• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - TRI SUTRISNO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - TRI SUTRISNO BAB II"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung kelapa

merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya disebabkan

oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2) yang terdapat dalam tempurung. Dari berat total

buah kelapa, antara 15 – 19% merupakan berat tempurungnya. Selain itu tempurung juga banyak mengandung lignin. Sedangkan kandungan methoxyl dalam tempurung kelapa

hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Pada umumnya nilai kalor yang

terkandung dalam tempurung kelapa adalah berkisar antara 18200 hingga 19388,05 kJ/kg

(Palungkun, 1999).

Buah kelapa mempunyai hasil sampingan berupa tempurung yang dapat diolah

menjadi arang. Namun, selama ini tempurung kelapa hanya digunakan sebagai bahan bakar

untuk memasak atau dibiarkan sebagai limbah. Untuk meningkatkan nilai tambah produk

kelapa, perlu dilakukan upaya pemanfaatan tempurung kelapa untuk diolah menjadi arang,

mengingat kebutuhan arang tempurung kelapa cenderung meningkat sebagai bahan baku

pembuatan arang aktif (Hadi, 2011).

Arang aktif atau sering juga disebut karbon aktif adalah jenis karbon yang memiliki

luas permukaan yang besar (500 m2/g). Hal ini dicapai dengan proses pengaktifan karbon,

baik secara kimia maupun fisik. Pengaktifan juga bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan adsorpsi karbon aktif. Arang aktif digunakan dalam berbagai jenis industry

sebagai adsorben dan untuk kegunaan lainnya (Hadi, 2011).

2.2. Arang Tempurung Kelapa

Arang merupakan suatu produk yang dihasilkan dari proses karbonisasi dari bahan

yang mengandung karbon terutama biomass kayu. Produk ini utamanya banyak digunakan

sebagai sumber energi. Proses pembuatan arang sesungguhnyah dapat dihasilkan berbagai

arang yang mempunyai kegunaan berbeda misalnya arang biasa hasil dari pembakaran

(2)

arang dengan melalui proses pengaktifan fungsinya dapat berubah untuk kesehatan,

pertanian, dan kecantikan (Pari et al, 2012).

Indonesia telah lama diketahui sebagai produsen arang ekspor di pasar dunia,

tercatat Indonesia termasuk nomor satu dari lima negara pengekspor arang terbesar di

dunia yaitu China, Malaysia, Afrika Selatan dan Argentina. Tercatat tahun 2000, Indonesia

mengekspor arang sebanyak 29.867.000 kg yang terdiri dari arang tempurung kelapa

(15,96%), arang mangrove (22,31%) dan arang kayu (61,73%) (Pari et al, 2012).

Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak

sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar, arang lebih menguntungkan

dibanding kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran yang lebih tinggi, dan asap

yang lebih sedikit. Arang dapat ditumbuk, kemudian dikempa menjadi briket dalam

berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis penggunaannya dibanding kayu bakar. Arang

dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif, dan sebagai bahan pengisi dan pewarna pada

industri karet dan plastik (Hendra, 2007).

Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa karbon

kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida. Peristiwa tersebut disebut sebagai

pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul

karbon yang komplek terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk

pembentukan arang terjadi pada suhu 150~3000C. pembentukan arang tersebut disebut

sebagai pirolisis primer. Arang dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon

monoksida, gas hydrogen dan gas-gas hidrokarbon 3. Peristiwa ini disebut sebagai pirolisis

sekunder (Hartanto & Alim, 2010).

2.3. Briket Tempurung Kelapa

Dengan keterbatasan sumber energi dan harga energi yang berasal dari fosil cukup

tinggi, masyarakat cenderung memanfaatkan sumber energi dari kayu bakar meskipun

terdapat beberapa kelemahan oleh karena itu perlu dilakukan pembaharuan dan modifikasi

peralatan dan sumber energi seperti dengan memperluas tanaman hutan tanaman energy

memperbaharui/memodifikasi alat penghasil energi, penyempurnaan bentuk bahan baku,

perbaikan sistim pengangkutan dan penyimpanan, sehingga akan diperoleh bahan bakar

(3)

briket, penyempurnaan tungku pembakaran dengan menghasilkan energi panas yang tinggi

(Pari et al., 2012).

Briket merupakan bahan bakar alternative yang menyerupai arang dan memiliki

kerapatan yang lebih tinggi. Sebagai salah satu bentuk bahan bakar baru, briket merupakan

bahan yang sederhana, baik dalam proses pembuatan ataupun dari segi bahan baku yang

digunakan. Sehingga bahan bakar briket memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan. Pembuatan briket telah banyak dilakukan dengan menggunakan bahan

baku berbasis biomassa, seperti briket biomassa tempurung biji jarak (Sudrajat et al.,

2006), briket serbuk gergajian kayu (Triono, 2006). Pembuatan briket arang dengan

menggunakan limbah dari arang aktif juga merupakan salah satu upaya menggali sumber

energy yang potensial (Pari, 2012).

Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah bahan

perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur

perekat, dicetak dengan system hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan.

Pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika

dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai bakar

dari arang, kekuatan briket arang dai tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah)

(Putra,2013).

Kelebihan briket dibandingkan dengan arang biasa, antara lain : mempunyai

temperatur penyalaan (ignition temperature) yang lebih rendah dan burnout time yang

lebih pendek dibandingkan dengan briket batubara. Ketika briket dipanasi, temperaturnya

naik, setelah mencapai temperature tertentu, volatile matter keluar dan terbakar disekitar

briket. Temperatur nyala turun jika campuran biomasa lebih banyak volatile matter dan

temperatur nyala biomasa lebih rendah dari batubara. Penambahan biomassa pada

biobriket dapat meningkatkan kemampuan nyala briket (Murfiheni, 2014). Briket apabila

dibakar tidak menimbulkan asap ataupun bau, sehingga bagi masyarakat ekonomi lemah

yang tinggal diperkotaan dimana ventilasi rumahnya kurang mencukupi, sangat praktis

menggunakan briket. Setelah terbakarpun , briket tidak perlu dikipasi karena sifatnya yang

mudah terbakar. Menurut Suyanto (1982) Hal-hal penting dalam pembakaran :

1. Pembakaran bahan bakar padat. Dalam pembakaran bahan bakar padat tahap

(4)

dipanaskan dan dikenai temperature tinggi dan menyebabkan moisture di

permukaan bahan bakar tersebut akan menguap. Kemudian dilanjutkan dengan

proses devolatilisasi. Pada tahap ini bahan bakar mengalami dekomposisi termal,

yaitu pecahnya ikatan kimia secara termal dan keluarnya volatile matter dari

partikel. Laju devolatilisasi dan hasil devolatilisasi tergantung pada temperatur dan

jenis bahan bakar.

2. Bahan Perekat. Perekat adalah bahan yang dapat merekatkan dua buah benda

berdasarkan ikatan permukaan. Menurut Hendra dan Darmawan, (2000) kekuatan

perekatan dipengaruhi oleh faktor sifat perekatnya sendiri dan tingkat penyesuaian

antara jenis bahan perkat dengan bahan yang direkat.

Menurut (Jamilatun, 2011) penggunaan perekat pati memiliki beberapa

keuntungan, antara lain : harga murah, mudah pemakaiannya, dapat menghasilkan

kekuatan rekat kering yang tinggi. Namun perekat ini memiliki kelemahan, seperti :

ketahanan terhadap air rendah, mudah diserang jamur, bakteri dan binatang pemakan pati.

Prosedur pembuatan perekat pati dan air adalah dengan menggunakan perbandingan 1

bagian berat tepung pati dan 16 bagian berat air.

Pada akhir 1990, masalah terkait dengan dioksin telah mendorong pengusaha incinerator untuk memajukan system pirolisis atau gasifikasi disamping system pelelehan.

Limbah padat dipanaskan dalam suhu sekitar 500oC didalam atmosfer dengan kadar

oksigen yang jarang atau rendah, dan sisa gas atau paatan yang dihasilkan dari proses itu

akan dibakar pada suhu diantara 1200 dan 1500 oC untuk mencairkan abu. Proses ini

diperkirakan akan menghasilkan keuntungan seperti emisi dioksin yang rendah, efisiensi

pembangkit listrik yang tinggi dan terak cair yang dapat diukur ulang

Akan tetapi, penelitian terakhir menemukan bukti bahwa fasilitas ini membutuhkan

penggunaan bahan bakar tambahan dan listrik yang tinggi dan hanya menghasilkan laju

daur ulang terak yang rendah. Untuk meminimalkan kelemahan ini, bagian pertama system

pelelehan pirolisis digunakan sebagai karbonisasi. Arang yang merupakan produknya dapat

digunakan sebagai alternative bahan bakar batu bara, pengkondisian tanah, dan batu bara

serbuk untuk tamur. Disisi lain, di uni eropa pirolisis digunakan sebagai teknolohi

alternative untuk menghasilkan energy dari limbah, tetapi sasarannya adalah gas pirolisis

(5)

Nilai kerapatan briket yang dihasilkan dapat dilihat dari Perbedaaan jenis bahan

baku. Bahan baku yang mempunyai kerapatan tinggi akan menghasilkan briket arang

dengan kerapatan tinggi, sedangkan bahan baku yang mempunyai kerapatan rendah akan

menghasilkan beriket arang dengan kerapatan yang rendah, sesuai dengan hasil penelitian

Sudradjat (1994) yang menyatakan bahwa kayu yang mempunyai berat jenis tinggi akan

menghasilkan arang dengan kerapatan yang tinggi, sedangkan kayu yang kerapatan rendah

akan menghasilkan arang dengan kerapatan yang rendah pula.

Minyak bumi terbentuk secara alamiah dalam endapan didalam tanah. Selama

jutaan tahun, sisa – sisa tanaman dan binatang tertumpuk kedasar laut yang dalam. Begitu

lautan surut, materi tanaman tertutup oleh lapisan endapan seperti pasir, tanah liat, dan

materi lainnya. Karena terkubur jauh dibawah lapisan tanah, materi tanaman dan binatang

itu sebagian membusuk menjadi minyak mentah yang akhirnya meresap ke ruangan –

ruangan diantara lapisan batu. Karena lempeng tektonik bergerak, batuan terlipat menjadi

lipatan – lipatan sehingga petrolium terkumpul dalam kantong – kantong. Biasanya minyak

mentah muncul ke permukaan karena tekanannya sendiri. Setelah itu harus dipompa atau

dipaksa naik dengan penyuntikan air, gas atau udara. Lalu, jaringan pipa atau tanki

membawa minyak mentah ke pengilangan. Di pengilangan minyak, minyak mentah diubah

menjadi gas alam, bensin, aspal, bahan bakar diesel dan minyak tanah.

2.4. Kemajuan Penelitian Terkait yang Sudah Dilakukan oleh Peneliti Lain

Penggunaan Tempurung Kelapa sebagai salah satu bahan pembuatan briket juga

telah dilakukan oleh Ndraha (2009), terkait pengujian komposisi bahan pembuat briket

bioarang tempurung kelapa dan serbuk kayu dengan komposisi yang berbeda.

Penelitian Jamilatun (2008) juga menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan

dasarnya, Berdasarkan sifat-sifat penyalaannya, briket tempurung kelapa relatif cukup baik

digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ekonomis.

Sedangkan penelitian terkait penggunaan bahan perekat pada proses pembentukan

briket juga telah banyak dilakukan. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Putra et al.,

(2013), yang menggunakan perekat berbahan dasar limbah nasi untuk pembuatan briket

dari limbah bambu. Hasil penelitian diperoleh bahwa variasi perekat telah memenuhi

(6)

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Gandhi (2010), yang melakukan

penelitian terkait uji nilai kalor briket arang tongkol jagung dan bahan perekat berupa

kanji. Hasilnya diperoleh bahwa nilai kalor briket arang tongkol jagung dan bahan perekat

kanji, yaitu semakin banyak komposisi perekat, nilai kalornya semakin rendah. Ini

dikarenakan bahan perekat memiliki sifat termoplastik serta sulit terbakar dan membawa

lebih banyak air, sehingga panas yang dihasilkan terlebih dahulu digunakan menguapkan

air dalam briket, walaupun nilai kalor arang tongkol jagung murni cukup tinggi, Selain itu

penggunaan perekat dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan nilai kalor semakin

rendah dan kadar airnya yang dihasilkan semakin tinggi pula, tetapi berat jenis dan

kepadatan energi yang dihasilkan akan semakin rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sumangat dan Broto (2009) menggunakan perekat

tapioca guna pembentukan briket dari bungkil biji jarak pagar. Hasil menunjukan bahwa

perekat memberikan hasil terbaik terhadap kadar air, keteguhan tekan dan rata-rata laju

pembakaran briket bungki biji jarak pagar. Dengan lama menyala rata-rata briket sampai

menjadi abu dengan warna api kekuningan.

Namun penelitian Muzi dan Mulasari (2014), terkait perbedaan konsentrasi perekat

pada briket kelapa sawit dan tempurung kelapa yang digunakan untuk mendidihkan air

sebanyak 1000ml. Hasil yang diperoleh bahwa tidak ada perbedaan nyata antara

konsentrasi perekat yang berbeda pada briket bioarang tandan kosong sawit dengan briket

Referensi

Dokumen terkait

1) Bumi yang pemiliknya sudah masuk Islam, tanah atau bumi yang semacam ini adalah sah menjadi kepunyaan pemiliknya, dan tidak boleh ada kewajiban pajak terhadapnya. 2)

Dari hasil ini, pemisahan Pr dari Nd lebih selektif dibandingkan dengan teknik ekstraksi pelarut yang dilakukan sebelumnya, baik dengan jenis ekstraktan yang sama (D2EHPA)

3HNDQEDUX´ Adapun alasan lain pemilihan judul dalam penelitian ini adalah: (1) penguasaan teknik dasar bolabasket merupakan modal utama untuk dapat bermain

Jenis kayu dengan kerapatan rendah lebih mudah dipadatkan bila dikempa, kontak strand menjadi lebih baik dan menghasilkan panil dengan ikatan internal yang tinggi pada

Pikel tersebut lalu disimpan dalam botol yang berisi larutan asam asetat 1-2% dan garam 2-4% dengan perbandingan ikan dan larutan 1:1 atau 2:1.. Jenis asam bisa digantikan asam

Burung adalah ciptaan Allah. Burung merupakan salah satu makhluk Allah yang wajib kita jaga, kita rawat, kita lestarikan. Atau kita biarkan burung dialam bebas itu pun salah

Perwakilan warga Kampung Pulo, Kholili mengatakan, 10 warga itu ditahan karena diduga sebagai pelaku pembakaran alat berat saat terjadi bentrokan antara warga dengan petugas

Kalau dengan guru-guru ya luar biasa guru- guru disini otomatis sudah bisa untuk menjalankan semua dari kegiatan tersebut sebagai pendamping iya seperti saya, sebagai