BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tugas Akhir Mahasiswa
Karya tulis Ilmiah adalah sebuahkarya untuk menghasilkan ilmu pengetahuan alias sesuatu yang bisa dipertanggung jawabkan dengan cara
ilmiah dan dikerjakan menurut aturan alias tata tutorial tertentu yang telah diakui dengan cara luas oleh para pakar sebagai metode ilmiah (Soedjono,
1992).
Skripsi adalah sebuahkarya tulis ilmiah, berupa paparan tulisan hasil
penelitian yang mengulas sebuahpersoalan dalam bidang ilmu tertentu dengan memakai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut.
Tugas Akhir (TA) adalah hasil tertulis dari pelaksanaan sebuah
penelitian, yang dibangun untuk pembagian persoalan tertentu dengan menggunkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut. B. Keterlambatan
Masa studi S.1 diberi waktu paling lama 14 semester dengan beban studi maksimal 160 SKS. Secara praktis, beban studi tersebut dapat
diselesaikan selama 9 semester, sebagaimana deskripsi di atas, dengan wisuda di semester 10. Dengan demikian mahasiswa yang menyelesaikan
Definisi problem keterlambatan studi tersebut diperkuat dengan
Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang mengatur S1 dengan beban studi 144 SKS (Pasal
17) dan masa usia studi 4-5 tahun.Isi Permendikbud tersebut dapat dipahami bahwa mahasiswa S1 yang masa studinya lebih dari 5 tahun, dapat dikatakan terlambat.
a. Problem Studi di Perguruan Tinggi.
Tujuan belajar di perguruan tinggi adalah untuk memantapkan
mahasiswa menjadi seorang pekerja di kemudian hari yang lebih terampil dan profesional. Untuk memberikan keleluasaan dan
fleksibilitas beban dan aktivitas kuliah, maka diberlakukan sistem kredit semester (SKS). Lama belajar di perguruan tinggi untuk program S-1 dan D-IV adalah antara 8 semester (4 tahun) hingga 14
semester (7 tahun) dengan beban studi 144-160 SKS. Aturan baru tentang lama belajar di perguruan tinggi untuk program S-1 dan D-IV
adalah 4-5 tahun.
Mahasiswa yang kurang cepat beradaptasi dengan atmosfer perguruan tinggi sering merasa kurang siap menghadapi tugas-tugas
akademiknya (sehingga dianggap sebagai beban atau masalah yang sangat berat), yang bisa berakibat pada perolehan skor rendah (atau
menyelesaikan tugas, menyusun makalah tidak sempurna, berbicara di
kelas ditertawakan temannya. Efeknya bisa tidak kerasan kuliah di suatu program studi (prodi) dan ingin pindah ke lain prodi, lulus tidak
tepat waktu (lebih dari 5 tahun), lulus tidak cumlaude, lulus dengan IP pas-pasan, ataupun lulus tapi tidak segera mendapat pekerjaan. Dalam aturan baru, masa studi di perguruan tinggi (S-1 dan DIV) dibatasi
paling lama 5 tahun. Walaupun masih banyak mendapat respons negatif dari berbagai perguruan tinggi. Terutama dari perguruan tinggi
swasta.
b. Strategi Studi di Perguruan Tinggi.
Menghadapi rangkaian masalah studi di perguruan tinggi, mahasiswa memerlukan strategi tertentu agar dapat mengatur waktu, dana, tenaga, kegiatan, fasilitas, dan penyelesaian studinya. Strategi
tersebut dilandasi dengan semangat, tekun dan giat belajar agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Satu strategi kuliah
yang dapat diaplikasikan oleh mahasiswa adalah sistem belajar “MURDER” dari buku The Complete Problem Solver oleh Bob
Nelson. Istilah tersebut dijabarkan dalam beberapa kata yakni:
Mood-Understand-Recall-DigestExpand-Review.Setiap mahasiswa harus menciptakan perasaan senang (mood) setiap kali menerima materi
Materi yang telah dipelajari perlu diulang (recall) secara
kontinu, baik dengan cara membuat rangkuman dengan kata-kata sendiri ataupun menggunakan kata kunci dari setiap kalimat yang
panjang. Rangkuman yang telah dibuat perlu ditelaah kembali (digest) dan apabila kurang jelas bisa mencari penjelasan lebih lanjut dari dosen atau sumber lainnya atau berdiskusi dengan teman. Materi yang
telah dipelajari perlu dikembangkan (expand) dan diterapkan dalam kehidupan diri sendiri. Lalu didiskusikan dengan teman atau dosen
berdasarkan catatan dan atau materi yang dipelajari sebelumnya. Materi-materi yang telah dipelajari harus dipelajari kembali
(review) dan jangan pernah bosan untuk mengulang materi yang sudah dibaca agar semakin mudah diingat dan dipahami. Strategi lainnya yang berdampak pada pencapaian prestasi akademik bagi mahasiswa
dalam proses belajarnya adalah:
(1) Jadwal perlu disusun dengan cermat dalam melakukan setiap
kegiatan, agar tidak membuang-buang waktu.
(2) Setiap mahasiswa harus belajar untuk membuat tujuan kegiatan akademik dan menjalankan tujuan tersebut dengan strategi tepat.
(3) Kegiatan pembelajaran harus ditempatkan sebagai prioritas utama, baru untuk kegiatan yang lain.
(5) Tiap mahasiswa harus dapat meluangkan waktu untuk belajar
secara efektif dengan mendalami materi yang telah dipelajari dan mempelajari ulang, secara mandiri atau kelompok.
(6) Membina hubungan dengan pembimbing akademik dengan komunikasi rutin yang efektif akan membantu memperlancar proses pembelajaran.
(7) Setiap dosen memiliki sifat, sikap dan karakter, yang berbeda dengan dosen yang lain, dan mahasiswa perlu memahami
dosennya masing-masing.
(8) Mahasiswa perlu memahami dan mematuhi peraturan dan
kebijakan perguruan tinggi.
(9) Sarana dan prasarana kampus disediakan untuk mendukung proses dan pelayanan kegiatan akademik, untuk itu mahasiswa perlu
memahami ketersediaannya, dan dapat memanfaatkannya secara optimal.
(10) Kegiatan nonakademik sangat berperan dalam mengembangkan bakat dan kepribadian. Kegiatan nonakademik disediakan untuk mahasiswa guna mempersiapkan peran sosialnya di masyarakat.
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnya di masyarakat.
c. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kuliah.
prestasi belajar siswa secara umum dapat dibagi dua yakni faktor
internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini meliputi biologi, fisiologi dan psikologi. Faktor biologi berupa bakat, minat, dan kecerdasan
yang diturunkan secara genetik dari orang tuanya dan sifatnya relatif permanen. Faktor fisiologi berupa kondisi fisik dan
pancaindra. Sedangkan faktor psikologi mencangkup:
(a) need for achievement yaitu kebutuhan atau dorongan atau
motif untuk berprestasi,
(b) interest yakni minat terhadap sesuatu, dan
(c) capability, berupa bakat dan kecerdasan seperti kemampuan
memusatkan perhatian pada materi perkuliahan yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan
menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan mereproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.
Ada empat modal utama yang mempengaruhi keberhasilan
studi di perguruan tinggi, yaitu: citacita, minat, percaya diri dan kebebasan jiwa. Setiap mahasiswa yang belajar di Perguruan
kuliah yang diikuti, agar ia merasa senang dalam mengikuti
perkuliahan sehingga dapat berkonsentrasi dan memperkecil kegagalan. Mahasiswa harus memiliki rasa percaya diri bahwa ia
tidak berbeda dengan teman-temannya, sehingga tidak minder. Di samping itu mahasiswa juga harus memiliki kebebasan jiwa, yang memungkinkan dia terbebas dari pengaruh sentimen danemosi,
dan tetap memiliki sikap ilmiah dan dapat berpikir kritis. 2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa. Faktor ini meliputi:
(a) lingkungan alam dan sosial baik itu lingkungan keluargakampus maupun masyarakat.
(b) instrumentasi yang berupa kurikulum, dosen, sarana dan
fasilitas serta administrasi.
Faktor dominan di lingkungan kampus adalah dosen, mahasiswa
dan pegawai. Mahasiswa harus bisa menjaga dan membina hubungan baik dengan dosen. Hubungan ini akan menambah kualitas interaksi akademik dalam upaya menambah dan
memperdalam wawasan dan pengetahuan baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Dosen dapat berperan sebagai
diri dengan setiap peran dari dosen tersebut demi keberhasilan
kuliahnya. Keaktifan dalam kegiatan kemahasiswaan merupakan sarana pendukung untuk membina hubungan sosial mahasiswa
dengan mahasiswa. Sejak mulai menjadi mahasiswa baru, mahasiswa sudah dapat melibatkan diri dalam setiap kegiatan kemahasiswaan.
Dimulai dengan kegiatan orientasi pengenalan kampus, hingga kegiatan ekstra kurikuler serta kegiatan-kegiatan di luar
kampus, kesemuanya untuk menambah horizon pengalaman mahasiswa. Pemilihan jenis kegiatan nonakademik bisa
berpengaruh (positif-negatif) terhadap studi.Sebagian mahasiswa berhasil membagi waktu dengan kegiatan kuliah, sebagian lain terganggu kuliahnya.
Namun, ada juga mahasiswa yang tidak mendapatkan sesuatu dari beraktivitas dalam kegiatan kemahasiswaan. Sebelum
menentukan pilihan kegiatan tersebut, mahasiswa harus terlebih dahulu memahami tujuan untuk aktif, bisa didasarkan pada minat dan bakat atau karena tujuan untuk mengembangkan diri dalam
bidang organisasi. Mahasiswa harus terlebih dahulu memahami segala konsekuensi ke depan baik dari segi waktu, biaya atau
berperan dalam memperlancar prosedurprosedur akademik, juga
warga kampus lainnya seperti pedagang.
Masyarakat di luar kampus seperti di lingkungan tempat
tinggal menjadi bagian yang sering membantu kelancaran studi di perguruan tinggi. Pemilihan tempat kos atau asrama hendaknya yang strategis dilihat dari kondusif tidaknya terhadap kegiatan
belajar. Mahasiswa dapat berinteraksi secara luas dengan masyarakat selama menunjang pada program perkuliahan dan
membantu dalam pengembangan diri mahasiswa. C. Intelegensi
1. Pengertian intelegensi
Intelegensi adalah “kemampuan yang dibawa sejak lahir yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu”
(Purwanto, 2010). Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat” (Slameto, 2010).
Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat
belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika faktor lain itu bersifat
menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajarnya, akibatnya siswa gagal dalam belajarnya.
Tu’u (2004) menyatakan bahwa intelegensi siswa dalam belajar
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu hasil belajar dan kemampuan mengerjakan soal. Hasil belajar merupakan salah satu
tolak ukur keberhasilan siswa. Tinggi rendahnya kecerdasan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang
pandai biasanya akan mendapat nilai yang baik sedangkan siswa yang kurang pandai akan mendapat nilai yang rendah dan tidak stabil. Kemampuan mengerjakan soal akan terealisasi setelah belajar.
Kecakapan ini dapat dilihat dari kemampuan siswa mengerjakan soal– soal yang diberikan guru baik pada saat ulangan harian, tugas maupun
ulangan semester. Siswa yang mempunyai bakat pada suatu mata pelajaran biasanya mampu mengerjakan soal dengan baik dan tidak merasa kesulitan dan sebaliknya siswa yang kurang berbakat pada
suatu mata pelajaran akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal–soal yang diberikan.
abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat,
berbahasa, dan sebagainya. Intelegensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang
berbuat sesuatu dengan cara tertentu (M Ngalim Purwanto, 2004). 2. IQ (Intelligence Quotient)
Istilah IQ diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1912 oleh
seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman bernama William Stern (Gould 1981). Kemudian ketika Lewis Madison Terman, seorang ahli
psikologi berkebangsaan Amerika di Universitas Stanford, menerbitkan revisi tes Binet di tahun 1916, istilah IQ mulai digunakan
secara resmi.
Desmita dalam buku Psikologi Perkembangan menjelaskan bahwa IQ adalah kemampuan berfikir secara abstrak, memecahkan
masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan kemampuan untukbelajar dari dan menyesuaikan diri dengan
pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari. Salah satu yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat intelegensi adalah menterjemahkan hasil intelegensi ke dalam angka yang dapat menjadi
petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
perbedaan antara intelegensi seseorang dengan yang lain. Adapun
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang, di antaranya:
1) Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama
ditentukan oleh pembawaan kita.
2) Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
3) Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
4) Minat dan pembawaan yang khas: minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dan dorongan bagi
pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
4. Pengaruh Tingkat Intelegensi Dan Motivasi Belajar TerhadapPrestasiAkademik Siswa
Prestasi akademik menurut Suryabrata (2006) adalah hasil belajar
terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau
simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian,
prestasi akademik disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa
dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik begitu saja tanpa ada hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang
memuaskan.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
seseorang, Azwar (2004) secara umum menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik
dan faktor psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis
belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi
lingkungan belajar.Faktor sosial menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ). Menurut Syah (2006) tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,
semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati
(2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau
totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan
efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah motivasi
belajarnya.
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa
Purnomowati (2006) yang memperoleh thitung untuk variabel motivasi
belajar sebesar 4,951 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa variabel motivasi belajar berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi akademik siswa. Definisi motivasi belajar menurut Djamarah (2002) adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang menimbulkan proses belajar individu yang berinteraksi
langsung dengan objek belajar. Dari penjelasan tersebut, nampak pula adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar seseorang
terhadap prestasi akademik seseorang, oleh sebab itu maka upaya peningkatan prestasi akademik seseorang tidak bisa lepas dari upaya
peningkatan motivasi belajarnya. D. Pengertian bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Dengan kata lain bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Santrock (2008) menyatakan ada tiga (3) kriteria yang menjadi ciri siswa berbakat yaitu dewasa lebih dini, belajar menuruti kemauan sendiri
dan semangat untuk menguasai. E. Minat
1. Pengertian Minat
seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang. (Oemar Hamalik, 2003) menyatakan belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat akan menambah kegiatan
belajar. F. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk
faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2009).Sarwono
(2000) mengungkapkan bahwa motivasi manunjuk pada proses gerakan termasuk situasi yang mendorong seseorang berbuat sesuatu yang timbul dari dalam individu.
Motivasi berasal dri kata motif yang memiliki makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan
mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal
(Hasibuan, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat pengertian maotivasi
mahasiswa mengerjakan tugas akhir yaitu suatu penggera yang berasal dari proses yang mendorong mahasiswa untuk mengerjakan tugas akhir.
2. Tujuan Motivasi
Sunaryo (2002) mengemukakan bahwa tujuan dari motivasi
adalah untuk meningkatkan moral dan kepuasan kerja, meningkatkan kerja, meningkatkan kedisiplinan, menciptakan suasana yang kondusif,
hubungan kerja yang baik dan mempertinggi rasa tanggung jawab perawat terhadap tugas-tugasnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010). 3. Indikator Motivasi
Indikator motivasi dapat diklarifikasikan sebagai berikut
(Hamzah, 2011) :
a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Sardiman (2005) bahwa ciri-ciri seorang pelajar yang memiliki motivasi tinggi adalah sebagai berikut ini:
a) Tekun dalam menghadapi tugas, dapat bekerja terus menerus
dalam waktu yang lama tidak pernah berhenti sebelum selesai. b) Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa.
c) Lebih senang bekerja mandiri.
d) Tidak cepat bosan mengerjakan tugas-tugas yang berulang-ulang
sehingga ia menjadi siswa yang kreatif.
e) Dapat memperhatikan pendapat, kalau sudah yakin akan sesuatu. f) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
g) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 4. Teori Motivasi
Munculnya teori motivasi modern dilandasi oleh perilaku kebutuhan, penguatan, kesadaran, karakterisitk pekerjaan, dan perasaan atau emosi (Asmuji, 2012), yaitu sebagai berikut:
a) Teori Motivasi Kebutuhan
Teori motivasi kebutuhan muncul didasarkan bahwa individu
timbulnya perilaaku (Asmuji, 2012). Beberapa teori kebutuhan
motivasi yang terkenal antara lain sebagai berikut: 1) Teori motivasi Maslow
Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow. Teori ini didasarkan pada teori holistik dinamis yang mencangkup kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi. Oleh karena itu, teori motivasi ini dikenal dengan “Teori Kebutuhan”.
Teori ini didasarkan pada hierarki kebutuhan mulai dari
yang paling dasar menuju kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Artinya, seseorang akan memenuhi kebutuhan tingkat pertama dulu sebelum mereka memenuhi kebutuhan
tingkat kedua dan seterusnya. 2) Teori kebutuhan McClelland
Teori McClelland ini dkenal juga dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi yang dikemukakan oleh David McClelland. Teori ini menyatakan bahwa seseorang
mempunyai motivasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Teori ini berfokus
pada tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan akan prestasi (npow-need
for Power), dan kebutuhan akan kelompok pertemanan/afiliasi
Menurut McClelland, karakteristik orang yang
berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum, yaitu (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas
dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi ketika kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, bukan karena faktor-faktor lain, seperti keberuntungan
atau kemujuran; (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan
mereka yang berprestasi rendah. 3) Teori motivasi Herzberg
Teori ini sering dikenal dengan teori dua faktor, yaitu faktor motivasional dengan faktor hygiene atau pemeliharaan. Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Berdasarkan
teori ini, yang dimaksud faktor motivasional adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang berprestasi yang sifatnya
intrinsik atau bersumber dari dalam dirinya, antara lain pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier, dan pengakuan orang lain.
Adapun, yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik,
seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu
dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, sistem administrasi dalam organisasi, dan sistem
imbalan yang berlaku.
4) Teori ERG dari Clyton Alderfer
Teori ERG ini dikemukakan oleh Clyton
Alderfer.Akronim ERG dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yaitu E = Existense (kebutuhan
akan eksistensi); R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain); dan G = Growth (kebutuhan
akan pertumbuhan). Secara konseptual, terdapat persamaan antara teori atau model yang dikemukakan oleh Maslow dan Alderfer. Existense dapat dikatakan identik dengan hierarki
pertama (physiological needs) dan kedua (safety needs) dalam teori Maslow; Relatedness identik dengan hierarki kebutuhan
ketiga (love needs) dan keempat (esteen needs) menurut konsep Maslow dan Growth mengandung makna sama dengan self actualization menurut Maslow; dan teori Alderfer
menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
b) Teori penguatan
perilaku yang diikuti oleh konsekuensi yang mendukung dan
menghindari perilaku yang mengakibatkan konsekuensi yang tidak mendukung. Artinya, seseorang yang dapat melakukan pekerjaan
secara maksimal sampai akhirnya mengalami kepuasan kerja dapat menjadi motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik lagi. Bahkan, penghargaan dari organisasi juga dapat
mempengaruhi motivasi individu dalam kinerjanya. c) Teori keadilan
Teori keadilan mengemukakan bahwa individu dalam organisasi akan cenderung membandingkan antara segala sesuatu
yang diberikan kepada organisasi dan penghargaan yang dia terima dengan yang diterima individu lain dalam pekerjaan dan tanggung jawab yang sama. Individu akan mempunyai motivasi tinggi jika
penghargaan yang dia terima atas pekerjaan dan tanggung jawabnya dirasa memenuhi keadilan.
5. Jenis Motivasi
Menurut purwanto (2010), jenis-jenis motivasi terdiri dari: a) Motivasi Intrinsik
Berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.
b) Motivasi Ektrinsik
penuh dengan kekhawatiran, kesangsian apabila tidak tercapai
kebutuhan. G. Pengertian kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan memberi respon atau bereaksi. Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga hubungannya dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan.
H. Lingkungan keluarga
Asbullah (2009), mengemukakan bahwa “Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga sehingga pendidikan yang banyak di terima oleh anak adalah dalam keluarga’’.
I. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan kepribadiannya. Mass media termasuk didalamnya adalah radio, TV, bioskop, surat kabar,
majalah, buku-buku, komik dan lainlain. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh yang baik pula terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya,
J. Lingkungan kampus
a. Pengertian lingkungan kampus
Lingkungan secara sempit diartikan sebagai alam sekitar di luar
diri manusia/individu. Sedangkan secara luas, lingkungan mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural. Secara fisiologis,
lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulus yang
diterima oleh individu mulai sejak dalam konsensi, kelahiran sampai kematian. Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap
stimulus, interaksi, dan kondisi, dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain (Dalyono, 2006).
Mariyana, dkk. (2013) mengatakan bahwa lingkungan adalah
suatu tempat atau suasana (keadaan) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan danperkembangan seseorang. Menurut Sratain (ahli
psikologi Amerika) dalamHasbulloh (2009) yang dimaksud dengan lingkungan (environment) meliputikondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkahlaku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau lift prosess.
Hamalik, (2001) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu
perlu diusahakan agardapat memberi pengaruh yang positif terhadap
individu sehingga dapat belajardengan sebaik-baiknya.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu
yang ada di dalam ataupun di luar individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural yang berpengaruh tertentu terhadap individu. Lingkungan kampus terdiri dari dua suku kata yaitu,
lingkungan dan kampus. Kampus sendiri memiliki arti yang sama dengan sekolah, menurut Suwarno (2008) sekolah adalah lembaga
pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja,dan terarah.
Menurut Ginting (2003) kampus adalah lingkungan sosial dan lingkungan pendidikan. Hastuti, dkk. (2010) mengatakan bahwa pengertian lingkungan kampus adalah lingkungan tempat mahasiswa
menjalani proses belajar dan melakukan aktivitas. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan
kampus merupakan tempat seorang mahasiswa dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik di dalam kelas maupun
b. Indikator Lingkungan Kampus
Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan kampus terhadap motivasi belajar menurut
Hastuti, dkk. (2010) yaitu: a. Ukuran kelas
b. Tata letak kampus
c. Kebersihan kampus d. Fasilitas internet
e. Fasilitas perpustakaan f. Suhu udara
g. Tingkat kebisingan
h. Hubungan antar mahasiswa
i. Hubungan mahasiswa dengan dosen
Indikator ini merupakan tolak ukur yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan
kampus terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dari indikator yang disebutkan di atas maka dapatdisimpulkan bahwa keadaan gedung kampus yang kurang memenuhi syarat jugamenghambat proses
belajar mengajar, misalnya tempat sekeliling kampus ramaisehingga menimbulkan kebisingan, maka akan mengganggu
konsentrasi belajar.
tidak sesuai dengan jumlah penghuninya menyebabkan ruangan
kelas terasa sempit, dan akhirnya situasi belajar tidak berjalan dengan baik. Kampus yang mempunyai gedung dan ruang belajar
yang memadai, cukup memiliki alat-alat perlengkapan belajar ditambah dengan keterampilan dosen dalam menggunakan alat-alat tersebut akan memberikan semangat dan dorongan kepada
mahasiswa untuk belajar.
Hubungan antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa
dengan mahasiswa juga harus terjalin dengan baik, sehingga lingkungan kampus yang kondusif akan tercipta. Lingkungan
K. KERANGKA TEORI
Gambar: 2.1 kerangka teori (Slameto, 2010)
L. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 kerangka konsep
(Slameto, 2010) Faktor Eksternal :
1. Intelegensi 2. Bakat 3. Minat 4. Motivasi 5. Kepuasan
Faktor Internal :
1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan kampus 3. Lingkungan
masyarakat
KETERLAMBATAN TUGAS AKHIR
1. Intelegensi 2. Motivasi
3. Lingkungan kampus
M. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas dapat dirumuskan suatu Hipotesis penelitian ini yaitu :
Ha : Terdapat pengaruh intelegensi, motivasi, dan lingkungan kampus terhadapketerlambatan mengerjakan tugas akhir pada mahasiswa keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Ho : Tidak terdapat pengaruh intelegensi, motivasi, dan lingkungan kampus terhadap keterlambatan mengerjakan tugas akhir pada mahasiswa