BAB II
Species : Piper retrofractum Vahl. (Depkes, 2001) 2. Deskripsi
Cabe jawa merupakan buah majemuk berbentuk bulir, berwarna kelabu sampai coklat kelabu atau berwarna hitam kelabu sampai hitam, berbentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, panjang 2-7 cm, diameter 4-8 mm, bergagang panjang atau tanpa gagang, permukaan luar tidak rata, bertojolan teratur. Pada irisan melintang bulir tampak berbentuk buah, masing-masing dengam daun pelindung yang tersusun dalam spiral pada poros bulir, kadang-kadang bagian tengah bulir berongga. Kulit buah berwarna coklat tua sampai hitam, kadang-kadang berwarna lebih muda. Kulit biji warna coklat, hampir seluruh inti biji terdiri dari perisperm berwarna putih. Buah batu berbentuk bulat telur, berukuran kurang dari 2 mm, daun pelindung berbentuk perisai (Depkes, 1977).
3. Kandungan
piperidin, piperatin, piperlonguminine, β-sitosterol, sylvatine, guineensine, piperlongumine, filfiline, sitosterol, methyl piperate, minyak atsiri (terpenoid), n-oktanol, linalool, terpinil asetat, sitronelil asetat, sitral, alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin). Alkaloid utama yang terdapat di dalam buah cabe jawa adalah piperin (Nukman et al. 2009). 4. Manfaat
Cabe jawa dapat dimanfaatkan atau berkhasiat sebagai obat tekanan darah rendah, influenza, cholera, sakit kepala, lemah sahwat, bronchitis menahun dan sesak napas (Sudarso, 1975). Cabe jawa juga dapat digunakan sebagai agen antiinflamasi, antiamuba, antikonvulsan, antibakteri (Kamal et al. 2010).
Species : Piper cubeba (Depkes, 2001)
2. Deskripsi
tua, berkeriput. Inti biji : terutama terdiri dari perisperm, dibagian atas terdapat endosperm yang kecil dengan embrio di dalamnya (Depkes, 1977).
3. Kandungan
Minyak atsiri 10-20%, asam kubebat lebih kurang 1 %, damar 2,5-3,5 %, kubebin 0,3-3%, piperin 0,4% dan minyak lemak (Depkes, 1977). 4. Manfaat
Antidiare (Depkes, 1977), Kemukus juga berfungsi sebagai desinfektan saluran kencing karminativa dan ekspektoran pada bronchitis, rempah-rempah India (Stahl, 1985)
Species : Piper nigrum (Depkes, 2001)
2. Deskripsi
kering. Biji tanpa kulit buah mempunyai garis tengah 3 – 4 mm (Purseglove et al., 1981).
3. Kandungan
Buah lada hitam (Piper nigrum) mengandung zat aktif eugenol, terpenoid, flavonoid, dan alkaloid yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (Yohanes et al. 2011)
4. Manfaat
Menstimulasi pencernaan, rempah-rempah, antianoreksia, obat gosok (Stahl, 1985). Departemen Mikrobiologi Universitas Karachi (2006) menyatakan bahwa lada hitam sebagai antibakteri.
D. Daun Sirih Hijau (Piper betle) 1. Klasifikasi
Species : Piper betle L. (Depkes, 2001) 2. Deskripsi
3. Kandungan
Minyak atsiri yang mengandung hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, tannin (Depkes, 1980).
4. Manfaat
Sirih hijau mempunyai efek farmakologi berupa aktivitas penghambatan platelet, antibakteri, antidiabetes, antioksidan, antifertilitas, dan radio protektif (Vikash et al., 2012). Antisariawan, obat batuk, adstringen, antiseptik (Depkes,1980).
E. Daun Sirih Merah (Piper crocatum) 1. Klasifikasi
Species : Piper crocatum L. (Depkes, 2001)
2. Deskripsi
3. Kandungan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, daun sirih merah mengandung sejumlah senyawa, yakni glikosida, steroid/triterpenoid, flavonoid, tanin, antrakuinon (Reveny, 2011)
4. Manfaat
Tumbuhan sirih merah mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Robinson, 1995), yang mampu melawan beberapa bakteri Gram positif dan negatif (Bisset, 1994), antihiperglikemik (Salim, 2006), mukolitik (Windriyani et al.,2011).
F. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995 : 7).
G. Stabilitas
Stabilitas senyawa adalah kemampuan suatu senyawa untuk menjaga spesifikasi yang sudah dibuat untuk menjamin identitasnya, kualitas kekuatannya, dan kemurniannya (Dhadhang, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas : 1. Temperatur / Suhu
2. Oksigen
3. Karbondioksida 4. Cahaya
5. Kelembaban
Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat secara eksponensial setiap kenaikan 10 derajat suhu. Faktor nyata yg mengakibatkan kenaikan kecepatan reaksi kimia ini adalah karena aktivasi energi. Waktu simpan senyawa pada suhu ruang biasanya akan berkurang ¼ atau 1/25 dari waktu
simpan di dalam refrigrator. Temperatur dingin juga dapat mengakibatkan ketidakstabilan. Sebagai contoh refrigerator dapat mengkibatkan kenaikan viskositas pada sediaan cair dan menyebabkan supersaturasi pada kasus lain, dingin atau beku dapat merubah ukuran droplet pd emulsi, dapat mendenaturasi protein atau pada kasus tertentu dapat menyebabkan kelarutan beberapa polimerik senyawa dapat berkurang (Lachman, 1994).
(flavoring). Produk hasil oksidasi biasanya memiliki efek terapetik lebih rendah. Oksidasi dapat dikatalisa oleh pH ion logam contohnya tembaga dan besi, paparan terhadap oksigen, sinar UV (Ansel, 1989).
H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik, atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (Rohman,2007). Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan, dalam kromatografi ini peralatan yang digunakan lebih sederhana.
Keuntungan kromatografi planar adalah:
1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet
3. Dapat dilakukan elusi secara menaik, menurun, atau dengan cara elusi 2 dimensi
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya tinggi (Pudjaatmaka, 1994). Prinsip kromatografi Menurut Stahl (1985) mengemukakan kaidah dasar kromatografi jerap yaitu Hidrokarbon jenuh terjerap sedikit atau tidak sama sekali, karena itu ia bergerak paling cepat.
Densitometri merupakan teknik analisis instrument yang berdasarkan hubungan bercak analit pada KLT dengan radiasi elektromagnetik. Teknik ini lebih sering digunakan untuk penetapan kadar senyawa kimia yang sangat kecil dimana terlebih dahulu dipisahkan dengan KLT. Prinsip metode densitometri untuk analisis kuantitatif hampir mirip dengan spektrofotometri. Penentuan kadar senyawa tertentu dengan menggunakan metode ini lebih baik daripada dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau Gas Chromatography (GC). Hal ini dikarenakan daerah bercak pada kromatogram
dianalisis pada posisi diam (zig-zag menyeluruh) (Mulja dan Suharman, 1995).
Densitometri mempunyai mekanisme kerja secara serapan atau fluoresensi. Pada sistem serapan dilakukan dengan pantulan atau transmisi dengan yang diukur adalah sinar yang dipantulkan dapat berupa sinar tampak atau ultraviolet. Cara transmisi dilakukan dengan menyinari bercak dari satu sisi kemudian mengukur sinar yang diteruskan pada sisi lain. Gangguan pada sistem serapan dapat diminimalisir dengan menggunakan alat berkas ganda. Sistem transmisi dan pantulan secara bersamaan atau sistem dua panjang gelombang (Gandjar dan Rohman, 2007).
a. Fase Diam KLT
dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis totalnya 0,1-0,3 mm, biasanya 0,2 mm. Sebelu digunakan, lapisan disimpan dalam lingkunga yang baik lembab dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985).
Penjerap yang umum berupa silica gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Dapat dipastikan silica gel paling banyak digunakan. Silica gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang terganyung kepada cara pembuatannya sehingga silica gel G Merck, menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun 1958, telah diterima sebagai bahan standar. Selain itu harus diingat bahwa penjerap seperti aluminium oksida dan silica gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya (Stahl, 1985).
b. Fase Gerak KLT
Menurut Rohman (2007), Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. System yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan