara efektif (Cuningham, 2014 ; h. 392).

2. Standar pelayanan bidan pada BBL :

Jnpk-Kr (2008) menjelaskan bahwa penanganan bayi baru lahir

adalah sebagai berikut:

a. Mencegah pelepasan panas yang berlebihan

Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui

proses konveksi, konduksi, evaporasi dan radiasi.

1) Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak

langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih

rendah dari suhu tubuh bayi.

2) Konveksi adalah proses hilangnya panas melalui kontak dengan

(49)

ruangan terbuka dimana angin secara langsung mengenai

tubuhnya.

3) Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bayi bila bayi

berada dalam keadaan basah, misalnya bila bayi tidak segera

dikeringkan, setelah proses kelahirannya atau setelah mandi.

4) Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi

diletakkan dekat dengan benda-benda yang lebih rendah

suhunya dari suhu tubuhnya, misalnya bayi diletakkan dalam

tembok yang dingin.

b. Cara mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi

Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban atau cairan lain dengan

kain hangat dan kering untuk mencegah terjadinya hipotermi. Selimuti

bayi dengan kain kering terutama bagian kepala. Ganti handuk atau

kain yang basah. Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak

berpakaian. Jangan memandikan setidak-tidaknya 6 jam setelah

persalinan. Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat.

c. Bebaskan atau bersihkan jalan nafas

Bersihkan jalan nafas bayi dengan cara mengusap mukanya dengan

kain atau kapas yang bersih dari lendir segera setelah kepala lahir.

Jika bayi lahir bernafas spontan atau segera menangis, jangan

lakukan penghisapan rutin pada jalan nafasnya.

d. Rangsangan taktil

Mengeringkan tubuh bayi pada dasarnya merupakan tindakan

rangsangan pada bayi dan mengeringkan tubuh bayi cukup

(50)

e. Laktasi

Laktasi merupakan bagian dari rawat gabung, setelah bayi

dibersihkan, segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat

ASI. Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih refleks

hisap bayi, membina hubungan psikologis ibu dan anak, membantu

kontraksi uterus melalui rangsangan pada puting susu, memberi

ketenangan pada ibu dan perlindungan bagi bayinya serta mencegah

panas yang berlebih pada bayi.

f. Mencegah infeksi pada mata

Berikan tetes mata atau salep mata antibiotik 2 jam pertama setelah

proses kelahiran.

g. Identifikasi bayi

Dengan membuat dan memeriksa catatan mengenai jam dan tanggal

kelahiran bayi, jenis kelamin dan pemeriksaan tentang cacat bawaan.

Selain itu identifikasi dilakukan dengan memasang gelang identitas

pada bayi dan gelang ini tidak boleh lepas sampai penyerahan bayi.

3. Asuhan bayi baru lahir

Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman

Asuhan persalinan normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan

asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau

perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam

ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi

dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24

(51)

a. Pencegahan infeksi (PI)

b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

c. Pemotongan dan perawatan tali pusat

d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,

kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.

f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis

tunggal di paha kiri

g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan

h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika

dosis tunggal

i. Pemeriksaan bayi baru lahir

j. Pemberian ASI eksklusif (Kemenkes, 2010).

4. Kunjungan noenatal

a. Kunjungan Neonatal hari ke-1 (KN 1)

1) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat di

laksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (>24

jam)

2) Untuk bayi yang lahir di rumah ,bila bidan meninggalkan bayi

sebelum 24 jam ,maka pelayanan dilaksanakan pada 6 jam

setelah lahir.Hal yang di laksanakan :

a) Jaga kehangatan tubuh bayi

Gambar

Table 2.1 Kunjungan Antenatal
Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uterus (TFU)
Tabel 2.3 Apgar Skor
Tabel 2.4  Asuhan yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan Masa Nifas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penghargaan yang diraih oleh Yayasan Al Firdaus tentunya tidak didapatkan secara instan, diperlukan strategi komunikasi yang telah direncanakan dengan matang untuk

Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Guru Bimbingan dan Konseling

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Diagram Alir Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah dengan Alat – Alat yang Digunakan, Jumlah Unit, dan Kapasitas Masing - Masing Alat………... Diagram Alir Proses Beserta Neraca

Modul ini berguna untuk membuat atau melihat kembali slip gaji untuk tanggal 1. User akan memasukkan bulan dan tahun slip gaji. Sistem akan mengecek apakah gaji untuk bulan dan

Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk mencari faktor-faktor yang membedakan antara pengguna layanan jasa pengiriman pos komersial PT Pos Indonesia (Persero) yang

Knowledge management merupakan kegiatan organisasi dalam mengelola pengetahuan sebagai aset, dimana dalam berbagai strateginya ada penyaluran pengetahuan yang tepat

Formulasi Nugget Ayam Per 100 G Pada Penelitian Pendahuluan Dengan Berbagai Konsentrasi Subtitusi Tepung Ubi Jalar Ungu ... Formulasi Nugget Ayam Per 100 G Pada Penelitian Utama