• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENDAMAN INFUSA MENIRAN (Phyllantus niruri) PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) YANG DIINFEKSI Vibrio anguillarum TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, PACKED CELL VOLUME DAN JUMLAH ERITROSIT Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERENDAMAN INFUSA MENIRAN (Phyllantus niruri) PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) YANG DIINFEKSI Vibrio anguillarum TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, PACKED CELL VOLUME DAN JUMLAH ERITROSIT Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERENDAMAN INFUSA MENIRAN (

Phyllantus niruri

)

PADA IKAN GURAME (

Osphronemus gouramy

) YANG

DIINFEKSI

Vibrio anguillarum

TERHADAP KADAR

HEMOGLOBIN,

PACKED CELL VOLUME

DAN

JUMLAH ERITROSIT

Oleh :

MOCH. BASYARUL HAQ NIM 061111163

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

PERENDAMAN INFUSA MENIRAN (Phyllantus niruri) PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) YANG DIINFEKSI Vibrio anguillarum

TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, PACKED CELL VOLUME DAN JUMLAH ERITROSIT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Oleh :

MOCH. BASYARUL HAQ NIM 061111163

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul :

PERENDAMAN INFUSA MENIRAN (Phyllantus niruri) PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) YANG DIINFEKSI Vibrio anguillarum

TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, PACKED CELL VOLUME DAN JUMLAH ERITROSIT

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di s uatu pe rguruan t inggi da n sepanjang pe ngetahuan s aya j uga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surabaya, 27 Februari 2015

(4)

Moch. BasyarulHaq ABSTRACT

The ai m o f t his r esearch i s t o p rove t he ef fect o f dipping meniran infusion c an increase Hb, PCV and the number of erythrocytes of Gourame infected with V. anguillarum. This research was conducted 5 group treatments and 4 replications. P0(-) was a control group, gouramy was not infected with V.anguillarum and wasn’t given any treatment, P0(+) gruop was infected with V. anguillarum and wasn’t given meniran i nfusion and P1, P 2 and P 3 group was infected with V. anguillarum and dipping in meniran infusion at a dose of 10%, 20%, 30%. D ata were an alyzed with ANOVA (Analysis o f Variant) if there obtained a significant effect then followed with Duncan's multiple range test significance level of 5%. The results sh ow dipping meniran infusion in gouramy i nfected with V. anguillarum can increase H b, P CV a nd total e rythrocyte. D ose of 30% s how r esult efective d ose dipping meniran infusion in gouramy infected with V. anguillarum.

(5)

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian Tanggal : 13 Februari 2015

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua : Emy Koestanti Sabdoningrum, drh., M.Kes Sekretaris : M. Gandul Atik yuliani, drh, M.Kes

Anggota : Dr. Lilik Maslachah, drh., M.Kes

(6)

Telah diuji pada

Tanggal :27 Februari 2015

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Emy Koestanti Sabdoningrum, drh., M.Kes Anggota : M. Gandul Atik yuliani, drh, M.Kes

Dr. Lilik Maslachah, drh., M.Kes

Prof. Dr. Nunuk Dyah Retno L, drh, M.S Retno Sri Wahyuni, drh, M.S

Surabaya, 27 Februari 2015 Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Dekan

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji s yukur K ehadirat Allah S WT a tas ka runia ya ng t elah dilimpahkan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan judul Perendaman Infusa Meniran (Phyllantus niruri) pada I kan G urame (Osphronemus gouramy) yang Diinfeksi Vibrio anguillarum terhadap kadar Hb, PCV dan Jumlah Eritrosit. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah S WT ya ng t elah memberi r akhmat da n hi dayah-Nya s ehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. R omziah S idik, drh., Ph.D selaku D ekan F akultas K edokteran Hewan U niversitas A irlangga a tas kesempatan m engikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

3. Prof. Nunuk D yah R etno L , MS., dr h sebagai pe mbimbing ut ama da n Retno S ri W., dr h., M .S sebagai pembimbing ser ta y ang t elah b ersedia memberikan bimbingan, saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Emy Koestanti S abdoningrum, dr h., M .Kes selaku ke tua pe nguji, M. Gandul A tik yul iani, d rh, M .Kes selaku sek ertaris p enguji d an Dr. Lilik

Maslachah, drh., M.Kes selaku anggota penguji.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas bimbingan da n dor ongan s emangat s erta motivasi selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

(8)

keluarga ya ng s elalu memberikan do’ a, dukunga n ba ik s ecara m ateril

maupun spiritual kepada penulis selama ini.

7. Pendamping pe nulis, A lfiana L aili D wi A gustin ya ng telah m emberi dorongan dan semangat pribadi kepada penulis.

8. Teman-teman kuliah penulis, teman satu kelompok penelitian Aurora, Dini, Dwi dalam membantu proses keberhasilan penelitian ini dan teman-teman

seperjuangan Rezha s etyo, A gil R ahmat, R ifqi N ajwan, M. R ofi, F aiq

Mudhafar, Asri A yu, Mentari Maharani, T utuk W ahyuningtyas, N atalia

Cyntia, H ana C ipka, Karinadhinta, s erta t eman-teman angkatan 2 011

lainnya ya ng t elah ba nyak memberi dor ongan da n s emangat ke pada

penulis.

9. Semua pihak ya ng tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis sehingga selesainya penulisan ini.

Akhirnya, semoga s kripsi i ni bermanfaat ba gi s emua pi hak ya ng membutuhkan.

Surabaya, 27 Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.1.1. Morfologi ikan gurame (Osphronemus gouramy) ... 7

2.1.2. Klasifikasi ikan gurame (Osphronemus gouramy) .. 7

2.1.3. Sistem peredaran darah ... 7

2.2. Meniran (Phyllanthus niruri L) ... 8

2.2.1 Klasifikasi dan morfologi meniran... 8

2.2.2 Kandungan kimia dan farmakologis meniran ... 9

2.3. Morfologi Vibrio anguillarum ... 11

(10)

3.3.3 Penentuan jumlah sampel ... 18

3.4. Pelaksanaan Peneltian ... 19

3.4.1 Persiapan akuarium penelitian ... 19

3.4.2 Kelompok perlakuan ... 19

3.4.3 Pemberian perlakuan ... 20

3.4.4 Pengambilan darah ... 20

3.4.5 Pemeriksaan kadar hemoglobin ... 21

3.4.6 Pemeriksaan hematokrit (PCV) ... 22

3.4.7 Pemeriksaan jumlah eritrosit ... 22

3.5. Variabel Penelitian ... 23

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 23

3.7. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 24

3.8. Kerangka operasional penelitian ... 25

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Rata-rata h asil s tandar deviasi ( x ± S D) Kadar hemoglobin

(Hb) ikan gurame pada akhir penelitian ... 27 4.2 Rata-rata h asil s tandar deviasi ( x ± S D) kadar hematokrit

(PCV) ikan gurame pada akhir penelitian ... 28 4.3 Rata-rata hasil standar deviasi ( x ± SD) jumlah eritrosit ikan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gurame (Osphronemus gouramy) ... 6

2.2 Tanaman meniran ... 8

2.3 Bakteri vibrio sp. ... 11

2.4 Eritrosit ikan ... 14

3.1 Skema kerangka penelitian ... 25

4.1 Ulcer pada daerah tubuh ikan ... 26

4.2 Hemoraghi pada tubuh ikan ... 27

4.3 Luka pada bibir ikan ... 27

4.4 Kadar hemoglobin (Hb) ... 28

4.5 Kadar hematokrit (PCV) ... 29

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema pengenceran bakteri ... 45

2. Perhitungan dosis infusum meniran ... 46

3. Hasil analisis data menggunakan SPSS ... 47

(14)

Hb : Haemoglobin PCV : Packed Cell Volume pH : Potential of Hydrogen MCV : Mean Corpuscular Volume CFU : Cell Form Unit

EDTA : Ethylene Diamine Tetra Acetid Acid ID : Infectious Dosage

RAL : Rancangan Acak Lengkap ANOVA : Analysis of Variant Dpl : Di atas permukaan laut

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan gur ame (Osphronemus gouramy) m erupakan sal ah s atu i kan ai r t awar yang di budidayakan s ecara m eluas d an k omersial. Ikan i ni t ersebar di k awasan tropis mulai dari India sampai Semenanjung Malaya dan Indonesia. Ikan gurame bernilai ekonomis dan harganya di pasar cukup tinggi (Effendi dkk., 2006). Salah satu kendala yang dihadapi peternak ikan gurame adalah gangguan penyakit, baik yang bersifat infeksius maupun yang bersifat non-infeksius. Vibriosis merupakan penyakit infeksius yang mampu menyerang ikan gurame. Bakteri ini berdampak pada pe nurunan ha sil produksi dan menyebabkan kematian massal seh ingga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi (Purwaningsih dan Taukhid, 2010).

Vibriosis m erupakan p enyakit y ang salah s atunya disebabkan o leh Vibrio

anguillarum (V. anguillarum) (Desrina dkk., 2006). Gejala klinis yang di tunjukan oleh i kan y ang t erinfeksi Vibrio adalah l esu, w arna kul it ge lap, sisik l epas, peradangan pa da r ahang, a bdomen, t utup i nsang, pa ngkal s irip, l uka ya ng berkembang m enjadi ulcer pada tubuh, pe rdarahan pa da o rgan da lam, ha ti dan ginjal bengkak (Nitimulyo dkk., 2005). Menurut Sarjito dkk., (2007) perdarahan pada or gan ( haemorarrghic) diakibatkan o leh a danya haemolysin yang dikeluarkan oleh bakteri dan merusak sel darah merah.

(16)

bakteri v ibrio in i berkembang menjadi p atogenik bi la b erada p ada kondi si lingkungan yang memungkinkan. Bakteri vibrio dapat hidup di bagian luar tubuh organisme de ngan j alan m enempel, m aupun pa da or gan t ubuh b agian da lam seperti hati, usus, dan lain sebagainya (Yanuhar, 2011). Bakteri memasuki darah melalui i nsang da n m enyebar pa da or gan d alam, ba kteri dapat m enyebabkan kematian sep erti septicaemia. Vibriosis pa da or gan e ksternal da n i nternal memperlihatkan haemorrhage dan ulcer superficial tertutup pada kepala atau anus (Valiente et al., 2008). Bakteri vibrio memiliki haemolysin yang bila dikeluarkan dapat memecah eritrosit dan keluar dari pembuluh darah (Sarjito dkk., 2007).

Pengendalian vibriosis de ngan menggunakan a ntibiotik seperti ampicilin,

chloramphenicol, tetracycline belum memberikan ha sil ya ng m emuaskan. Penggunakan antibiotik untuk jangka lama mempunyai beberapa kelemahan yaitu menimbulkan r esistensi pada ba kteri, mencemari l ingkungan da n meninggalkan residu pada tubuh ikan (Desrina dkk., 2006 ; Lukistyowati dan Syawal, 2013).

Alternatif y ang da pat digunakan adalah p enggunaan a nti ba kterial ya ng bersifat a lami, efektif, dan mudah t eruarai di p erairan sal ah sa tunya ad alah meniran (phyllantus niruri L.) (Sudarno dkk., 2011).

(17)

penghambatan pe rtumbuhan mikroba ha l i ni terjadi karena ad anya h ambatan sintesis d inding s el, pe rubahan pe rmeabilitas membran s el a tau t ransport a ktif melalui membran sel, penghambatan sintesis protein, dan penghambatan sintesis asam nukleat.

Perendaman meniran pada i kan g urame yang b ersifat a ntibakteri dapat menghambat bahkan membunuh bakteri diharapkan dapat memberi perlindungan terhadap infeksi V. anguillarum yang terlihat dari perubahan kadar Haemoglobin (Hb), packed cell volume (PCV) dan jumlah eritrosit.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu apakah perendaman infusa meniran pada ikan gurame yang diinfeksi

V. anguillarum dapat meningkatkan kadar Hb, PCV dan jumlah eritrosit ?

1.3 Landasan Teori

(18)

Salah satu penyebab kematian massal yang terjadi pada ikan gurame karena adanya haemolysin yang diproduksi oleh bakteri V.anguillarum. Haemolysin yang dikeluarkan ol eh ba kteri V.anguillarum dapat m emecah e ritrosit da n da pat menyebabkan eritrosit keluar dari pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan

haemorrhage, dan bahkan dapat menyebabkan anemia (Nasi dkk., 2011). Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit. Secara praktis ada 3 pa rameter unt uk m enegakkan a danya anemia ya itu : ka dar H b, PCV da n jumlah eritrosit (Syawal dan Ikhwan, 2011).

Meniran m erupakan tanaman ya ng m empunyai ba nyak kha siat s eperti memperbaiki j aringan hati da n d igunakan s ebagai oba t t radisional. Khasiat tanaman t ersebut berasal dari kandungan senyawa gol ongan alkaloid, flavonoid, tanin da n saponin ( Mangunwardoyo dkk., 2009) . S enyawa gol ongan tanin merupakan a ntibakterial yang da pat mencegah pe rtumbuhan ba kteri da n menghentikan pe rdarahan sehingga da pat m eningkatkan k adar H b, P CV da n jumlah eritrosit (Mathivanan et al., 2006). Analisis karakteristik sel darah dapat memberikan beberapa petunjuk keberadaan penyakit yang ditemukan dalam tubuh organisme. P emeriksaan d arah sangat p erlu terutama p ada k eadaan patologis tertentu (Andayani dkk., 2006).

1.4 Tujuan Penelitian

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat diketahui konsentrasi meniran yang dapat meningkatkan kadar Hb, PCV dan jumlah eritrosit pada ikan gurame yang diinfeksi bakteri V. anguillarium.

1.6 Hipotesis

(20)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)

Gurame umumnya hidup dan banyak dipelihara di perairan air tawar. Namun ada j uga gu rame ya ng hi dup di pe rairan pa yau. K etinggian l okasi y ang c ocok untuk budi daya gur ame a dalah 0 – 800 m dpl de ngan s uhu 24 -28oC. Gu rame

tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga tidak akan produktif jika suhu tempat hidupnya lebih rendah dari kisaran suhu optimal (Brotoadji, 2011).

Gambar 2.1. Osphronemus gouramy (Standar Nasional Indonesia, 2000)

2.1.1 Morfologi ikan gurame (Osphronemus gouramy)

(21)

Berkepala l ancip ke de pan, be rdahi nor mal da n r ata ( Sitanggang da n Sarwono, 2011).

2.1.2 Klasifikasi ikan gurame (Osphronemus gouramy)

Klasifikasi Ikan Gurame menurut Sutanto (2011) adalah sebagai berikut:

Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Labyrinthici Sub Ordo : Anabantoidae Famili : Anabantidae Genus : Osphronemus

Species : Osphronemus gouramy 2.1.3 Sistem peredaran darah ikan

Sistem si rkulasi d arah pada i kan berbeda de ngan ve rtebrata um umnya. Sistem s irkulasi i kan be rsifat t unggal. O rgan ya ng t erlihat a dalah j antung da n pembuluh-pembuluh da rah. P embuluh da rah pa da or gan-organ d isebut si stem portal dan merupakan jalinan buluh kapiler. Umumnya, sistem portal ditemukan pada i nsang, l iver, d an ren (Juni dk k., 2010) . S istem he matopoetik pa da i kan meliputi: limpa, ginjal, dan thymus. Pembentukan eritrosit terjadi di ginjal dan limpa, sedangkan leukosit di bantu thymus dan bagian atas ginjal (Bijanti, 2010).

2.2 Meniran

(22)

tangkai da un t erdiri da ri da un m ajemuk ya ng m empunyai ukur an k ecil da n berbentuk l onjong. N ama l atinnya a dalah Phyllantus nirui Linn. Dari s uku Euphorbiaceae (Mun’im dan Hanani, 2011).

2.2.1 Klasifikasi dan morfologi

Klasifikasi meniran menurut (Robinson, 1995) adalah : Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta Subdivision : Angiospermae Class : Dicotylae Order : Euphorbiales Family : Euphorbiaceaea Genus : Phyllanthus LINN Species : Phillanthus niruri

(23)

2.2.2 Kandungan kimia dan efek farmakologis meniran (Phyllanthus niruri Linn)

Tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung berbagai macam senyawa ki mia a ktif ya itu f lavonoid, t anin dan s aponin ( R iana, 2006) . Flavonoid merupakan salah s atu g olongan f enol ya ng t erdapat dalam sem ua tumbuhan be rbiji ( monokotil). M enurut s trukturnya, f lavonoid m erupakan turunan senyawa induk flavon. Flavonoid mengandung atom karbon dalam inti dasarnya. Seluruh va rian f lavonoid s aling be rkaitan ka rena jalur b iosintesis yang berasal dari jalur sikimat dan jalur asetat malonat. Senyawa ini umumnya terikat seb agai g likosida, b aik O -glikoksida m aupun C -glikoksida (Mangunwardoyo, dkk 2009).

(24)

Tanin termasuk senyawa polifenol alami yang mengandung gugus hidroksi fenolik dan karboksil dengan bobot molekul 300−5000 Dalton. Tanin memiliki sifat ut ama da pat be rinteraksi de ngan pr otein membentuk i katan ya ng kua t. Ikatan t anin da n p rotein s angat di pengaruhi o leh pH lingkungan. S enyawa tanin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan asam hidroksi (asam galat, asam kafeat, d an k lorogenat) ser ta est er d ari a samasam t ersebut, ya itu 3 -galoilepikatekin, 3 -galoilgalokatekin, da n f enil ka feat (Mangunwardoyo, dkk 2009). Tannin dapat d imanfaatkan seb agai b ahan an tiseptik ser ta antioksidan dalam makanan Z ulaikha ( 2006). Tanin be rsifat m engendapkan pr otein da n berkhasiat sebagai a dstringensia, yaitu da pat meringankan di are d engan mengecilkan at au menciutkan l ender u sus. Tanin mudah l arut da lam a ir, gliserol, alkohol, al kali en cer d an aset on, ser ta t idak larut d alam et er d an benzena dalam Aziz (2004).

(25)

2.3 Morfologi Vibrio anguillarum

Bakteri V. anguillarum merupakan ba kteri pa togen pada spesies i kan l aut memiliki flagella dan chemotactic motility yang penting sebagai faktor verulensi setelah in feksi p erendaman te tapi tid ak t erlalu in fektif jik a d isuntikkan intraperitonial. C ara p enetrasi m asih di perdebatkan p ada us us, insang, da n anggota l ain t etapi s angat di mungkinkan ba kteri i ni bi sa masuk da lam s emua organ. S ebelum pe netrasi pa da kul it ba kteri ha rus m enembus l apisan pe lindung ikan yaitu lendir, motilitas, dan kemotaksis (Lanser et al., 2001).

Gambar 2.3 Bakteri Vibrio anguillarum (Crosa, 1980)

Vibrio anguillarum merupakan penyebab utama dari perdarahan septikemia. Vibriosis m erupakan pe nyakit be rat ya ng mempengaruhi b anyak s pesies i kan. fungsi f lagella da lam v irulensi terbawa o leh a ir y ang d imediasi motilitas kemotaktik (Toole et al., 2004). Flagella V. anguillarum memiliki struktur yang komplek berisi empat atau mungkin lebih protein flagell yang terbungkus dalam selubung membran. Penelitian terbaru menunjukan bahwa flagella membantu V.

(26)

organel y ang berfungsi seb agai p elekat untuk m engikat j aringan m ukosa (Ormonde et al., 2000)

2.4 Darah Ikan

Darah ikan tersusun dari sel-sel yang tersuspensi dalam plasma dan diedarkan ke s eluruh jaringan tu buh m elalui sistem s irkulasi tertutup. M enurut Maswan (2009), da rah t ersusun a tas c airan da rah ( plasma da rah) da n elemen-elemen seluler (sel-sel darah). Plasma darah terdiri dari air, protein, lipid dan ion, adapun sel-sel d arah y ang t erdiri d ari s el darah m erah (e ritrosit) d an s el d arah p utih (leukosit).

Sel dan cairan darah (plasma darah) merupakan aspek diagnosa yang penting untuk dikaji, karena kedua aspek tersebut mempunyai peran fisiologis yang sangat penting s erta m ampu menggambarkan kondi si kesehatan i kan Dalam p enelitian hematologic i kan, pa rameter da rah ya ng di ukur m eliputi ka dar he moglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989).

2.4.1. Hemoglobin

(27)

kondisi p sikis, m usim, t ekanan uda ra da n ke biasaan hi dup spesies ( Maswan, 2009).

2.4.2. Hematokrit (PCV)

Hematokrit (PCV) a dalah vol ume e ritrosit d alam 100 ml da rah da n volume darah dinyatakan dalam bentuk persen. Kadar hematokrit (PCV) adalah presentase dari volume darah yang terdiri dari eritrosit. Nilai PCV merupakan petunjuk ya ng s angat baik unt uk menentukan j umlah e ritrosit da n ka dar hemoglobin da lam s irkulasi d arah. N ilai P CV merupakan pe tunjuk da ya pengikat ok sigen ol eh darah da n be rmanfaat bagi s uatu diagnosa u mtuk menentukan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) d an

Mean Corpuscular Volume (MCV). Jika dalam suatu keadaan ditemukan nilai PCV yang melebihi nor mal, maka kemungkinan t erjadi hemokonsentrasi dan jika nilai PCV turun sampai di bawah normal disebut dalam keadaan anemia (Maswan, 2009). Hasil dari pemeriksaan hematokrit ini bervariasi, tergantung dari kondi si f isiologis dan kesehatan ser ta ak tivitas d ari i kan y ang d iambil sampel darahnya (Bijanti, 2010).

2.4.3. Eritrosit Ikan

Sel d arah merah ( eritrosit) m erupakan sal ah sat u k omponen sel y ang terdapat dalam darah, fungsi utama dari eritrosit adalah mentranfer hemoglobin (Warni, 2009). Selain mentranfer hemoglobin, sel darah merah juga berfungsi mengkatalisis r eaksi de ngan ka rbon di oksida dan mentransport C O2 dari

(28)

Gambar 2.4 Eritrosit ikan (Maswan, 2009)

(29)

BAB 3 MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian i ni di lakukan pada bul an S eptember – November 201 4 di Laboratorium P atologi V eteriner D epartemen P atologi V eteriner F akultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Bakteri Vibrio anguillarum diperoleh dari prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. Isolasi, id entifikasi, da n pengenceran ba kteri Vibrio anguillarum dilakukan di Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi, Departemen Mikrobiologi Veteriner Fakultas K edokteran H ewan U niversitas A irlangga S urabaya. Proses pengambilan darah, pembuatan preparat darah, dan penghitungan kadar Hb, PCV dan jumlah eritrosit dilakukan d i la boratorium P atologi K linik V eteriner, Departemen Kedokteran Dasar Veteriner.

3.2 Bahan dan Materi Penelitian 3.2.1 Hewan coba

Hewan c oba ya ng di gunakan a dalah i kan gur ame s ebanyak 25 e kor dengan rata-rata berat badan 100 gram dengan panjang tubuh 10-15 cm. Umur 3 bul an. H ewan c oba di peroleh da ri B alai B enih I kan T angunan K ecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

3.2.2 Bahan penelitian

(30)

Bakteri Vibrio anguillarum diperoleh dari prodi B iologi Fakultas Sains da n Teknologi Universitas Airlangga Surabaya, kemudian di lakukan pe ngenceran berjumlah 106 CFU/ml d iperoleh setelah d ilakukan i solasi dan i dentifikasi di

Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi, Departemen Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.

3.2.3 Alat penelitian

Peralatan yang digunakan untuk perlakuan adalah aquarium sebanyak 5 buah de ngan ukur an p anjang 30 cm t inggi 30 cm da n l ebar 60 cm, m esin aerator 5 buah, selang aerator 5 buah dan jaring ikan.

Peralatan y ang di gunakan unt uk i solasi i dentifikasi da n pengenceran bakteri Vibrio anguillarum serta penghitungan jumlah bakteri adalah autoclave, inkubator, pipet 1ml, ose, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur dan bunsen.

Peralatan u ntuk pengambilan da rah, menghitung j umlah Hb, P CV d an eritrosit adalah spuit insulin d engan j arumnya, tabung E DTA, t abung mikrohematokrit, centrifuge, t abung cuvette, spektrofotometer, pipet pasteur, larutan dacies, kamar hitung Improved Neubauer, mikroskop cahaya.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pembuatan suspensi bakteri, pengenceran bakteri Vibrio

anguillarum

(31)

steril kemudian dimasukkan ke dalam media APW dengan kandungan NaCl 2%. K emudian s uspensi di buat ho mogen de ngan a lat vortex dan d ilakukan penambahan suspensi bakteri hingga kekeruhannya sebanding dengan standart Mc.Farland no. 1 ( Konema et al., 1992). Tabung yang berisi suspensi bakteri sesuai standart Mc. Farland no 1 memiliki konsentrasi bakteri sejumlah 3.108

CFU/ml.

Penetapan dosis infeksi V. anguillarum konsentrasi 106 CFU/ml (Ilmiah dkk., 2012) , di sesuaikan de ngan infeksi ikan d alam 15 L a ir akuarium. Suspensi bakteri dengan konsentrasi 106 CFU/ml dibutuhkan sebanyak 150 ml

ditambah 14.850 ml s ehingga di dapatkan 15 L de ngan kons entrasi bakteri 106 CFU/ml (Lampiran 1).

Cara penginfeksian bakteri Vibrio anguillarum adalah dengan l angsung menuangkan 150 ml suspensi bakteri yang telah dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 106 CFU/ml ke dalam a ir a kuarium dan a kan di dapatkan 15 L a ir akuarium.

(32)

3.3.2 Pembuatan infusum meniran

Diperlukan herba m eniran s ebanyak 1kg . Meniran ya ng s udah di cuci dikeringkan di uda ra t erbuka t anpa t erkena s inar m atahari s ampai ke ring selanjutnya dihancurkan. Infusum meniran dibuat dengan mencampurkan 1 kg simplisia m eniran dengan akuades sampai v olume 1 L, campuran di rebus dalam wadah di atas air panas (panci infusum) dihitung mulai suhu 90° selama 15 menit kemudian diperas dengan ka in f lannel, jika be lum mencapai 1L ampas meniran di tambahkan a qudes pa nas s ampai vol ume ya ng d idapat mencapai 1L i nfusum m eniran dengan kons entrasi 100% (Farmakope Indonesia, 1995; B POM, 2010) . Digunakan s ebagai i nfusum unt uk dos is perlakuan 1 0%,20% da n 30% ( Putra, 2013 ). P erhitungan dos is infusum meniran berdasarkan penelitian pendahuluan dapat dilihat pada (Lampiran 2). 3.3.3 Penentuan Jumlah Sampel

(33)

3.4 Pelaksaan Penelitian

3.4.1 Persiapan akuarium penelitian

Akuarium yang digunakan sejumlah 5 buah dengan ukuran 30 x 30 x 6 0 cm. Akuarium I unt uk i kan gur ami s ebagai ko ntrol (-), akuarium I I seb agai kontrol (+), akuarium III untuk ikan gurami dengan perlakuan dosis infusum

meniran 10%, akuarium IV untuk ikan gurami dengan dosis infusum meniran 20%, akuarium V untuk ikan gurami yang diberi dosis infusum meniran 30%. 3.4.2 Kelompok Perlakuan

Setelah adaptasi selama satu minggu kelompok perlakuan P0+, P1, P2, dan P 3 dari he wan c oba di infeksi dengan ba kteri V. anguillarum kemudian setelah m enunjukan ge jala k linis s emua direndam de ngan i nfusa m eniran 3 menit/hari selama 5 hari kecuali P0- (kontrol negatif) dan P0+ (kontrol positif). Kelompok perlakuan diberi perlakuan sebagai berikut :

PO- = kontrol negatif tanpa perlakuan

PO+ = kontrol positif ikan diinfeksi V. anguillarum 106 CFU/ml tanpa direndam infusa meniran

P1 = ikan diinfeksi V. anguillarum 106 CFU/ml direndam infusa meniran 10% dalam volume 1000 ml selama 3 menit

P2 = ikan diinfeksi V. anguillarum 106 CFU/ml direndam infusa meniran 20% dalam volume 1000 ml selama 3 menit

(34)

Setelah perlakuan lima hari, darah ikan diambil melalui pembuluh darah bagian cau dal kemudian di amati ga mbaran da rah ya ng m eliputi jumlah H b, PCV dan eritrosit.

3.4.3 Pemberian perlakuan

Semua ke lompok pe rlakuan da lam a kuarium diberi pa kan ya ng s ama sebanyak d ua ka li s ehari s etiap p agi da n s ore ha ri. K emudian di lakukan adaptasi s elama s atu m inggu, s etelah itu d iinfeksi de ngan m enuangkan langsung bakteri Vibrio anguillarum konsentrasi 106 pada air akuarium untuk PO(+), P1, P2, P3 sedangkan PO(-) sebagai kontrol negatif.

Ikan gur ame ya ng m enunjukkan g ejala kl inis seperti l esu, t ubuh i kan menjadi gelap, hemoraghi dan ulcer setelah 3hari diinfeksi V. anguillarum pada kelompok perlakuan P1, P2 dan P3 dilakukan dipping dengan infusum meniran sesuai d engan masing-masing ke lompok pe rlakuan. Ikan gur ami di dipping dengan i nfusum meniran sel ama t iga m enit/hari, d ilakukan sel ama l ima h ari berturut-turut.

Hari berikutnya setelah dipping infusum meniran dilakukan pengamatan terhadap he wan c oba. Setelah d ilakukan p engamatan t erhadap i kan g urame baru di laksanakan pr oses pe ngambilan da rah u ntuk pe meriksaan ka dar H b, PCV dan jumlah eritrosit.

3.4.4 Pengambilan Darah

Pengambian d arah pada i kan di lakukan dengan t eknik Punctie Vena

(35)

Ikan ya ng sudah di eutinasi, d isiapkan unt uk diambil da rah, ha l y ang harus disiapkan pertama adalah mempersiapkan spuit insulin lengkap dengan jarum, ke mudian a ntikoagulan Ethylene Diamine Tetra Acetid (EDTA) dimasukan kedalam spuit. Jarum yang sudah ada EDTA ditusukkan pada garis tengah tubuh ikan di belakang sirip anal. Jarum dimasukan ke dalam muskulus sampai mencapai t ulang belakang (columna spinalis), ke mudian s puit ditarik perlahan sampai darah masuk ke dalam spuit (Bijanti, 2010).

3.4.5 Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Kadar he moglobin da rah da pat di tentukan de ngan be rmacam-macam cara, ya ng banyak di pakai da lam l aboratorium kl inik ya itu c ara kol orimetri visual (cara Sahli Adams) dan cara fotoelektrik (memakai Spektrofotometer). Prosedur pelaksanaan fotoelektrik:

Darah di ambil s ebanyak 20 µ l ke mudian di masukan ke dalam t abung reaksi. T abung ya ng be risi da rah ditambah d engan 5 ml l arutan Drabkin’s kemudian campur rata. Larutan tersebut diambil sebanyak 2 ml dan dimasukan ke d alam cuvette. H asil pa da s pektrofotometer dibaca de ngan pa njang gelombang 540 nm, sebagai blanko digunakan larutan Drabkin’s. Konsentrasi Hemoglobin da ri sampel da rah dihitung de ngan c ara m embandingkan absorbansinya dengan kurva standart Hemoglobin (Bijanti, dkk 2010).

(36)

3.4.6 Pemeriksaan Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah presentase bagian volume sel darah merah (eritrosit) yang mengendap da lam vol ume da rah s eluruhnya. P emeriksaan i ni h asilnya bervariasi tergantung dari kondisi fisiologis dan kesehatan serta aktivitas dari ikan yang diambil sampel darahnya.

Prosedur Pelaksanaan :

Darah di ambil de ngan menggunakan t abung m ikrohematokrit. T abung diisi de ngan da rah s ampai ¾ t abung. S alah s atu u jung t abung ditutup menggunakan ba han pe nutup khus us t abung kapiler. D imasukan ke da lam centrifuge he matokrit yang mempunyai ke cepatan l ebih da ri 16.00 0 r pm selama 3 -5 m enit, ke mudian ha sil centrifuge di baca d engan a lat khusus (Mikrohematocrit Reader) unt uk mengetahui ni lai he matokrit ( Bijanti, dkk 2010).

3.4.7 Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

Pemeriksaan jumlah sel darah pada ikan yang paling banyak digunakan adalah m etode Blaxhall dan Daisley. Metode i ni ba ik di gunakan unt uk pemeriksaan jumlah eritrosit maupun pemeriksaan jumlah leukosit. Perbedaan hanya t erletak pa da penghitungan de ngan menggunakan ka mar hi tung

Neubauer.

Prosedur Pelaksanaan:

(37)

merusak sel d arah. L arutan tersebut d iambil d an d imasukan k e d alam k amar hitung Improved Neubauer. Cover glass diletakkan di a tas ka mar h itung

Improved Neubauer, ke mudian di amati di ba wah mikroskop unt uk di hitung jumlah e ritrosit ya ng terdapat pa da kamar hi tung tertentu khus us e ritrosit (Bijanti, 2010).

3.5 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Dosis infusum meniran (10%, 20%, 30%) Variabel tergantung : Kadar Hb, PCV dan jumlah eritrosit Variabel kendali : Vibrio anguillarum 10⁶ CFU/ml, Ikan

gurami,Panjang ikan, berat ikan, akuarium, pakan.

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Infeksi V.anguillarum adalah i nfeksi V. anguillarum dengan langsung menuangkan 150 ml s uspensi ba kteri de ngan konsentrasi 106 CFU/ml

kedalam air akuarium yang berisi ikan gurame dengan berat badan rata-rata 100 gram dengan panjang tubuh 10-15 cm

(38)

akan tetapi untuk dosis 20% mengggunakan 200 g meniran kering dan 30% menggunakan 300 g meniran kering.

3. Kadar H b ya ng di periksa a dalah da rah i kan gur ame yang di ambil sebanyak 2 0µl ke mudian di campur de ngan larutan d rabkin 5m l dan diperiksa menggunakan fotoelektrik dengan membandingkan pada kurva standart hemoglobin.

4. Kadar P CV ya ng di periksa a dalah da rah i kan gur ame ya ng di ambil dengan t abung mikrohematokrit s ampai ¾ t abung da n di tutup de ngan bahan pe nutup khus us t abung ka piler ke mudian m asukkan ke dalam centrifuge hematokrit sel ama 3 -5 m enit da n di hitung de ngan menggunakan mikrohematokrit reader.

5. Jumlah eritrosit yang diperiksa adalah darah ikan gurame yang diperoleh diencerkan dengan pe rbandingan 1 : 50 menggunakan l arutan dacies kemudian dihitung de ngan menggunakan ka mar hi tung improved

neubauer.

3.7 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(39)

Kerangka Operasional Penelitian

Gurame sebanyak 20 ekor dengan Berat Badan 100g, Panjang 10cm

Adaptasi 1minggu

Pengambilan sampel darah, pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan hematokrit (PCV) dan pemeriksaan jumlah eritrosit

Analisis Data GURAME

(40)

Hasil penelitian perendaman i nfusa meniran (Phyllantus niruri) pada i kan gurame (Osphronemus gourame) yang diinfeksi V. anguillarum dilakukan langkah awal dengan cara memisahkan ikan gurame berdasarkan masing-masing perlakuan, ikan diinfeksi suspensi V.

anguillarum dengan jumlah 106CFU/ml, virulensi infeksi V. anguillarum pada ikan terlihat dari gejala klinis yang nampak. Setelah terlihat gejala klinis, dilakukan terapi pada masing-masing perlakuan P1, P2 dan P3 berupa perendaman infusa meniran dengan dosis 10%, 20% dan 30%, 3menit/hari selama 5 ha ri. Pengaruh perendaman infusa meniran bisa dilihat dari perubahan jumlah hemoglobin (Hb), hematokrit (PCV), dan eritrosit. Hasil pada perlakuan P3 melebihi kontrol negatif (P0-) yang dapat dilihat seperti dibawah ini :

4.1 Pengamatan Gejala Klinis

Ikan gurame (Osphronemus gourame) yang diinfeksi V. anguillarum pada perlakuan P0(+) didapatkan gejala k linis seperti ulcer pa da t ubuh i kan t erlihat pa da ga mbar 4.1, hemoraghi di daerah badan ikan terlihat pada gambar 4.2, l uka pada bibir ikan yang terlihat pada gambar 4.3. Gambar dibawah ini menunjukan gejala yang ditimbulkan oleh bakteri V.

anguillarum pada ikan gurame.

(41)

Gambar 4.2. Hemoraghi pada daerah tubuh ikan Gurame pada perlakuan P2 (Dokumentasi pribadi)

Gambar 4.3. Luka pada bibir ikan Gurame pada perlakuan P0 (+) (Dokumentasi pribadi)

4.2 Kadar Hemoglobin (Hb)

Hasil perhitungan kadar hemoglobin (Hb) pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Rata-rata Hasil dan Standar Deviasi ( x ± SD) kadar Hemoglobin (Hb) Ikan Gurame pada Akhir Penelitian

Perlakuan Kadar Hemoglobin (Hb) (g%) ( х ± SD)

PO (-) 9.18b ± 0.95

PO (+) 7.07a ± 0.53

P1 8.53b ± 0.73

P2 8.93b ± 0.61

(42)

Gambar 4.4 Kadar Hemoglobin (Hb) Setiap Perlakuan (g%) pada Berbagai Dosis

Hasil ya ng ditunjukkan pa da kadar H b, berdasarkan u ji A NOVA d iperoleh hasil penelitian tentang kadar hemoglobin (Hb) ikan Gurame Fhitung 4.137 > Ftabel 3,06, maka

dapat di simpulkan ha sil pe nelitian H b i kan Gurame be rbeda nya ta (p<0,05). T ahap berikutnya dilakukan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil uji Jarak Berganda Duncan menunjukan bahwa antara perlakuan P0 (+) dengan P0 (-), P1, P2, dan P3 menunjukan hasil berbeda nyata (p<0,05).

4.3 Hematokrit (PCV)

Hasil penelitian te rhadap Hematokrit (P CV) pada set iap p erlakuan dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Rata-rata Hasil dan Standar Deviasi ( x ± S D) kadar Hematokrit (PCV) Ikan Gurame pada Akhir Penelitian

(43)

Gambar 4.5 Kadar Hematokrit (PCV) Setiap Perlakuan (%) pada Berbagai Dosis

Berdasarkan uji ANOVA diperoleh hasil penelitian tentang kadar hematokrit (PCV) ikan G urame Fhitung 4,574 > Ftabel 3,06, m aka da pat d isimpulkan ha sil pe nelitian kadar

PCV be rbeda nya ta ( p<0,05). T ahap be rikutnya di lakukan uj i J arak B erganda D uncan dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Jarak Berganda Duncan menunjukan bahwa a ntara pe rlakuan P0 ( +) de ngan P 1 t idak be rbeda nya ta, s edangkan P 0 ( +) menunjukan perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan perlakuan P0(-), P2, dan P3.

4.4 Jumlah Eritrosit

Hasil penelitian terhadap jumlah Eritrosit pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(44)

Gambar 4. 6 Jumlah Eritrosit pa da S etiap Perlakuan ( x 10 6 sel/mm3) pa da

Berbagai Dosis

Hasil penelitian tentang jumlah eritrosit ikan Gurame berdasarkan uji ANOVA yaitu, Fhitung 23,64 > Ftabel 3,06, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata (p<0,05).

Tahap berikutnya dilakukan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Jarak Berganda Duncan menunjukan bahwa antara perlakuan P0 ( +) d an P1 t idak b erbeda nya ta, s edangkan P0 ( -), P 2, da n P 3 m enunjukan ha sil berbeda nyata (p<0,05). Hasil ditunjukkan pada tabel 4.3.

(45)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengamatan Gejala Klinis

Ikan gurame yang diinfeksi Vibrio anguillarum selama 3 ha ri menunjukan gejala klinis seperti lesu, ulcer, haemorarrghic pada bagian tubuh ikan, dan luka pada bibir, sesuai dengan yang dikatakan oleh Nitimulyo dkk., (2005) bahwa ikan yang terinfeksi Vibrio adalah lesu, warna kulit pucat, sisik lepas, peradangan pada rahang, t utup i nsang, pa ngkal s irip, l uka ya ng be rkembang menjadi ulcer pada tubuh. Bakteri y ang m asuk da lam pe mbuluh d arah a kan menyebar pa da or gan dalam sehingga m enyebabkan haemorarrghic dan ulcer (Valiente et al., 2008). Gejala k linis ya ng t ampak pa da i kan gur ame di sebabkan karena Bakteri v ibrio memiliki haemolysin. Haemolysin yang dikeluarkan oleh b akteri V.anguillarum dapat memecah eritrosit d an keluar da ri p embuluh d arah sehingga d apat menyebabkan haemorarrghic yang diikuti dengan timbulnya ulcer (Sarjito dkk., 2007). Vibrio m emiliki vi li ya ng di gunakan s ebagai f aktor vi rulensi ya ng membuat mikroba dapat bertahan dalam tubuh inang dan menimbulkan kerusakan (Yanuhar, 2008).

5.2 Kadar Hemoglobin (Hb)

(46)

Kadar Hb dapat di jadikan pa tokan unt uk menentukan ke sehatan ikan, Hb yang a bnormal atau penurunan kadar Hb dapat menjadi salah satu indikasi ikan terinfeksi ( Anderson, 1 990). A danya i nfeksi V. anguillarum pada i kan gur ame dapat menyebabkan r usaknya eritrosit dan dapat menyebabkan anemia sehingga berpengaruh pa da ka dar H b da lam da rah, H b be rfungsi m engangkut oks igen dalam d arah, d aya an gkut oks igen be rgantung pa da kons entrasi H b d alam s el darah merah (Lagler et al.,1997). Kegagalan Hb mengangkut oksigen dalam darah menimbulkan gejala klinis seperti lesu, warna kulit gelap, sisik lepas, peradangan pada rahang, tutup insang, ulcer dan haemoraghi.

Hasil ya ng di tunjukkan pa da ka dar H b pe rlakuan P 2 da n P 3 t idak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi P2 dan P3 memiliki hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan P1, karena dosis P2 dan P3 lebih besar.

(47)

Menurut Fujaya (2004) terdapat korelasi yang kuat antara Hb dan jumlah eritrosit darah, di mana meningkatnya j umlah e ritrosit maka meningkat pula ka dar Hb dalam darah.

5.3 Kadar Hematokrit (PCV)

Hasil dari p enelitian ini ka dar P CV i kan gur ame pa da a khir pe nelitian menunjukkan ba hwa a ntara pe rlakuan P 0 ( +) de ngan P 1 tidak be rbeda nya ta, sedangkan P0 (+) menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan perlakuan P0 ( -), P 2, P3. P erlakuan P 0 ( +) menunjukkan ha sil ka dar P CV ya ng s angat rendah yaitu 21.25 % dibanding dengan nilai normal P0 (-) 28.25 %, kadar PCV dapat dijadikan patokan untuk menentukan kadar kesehatan ikan, indikasi stress, infeksi patogen, perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran lingkungan akan menyebabkan kadar PCV mengalami penurunan (Putri dkk., 2013)

Salah s atu g ejala k linis y ang t erjadi a kibat infeksi V. anguillarum disebabkan ka rena haemolysin yang di keluarkan ol eh ba kteri V. anguillarum.

Haemolysin mengakibatkan terjadinya perdarahan (Nasi dkk., 2011). Kadar PCV merupakan p resentase volume er itrosit d alam d arah ikan. H asil p emeriksaan terhadap kadar PCV dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menentukan keadaan ke sehatan i kan, ka dar P CV kur ang da ri 22% m enunjukkan t erjadinya anemia (Nabib dan Pasaribu, 1989).

(48)

Perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukan peningkatan kadar PCV, hal ini terjadi karena pada perlakuan P1, P2 dan P3 ikan direndam menggunakan infusa meniran yang m engandung s enyawa gol ongan t anin, karena s enyawa gol ongan t anin merupakan antibakterial ya ng m emiliki ke mampuan m enginaktivasi adhesi s el bakteri (molekul yang menempel pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel, tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel yang akan menyebabkan kerusakan pada di nding s el ( Naim, 2004) . Tanin j uga da pat menghentikan perdarahan s ehingga da pat meningkatkan jumlah e ritrosit ( Mathivanan et al ., 2006). Peningkatan jumlah eritrosit erat kaitannya dengan peningkatan kadar PCV dalam d arah k arena P CV ad alah p resentase v olume er itrosit d alam d arah i kan (Nabib dan Pasaribu, 1989).

5.4 Jumlah eritrosit

Eritrosit dapat m enggambarkan kondi si t ubuh, ka rena da pat m enunjukan pertahanan tubuh ikan terhadap bakteri patogen (Hardi dkk., 2011).

Jumlah e ritrosit P0 (+) da n P 1 l ebih r endah da ri P 0 ( -), P 2, da n P3. Perlakuan P0 ( +) memiliki j umlah e ritrosit ya ng s angat rendah yaitu 0,02 x106/mm3 karena p ada perlakuan P 0 ( +) ikan diinfeksi de ngan V. anguillarum

tanpa diberi perendaman infusa meniran. Infeksi pada ikan ditunjukan dari gejala klinis yang nampak yaitu adanya septikemia pada ikan yang ditandai dengan ikan lesu, haemorarrghic, pembengkakan bola mata (expothalmia) dan luka pada bibir, bakteri v ibrio m emiliki haemolysin yang dapat m enimbulkan a danya

(49)

keluar da ri pe mbuluh da rah sehingga dapat menyebabkan pe nurunan j umlah eritrosit (Sarjito, dkk 2007).

Perlakuan P1, P2, dan P3 mengalami peningkatan pada jumlah eritrosit atau mendekati P 0 ( -), ka rena P 1, P 2, da n P 3 telah diterapi d engan i nfusa m eniran dengan cara dilakukan perendaman dibandingkan dengan perlakuan P0 (+) yang tidak d irendam de ngan i nfusa m eniran. P erlakuan P 1, P 2, da n P 3 mengalami peningkatan jumlah eritrosit, p eningakatan jumlah eritrosit menandakan adanya upaya homeostatis pada tubuh ikan, tubuh memproduksi sel darah lebih banyak untuk m enggantikan e ritrosit ya ng sudah l isis (Putri dkk., 2013) . P eningkatan jumlah eritrosit ini terjadi k arena ikan direndam dengan meniran yang memiliki kandungan f lavonoid yang te lah te rbukti secara k linis m emiliki d aya to ksisitas yang dapat merusak sel bakteri, flavonoid merupakan gol ongan fenol, golongan fenol berpotensi merusak membran sitoplasma karena memiliki sifat bakterisidal atau ba kteriostatik t ergantung pa da kons entrasi ya ng d igunakan. P engrusakan membran si toplasma b akteri o leh s enyawa f enol t erjadi melalui pe ngendapan protein membran. Akibat peristiwa ini menyebabkan keluarnya metabolit penting bagi pe rtumbuhan ba kteri s eperti e nzim, pr otein, a ir, ka rbohidrat, ha l ini mengakibatkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bakteri tidak terpenuhi sehingga pertumbuhan bakteri terganggu (Husna, 2007) dan tanin dapat mempersingkat waktu perdarahan, lama waktu pembekuan darah dan dapat meningkatkan jumlah trombosit (Ajizah, 2014 ; Aldi, 2014).

(50)

menunjukkan adanya peningkatan kadar Hb, PCV dan jumlah eritrosit yang ada pada t abel 4.1, 4.2, 4.3. H asil ya ng e fektif pe rendaman meniran t erhadap peningkatan ka dar H b, P CV da n j umlah e ritrosit pa da i nfusum meniran de ngan dosis 30%.

Hasil pe nelitian ya ng menunjukkan meniran s ebagai antibakteri y aitu dengan m enggunakan ekstrak m eniran 0,015 6 g/ ml da lam pe nelitian ya ng dilakukan o leh S udarno dkk., ( 2011) unt uk m elihat e fektifitaas m eniran pa da

Edwardsiella tarda (E. tarda) sebagai an tibakteri y ang d ilakukan sec ara i nvitro sudah da pat menghambat ba kteri, s edangkan kons entrasi meniran ya ng da pat membunuh ba kteri E. tarda pada kons entrasi 0,0313 g/ml, h al te rsebut te rlihat dari t idak a danya pe rtumbuhan ba kteri p ada uj i minimum bactericidal

(51)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ya ng telah di lakukan da pat di simpulkan bahwa perendaman infusa meniran pada ikan yang diinfeksi dengan V. anguillarum dapat meningkatkan kadar hemoglobin ( Hb), he matokrit (PCV) da n eritrosit dengan dosis efektif 30%.

6.2 Saran

1. Petani d apat menggunakan a lternatif pengobatan a ntibakteri dengan menggunakan infusa meniran.

2. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap kandungan anti bakteri dari meniran dengan menggunakan bakteri lain.

(52)

RINGKASAN

Moch. B asyarul H aq, penelitian ya ng be rjudul “ Perendaman I nfusa Meniran (Phyllantus niruri) p ada I kan G urame (Osphronemus gouramy) ya ng Diinfeksi Vibrio anguillarum Terhadap K adar hemoglobin, packed c ell vol ume dan jumlah eritrosit” di bawah bimbingan Prof. Nunuk Dyah Retno L, Ms., drh sebagai p embimbing ut ama da n R etno S ri W ., dr h., M .S sebagai p embimbing serta.

Penelitian i ni di lakukan unt uk membuktikan pe ngaruh perendaman i nfusa

meniran (Phyllantus niruri) pada ikan gur ame (Osphronemus gouramy) ya ng diinfeksi Vibrio anguillarum dapat meningkatkan kadar hemoglobin, packed cell volume dan jumlah eritrosit. Pe nelitian ini m enggunakan ka ndungan m eniran yang be rbeda-beda, m ulai da ri 1 0%, 20% , dan 30% . Pengaruh perendaman meniran di tunjukan dari p erbedaan kadar hemoglobin, packed c ell v olume dan jumlah eritrosit.

Ikan diinfeksi selama 3 hari dan diterapi selama 3menit/hari selama 5 hari, satu ka li pe rendaman d ilakukan s elama 3 menit da n di bagi da lam 5 kelompok perlakuan yang berbeda, mulai dari ikan yang tidak diinfeksi dan tidak direndam dengan i nfusa m eniran P 0(-), ikan ya ng di infeksi V. anguillarum dan t idak direndam de ngan i nfusa m eniran P0(+), i kan ya ng di infeksi V. anguillarum dengan dosis yang berbeda 10%, 20%, dan 30% (P1, P2, dan P3).

Pengaruh perendaman i nfusa meniran pada i kan gur ame yang di infeksi V.

(53)

ditarik kesimpulan bahwa infusa meniran dengan dosis 30% yang dapat memberi pengaruh pa ling ba gus. D osis i nfusa meniran 30% dapat m eningkatkan kadar hemoglobin ( Hb) s ebesar 9,43 g%, h ematokrit (P CV) s ebesar 3 2,25 %, da n jumlah eritrosit sebesar 1,08 x106/mm3 dibandingkan dengan kontrol P0 (+) kadar

(54)

Ajizah, A . 2004. S ensitifitas Sallmonella typhimurium Terhadap E kstrak D aun Psidium guajava L. Bioscintiac. 1(1) : 31-8

Aldi, Y ., D. Artika., d an M. Aria. 2014. Pengaruh P emberian E kstrak E tanol M eniran (Phyllantus niruri L) Terhadap Jumlah Eritrosit, Retikulosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai H ematokrit p ada M encit P utih J antan. P rosiding Seminar N asional d an Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”

Ali, A . S ., I smoyowati., D . I ndrasanti. 2013. J umlah E ritrosit, K adar H emoglobin da n Hematrokit pada P enambahan P robiotik da lam Ransum. J urnal I lmiah P eternakan 1(3) : 1001-1013

Andayani, S ., M arsoedi., E . S amoesi., A . E . W ilujeng, da n H . S uprastiani. 200 6. P rofil Hematologis Beberapa Spesies Ikan Air Tawar Budidaya. Green Technology 363-365

Anderson, D . P . 1990 . I mmunological Indikators : E ffects of E nvironmental S tress on Immune Protection and Disease Outbreak. American Fisheries Symposium 8.

Aziz M . N. 2004. Pengaruh Ekstrak Akar Bakau (Rizophora mucronata) T erhadap Pertumbuhan Bakteri (Vibrio harveyi) dan Pseudomonas fluorescens). Malang: FMIPA Bijanti, R. 2010. Buku Ajar Hematologi Ikan (Tehnik Pengambilan Darah dan Pemeriksaan

Hematologi Ikan). 1-15.

Bijanti, R., R. B. Utomo., R. S. Wahyuni., S. Budhy., M. G. A. Yuliani. 2010. P enunutun Praktika Patologi Klinik Veteriner. Cetakan Ke Empat. Surabaya.

Brotoadji, S . 2011. 21 H ari P embibitan L ele, G urame, N ila U ntung B esar. A raska. Yogyakarta.

Crosa, J. H. 1980. A Plasmid Associated with Virulence in the Marine Fish Pathogen Vibrio anguillarum Specifies an Iron-Sequestering System. Nature 284, 566-568.

Desrina., A. Taslihan., Ambarianto., S. Suryaningrum. 2006. Uji Keganasan Bakteri Vibrio pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuskoguttatus). Ilmu Kelautan. 11(3):119-125 Dianti, L., Prayitno, S. B., Ariyati, R. W. 2013. Ketahanan Non Spesifik Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Direndam Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Journal of A quaculture Man agement an d Technologi. 2(4) : 63-71

(55)

. Turkish Journal of Veterinary and Animal Sciences.37 : 141-146

Farmakope Indonesia, 1 995. E disi I V. J akarta: Departmen Kesehatan Republik I ndonesia. Hal. 863 – 882, 891 – 899.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta. Rineka Cipta

Khare, C. P. 2007. Indian Medicinal Plants : An Illustrated dictionary. New Delhi. Spinger. Hardi, E . H ., E . S ukenda., H arris., A . M . L usiastuti. 201 1. K arakteristik dan P atogenesis

Streptococcus A galactiae T ipe ß-Hemolitik da n N on-Hemolitik pada I kan Nila. J. Veteriner, 12 (2) : 157-159

Harimukti, I. 2013. Kandungan Saponin dan Flavonoid pada Daun Pepaya (Carica papaya L.) Akibat P erebusan B ersama Daun S ingkongAKIBAT (Manihot utilissima). IKIP PGRI Semarang F akultas P endidikan M atematika da n I lmu P engetahuan A lam Program Studi Pendidikan Biologi. [Skripsi]

Heinrich, M. a nd J , B arnes. 2010. F armakognosi da n F itoterapi. ( Penerjemah) Hadinata, Amalia, H. Jakarta : EGC

Husna, R . 2 007. P engaruh P emberian E kstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Malang. [Skripsi]

Ilmiah. Sukenda. Widanarni. Dan E, Harris. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Vibrio patogen pada I kan K erapu Macan Epinephelus fuscoguttatus. J urnal A kuakultur I ndonesia. Jurusan B udidaya P erairan. F akultas P erikanan da n I lmu K elautan, Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

Ihsani E., 2011, P engaruh Rutin dari Daun Singkong (Manihot esculenta Crentz) Terhadap Jumlah E ritrosit, R etikulosit, K adar he moglobin, da n N ilai H ematokrit pa da mencit putih betina, Skripsi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Padang Juni, T., S. Sulmartiwi, D. Yeni, dan A. Sapto. 2010. Buku Ajar Ichthyologi Ikan. Program

Studi S1 Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga Kamalludin, I. 2011. E fektivitas Ekstrak Lidah Buaya Aloe Vera Untuk Pengobatan Infeksi

(56)

Kusriningrum, R.S. 2010. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya. 12-14

Lagler, K. F., J. E. Bardach., R. R. Miller., D. R. M. 1997. Ichtyology. Jhon Willey and Sons inc. New York

Lanser, M. H., J. L. Lanser., J. E. Olsen. 2001. Chemotaxis of Vibrio anguillarum to Fish Mucus : Role of the Origin of the Fish Mucus, the Fish Species and the Serogroup of the Pathogen. FEMS Microbiolgy Ecology 38 (1) 77-80

Lukistyowati, I da n H . S yawal. 2013. P otensi P akan ya ng M engandung S ambiloto (Andrograpihis paniculata) da n D aun J ambu B iji ( Psidium guava) unt uk Menanggulangi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Baung (Mystus nemurus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) : 135-147

Mangunwardoyo, W., E. Cahyaningsih., T. Usia. 2009. E kstraksi dan Identifikasi Senyawa Antimikroba H erba M eniran (Phyllanthus niruri L.). J urnal I lmu K efarmasian Indonesia. 7 (2): 57-63

Maswan, N . A . 2009. P engujian E fektifitas D osis V aksin DNA da n K orelasinya T erhadap Parameter Hematologi Secara Kuantitatif. Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. [SKRIPSI]

Mathivanan R , E dwin S C, Amutha R a nd Viswanathan K . 2006. Panchagavya and Andrographis Panicuata as Alternative to Antibiotic Growth Promoter on Broiler Production and Carcass Characteristic. I ndia. D epartement of P oultry S cience, Veterinary College and Research Institute. Namakkal-637001.

Mun’im, A., dan Hanani, E., 2011. Fitoterapi Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.

Nabib, R., Pasaribu, F.H., 1989. P atologi dan Penyakit I kan. Pusat Antar Media I nformasi LSI-IPB.

Naim, R. 2 004. Senyawa Antimikroba dari Tumbuhan. Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor [TESIS]

Nasi, L., S. B. Prayitno., Sarjito. 2011. Kajian Bakteri Penyebab Vibriosis pada Udang secara Biomolekuler. Mag ister Man ajemen S umber D aya P antai. U niversitas D iponegoro [TESIS]

(57)

Purwaningsih, U da n T aukhid. 201 0. D iagnosa P enyakit Mycobakteriosi, Mycobacterium fortuitum pada I kan G urame (Osphronemus gouramy) de ngan T eknik P olymerase Chain Reaction (PCR). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 969-975

Putra, F. S. 2013. Efek Infusum Meniran (Phyllanthus niruri) Terhadap Histopatologi Insang Ikan G urami ( Osphronemus gouramy) Y ang D iinfeksi Aeromonas hydrophilla. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya [Skripsi]

Putri, N .T., 2013. S tudi K omparasi Sensitivitas Aeromonas hydrophila Terhadap I nfusum Meniran ( Phyllanthus niruri Linn) d an O ksitetrasiklin s ecara In vitro.[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya

Putri, R . R ., F . B asuki., da n S . H astuti. 2013. Profil D arah da n Kelulushidupan I kan N ila Pandu F5 (Oreochromis niloticus) yang Diinfeksi Bakteri Streptococcus agalactiae dengan Kepadatan Berbeda. Journal of Aquaculture Management and Technologi 2 (2) : 47-56

Robinson, T. 1995. Senyawa Organik Tanaman Tingkat Tinggi. Institut Teknologi Bandung

Sarida, M ., T arsim., d an I . F aizal. 2010. P engaruh E kstrak B uah M engkudu (Morinda citrifolia L.)dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Vibrio harfeyi secara In Vitro. Jurnal Penelitian Sains. 13 (3D)

Sarjito, S. B. Prayitno, O. K. Radjasa dan S. Hutabarat. 2007. Karakterisasi dan Patogenitas Agensia P enyebab V ibriosis p ada Kerapu Ma can (Epinephelus fuscoguttatus) d ari Karimunjawa. Aquacultura Indonesiana. 8 (2) : 89-95

Shabir, S., S. Jham., L.Harper., S. Ball., R. Borrows., A. Sharif. 2013. Validity of Glycated Haemoglobin to Diagnose New Onset Diabetes After Transplantation. Epub : 26(3) : 315-21

Sitanggang, M., dan B., Sarwono. 2011. Budi Daya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarno., F . A . S etiorini., da n H . Suprapto. 2 011. E fektifitas E kstrak T anaman M eniran (Phyllanthus niruri) sebagai Antibakteri Edwardsiella tarda secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1)

Sunarno. 2 009. P engaruh M eniran ( Phillanthus niruri L) T erhadap P atogenesis I nfeksi Salmonella. Jurnal Kefarmasian Indo 1 (2) : 71-76

(58)

39 (1) : 51-57

Toole, R. O., J. Von Hofstein., R. Rosqvist., P. Olsson., H. Wolf-Watz. 2004. V isualisation of Zebrafish Infection by GFP-labelled Vibrio anguillarum. Microbial Pathogenesis. 37(1) : 41-46

Valiente, E., F. Pa dro., J. L amas., A. L lorens., C. A maro. 2 008. Microbial an d Histopathological Study of the Vibriosis Caused by Vibrio vulnificus Serovar E in Eels: T he Metalloprotease V vp is N ot an E ssential L esional F actor. Microbial Pathogenesis 45 (8) 386–393

Wahjuningrum, D., E. H. Solikhah., T. Budiardi., M. Setiawati. 2010. P engendalian Infeksi Aeromonas Hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (larias sp.) dengan Campuran Meniran (Phyllanthus niruri) da n B awang P utih ( Allium sativum) da lam P akan. J urnal Akuakultur Indonesia 9(2), 93-103

Warni, E. 2009. Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Ilmiah “Elektrikal Enjiniring” UNHAS. Volume. 07 No. 03

(59)

Keterangan : standar Mc. Farland No.1 memiliki kekeruhan sama dengan 3.108

CFU/ml.

Perhitungan pengenceran adalah sebagai berikut :

o Dibutuhkan suspensi bakteri dengan konsentrasi 108 CFU/ml sebanyak 10 ml + 990 ml

air untuk mendapatkan konsentrasi bakteri 108 CFU/ml dalam 1 L

o Dibutuhkan suspensi bakteri dengan konsentrasi bakteri 108 CFU/ml sebanyak 50 m l +

4950 ml air untuk mendapat konsentrasi bakteri 108 CFU/ml dalam 5 L air.

o Dibutuhkan suspense bakteri dengan konsentrasi bakteri 106 CFU/ml sebanyak 150 ml +

(60)

liter, direbus dalam panci infusum dihitung mulai suhu 900C selama 15 menit, kemudian disaring

menggunakan kain flannel dan diperas.

Infusum meniran konsentrasi 100% dibuat dari 1kg bahan kering meniran. Volume yang digunakan untuk dipping masing-masing dosis adalah 1 liter, maka :

• Dosis infusum meniran 10%

Pembuatan : 100 g meniran kering + akuades ad 1000 ml (1 liter)

• Dosis infusum meniran 20%

Pembuatan : 200 g meniran kering + akuades ad 1000 ml (1 liter)

• Dosis infusum meniran 30%

(61)

Descriptives

Hb

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval

for Mean

(62)
(63)

PCV

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval

for Mean

(64)
(65)

Eritosit

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

P0(-) 4 1033125.0000 322020.80031 161010.40016 520718.0469 1545531.9531 747500.00 1.48E+006

P0(+) 4 16875.5000 12141.52658 6070.76329 -2444.3782 36195.3782 5000.00 32502.00

P1 4 79375.0000 28090.25632 14045.12816 34677.1338 124072.8662 42500.00 102500.00

P2 4 848750.0000 199796.77175 99898.38587 530828.7510 1166671.2490 665000.00 1.08E+006

P(3) 4 1085625.0000 295214.43478 147607.21739 615872.9564 1555377.0436 790000.00 1.50E+006

Total 20 612750.1000 516945.55496 115592.54015 370812.1329 854688.0671 5000.00 1.50E+006

(66)
(67)

Gambar 1. Meniran Segar Gambar 2. Meniran Kering

Gambar 3. Proses pemotongan meniran

(68)

Gambar 5. Media Alkaline Peptone Water

(APW) Gambar 6. Bakteri Vibrio anguillarum

(69)

Gambar 9. Proses pembuatan infusum

Gambar 11. Proses pengambilan darah

Gambar 10. Proses perendaman infusum

Gambar 12. Darah ikan yang sudah diambil

Gambar 13. Proses pembuatan hematokrit

Gambar

Gambar
Gambar 2.1. Osphronemus gouramy (Standar Nasional Indonesia, 2000)
Gambar 2.2   Tanaman Meniran (Husna, 2007)
Gambar 2.3  Bakteri Vibrio anguillarum (Crosa, 1980)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian ini adalah semua usaha yang masuk dalam kategori usaha kecil dan usaha menengah yang mengadopsi e-commerce atau media internet di Provinsi

Menurut Gumbira-Sa'id (2000) permasalahan agribisnis lndonesia diantaranya adalah sebagai berikut. Telah terjadi konversi lahan pertanian yang subur menjadi areal non pertanian

Tujuan pembuatan model adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh peningkatan investasi pada subsektor industri makanan dan minuman terhadap penyerapan tenaga kerja

[r]

Pada hari ini Sabtu, tanggal Empat, bulan Agustus, tahun Dua Ribu Dua Belas, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang / Jasa telah mengadakan Pembukaan Dokumen Penawaran untuk

LPPM Menetapkan pemenang seleksi 1 Mengunggah dokumen usulan 2a 2b Menugaskan dan memplotting reviewer 3 Mem be rikan P en ilaian 4 Peta bidang kajian Menetapkan

Pada hari ini MINGGU tanggal LIMA bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU DUA BELAS, dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB dengan mengambil tempat di MAN Lamongan ,

Akurasi fakta yang terdapat dalam buku teks dengan deskripsi BSNPP diperoleh dengan menganalisis materi yang ada dalam buku teks.Dari hasil yang diketahui bahwa