• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

61

SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

A.Analisis Persepsi Orang Tua terhadap Bimbingan Belajar Bagi Anak Usia

Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menganalisis tentang persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar. Beberapa orang tua mengungkapkan pendapatnya, seperti Maghfiroh:

“Bimbingan belajar itu ya berarti mengarahkan anak agar mau belajar. Dinasehati terus, biar mau belajar. Nanti lama-lama kan walaupun saya tidak

menyuruh, anaknya bisa sadar sendiri dan mau belajar”.1

Selain itu Rinawati juga mengatakan:

“Bagi saya bimbingan belajar itu berarti membimbing anak supaya mau belajar. Agar anak tidak mengalami kesulitan, belajar itu kan lebih baik sedikit-sedikit tapi bisa terus menerus daripada langsung banyak nanti sulit dipahami

apalagi dihapalkan”.2

Sedangkan Kharizah mengatakan:

“Menurut saya bimbingan belajar adalah membimbing anak dalam belajar. Kalau bimbingan belajar dari orang tua itu berarti orang tua mendampingi anak belajar di rumah, atau membantu anak kalau dia mengalami kesulitan dalam

belajar”.3

1 Maghfiroh, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 18

April 2015.

2Rinawati, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 24 April

2015.

3

Kharizah, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 10 Mei 2015.

(2)

Selain itu semua informan juga berpendapat hampir senada dengan di atas. Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa para orang tua di Desa Sastrodirjan memiliki persepsi yang positif terhadap bimbingan belajar. Artinya, mereka menganggap bahwa bimbingan belajar khususnya dari orang tua sangatlah penting bagi anak. Hal itu terlihat dari semua jawaban-jawaban informan ketika mereka ditanya mengenai arti bimbingan belajar, mereka mengatakan bahwa bimbingan belajar adalah mengarahkan dan menasehati anak agar mau belajar, serta mendampingi anak dalam belajar. Anak wajib dibimbing oleh orang tua agar tidak salah. Ini berarti, orang tua sudah menyadari bahwa bimbingan belajar penting bagi anak.

Bimo walgito membedakan persepsi menjadi dua yaitu: persepsi sepihak dan persepsi timbal balik. Adapun persepsi sepihak dikategorikan

menjadi tiga yaitu:4

1. Persepsi positif

Persepsi positif adalah segala anggapan, kesan, pendapat, sikap, komentar, penyimpulan dan tanggapan yang serba positif dalam mengggambarkan sesuatu yang dipersepsi.

2. Persepsi negatif

Persepsi negatif yaitu segala anggapan, kesan, pendapat, sikap, komentar, penyimpulan dan tanggapan yang serba negatif dalam menggambarkan sesuatu yang dipersepsi.

4

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2004), hlm.87.

(3)

3. Persepsi netral

Persepsi netral yaitu segala anggapan, kesan, pendapat, sikap, komentar, penyimpulan dan tanggapan yang bersifat netral yakni tidakn menanggapi secara positif maupun secara negatif dalam menggambarkan sesuatu yang dipersepsi.

Dalam melakukan sesuatu, tidak harus serta merta dikerjakan dalam waktu yang lama. Sedikit demi sedikit, asalkan berjalan secara terus menerus akan membuahkan hasil. Begitupun dalam hal belajar. Belajar tidak harus berjam-jam dalam satu waktu, akan tetapi walaupun sedikit demi sedikit secara terus menerus akan membuat daya ingat anak lebih tinggi. Semua informan di Desa Sastrodirjan mengatakan bahwa anaknya belum bisa belajar dengan teratur. Belajar kalau sedang ingin saja, ketika ada PR atau ketika ada ulangan. Seperti yang diungkapkan oleh mayoritas informan bahwa anak-anak mereka belajarnya tidak teratur. Walaupun orang tua mengingatkan anak agar belajar, namun anak tiap malamnya belum tentu belajar. Mereka belajar dengan sesuka hati, biasanya hanya ketika ada Pekerjaan Rumah (PR) serta ketika ulangan semester. Khakimatul Khoiriyah mengatakan:

“Anak saya kalu belajar itu mood-moodan. Kadang mau, kadang tidak. Yahh saya maklumi saja namanya anak kecil”.

Sebenarnya hal tersebut wajar. Anak dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang pendiam, pemberani, cepat menyerap pelajaran dan sebaliknya lamban dalam memahami pelajaran. Selain itu, anak usia sekolah dasar belum tentu mengerjakan sesuatu jika tidak diperintah. Oleh

(4)

karena itu, orang tua harusnya memiliki kesadaran untuk membimbing dan lebih memahami perkembangan anaknya.

Tidak dapat dipungkiri seorang anak terkadang mengalami hambatan ataupun kesulitan dalam belajar. Begitu pula dengan anak usia sekolah dasar di Desa Sastrodirjan, banyak yang masih mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Seperti yang diungkapkan beberapa orang tua, mereka mengatakan bahwa anaknya sering mendapat nilai rendah dalam pelajaran matematika, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam.

Kharizah menjelaskan:

“Anak saya lemah dalam pelajaran bahasa jawa dan IPA”. Sedangkan Ahmad Rozaqi mengatakan:

“Anak saya kurang bisa dalam pelajaran matematika. Kadang sampai nangis

kalau ada PR dan dia tidak bisa mengerjakannya”.5

Dalam Islam orang tua diberi kedudukan yang sangat terhormat terhadap anak-anaknya. Sebuah kehormatan sebagai bentuk pemuliaan yang tidak diberikan Allah SWT selain pada keduanya. Tanggung jawab orang tua terhadap anak berada di pundaknya. Ini bukan merupakan tanggung jawab kecil dan ringan, karena tanggung jawab dalam hal ini dituntut sejak seorang anak dilahirkan hingga anak mencapai masa dewasa yang sempurna. Salah satu cara orang tua di Desa Sastrodirjan dalam menerapkan bentuk tanggung jawabnya terhadap anak yakni dengan membimbing serta mendampingi anak dalam belajar. Seperti yang diungkapkan beberapa informan.

5

Ahmad Rozaqi, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 15 Mei 2015.

(5)

Ida irmalayanti menjelaskan:

“Tiap malam saya selalu berusaha mendampingi anak saya ketika belajar. Saya

nasehati dan saya arahkan dia”.6

Maghfiroh juga menjelaskan:

“Tiap malam saya menemani anak belajar. Karena kesibukan saya di siang hari, jadi kalau malam bisa menemani anak belajar”.

Walaupun para orang tua menyadari bahwa bimbingan belajar sangat penting bagi anak, namun tidak semua orang tua di Desa Sastrodirjan bisa membimbing anaknya dalam belajar karena pekerjaan yang harus dilakukan orang tua sehingga mereka tidak menemani anaknya dalam belajar. Seperti yang diungkapkan beberapa orang tua berikut ini:

Tilarsih mengatakan:

“Jarang sekali saya menemani anak belajar. Saya berangkat kerja pagi, dan

pulangnya malam”.7

Munasifah juga menjelaskan:

“Saya sering menyuruh anak untuk belajar, tapi jarang saya temani. Tiap hari

saya menjahit, jadi sulit waktunya”.8

Hal tersebut sangat disayangkan, bagaimanapun juga jika orang tua sudah menyadari pentingnya bimbingan belajar, maka seharusnya mereka mampu meluangkan waktu untuk membimbing anaknya dalam belajar. Orang tua hendaknya mempunyai tekad yang tinggi agar anaknya berhasil dalam pendidikan. Sedangkan bagi orang tua yang selalu meluangkan waktu untuk

6Ida Irmalayanti, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 15

Mei 2015.

7

Tilarsih, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 13 Mei 2015.

8

Munasifah, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 14 Mei 2015.

(6)

membimbing anak dalam belajar berarti mereka sudah mampu menerapkan apa yang mereka ketahui. Bagaimanapun sibuknya orang tua, mereka harus tetap memperhatikan anak. Anak yang selalu dibimbing dan anak yang tidak dibimbing orang tuanya jelas berbeda.

Anak usia sekolah dasar memiliki karakter sulit diatur dan bertindak sesuka hati. Sama hal nya dalam belajar. Terkadang ada orang tua yang selalu mengingatkan anak agar belajar, akan tetapi anak tersebut tidak mau. Lain hal nya dengan anak yang penurut yang jika diperintah untuk belajar, maka langsung dilaksanakan. Bahkan adapula yang dengan sendirinya belajar tanpa harus diperintah. Makin beratlah tugas orang tua jika ternyata anaknya sulit diajak belajar. Orang tua yang cerdas tentu tidak akan diam saja dengan kondisi seperti itu. Orang tua hendaknya mampu menemukan solusi atau cara yang digunakan untuk membujuk anaknya agar mau belajar. Sama hal nya dengan beberapa orang tua di Desa Sastrodirjan yang mau berusaha membujuk anaknya agar mau belajar dengan cara mereka masing-masing, seperti mencari benda-benda di sekitar rumah yang sekiranya cocok untuk media belajar, atau dengan menceritakan kisah-kisah orang hebat yang sukses karena tekun belajar dan berusaha.

Ida Irmalayanti mengatakan:

“Saya mencari media-media sederhana yang ada di rumah dan sekiranya pas untuk diajarkan. Hal itu saya lakukan jika anak saya sulit diajak belajar”.

Sedangkan Ahmad Rozaqi menjelaskan:

“Saya menceritakan kisah tokoh-tokoh yang sukses karena tekun belajar dan berusaha”.

(7)

Namun, adapula orang tua yang membiarkan saja anaknya ketika mereka tidak mau belajar.

Ida Wakiah menjelaskan:

“Yang penting sudah saya ingatkan, kalau nanti dia tidak mau ya terserah”.9

Tilarsih juga menjelaskan:

“Saya capek. Jadi kalau saya sudah menasehati tapi dia tidak mau ya sudah”. Jika ada yang mengatakan bimbingan belajar hanya bagi anak-anak yang baru masuk sekolah atau yang nilainya jelek, hal tersebut keliru. Bimbingan belajar dibutuhkan oleh setiap anak tanpa mengenal tingkat pendidikan maupun kepintaran. Anak merupakan amanah dari Allah SWT kepada orang tua, oleh sebab itu orang tua wajib bertanggung jawab terhadap anak. Orang tua tidak boleh mengacuhkan anak, anak harus dibimbing baik dalam segi pengajaran (teori) maupun cara berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Anak adalah amanah yang harus dijaga oleh orang tua. Anak dititipkan selama beberapa waktu agar orang tua tersebut merawat hak (kepunyaan) Allah dan menjaganya serta mengarahkan pada syariat Islam. Begitu besar tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya, termasuk membimbing anak dalam belajar karena membimbing berarti mengarahkan ke

arah yang lebih baik. Karena kelak, orang tua akan dimintai

pertanggungjawaban atas didikannya kepada anak selama di dunia. Orang tua tidak bisa lepas tangan begitu saja melihat anaknya bertingkah sesuai keinginan

9

Ida Wakiah, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 18 Mei 2015.

(8)

sendiri tanpa berpegangan pada agama. Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak sangatlah besar, dan yang terpenting adalah menanamkan nilai-nilai dasar yang akan mewarnai kehidupan anak itu pada kehidupan selanjutnya.

Said hawa mengatakan bahwa hak-hak anak dari orang tua nya adalah memperoleh pakaian, makanan, pendidikan, perlakuan yang baik, adab, diberikan nama yang baik, serta dibekali pengetahuan maupun keterampilan

untuk dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka.10

Peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah besar. Orang tua (keluarga) merupakan pendidik yang utama bagi anak. Anak lahir dan tumbuh besar dalam keluarga. Orang tua lah yang pertama kali anak kenal. Anak mulai bisa berbicara, berjalan, dan melakukan kegiatan setelah belajar dari orang tua. Selain itu waktu yang anak habiskan di rumah lebih banyak daripada di tempat lain. Kesempatan inilah yang seharusnya digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak. Karena kesibukan dan perkembangan zaman lah yang kini membuat peran orang tua dirasa kurang dalam mendidik ataupun membimbing anak. Adanya sekolah dan tempat penitipan membuat peran orang tua dalam mendidik bisa berkurang karena telah terbantu oleh sekolah tersebut. Namun, orang tua tidak boleh lepas tangan, harus tetap mendidik dan memperhatikan anak semaksimal mungkin. Para orang tua di Desa Sastrodirjan pun memahami dan menyadari bahwa peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah besar.

10

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2006), hlm.157.

(9)

Pendidikan tidak boleh hanya diserahkan pada pihak sekolah formal saja, akan tetapi orang tua juga turut berperan mendidik anak.

Khakimah mengatakan:

“Peran orang tua besar sekali, keluarga itu kan pendidik pertama dan yang

utama bagi anak”.11

Ahmad Rozaqi menambahkan:

“Totalitas 100% orang tua sangat berperan. Anak merupakan amanah yang terberat”.

Pada zaman yang makin modern ini, banyak berdiri lembaga-lembaga bimbingan belajar (bimbel) di luar rumah maupun bimbel yang bersifat perseorangan. Salah satu tujuannya adalah membantu peran orang tua membimbing anak dalam belajar. Karena kesibukan orang tua, atau karena pengetahuan orang tua yang kurang memadai tentang pelajaran. Tanggapan para orang tua di Desa Sastrodirjan terhadap lembaga bimbel/ les bersifat positif, mayoritas menganggap bahwa bimbingan belajar di luar rumah itu bagus karena bisa membantu anak untuk lebih memahami pelajaran juga meringankan beban orang tua.

Kharizah berpendapat:

“Bimbingan belajar atau les di tempat lain itu bagus. Anak yang tadinya kurang memahami pelajaran nanti jadi bisa lebih paham”.

Ida Wakiah juga mengatakan:

“Saya setuju dengan adanya lembaga bimbingan belajar. Itu bisa membantu pemahaman anak”.

11

Khakimah, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 17 Mei 2015.

(10)

Adapula yang beranggapan positif disertai kritik, dikatakan bahwa bimbingan belajar itu memang baik agar anak bisa lebih memahami pelajaran dan rajin belajar, namun biasanya diajarkan juga cara-cara pintas untuk mengerjakan soal terutama pelajaran matematika. Anak menjadi suka yang serba instan. Tidak memahami betul cara pengerjaannya, yang penting mendapat jawaban yang benar.

Ida Irmalayanti menjelaskan:

“Les sebenarnya baik bagi anak. Tapi yang saya tahu di bimbel itu biasanya diajari trik-trik. Anak jadi suka serba instan. Yang penting mendapat jawaban walaupun tidak tahu cara mengerjakan yang sebenarnya”.

Dengan adanya persepsi positif terhadap bimbingan belajar di luar rumah, maka beberapa orang tua sudah ada yang mengikutsertakan anaknya di lembaga bimbingan belajar yang merupakan perwujudan dari tanggapan positifnya.

Khakimatul khoiriyah mengatakan:

“Saya berminat sekali. Anak saya juga sudah saya les kan”.12

Khakimah juga menambahkan:

“Saya mengikutsertakan anak saya di bimbel sudah dua tahun. Saya sangat mendukung”.

Namun, lebih banyak orang tua yang belum mengikutsertakan anaknya di lembaga bimbingan belajar disebabkan faktor ekonomi yang tidak mencukupi serta tidak adanya waktu untuk antar jemput anak mengikuti les.

12

Khakimatul khoiriyah, Orang tua anak usia sekolah dasar, Pekalongan, Wawancara Pribadi, 11 Mei 2015.

(11)

Tilarsih menjelaskan:

“Sebenarnya saya minat kalau di daerah sini ada bimbel. Tapi di desa ini belum ada. Tempat bimbel agak jauh jadi harus memikirkan antar jemput, dan saya belum bisa melakukannya”.

Munasifah juga menjelaskan:

“Saya minat sekali mengikutsertakan anak di bimbel, kalau ada uang banyak saya malah ingin mengundang les privat ke rumah”.

Anak merupakan harapan dan tumpuan orang tua kelak di kemudian hari. Maka, sebagai orang tua tentu harus dapat memberikan bimbingan serta arahan yang tepat agar ia menjadi manusia yang baik dan berakhlak mulia sebagaimana yang orang tua inginkan kelak saat anak menjadi dewasa.

Berikut ini ada beberapa tips memanfaatkan waktu menjadi orang tua dengan efektif:

1) Dekati anak, pahami karakternya;

2) Positive parenting;

3) Libatkan dan ajak diskusi ringan;

4) Manfaatkan setiap kesempatan;

5) Sediakan waktu khusus;

6) Tegakkan disiplin;

7) Berilah contoh yang baik;

8) Ungkapkan kasih sayang;

9) Komunikasi yang efektif;

10) Saat marah, jangan jadikan anak pelampiasan.13

13

Wiyono dan Obey Anggara, Rahasia Mendidik Anak Cerdas (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2013), hlm.270-275.

(12)

B.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Orang Tua terhadap Bimbingan Belajar Bagi Anak Usia Sekolah Dasar

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu. Dalam melihat suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan

tingkat pengetahuan, pemahaman serta faktor-faktor lain yang

mempengaruhinya. Bagi setiap orang persepsi tidaklah sama. Seringkali terjadi perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lain, atau antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Hal-hal yang dapat menyebabkan perbedaan persepsi antarindividu dan antarkelompok adalah sebagai berikut:

1) Perhatian

Pada setiap saat ada ratusan mungkin ribuan rangsangan yang tertangkap oleh semua indera kita. Tentunya, kita tidak mampu menyerap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus. Karena keterbatasan daya serap dari persepsi kita, maka kita terpaksa hanya bisa memusatkan perhatian pada satu atau dua objek saja.

2) Set

Set (mental set) adalah kesiapan mental seseorang untuk menghadapi suatu rangsangan yang akan timbul dengan cara tertentu.

3) Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi yang berbeda.

(13)

4) Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi seseorang.

5) Tipe kepribadian

Tipe kepribadian, sifat dan watak juga dapat berpengaruh terhadap persepsi.

6) Gangguan kejiwaan14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada beberapa orang tua di Desa Sastrodirjan terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi mereka terhadap bimbingan belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan, pemahaman diri, dan keyakinan diri yang dimiliki para orang tua di Desa Sastrodirjan menyebabkan mereka dapat memberikan persepsi positif terhadap bimbingan belajar. Mereka sudah paham dan mengerti bahwa bimbingan belajar penting bagi anak.

Maghfiroh mengatakan:

“Yang menyebabkan saya berpendapat seperti itu adalah pemahaman diri saya sendiri”.

Khakimatul khoiriyah juga menjelaskan:

“Saya rasa yang mempengaruhi persepsi saya adalah keyakinan saya”. 2. Cara pandang

Cara pandang (mind set) orang tua di Desa Sastrodirjan juga menyebabkan mereka dapat memberikan persepsi positif terhadap bimbingan belajar.

14

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm.103-106.

(14)

Kharizah mengatakan:

“Faktor yang mempengaruhi persepsi saya yaitu cara pandang diri saya”. Munasifah juga mengungkapkan:

“Yang menyebabkan saya menjawab seperti itu adalah cara pemikiran saya”.

3. Lingkungan

Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar.

Ida Irmalayanti menjelaskan:

“Saya memberikan persepsi seperti itu karena dipengaruhi oleh cara pandang serta lingkungan keluarga saya. Dalam keluarga saya, membimbing dan mendampingi anak dalam belajar sudah menjadi kebiasaan”.

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya kumbang lembing Epilachninae memakan pada permukaan bawah daun pada jaringan mesofilnya, yang dapat menimbulkan kerusakan yang serius berupa luka- luka garukan

Indeks keanekaragaman pada tiap stasiun menunjukkan nilai 1,49 pada stasiun 1, 1,29 pada stasiun 2 dan 1,12 pada stasiun 3 dimana nilai dari ketiga stasiun menunjukkan kisaran

Ketua umum adalah ketua pengurus harian tertinggi yang ditetapkan oleh Musyawarah Besar mahasiswa Fakultas Teknologi Industri.. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh

Secara ketentuan yang dipersyaratkan dalam skema perdagangan karbon kredit, misalnya CDM yang mensyaratkan bahwa registrasi suatu proyek harus terlebih dahulu memenuhi

Dengan demikian dari hasil penelitian ini dapat dilihat apakah memang ada hubungan antara menurunnya status kognitif pasien lanjut usia penderita Diabetes Mellitus tipe

Berdasarkan data hipertensi diPuskesmas Tanah Kampung bahwa hipertensi berada pada peringkat ke 1 dalam 10 penyakit terbanyak pada lansiatahun 2020 dari bulan Januari-Agustus

Dalam hukum internasional terdapat sebuah konvensi yang mengatur tentang perlindungan warisan budaya bawah air yaitu Convention On The Protection of Underwater