• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2016) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2016) - Test Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

i

(Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan

Kabupaten Kendal Tahun 2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

EKO PRAYITNO NIM. 111 12 254

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi





























7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(7)

vii

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo’akan dan

memberikan dukungan.

Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan

memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi

kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

Dosen Pembimbingku, rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga,

dan teman-teman kerjaku.

(8)

viii

Prayitno, Eko. 2017. SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI KASUS DI SMK MIFTAHUL HUDA KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL) Jurusan Pendidikan Guru Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Kata Kunci : Supervisi Kepala Sekolah, Kinerja Guru

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SMK Miftahul Huda Limbangan Kabupaten Kendal. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(9)

ix

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka

terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI KASUS DI SMK MIFTAHUL HUDA KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL)” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

(10)

x penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

7. keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

8. Bapak kepala sekolah, bapak/ibu guru, karyawan dan seluruh keluarga besar SMK MIFTAHUL HUDA Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal.

9. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012, terutama Kelas PAI G yang telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

10.Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu, yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak lulus SMK sampai saat ini.

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT

(11)
(12)

xii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Kepala Sekolah ... 19

B. Kinerja Guru ... 34

C. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru ... 48

(13)

xii

BAB IV PEMBAHASAN 97

A. Pelaksanaan Supervisi di SMK Miftahul Huda... 97 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi di SMK Miftahul Huda 106

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 112 B. Saran ... 113

(14)

xiii

(15)

xiv 1. Pedoman Wawancara

2. Pedoman Observasi 3. Surat Ijin Penelitian

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan (Slameto, 2003: 14). Penanggung jawab dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah ditentukan pula bagaimana akhlak dan kinerja guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah merupakan center leader yang memanage aktivitas program kerja sekolah menjadi terarah, terfokus, dan mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, kepala sekolah berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan kreatif dalam mengajar mengembangkan diri dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik.

Kepala sekolah memimpin lembaga dengan peranan yang sangat besar bagi peningkatan kemajuan sekolah. Hal ini dikarenakan tugas kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan yang telah diprogramkan agar menjadi terarah, terfokus dan berhasil dengan baik (Wahyudi, 2010: 28). Kepala sekolah juga berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk lebih semangat dan profesional dalam mengajar. Dengan alasan yang sangat mendasar bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang

(17)

dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan memperbaiki kualitas pengajar (Sagala, 2009: 47). Hal ini menunjukkan bahwa guru diharapkan mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar mengajar. Perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa, pegawai/karyawan harus saling mendukung untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas kemampuan pimpinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah dapat menggerakkan sumber manusia yang ada, sehingga pendayagunaannya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Fungsi kepala sekolah merupakan faktor penting dalam sebuah institusi pendidikan. Keberadaan kepala sekolah akan memberikan dampak terhadap banyak hal seperti kedisiplinan, kreatifitas dan berjalannya sebuah lembaga pendidikan.

(18)

menarik untuk dikaji dan dipelajari sebagai upaya mendapatkan sekolah yang baik dan berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah meliputi kepemimpinan intern dan ekstern, sebagai wujud pengakuan legitimasi lembaga pendidikan yang dipimpinnya (Sagala, 2009: 42).Tentunya kepemimpinan yang efektif dimulai dari perbaikan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran terhadap pentingnya kehidupan agama bagi bangsa Indonesia diwujudkan dalam pemberian materi agama sejak TK hingga perguruan tinggi. Hal ini dilakukan karena pembangunan bangsa akan menuai keberhasilan jika para pelakunya memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, dimana salah satu indikatornya memiliki kesadaran beragama yang baik.

Kepala sekolah sebagai seorang pimpinan mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam dunia pendidikan. Guru terbantu untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran kepada peserta didik sehingga nilai-nilai pembelajaran dapat secara maksimal terserap dan membentuk kepribadian terbaik peserta didik (Sudijono, 2009: 74).

(19)

keterampilan guru, dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara profesional sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut adalah tanggung jawab kepala sekolah sebagai "first power motivation" kepada guru dan siswa di sekolah (Sudijono, 2009: 82). Bantuan motivasi dapat berupa penghargaan terhadap guru yang berprestasi, pemberian pembinaan-pembinaan cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan juga pemberian hukuman yang tegas sebagai pendidikan yang baik kepada para guru yang tidak melaksanakan tugas dengan baik sebagai konsekuensi logis.

(20)

kinerja guru yang selalu ada peningkatan yang konsisten dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

Kepala sekolah memiliki peran strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak saja berperan sebagai pemimpin pembelajaran, tetapi lebih dari itu ia merupakan pemimpin keseluruhan fungsi-fungsi kepemimpinan dalam suatu sekolah seperti perencanaan, pembinaan karir, koordinasi, dan evaluasi (Suryosubroto, 2011: 16). Terlebih, pada era otonomi daerah ini, kepemimpinan lembaga pendidikan dijalankan secara otonom yang memberikan keleluasaan kepada kepala sekolah untuk mengelola lembaga yang dipimpinnya sesuai dengan visi kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai supervisor yang bijaksana harus mampu merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai alternatif pemecahan problematika yang terjadi dikalangan guru yang dipimpinnya secara kooperatif dan saling bekerja sama dalam menyesuaikan rencana dan situasi baru yang timbul.

(21)

adalah supervisi yang meliputi : 1. Unsur-unsur yang disupervisi kepala sekolah terhadap guru dalam meningkatkan kinerja guru, 2. Strategi supervisi yang tepat bagi peningkatan kinerja guru dan 3. Feed back dan tindak lanjut supervisi kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru (Sudijono, 2009: 84).

Berdasarkan observasi awal peneliti mencoba meneliti secara cermat dan baik bagaimana peranan kepala sekolah di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal dalam menjalankan tugas memberikan pengawasan terhadap guru dalam merencanakan pembelajaran, melakukan proses belajar mengajar, dan melaksanakan evaluasi pembelajarannya. Peneliti menemukan beberapa permasalahan kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran, melakukan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi pembelajaran setelah mengadakan observasi yaitu belum optimalnya kinerja guru di wilayah SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Perkembangan jumlah siswa dari tahun ke tahun di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan juga cenderung statis, artinya jumlah siswa yang masuk dengan jumlah siswa yang keluar hampir sama.

(22)

Kerja Lapangan 3 tahun terakhir, dimana kemampuan siswanya semakin menurun. Selain itu, jumlah siswa dalam 3 tahun terakhir juga mengalami penurunan. Hal tersebut sangat menarik untuk dilakukan penelitian, apakah penurunan kualitas dan kuantitas siswa tersebut akibat kurangnya kinerja guru. Apabila demikian, maka peran kepala sekolah sebagai supervisor juga menarik untuk dilakukan penelitian. Oleh karena itulah penulis mengambil judul

“Supervisi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2016)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran kepala sekolah dalam supervisi akademik untuk meningkatkan kinerja guru. Sedangkan lebih khusus lagi sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji peneliti, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang :

(23)

Huda Kecamatan Limbangan

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai informasi bagi mahasiswa atau peneliti lain dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Diharapkan hasil penelitian ini akan menambah khasanah kepustakaan sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Dapat memberikan masukan bagi guru mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sekaligus sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran.

b. Bagi kepala sekolah

(24)

Memperbaiki proses pembelajaran dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja guru sehingga dapat mempermudah tujuan visi misi sekolah tercapai.

c. Bagi Sekolah

Menambah masukan dan peningkatan lembaga dan instansi pendidikan dalam mengembangkan lembaga khususnya bidang kompetensi strategi supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas-tugasnya.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

1. Peran Kepala Sekolah

(25)

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya (Hamalik, 2003). Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajar-mengajar, kesiswaan, personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya. Kepala sekolah juga sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya (Sagala, 2004: 16). Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara maksimal.

2. Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sudijono, 2006: 48). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. 3. Kinerja Guru

Kinerja guru dalam penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pada kompetensi profesional dalam proses belajar mengajar, kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 2006: 47)

(26)

diajarkan itu; (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola kelas; (4) kemampuan mengelola dan menggunakan media/sumber belajar; dan (5) kemampuan menilai prestasi belajar.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan. Waktu penelitian dimulai bulan Nopember 2016 sampai dengan Pebruari 2017.

3. Subjek Penelitian

(27)

4. Metode Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

Wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan sistematis (wawancara terstruktur) (Arikunto, 2006: 38). Dalam wawancara ini, pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran dari wawancara adalah guru-guru di SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan dan sumber lainnya yang relevan.

Studi dokumentasi; yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan.

(28)

observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah yaitu mengamati kepala sekolah saat melaksanakan kunjungan kelas dan diskusi dalam rangka pelaksanaan supervisi.

Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan

“masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan Guba (Rianse, 2009: 64) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, eksplorasi, dan member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Tahap Orientasi

(29)

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu kepala sekolah dan guru. 3. Tahap Member check

Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap. Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data pelaksanaan fungsi kepala sekolah yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

(30)

menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.

McDrury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) seperti yang dikutip Moleong (2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data,

b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

c. Menuliskan „model‟ yang ditemukan. d. Koding yang telah dilakukan.

(31)

mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Analisis data dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009: 66) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.

a. Reduksi Data

Tahap ini dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini adalah mengambil hal-hal pokok yang dibutuhkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, sehingga data yang tidak diperlukan tidak digunakan dalam penelitian.

b. Display Data

(32)

c. Verifikasi

Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli. Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian (Rianse, 2009: 67).

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan alur penelitian kualitatif sebagai berikut:

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi Data

(33)

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data serta Sistematika Penulisan

BAB II Kajian Pustaka

A. Tinjauan tentang Fungsi Kepala Sekolah B. Tinjauan tentang Kinerja Guru

BAB III Hasil Penelitian, berisi gambaran umum SMK Miftahul Huda Kecamatan Limbangan, Fungsi Kepala Sekolah, serta Kinerja Guru dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

BAB IV Analisis Data, meliputi analisis tentang Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru serta Pembahasan BAB V Penutup

Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Supervisi Kepala Sekolah 1. Definisi Supervisi

Menurut Kimbal Wiles (Tim Dosen UPI, 2009:312) Supervision is an assitance in the development of a better teaching-learning situation, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Hal senada dikemukakan Sagala (2009:194) Supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan supervisi adalah ”memberi layanan dan bantuan”.

Supervisi merupakan salah satu bagian dari manajemen personal pendidikan. Supervisi di sekolah sering juga disebut pembinaan guru. Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Di dalam Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah

(35)

kompetensi supervisi. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya

Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Danim, 2010: 146). Oleh sebab itu, setiap Kepala Sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip,dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.

(36)

pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Menurut Surachmad (2008:179) dimensi supervisi dalam pendidikan meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian, kesejahteraan guru, pelayanan kepegawaian, serta jenjang karir. Purwanto (2010: 149) juga menyatakan bahwa supervisi meliputi pembinaan kinerja, kepribadian, dan profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka, terampil, jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik.

(37)

Secara prinsip, supervisi merupakan upaya menasehati atau mengingatkan

sebagaimana ayat Al Qur‟an dalam Surat Al Maidah ayat 2

“……dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tolong menolong untuk mengerjakan kebaikan merupakan bagian hal yang dianjurkan, sebagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah.

Disamping itu, supervisi seharusnya merupakan program yang didesain oleh sekolah maupun organisasi pembantu dan penyelenggaraan pendidikan serta didukung oleh kegiatan yang diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky (2006:53) supervisi merupakan proses yang didesain oleh sekolah untuk memajukan kualitas serta kuantitas anggota staf yang diperlukan untuk memecahkan masalah, demi tercapainya tujuan sekolah. Supervisi hendaknya dilaksanakan melalui beberapa langkah, terus-menerus, berkesinambungan, dan pihak pembina tanpa mengenal bosan.

(38)

itu. Kepala sekolah tidak boleh bekerja hanya untuk membuat nama dirinya baik dengan cara membina guru-guru agar rajin dan tepat waktu, agar roda perjalanan organisasi sekolah berjalan dengan lancar tanpa memikirkan masa depan guru.

2. Macam-macam Supervisi

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57 tentang Standar Nasional Pendidikan, supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah. Penyusunan program supervisi difokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan guru, pemantauan delapan standar nasional pendidikan, dan penilaian kinerja kepala sekolah dan guru. Untuk menjalankan tugas pokoknya, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, yaitu supervisi manajerial dan supervisi akademik (Sudjana, 2011: 67).

a. Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap muka, melalui kegiatan sebagai berikut:

1) Pembinaan; a) Tujuan :

(39)

(Tupoksi guru, Kompetensi guru, pemahaman kurikulum) (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian

Standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan dan standar penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan RPP, pengembangan penilaian, pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)

(3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2) Ruang Lingkup :

a) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun administrasi perencanaan pembelajaran/program bimbingan

b) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan

c) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik d) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru

menggunakan media dan sumber belajar

e) Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar

f) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan melatih peserta didik

(40)

informasi dan komunikasi untuk pembelajaran

h) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan

i) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya

3) Pemantauan

Pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian.

4) Penilaian (Kinerja Guru) : a) Merencanakan pembelajaran b) Melaksanakan pembelajaran c) Menilai hasil pembelajaran

d) Membimbing dan melatih peserta didik

e) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru

b. Supervisi Manajerial

(41)

manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan, seperti :

1) Administrasi kurikulum 2) Administrasi keuangan

3) Administrasi sarana prasarana/perlengkapan 4) Administrasi personal atau ketenagaan 5) Administrasi kesiswaan

6) Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat 7) Administrasi budaya dan lingkungan sekolah

8) Aspek-aspek administrasi lainnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Sudjana dkk (2011:22) mengemukakan bahwa kegiatan pengawas sekolah dalam supervisi manajerial sebagai berikut :

1) Pembinaan; a). Tujuan

Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)

2). Ruang Lingkup

(42)

dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi manajeman

b) Membantu kepala sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam upaya penjaminanmutu pendidikan.

c) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar lainnya.

d) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program bimbingan konseling

e) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial) yang meliputi :

(1) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah

(2) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah

(3) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya

3) Pemantauan

(43)

4) Penilaian

Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan

Hasil penilaian kepala sekolah tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu dipelajari secara seksama untuk merancang tindak lanjut yang tepat. Menurut Sudjana (2011:23), untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKKS/MKKS dan sejenisnya

b. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.

c. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.

d. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah

e. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah

(44)

mendukung proses perencanaan, koordinasi, dan pengembangan tata kelola sekolah. Sebagai asesor, kepala sekolah melakukan identifikasi dan analisis terhadap aspek kekuatan dan kelemahan sekolah. Sebagai informan, kepala sekolah memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan kualitas sekolah. Sementara sebagai evaluator, kepala sekolah memberikan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi kualitas manajerial sekolah.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi

Dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, kadang-kadang pelaksanaan supervisi tidak dapat lepaskan diri dari banyak hal, antara lain dari faktor internal (dalam diri sendiri) dan faktor eksternal (dari luar dirinya sendiri). Kedua faktor inilah yang sangat mempengaruhi dalam supervisi pendidikan (Purwanto, 2010: 164).

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi supervisi pendidikan adalah faktor-faktor yang ada dan berasal dari diri kepala sekolah/pengawas. Adapun faktor yang dimaksud, antara lain : 1). Kemampuan profesional dan wawasan baik tentang substansi

kepengawasan maupun manajerial jalannya program pengawasan yang memadai.

2). Sikap mental yang kurang sehat dari pembina, yang disebabkan

oleh hal-hal sebagai berikut:

(45)

sikap otoriter pembina, sehingga guru takut bersikap terbuka kepada pembina

(b) Banyak pembina dan guru merasa berpengalaman sehingga

tidak merasa perlu untuk belajar lagi

(c) Pembina dan guru merasa cepat puas dengan hasil belajar

siswa

3). Kurang adanya tanggungjawab, terlalu lunak dan masa bodoh terhadap jalannya kepengawasan

4). Pembina banyak yang sudah lama tidak mengajar, sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat mengikuti perkembangan baru.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar diri pengawas, akan tetapi turut mempengaruhi tugas-tugas kepengawasan dan pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Adapun yang dimaksud faktor eksternal tersebut, antara lain:

1). Peraturan perundang-undangan

(46)

Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118/ 1996, SK Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Teknis Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya masing-masng instansi.

2). Dari pihak guru

a) Kurang adanya semangat kerja

b) Kurang kesediaan bekerja sama dan berkomunikas

c) Kurang kecakapan dalam melaksanakan tugas

d) Kurang menguasai metode mengajar

e) Kurang memahami tujuan dan program kerja

f) Kurang mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya

3). Dari pihak sarana dan prasarana

a) Kurang terpenuhi syarat-syarat tentang gedung, halaman,

kesehatan, keamanan dan sebagainya

b) Kurang tersedianya alat-alat pelajaran, seperti bangku,

kursi, lemari, papan tulis dan sebagainya 4). Dari pihak kepala sekolah

a) Kurang adanya tanggungjawab pengabdian

b) Kurang kewibawaan, pengetahuan, dan sebagainya

c) Terlalu otoriter

d) Terlalu lunak, bersikap masa bodoh dan sebagainya

(47)

Urgensi pendanaan dan anggaran sebagai motivasi kerja pengawas akan mempengaruhi baik dalam perencanaan maupun efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Sangat disadari bahwa upaya yang dilaksanakan instansi pemerintah pusat dalam penganggaran/ budget pelaksanaan program pengawasan masih sangat minim dan keterbatasan kendaraan operasional kepengawasan hanya pada pengawas TK/ SD.

6). Lingkungan sekolah/ madrasah

Dengan menciptakan lingkungan yang ramah, saling keterbukaan, kedisiplinan dan kemitraan/ kerjasama lembaga sekolah/ madrasah dengan pengawas, sangat berpengaruh besar dalam perencaan dan pelaksanaan program pengawasan. yang bertanggungjawab menciptakan lingkungan yang baik adalah kepala sekolah, guru, karyawan, murid, serta masyarakat sekitarnya.

4. Instrumen-instrumen dalam Pelaksanaan Supervisi

(48)

a. Model supervisi tradisional 1) Observasi Langsung

Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-pra-observasi.

a) Pra-Observasi

Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.

b) Observasi

Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.

c) Post-Observasi

(49)

yang akan dilakukan.

2) Supervisi Akademik dengan Cara Tidak Langsung a) Tes Dadakan

Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu.

b) Diskusi Kasus

Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi proses pembelajaran, laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.

c) Metode Angket

Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya.

b. Model Kontemporer (Masa Kini)

(50)

supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan untuk pelaksanaan dan pemantauan dalam rangka membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Menurut Stoner dan Winkle (A. Hadis dan Nurhayati, 2010:9) menegaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara nyata yang ditunjukkan oleh individu. Hal yang hampir senada dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2010:67) mengemukakan pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Sudjana (2011:22) memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakani interaksi belajar mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar.

(51)

melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan. Menurut A. Tabrani Rusyan dkk, (2000:17), Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian. Faktor utama kenapa manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial yang menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Mitrani (2005:131) mendefinisikan kinerja sebagai pernyataan sejauh mana seseorang telah memainkan perannya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran-sasaran khusus yang berhubungan dengan peranan perseorangan, dan atau dengan memperlihatkan kompetensi-kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi apakah dalam suatu peranan tertentu, atau secara lebih umum.

Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan, maka kinerja guru dapat didefinisikan sebagai sejauh mana seorang guru bekerja secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya mencapai tujuan institusional. Kemampuan seorang guru akan terlihat pada saat mengajar yang dapat diukur dari kompetensi mengajarnya.

(52)

seseorang tergantung pada: (1) faktor individu yang bersangkutan yaitu menyangkut kemampuan, kecakapan, motivasi, dan komitmen yang bersangkutan pada organisasi; (2) faktor kepemimpinan yaitu menyangkut dukungan dan bimbingan yang diberikan pada bahan serta kualitas dukungan itu sendiri; (3) faktor tim atau kelompok yaitu menyangkut kualitas dukungan yang diberikan pada bahan oleh tim (partner/temankerja); (4) faktor sistem yaitu menyangkut sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi; dan (5) faktor situasional yaitu menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-perubahan yang terjadi.

Sedangkan Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2013:355) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan” yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentuan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

(53)

dijadikan kriteria standar kinerja seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu deskripsi pekerjaan hendaknya diuraikan secara jelas sehingga setiap guru mengetahui tugas, tanggungjawab, dan standar prestasi yang harus dicapainya. Dilain pihak, pimpinanpun harus mengetahui apa yang dapat dijadikan kriteria dalam melakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja guru.

Natawijaya (2012:38) menyatakan bahwa kinerja guru mencakup aspek:1) kemampuan professional dalam proses belajar mengajar; (2) kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar; dan (3) kemampuan pribadi dalam proses belajar mengajar.

(54)

dan anggota masyarakat di lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kinerja guru dalam penelitian ini dimaknai sebagai kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pada kompetensi professional dalam proses belajar mengajar, kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar.

Charles E. Johnson dalam Sagala (2009: 84) menyatakan:

Competency as rationalperformance which satisfactirily meets the objective for a desired condition”. Selanjutnya dikatakan, kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.

(55)

penguasaan ilmu dan ketrampilan, (3) kemampuan berkarya, (4) sikap dan perilaku dalam berkarya.

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen Tahun 2005 pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dijelaskan pula bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

b. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; c. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; d. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; e. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

f. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

g. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

(56)

pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik;

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Apabila guru mampu mengimplementasikan kemampuan-kemampuan pedagogik itu dalam pembelajaran, maka akan tercipta kualitas pembelajaran yang baik. Dan tujuan pendidikan yaitu tujuan pembelajaran, tujuan kurikulum, tujuan sekolah dasar, dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.

Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan kemampuan menilai hasil dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini di fokuskan untuk mengetahui seorang guru mempunyai kompetensi pedagogik atau tidak.

Sahertian (2008:12) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah:

(57)

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah

c. Lingkungan kerja yang mendorong motivasi kerja guru untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pelaksanaan tugas secara optimal.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah kepemimpinan Kepala Sekolah. Selanjutnya dalam buku panduan Manajemen Sekolah Depdiknas (2006: 8) dikatakan bahwa Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Kepemimpinannya sebagai Kepala Sekolah akan sangat berpengaruh bahkan menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah dalam manajemen mempunyai peran yang utama yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

b. Kompetensi kepribadian;

(58)

hasil kerja yang sebaik- baiknya; (7) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak; (8) kreatif; (9) berwibawa. Indikator kompetensi sosial dalam proses belajar mengajar meliputi; (1) trampil berkomunikasi dengan siswa; (2) bersikap simpatik; (3) dapat bekerjasama dengan komite sekolah; (4) dapat bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.

c. Kompetensi profesional;

Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Indikator kompetensi professional dalam proses belajar mengajar adalah (1) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola kelas; (4) kemampuan mengelola dan menggunakan media/sumber belajar; dan (5) kemampuan menilai prestasi belajar.

d. Kompetensi sosial.

(59)

Indikator kompetensi sosial diantaranya adalah:

1) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agara, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.

2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah NKRI yang memiliki keragaman sosial budaya.

4) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.

5) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

6) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

7) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Peran Kepala sekolah sebagai supervisor bertujuan membimbing guru, dilakukan dengan cara-cara atau usaha mempengaruhi para guru. Adapun cara-cara atau usaha yang dilakukan adalah:

(60)

2. Mengarahkan para guru, yaitu mengingatkan dan mengarahkan penyusunan alat penilaian, dan mendorong semangat guru.

3. Mengubah yaitu, mengubah guru-guru yang malas menjadi rajin dan baik, mengubah siswa dari malas menjadi rajin dan baik.

Layanan supervisi kepala sekolah berkontribusi signifikan terhadap profesionalisme dan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, layanan supervisi juga berpengaruh dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar mengajar di kelas (A. Hadis dan Nurhayati, 2010:64).

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan meningkatnya kompetensi pedagogik guru meningkat pula kinerja guru selanjutnya kompetensi pedagogik guru dipengaruhi oleh supervisi kepala sekolah.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Tabrani Rusyan dkk (2000:17) menyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan Kinerja guru seperti diterangkan di atas, maka perlu berbagai faktor yang mendukung, di antaranya:

a. Motivasi Kinerja Guru

(61)

b. Etos Kinerja Guru

Guru memiliki etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru yang tidak ditunjang oleh etos Kinerja.dalam melaksanakan tugasnya guru memiliki etos yang berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh guru, karena:

1) Pergeseran waktu yang mengakibatkan segala sesuatu dalam kehidupan manusia berubah dan berkembang.

2) Kondisi yang terbuka untuk menerima dan menyalurkan kreativitas. 3) Perubahan lingkungan terutama bidang teknologi.

c. Lingkungan Kinerja guru

Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, meliputi:

1) Lingkungan sosial-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan harmonis antar guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala sekolah, dengan staf TU dapat menunjang berhasilnya kinerja guru.

2) Lingkungan fisik, ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) Ruangan harus bersih, (2) Ada ruangan khusus untuk kerja, (3) Peralatan dan perabotan tertata baik, (4) Mempunyai penerangan yang baik, (5) Tersedia meja kerja yang cukup, (6) Sirkulasi udara yang baik, dan (7) Jauh dari kebisingan. d. Tugas dan tanggung jawab guru

(62)

menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila. 2) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah, yaitu setiap

guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan baik.

3) Tanggung jawab guru di bidang kemasyarakatan, yaitu turut mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.

4) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai jabatan fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang lebih erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya. Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam bidang pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional yang selalu dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani Rusyan dkk, (2000:11) menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan global sekolah perlu menerapkan budaya Kinerja dalam proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut:

(63)

b. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran.

c. Mendorong lahirnya “Sumber Daya Manusia” yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

d. Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.

e. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam proses pembelajaran.

f. Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran.

g. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan globalisasi. h. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.

i. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan kepada ijazah.

j. Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yang lebih demokratis.

k. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta didik. l. Membudayakan sikap kerja keras, produktif, dan disiplin.

Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada pendapat Nana Sudjana dkk, (2004:107) tentang kompetensi Kinerja guru, yaitu:

(64)

d. Menggunakan media/sumber pelajaran. e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. f. Mengelola interaksi belajar mengajar. g. Menilai prestasi siswa.

h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.

C. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Glickman dalam Wahyudi (2010: 21) menyatakan alasan perlunya pendampingan atau bimbingan kepada kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi untuk mewujudkan sekolah efektif, antara lain ; 1) Supervisi dapat memperkuat keyakinan guru bahwa dirinya tidak seorang diri, tetapi ada orang lain bersama dirinya, 2) Supervisi dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi mengajar guru, 3) Supervisi dapat meningkatkan kesadaran guru bahwa mereka saling melengkapi/ sinergi dalam mencapai tujuan yang diharapkan, 4) Supervisi dapat merangsang guru untuk merencanakan tujuan pembelajaran dan bertindak dengan lebih baik, dan 5) Supervisi menantang guru untuk dapat merefleksikan pekerjaan mereka dengan baik.

(65)

Burton dan Bruckner da l a m S a g a l a (2010: 18), supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles yang menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik. Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai pemimpin. Seorang supervisor yang baik memiliki lima keterampilan dasar, yaitu; 1) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, 2) Keterampilan dalam proses kelompok, 3) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, 4) Keterampilan dan mengatur personalia sekolah, dan 5) Keterampilan dalam evaluasi.

Dengan berkembangnya perilaku-perilaku baik seperti di atas, maka terjadilah suatu perubahan ke arah yang dinginkan oleh masing-masing. Meski untuk berubah itu beresiko, baik kepala sekolah maupun guru-guru, tetap mengambil strategi ini. Ketimbang tidak berubah sama sekali, mereka merasa yakin jauh akan lebih beresiko. Kepiawaian kepala sekolah dalam memilih tingkat resiko, baik secara ekonomis maupun material, dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pemborosan, lebih meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran.

(66)

Sudah menjadi rumus yang baku untuk bisa berlangsungnya hal itu diperlukan segala sesuatunya yang berkualitas, baik SDM guru, material, maupun proses berlangsungnya. Dalam rangka mengupayakan kualitas ini, peran serta kepala sekolah akan sangat mewarnai peran serta guru dan siswa.

Guru yang memiliki kompetensi sangat berarti bagi pembentukan sekolah yang berkualitas. Guru dengan kompetensi akan memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum.

(67)

mengajar. Suatu proporsi yang sangat tidak relevan dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru menganggap siswa hanya sebagai pendengar setia yang tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya.

(68)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMK Miftahul Huda merupakan salah satu SMK di Kabupaten Kendal dan merupakan satu-satunya SMK di kecamatan Limbangan. SMK Miftahul Huda merupakan singkatan dari sekolah menengah kejuruan dan mitahul huda adalah nama pondok pesantren di desa peron yang didirikan dan diasuh oleh K.Ahmad sejak tahun 1946 sampai tahun 1977 dan diteruskan oleh KH.M.Muafiq mulai tahun 1977 sampai sekarang kemudian pada tahun 2006 didaftarkan sebagai yayasan pendidikan islam. Sehingga tepatnya pada tanggal 17 bulan juli tahun 2006 menjadi yayasan pendidikan islam Miftahul Huda dengan nomer statistik: 51233240635.

SMK Miftahul Huda didirikan oleh yayasan pendidikan Islam

Miftahul Huda dibawah naungan lembaga pendidikan ma‟arif kabupaten

Kendal pada tanggal 10 Desember 2008 dengan nomor / Tanggal SK terakhir status sekolah 421.5/7222/Dikpora/10-12-2008 yang dinyatakan sebagai sekolah baru.

Status SMK Miftahul Huda adalah swasta dan sampai saat ini belum terakreditasi karena baru melakukan proses belajar mengajar selama 6 tahun. Pada mulanya SMK Miftahul Huda adalah Filial / kelas jauh dari SMK N 3 Kendal kemudian pada tahun pelajaran kedua yaitu tahun pelajaran 2009 /2010 pihak, komite sekolah memilih untuk mandiri sehingga

(69)

kelas X adalah kelas mandiri dari SMK Miftahul Huda dan kelas XI merupakan kelas jauh.

SMK Miftahul Huda merupakan Sekolah menengah kejuruan yang berbasis pesantren. Sekolah yang mengutamakan teknologi tapi juga tidak meninggalkan aspek aspek keagamaan. Pengetahuan teknologi dan pengetahuan agama ditempatkan pada porsi yang sama.

1. Visi dan Misi SMK Miftahul Huda a. Visi

Mencetak anak didik yang berkualitas dalam iman, ilmu dan

memiliki keterampilan serta berakhlak Ala Ahli Sunah Wal Jama‟ah

dengan melaksanakan syariat Islam. b. Misi

1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dan nilai–nilai budaya sehingga menjadi sumber kearifan dalam berfikir dan bertindak

2) Menumbuhkan dan mengembangkan semangat keunggulan dalam bidang ilmu teknologi dan seni

3) Membekali anak didik berupa iman, ilmu dan keterampilan agar dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal hidup di masyarakat

(70)

2. Data Guru, Karyawan dan Siswa

Data guru, karyawan dan siswa SMK Miftahul Huda Limbangan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Data Guru dan Karyawan SMK Miftahul Huda

No Nama JK

Status

Kepegawaian Jenis PTK Agama

1 ABDUL GHOFAR L GTY/PTY Guru Mapel Islam

MARHAENDRAWATI P GTY/PTY Guru Mapel Islam

5 HERI ARDIYANTO L GTY/PTY Guru Mapel Islam

WALUYANINGSIH P GTY/PTY Guru Mapel Islam

(71)

dan didukung oleh 2 orang tenaga administrasi. Sedangkan jumlah siswa dalam beberapa tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Jumlah Siswa 3 Tahun Terakhir SMK Miftahul Huda Kelas X, XI dan XII dari Jurusan TKR, TKJ dan PBS

No Tahun

Pelajaran

Siswa / Kelas Jml

X XI XII

01 2014/2015 90 103 85 275

02 2015/2016 93 83 100 276

03 2016/2017 89 80 98 267

(72)

3. Fasilitas yang ada di SMK Miftahul Huda a. Gedung

Tabel 3.3.

Sarana Prasana SMK Miftahul Huda Limbangan

No Jenis Ruangan Jumlah

1 Ruang Kelas 28

2 Ruang Kepala 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang Tata Usaha 1

5 Ruang Laboratorium TKJ 1

6 Ruang Laboratorium TKR 1

7 Ruang Laboratorium PBS -

8 Ruang Perpustakaan 1

9 Ruang UKS 1

10 Ruang Ketrampilan 1

11 Ruang Kesenian -

12 Ruang Toilet Guru 1

(73)

b. Mebeler

No Uraian Jumlah

1 Meja Siswa 138

2 Kursi Siswa 278

3 Meja Guru 19

4 Kursi Guru 19

5 Meja TU 2

6 Kursi TU 2

7 Almari 4

8 Kursi Tamu 1 set

c. Perpustakaan

1. Jumlah Buku : 2340 2. Jumlah Judul: 237 3. Jenis Buku :

(74)

d. Lain-lain

1. Komputer : 32 Unit

2. Televisi : 3 Unit

3. Mesin Printer : 6 Unit 4. Pesawat Telepon : 1 Unit 5. Air bersih cukup dan bisa dikembangkan. 2. Kegiatan Sekolah

a. Intra Kurikuler

1. Seluruh pelajaran mengacu kurikulum KTSP dan Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas

2. Program Tambahan Ciri Khusus ( Hafalan Surat Pendek, Praktek Mengkafani Jenazah, Tahlil dan Dzikir )

b. Ekstra Kurikuler

1. Olah raga prestasi dan non prestasi

2. Berorganisasi baik melalui OSIS maupun Pramuka dan juga Ormas lain seperti IPNU, IPPNU

3. Majelis Ta‟lim tengah bulan 4. Khotbah

5. Hadroh

6. Tadarus Al Qur‟an 7. Menjahit

(75)

c. Kegiatan Sosial

1. Pembagian Zakat Fitrah kepada Kaum Dhuafa 2. Penyembelihan hewan kurban

3. Kemah bakti sosial

4. Ikut serta aktif kegiatn desa maupun tingkat Kecamatan 3. Pendanaan

a. Sumber dana terdiri dari : 1. Wali murid

2. Bantuan pemerintah

3. Bantuan lain yang tidak mengikat b. Penggunaan dana untuk :

1. Kegiatan belajar mengajar 2. Pengadaan sarana prasarana

3. Pengadaan alat dan bahan mengajar 4. Transpot

5. Honor 6. Lain-lain

c. Dana pengembangan ( pembangunan ) 1. Sumber

(76)

2. Penggunaan

- Pembangunan Ruang Kelas - Pembangunan Ruang TU - Dan sarana lainnya

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala SMK Miftahul Huda

Kepala SMK Miftahul Huda memerlukan strategi dan cara khusus untuk melakukan supervisi dalam rangka membantu guru menyelesaikan masalah-masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Strategi yang diterapkan kepala sekolah dalam hal ini tidak bisa dilepaskan dari tipe-tipe guru. Tipe-tipe tersebut adalah: a. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta

kepedulian juga tinggi, maka termasuk guru profesional

b. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta kepedulian rendah maka disebut guru tukang kritik.

c. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah sedangkan komitmen serta kepedulian tinggi maka disebut guru terlalu sibuk.

d. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah dan komitmen serta kepedulian juga rendah maka disebut guru yang tidak bermutu.

(77)

yaitu dengan supervisi langsung, tidak langsung dan kolaboratif.

Pertama, supervisi pengajaran berorientasi langsung. Supervisi ini akan mencakup perilaku pokok berupa klarifikasi, prestasi, demonstrasi, penegasan, standarisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari perilaku supervisi pengajaran ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalam satu periode waktu tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi ini sama halnya dengan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwa mengajar itu pada dasarnya merupakan pengkondisian individu melalui lingkungannya. Dalam mengadakan supervisi langsung, kepala SMK Miftahul Huda melakukan lima perilaku supervisor, yaitu:

a. mengklarifikasi masalah-masalah guru, baik melalui pertemuan KKG SMK se Kabupaten Kendal

b. mempresentasikan ide-ide pemecahan masalah;

c. mendemonstrasikan, sebagai contoh, ide-ide pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh guru;

d. menetapkan standar pelaksanaan tugas pemecahan masalah;

e. memberikan reinforcement kepada guru agar ia melaksanakan tugas yang diberikan.

Hasil wawancara terhadap kepala sekolah mengenai perencanaan dalam melaksanakan supervisi diperoleh gambaran sebagai berikut

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan supervisi dengan kinerja kepala sekolah, hubungan kemampuan berkomunikasi dengan kinerja kepala

Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, iklim sekolah, dan kinerja guru terhadap kinerja guru di MTs di Kabupaten Kendal digunakan analisis

Sikap guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah adalah kecenderungan dan perasaan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang harus dipenuhi sebagai seorang pemimpin

kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin (kepala sekolah) dalam memimpin suatu organisasi akan mempengaruhi kinerja daripada guru itu.. Menurut Thoha (E Mulyasa, 2002:

Berdasarkan pernyataan para ahli disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merujuk pada kemampuan kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan dalam mempengaruhi,

Hasil penelitian ditemukan: (1) Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin guru, adalah gaya memberitahukan ( telling ), selain gaya telling, kepala

Berdasarkan data dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah di MA Miftahul Huda lebih baik jika dibandingkan dengan

Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Kerja Oleh Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja Kepala