SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : M.TANTOWI NPM. 1311010112
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing I : Prof.Dr.Idham kholid,M.Ag Dosen Pembimbing II : Dr. Imam Syafe’i, M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : M.TANTOWI NPM. 1311010112
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing I : Prof.Dr.Idham kholid,M.Ag Dosen Pembimbing II : Dr. Imam Syafe’i, M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
ii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB HADITS ARBAI’IN KARANGAN IMAM AN-NAWAWI
M. TANTOWI 1311010112
ABSTRAK
Nilai-nilai pendidikan Islam merupakan determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak. Arba 'in adalah kumpulan dari 42 hadis yang menerangkan masalah agama, yang dikarang oleh Imam Nawawi. Banyak orang menelaah kitab Arba 'in An-Nawawi hanya dari segi fiqihnya saja. Maka dari itu penulis ingin mengkaji dilihat dari sudut pandang nilai-nilai pendidikan Islam di dalamnya. Dengan rumusan masalah: Bagaimanakah sistematika kitab hadis Arba 'in An-Nawawi?. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kitab hadits Arba'in An-Nawawi.
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deduktif, induktif dan metode tahlili. Serta mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder. Setelah dilakukan penelitian dengan pendekatan tersebut dapat diketahui bahwa sitematika penulisan kitab hadis Arba'in An-Nawawi diawali dengan mukaddimah dari Imam An-Nawawi, kemudian tiap-tiap hadits dibuatkan tema pokok tersendiri untuk lebih memperjelas pemaknaan lafal hadits tersebut yang masih samar. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada hadits Arba'in An-Nawawi berupa: Nilai Ibadah, Nilai Ihsan, dan Nilai Dakwah. Pendidikan Islam sangat penting penting untuk dunia pendidikan , baik untuk sekarang sebelumnya bahkan untuk yang akan datang.
Kami berharap kepada Allah semoga Dia menjadikan ilmu kami tentang pemahaman hadits-hadits yang singkat tapi padat ini bermanfaat dan mampu merealisasikannya kedalam bentuk amal, akhlak, pengorbanan, kemuliaan serta jihad. Semoga Allah mengabulkan doa kami.
v
Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S At-Taubah
vi kupersembahkan kepada:
1. Ilahi Rabbi tempat penulis mengabdi, memuji, bersyukur, berkeluh kesah dan memohon pertolongan, Uswah Hasanah Rasulullah SAW yang telah menunjukkan dan menuntun umatnya kejalan yang diridhoiNya
2. Kedua orang tua ku dan Nenek tercinta Ayahanda Hi. Nawawi dan Ibunda Hj. Hasanah, dan Nenek Mastari yang senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, semangat, dukungan baik secara moral, materil dan doa yang tiada henti untuk keberhasilan dan kebahagiaanku
3. Kakak-kakakku beserta Adik-adik tercinta Ahmad Suhaedi, Sawiyah, Masniah, Faturrohman, Habibi, Agustina Nawawi, Mashitoh, Mardhotillah, Maghfiroh, Fitri Afifah, M. Yusuf Fadillah, M. Al-Ghozali yang selalu memberi semangat sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar
vii
anak ke 11 dari 16 bersaudara dari pasangan bapak Hi. Nawawi dan ibu Hj. Hasanah. Penulis menempuh pendidikan bukan karena keadaan ekonomi yang tinggi, tetapi dikarenakan kemauan yang kuat agar bisa membahagiakan kedua orang tua dan keluarga dimasa tua.
Pada tahun 1999 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri 5 Sukajawa dan lulus tahun 2005. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar kemudian Penulis melanjutakan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP PGRI 1 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2008 selama SMP penulis aktif mengikuti ekstrakulikuler Pramuka, dan Rohis. Kemudian Penulis kembali melanjutkan pendidikan di MA Manahijussadat (Boardinng School) Rangkas Bitung Serdang, Cibadak, Lebak, Banten. dan selesai pada tahun 2012. Selama di MA penulis juga aktif mengikuti ekstrakulikuler Oppm, Seni, dan Pramuka.
viii
ix
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya sahabatnya dan para pengikutnya yang setia termasuk kita sebagai umatnya yang senantiasa mengikuti sunah-sunahnya yang insya Allah mendapatkan safaatul-ujma diyaumil kiyamah. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini karena bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden intan Lampung.
2. Bapak Dr. Imam Syafe’i, M.Ag., selaku ketua Prodi Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Prof. Dr. Idham Kholid.,M.Ag selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Imam Syafe’i, M.Ag., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar dan penuh ketelitian dalam penyusunan skripsi ini.
x
2013, Irfan, Usup, Lusita, Yasinta, Maya, Evi, Imel, Gozali, Muflihin, Emilia, Trias dan lain-lainnya..
8. Rekan-rekan KKN kelompok 151 Desa Polaman I Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu dan PPL kelompok 103 SMA Taman Siswa Bandar Lampung.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan dan pahala disisiNya, Amin Ya Robbalalamin.
Bandar Lampung, Juli 2018
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Metode Penelitian ... 6
A. Pengertian Pendidikan Islam ... 17 B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ... 25 C. Bahasan Yang Terkandung Dalam Kitab Hadits Arba’in ... 26
BAB III BIOGRAFI IMAM AN-NAWAWI
A. Biografi Penulis Kitab Hadits Arba’in ... 35 B. Latar Belakang Penulis Kitab Hadits Arba’in ... 39
BAB IV ANALISIS DATA
A. Sistematika Kitab Hadits Arba’in ... 44 B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung Dalam Kitab Hadist
Arba’in ... ... 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60 C. Penutup ... 61
A. Latar Belakang Masalah
Dalam satu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa. Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sasaran utama sistem pendidikan nasional adalah berpusat pada kemampuan otak dan ketrampilan teknis. Belum memenuhi kebutuhan nasional yang bersifat mendesak, yaitu tersedianya orang-orang terdidik yang memiliki kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Belum menghasilkan generasi baru yang berkarakter dan berjati diri, yang dapat diandalkan untuk mengambil prakarsa demi mewujudkan amanat reformasi sekaligus memperkuat fondasi NKRI dan perekat persatuan bangsa.1
Pada dasarnya Islam telah memberikan landasan yang kuat bagi pelaksaaan pendidikan. Pertama Islam telah menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama di mana proses pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi manusia. Kedua, seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah ibadah
1
Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang.
kepada Allah. Sebagai sebuah ibadah, pendidikan merupakan kewajiban individual sekaligus kolektif. Ketiga, Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, sarjana maupun ilmuan. Keempat, Islam memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat. Dan yang kelima kontruksi pendidiksn menurut Islam bersifat dialogis, inovatif, dan terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari timur maupun barat.2
Banyak cendekiawan muslim baik yang klasik, maupun yang modern yang memberikan jerih payahnya dan mendedikasikan diri dalam meletakkan fondasi konsep pendidikan Islam, dapat dibuktikan dengan berbagai karya seperti Bihar AL Anwar, Ihya Ulumuddin, Akhlaqul Banin, dan masih banyak lagi, tak sedikit cendekiawan muslim modern yang telah mencoba mengimplementasikan konsep-konsep dari karya-karya agung tersebut.
Arba'in An-Nawawi adalah sebuah kitab yang berisi kumpulan hadis yang sangat masyhur di kalangan masyarakat muslim Indonesia, bahkan seluruh Dunia Islam. Kita dapati hampir seluruh Pondok Pesantren dan Tempat Pendidikan Al-Qur’an di Indonesia mengajarkan kitab ini, sehingga bukanlah suatu hal yang aneh
jika kita mendapati masyarakat kita sangat mengenal kitab ini dan bahkan banyak di antara mereka yang telah menghafalnya. Penulis kitab ini adalah Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Mari Al-Khazami Al-Haurani As- Syafe’i. Nama akhir beliau yang bergelar As-Syafe’i menunjukkan madzhab yang beliau anut.
2
Memang beliau adalah seorang ulama yang sangat kagum kepada Imam Syafe’i,
sehingga beliau menganut madzhab Syafe’i. Oleh karena itu, kitab Al-Arba'in An- Nawawi ini sangat populer di kalangan umat Islam Indonesia yang mayoritas menganut madzhab SyafTi dan kitab ini dianggap sebagai kitab Syaffiyah.3
Susunan kitab Hadits Arba’in An-nawawi yang ringkas dan padat, membuat
kitab ini mudah untuk dikaji dan dihafalkan. Penulis kitab ini memilih hadis-hadis yang ringkas dan padat berisi tentang pokok-pokok agama Islam. Hal inilah yang memudahkan kitab ini untuk dijadikan kajian di kalangan umat Islam Indonesia, terutama para penganut madzhab Syafe’i. Kondisi pendidikan Islam di Indonesia, sebenarnya menghadapi permasalahan yang sangat besar, jika ditilik secara mikro, pendidikan Islam mengahdapi berbagai persoalan dan kesenjangan dari berbagai aspek yang kompleks, yaitu berupa persoalan dikotomipendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam.
Sejalan dengan berkembangnya wacana di dunia pendidikan penulis mencoba ikut memberikan sumbangsih kecil dalam khasanah keilmuan di dunia Islam. Penulis tertarik terhadap sebuah kitab kumpulan Hadits Arba'in An-Nawawi dari segi nilai pendidikan Islam secara lebih mendalam. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis untuk menjadikan kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi sebagai obyek pembahasan dalam skripsi ini dengan mengangkat judul
3
"NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB HADITS ARBA'IN KARANGAN IMAM AN- NAWAWI". Dengan demikian masalah yang diangkat dalam penelitian ini telah memenuhi unsur pembaharuan.4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam pembahasan ini adalah:
1. Sistematika kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi?
2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kitab Hadist Arba’in An -Nawawi?
a. Nilai Ibadah b. Nilai Ihsan c. Nilai Dakwah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menentukan tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sitematika kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi.
3. Apa Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kitab Hadist Arba’in An-Nawawi?
a. Nilai Ibadah
4
Mitsu, Muhyiddin, Syaikh. 2002 Hadits Arba’in Imam An-Nawawi: nilai-nilai karakter
b. Nilai Ihsan c. Nilai Dakwah
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi ; 1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.
2. Manfaat praktis a. Bagi Pembaca
Menambah wawasan pembaca mengenai wacana nilai pendidikan khususnya pendidikan Islam, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku dalam pendidikan.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
1) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.
c. Masyarakat atau Mahasiswa
1) Menambah khazanah keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Hadits Arba 'in An-Nawawi sehingga mengetahui betapa besar perhatian Rasulullah SAW, dalam dunia pendidikan. 2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan. d. Bagi peneliti lainnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.5
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek kajian adalah karya literatur berupa kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi
2. Sumber Data a. Sumber primer:
Data primer diambil dari kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi. b. Sumber sekunder:
Data sekunder ini dimaksudkan adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan
5
pengamatan atau ber partisipasi dalam kenyataan yang dideskripsikan bukan penemu teori.6
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku artikel serta jurnal ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan kitab kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi serta dunia kependidikan seperti :
a. Syarah Kitab Nashaihul Ibad karya Muhammad Nawawi bin Umar. b. Syarah Kitab Durotunnasihin karya Abdullah Sonhadji.
c. Syarah Kitab Riyadussolihin karya Abu Zakariya Yahya bin Syarif Nawawi. d. Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi karya Syaikh Muhyiddin Mitsu.
e. Syarah Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi karya Imam An-Nawawi.
f. Terjemahan Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi karya Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha.
g. Maktabah Syamilah (Perpustakaan Elektronik yang terdiri dari lebih dari l000 kitab).
h. Buku "Muhammad SAW Sang Guru yang Hebat" karya Fadhlllahi. i. Syarah Kitab Akhlakul Banen karya Umar bin Ahmad Baroja j. Buku "Mukhtarul Hadits" karya Ahmad Hasim.
k. Buku " Subulussalam 1-4 " karya Sihabuddin Abi Padli.
6
2. Teknik Pengumpulan Data (Catatan Dokumen)
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primerdan sekunder. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data untuk bahan penelitian.
3. Konten Analisis
Menurut Miles & Huberman "Bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.7
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data "kasar" yang muncul dari catatan-catatan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan "reduksi data" peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat
7
Huberman & Miles,1992, Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep,Karakteristik,dan
disederhanakan dan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan-nya dalam satu pola yang lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
Dalam penarikan kesimpulan penulis juga menggunakan pendekatan dan metode antara lain :
1) Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).8
Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisa data yang berupa berbagai intepretasi hadits dari kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi baik dari sumber data primer maupun sekunder untuk kemudian ditemukan kekhususan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi.
8
2) Pendekatan induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadiumum {going from specific to the general).9 Berangkat dari hasil analisa nilai-nilai khusus pendidikan Islam dalam Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi, kemudian nilai-nilai tersebut di generalisasikan sehingga dapat ditarik simpulan yang merupakan esensi dari nilai-nilai pendidikan Islam dalam Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi secara umum.
3) Metode Tahlili
Metode tahlily adalah menjelaskan hadits-hadits Nabi dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam hadits tersebut serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan kecenderungan dan keahlian pensyarah.10.Dalam menyajikan penjelasan atau komentar seorang pensyarah hadis mengikuti sistematika hadis sesuai dengan urutan hadits yang terdapat dalam sebuah kitab hadis yang dikenal dari al-kutub al-sittah. Pensyarah hadis memulai penjelasannya kalimat demi kalimat, hadis demi hadis secara berurutan. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung hadis seperti kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang
9
Suriasumantri,J.S,1985, Filsafat Ilmu suatu Pengantar Populer. Jakarta:sinar harapan. Hlm 46
10
turunnya hadis (jika ditemukan), kaitannya dengan hadis lain dan pendapat-pendapat yang beredar disekitar pemahaman hadis tersebut baik yang berasal dari sahabat, tabi'in maupun para ulama.11 Menurut Neong Muhadjir bahwa Metode ini juga berperan untuk mencari makna yang tersurat, selain itu juga mencari makna yang tersirat serta mengkaitkan hal-hal yang terkait yang sifatnya logik teoritik, etik dan transcendental.
Sesuai dengan metode yang penulis gunakan, penulis dalam penelitian ini berusaha memaparkan segala aspek yang berhubungan dengan hadis dalam Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi, baik itu dari aspek sanadnya (perawi), uraian makna kosakatanya, makna kalimat dan ungkapan yang terkandung dalam matannya, faedahnya, sampai kepada penjelasan mengenai kualitas, asbab-wurud, mukharrij, bahkan pendapat ulama. Selanjutnya penulis berusaha mengaplikasikan dalam nilai-nilai pendidikan Islam. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan Islam dalam Kitab Hadits Arba 'in An-Nawawi tersebut dapat diaplikasikan dalam kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
F. Analisis Data
Sebelum sampai pada analisis data, terlebih dahulu peneliti memproses data-data yang telah dikumpulkan, baru kemudian peneliti menganalisis dan menginterprestasikannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pola berfikir
11
deduktif, maksudnya dalah penelitian.yang bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Jadi, menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam kitab hadits arba’in. Dalam menganalisis data digunakan
analisis isi atau content analysis, yang dimaksud dengan analisis isi adalah penelitian suatu masalah atau karangan untuk mengetahui latar belakang dan persoalannya. Dalam buku Kalus Kripper Draft content analysis adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi (kesimpulan) dari data yang telah diolah dan dianalisis sebagai jawaban terhadap masalah yang telah dikemukakan.12
G. Penelitian Yang Relevan I. Nama : Andik Yudiawan
Tahun : 2007
Skripsi : nilai-nilai pendidikan Islam dalam kitab hadits arba’in
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan yang menyeluruh. Kesimpulan tersebut adalah:
1. Kualitas hadits al-Arba`in al-Nawawi, khususnya yang pertama, setelah ditinjau dari berbagai segi, maka hadits tersebut adalah hadits shahih.
2. Nilai metodologis yang terdapat dalam hadits al-Arba`in al-Nawawi sangat baik untuk diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Nilai tersebut adalah, metode penyampaian pelajaran yang baik oleh Rasulullah, yang lebih mudah dicerna dan dipahami oleh peserta didiknya, dengan memberikan perumpamaan atau contoh
12
aplikatif terhadap materi pelajaran yang telah diterangkan. Oleh karena itu, seyogyanya seorang pendidik bisa memberikan
perumpamaan untuk menjelaskan suatu materi pelajaran, sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh peserta didik.
3. Nilai motivasi yang terdapat dalam hadits al-Arba`in al-Nawawi, khususnya yang pertama, sangat banyak sekali, yang semua itu merupakan ajaran Islam yang agung dan luhur. Nilai motivasi tersebut adalah:
a. kesabaran, ketabahan dan keteguhan hati b. keimanan
c. rasa tanggung jawab d. optimisme
e. rela berkorban
f. tolong-menolong dalam kebaikan g. ukhuwah Islamiyah
h. keikhlasan i. kepemimpinan
j. semangat untuk beramal shalih
k. anjuran untuk menutup aib seorang Muslim, dan l. kejujuran.
II. Nama : Anita Putri Hermawati Tahun : 2012
Skripsi : nilai-nilai pendidikan Islam dalam kitab hadits arba’in
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan yang menyeluruh. Kesimpulan tersebut adalah:
Pertama, hadits yang akan dibahas di-takhrij terlebih dahulu untuk mengetahui hadits tersebut dikeluarkan oleh siapa dan dalam kitab apa. Takhrij ini penting sebagai suatu kaidah ilmiah dalam ilmu hadits. Kitab yang menjadi bahan utama tentu semua kitab sumber hadits, yang dikenal dengan Kutub al-Tis`a.
Kedua, hadits yang telah di-takhrij kemudian diteliti jalur sanadnya untuk mengetahui jalur periwayatan hadits tersebut. Ini dilakukan untuk menemukan orang-orang yang terlibat dalam penyampaian hadits dari Rasulullah sampai ke penulis kitab hadits.
Ketiga, setelah ditemukan jalur periwayatannya, maka langkah selanjutnya adalah meneliti kualitas para perawi. Ini semua dilakukan untuk meneliti sifat para perawi dalam pandangan para ulama hadits, sehingga dapat ditentukan kualitas hadits tersebut. Sebagaimana dalam ilmu hadits, keshahihan hadits adalah syarat utama untuk diterimanya suatu hadits.
lengkap jika diketahui sebab-sebab timbulnya hadits tersebut, sehingga nilai-nilai pendidikan Islam yang akan digali dapat ditemukan secara tepat.
Kelima, hadits yang telah diketahui takhrij, sanad, dan perawinya serta asbabul wurud
-nya kemudian dianalisis sesuai dengan kajian teori pada bab II dengan memperhatikan kualitas dan kondisi serta situasi ketika hadits diucapkan. Hal ini dilakukan untuk menemukan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam hadits tersebut.
Keenam, adalah langkah terakhir yakni menarik kesimpulan dari nilai-nilai pendidikan yang berhasil digali dari hadits al-Arba`in al-Nawawi
III. Nama : M.Tantowi Tahun : 2018
Skripsi : nilai-nilai pendidikan Islam dalam kitab hadits arba’in
Penelitian yang didapat sudah dibahas semua meski tidak seutuhnya benar karna masih dalam tahap belajar, semoga dengan kesimpulan ini bagi peneliti dan yang lain dapat bermanfaat serta bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Secara sitematika Kitab Hadis Arba'in An-Nawawi diawali dengan mukaddimah dari Imam An-Nawawi, kemudian tiap-tiap hadits dibuatkan tema pokok tersendiri untuk lebih memperjelas pemaknaan lafal hadits tersebut yang masih samar.
b. Tarbiyah Khuluqiyah (Nilai pendidikan akhlaq dan prilaku) c. Tarbiyah Ijtimaiyah (Nilai pendidikan kemasyarakatan) d. Tarbiyah Jinsiyah (Nilai pendidikan seks)
3. Implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam Kitab Hadits Arba'in An Nawawi yaitu:
Dengan diterapkannya nilai-nilai pendidikan Islam diharapkan dapat mencetak karakter yang positif dalam diri tiap manusia. Karakter manusia yang ditumbuh kembangkan dalam kehidupan seseorang terdiri atas beberapa dimensi:
a) Meningkatkan nilai keimanan dalam diri manusia
b) Berakhlak yang baik dalam berbagai hal
c) Bersosialisasi yang tak pernah putus terhadap sesama
d) Menjaga silaturahim terhadap guru
e) Segala pekerjaan yang dilakukan harus diawali dengan niat
f) Etika harus dipakai baik terhadap yang muda ataupun yang tua
Tugas dari orang tua adalah mencetak generasi yang berakhlak mulia. Dengan berbagai cara yang harus dilakukan dan segala dinamikanya. Orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak- anaknya. Guru harus ikut serta adil dalam mendidik peserta didiknya agar terjalin keseimbangan antara antara orang tua dan guru dalam mendidik anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian pendidikan islam
Pendidikan merupakan media dalam menyiapkan generasi muda muslim yang bertakwa kepada Allah, hidup dengan aqidahnya, melakukan syiar agamanya, bergaul dengan sesama dengan cara yang lurus, mengaplikasikan perintah agama dan menjauhi larangannya dalam selumh aspek kehidupan individu, keluarga, sosial kemasyarakatan, masyarakat lokal.1 Pendidikan juga sebagai media untuk mengaplikasikan Islam sebagai aqidah, syariat, pedoman kehidupan dalam seluruh aspek pemikiran, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan politik. Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan individu dan masyarakat karena pendidikan Islam lebih ditujukan pada
1
perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.2
Maka dari itu sebagai manusia untuk selalu mendidik orang-orang yang disekitarnya. Semula yang bertugas untuk mendidik adalah para Rosul, selanjutnya para ulama dan orang-orang ynag senantiasa berbuat baik untuk menyevarkan syariat Islam melalui pendidikan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa ayat 9
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Surat an-Nisa' ayat 9 ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi; merupakan tanggungjawab kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam memberikan solusi dan kemurahan. yang mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya, atau
2
menelantarkannya, akibat desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap kesejahteraannya.
Menurut Hasan Langgulung3 pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki empat macam fungsi, yaitu:
a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlakbagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
d. Mendidik anak agar beramal di dunia ini untuk memetik hasil di akhirat. Pendidikan Islam sebagaimana rumusan menurut Hafid4 memiliki beberapa prinsip antara lain :
a. Prinsip tauhid (iman dan takwa)
للهلا٘عشىبقىبقحشٝشٖٞثأْع
وعٖ٘ٞيعٖيىبىيص
ٌص
للهبجٍْؤّٞبنٍْ
خيقٞيفشخٟبٍ٘ٞىاٖ٘يىبجٍْؤّٞبنٍْٖ٘فٞعٍشنٞيفشخٟبٍ٘ٞىاٖ٘يىبجٍْؤّٞبنٍْٕ٘سبجرؤٝلافشخٟبٍ٘ٞىاٗ
ذَصٞىٗأاشٝ
3
Langgulung, Hasan, 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Mam,Bandung:
al-Ma'arif. Laskar Charles. 2011. Hlm 57
4
Artinya:
Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memulyakan tamunya, serta barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah dengan santun atau lebih baik diam”
b. Prinsip ilmu sebagai dasar berfikir
َٚيَع ٌخَعِٝشَف ٌِْيِعْىا ُتَيَغ
ٌِيْغٍُ ِّوُم
Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Mencari ilmu
merupakan kewajiban bagi setiap muslim” c. Prinsip ilmu sebagai materi
َهبَق ْٔع الله ٜظس ٍدُْ٘عْغٍَ ِِْث ِالله ِذْجَع َِْع
:
ٌيعٗ ٔٞيع الله ٚيص ُٜث ِِ َِّىا َهبَق
:
َذَغَحَلا
َِِْٞزَْْصا ِٜف َلاِإ
:
ِ ّقحَىا ِٜف ِٔزِنَيَٕ َٚيَع َػى ُِ ِّظَف ًلا بٍَ ُالله ُٓبَرَأ ٌوُجَس
,
َخَْنِحْىا ُالله ُٓبَرَأ ٌوُجَس َٗ
بََُِٖيَعَُٝٗ بَٖثِ ِٚعْقَٝ ََُٖ٘ف
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah
ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
d. Prinsip amal sholeh
ٍاِشٍْا ِّوُنِىَٗ ِخَِّّْٞىبِث ُهبََْعَ ْلْا بَََِّّإ َهبَق ٌََّيَعَٗ َِْٔٞيَع ٌَّٖيىا َّٚيَص ِ َّالله َهُ٘عَس ََُّأ َشََُع َِْع
بٍَ
ُُٔرَشْجِٕ ْذَّبَم ٍََِْٗ ِِٔىُ٘عَسَٗ ِ َّالله َٚىِإ ُُٔرَشْجَِٖف ِِٔىُ٘عَسَٗ ِ َّالله َٚىِإ ُُٔرَشْجِٕ ْذَّبَم َََِْف ََّٙ٘
بَُّْٞذى
َِْٔٞىِإ َشَجبَٕ بٍَ َٚىِإ ُُٔرَشْجَِٖف بَُٖجََّٗضَزَٝ ٍحَأَشٍْا َِٗأ بَُٖجِٞصُٝ
Dari Umar radhiyallahu „anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan
empat imam Ahli Hadits)5
e. Prinsip pendidikan seumur hidup dan sebagaimana hadist :
َّٚيَص ِ َّالله ُه ُْ٘عَس بََٕذِْْعَٗ ،بَِٖث ْدَّشٍَ ِذَُْٝ٘ر ِذِْْث َءَلاَْ٘حىا َُْأ ،بََْْٖع ُ َّالله َِٜظَس َخَشِئبَع َِْع
ُذْيُقَف ،ٌََيَعَٗ َِْٔٞيَع ُ َّالله
:
ُه
ُْ٘عَس َوَقَف ،َوْٞيَّىا ًُبََْر َلا بَََّّٖأ اََُْ٘عَصَٗ ،ِذَُْٝ٘ر ِذِْْث ُءَلاَْ٘حىا ِِٓزَٕ
ٌََيَعَٗ َِْٔٞيَع ُ َّالله َّٚيَص ِ َّالله
:
؟َوٞيَّىا ًُبََْر َلا
!
ُ َّالله ًَُأْغَٝ َلا َّلله اََ٘ف ،َُُْ٘قِْٞطُر بٍَ ِوَََعىا ٍَِِ اُٗزُخ
اٍَُْ٘أْغَر َّٚزَح
.
“Dari Aisyah Radhiyallahu „anha, bahwa Al-Haula binti Tuwaitin melewatinya, sedangkan disisinya ada Rasulullah Shallallahu „alaiahi wa
sallam, lalu aku (Aisyah) berkata, „Ini adalah Al-Haula binti Tuwaitin, mereka
berkata bahwa dia tidak pernah tidur malam‟. Maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, „Tidak pernah tidur malam?!”, Ambillah dari perkerjaan menurut kemampuanmu. Demi Allah, Allah tidak merasa bosan sehingga kamu merasa bosan6
f. Prinsip belajar dan bertindak sesuai dengan hadist
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim)7
5
Dr.mustafa Dieb. Al-Bugha Syaikh Muhyiddin MISTU. 2002, Al-wali syarah hadist Arbain Imam An-Nawawi, hlm 9
6
Ibid ,hlm 56 7
2. Objek Pendidikan Islam
Sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian mahluk di alam ini, pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya pada tiga pengembangan fungsi manusia, yaitu manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan sebagai hamba Allah SWT.8
3. Landasan Pendidikan Islam
Landasan itu terdiri dari Al-Qur'an, dan Hadis. Dalam Al-Qur'an dijelaskan pada surat Al-Luqman ayat 13-199
8Arifin, Muzayyin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. . 2011. Ilmu Prndidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. hlm 23
9
Artinya:13.Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
14.Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[l]. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu.
15.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada- Ku,Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
16.(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus[2] lagi Maha Mengetahui.
17.Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18.Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19.Dan sederhanalah kamu dalam berjalan [3] dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Sedangkan hadis tentang pendidikan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
artinya:
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia)
diakhirat, wajiblah ia mengetahui”
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Nilai pendidikan Islam adalah nilai yang memiliki substansi yang dapat membentuk karakter manusia baik dari segi keimanan, ilmu, amal, akhlak dan sosial.10 Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang dianut oleh agama Islam. Menurut Muhaimin11 nilai-nilai pendidikan Islam ada tujuh yaitu:
a. Nilai ibadah, yaitu bagi pemangku ilmu pendidikan Islam, pengembangan dan penerapannya merupakan ibadah.
b. Nilai ihsan, yaitu ilmu pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat baik kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan Allah SWT telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun.
c. Nilai masa depan, yaitu ilmu pendidikan Islam hendaknya ditujukan untuk mengantisipasi masa depan yang lebih baik. Sebab mendidik berarti
10
Hafid. 2009. Pendidikan Islam Antara Tradisi dan Modernitas. Salatiga: STAIN Prss. hlm 68
11
Muhaimin, 2006, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
menyiapkan generasi yang akan hidup dan menghadapi tantangan-tantangan masa depan yang jauh berbeda dengan periode sebelumnya.
d. Nilai kerahmatan, yaitu ilmu pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi kepentingan dan kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta. e. Nilai amanah, yaitu ilmu pendidikan Islam itu adalah amanah bagi
pemangkunya sehingga pengembangan dan penerapannya dilakukan dengan niat, cara, dan tujuan sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
f. Nilai dakwah, yaitu pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan Islam merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran Islam.
g. Nilai tabsyir, yaitu pemangku ilmu pendidikan Islam senantiasa memberikan harapan baik kepada umat manusia tentang masa depan mereka, termasuk menjaga keseimbangan atau kelestarian alam.
3. Bahasan Yang Terkandung Dalam Kitab HadiTs Arba’in 1 . Nilai Keimanan (Hadis ke 2)
َِْٔٞيَع ُالله َّٚيَص ِالله ِهُْ٘عَس َذِْْع ٌطُْ٘يُج ُِْحَّ بََََْْٞث : َهبَق ًبعَْٝأ َُْْٔع ُالله َِٜظَس َشََُع َِْع
َيَع َٙشُٝ َلا ،ِشْعَّشىا ِداََ٘ع ُذِْٝذَش ِةبَِّٞضىا ِضبََٞث ُذِْٝذَش ٌوُجَس بََْْٞيَع َعَيَغ ْرِإ ًٍَْ٘ٝ َداَر ٌََّيَعَٗ
ُشَصَأ ِْٔٞ
َٚىِإ َِْٔٞزَجْمُس َذَْْعَأَف ٌيعٗ ٔٞيع الله ٚيص ِِّٜجَّْىا َٚىِإ َظَيَج َّٚزَح ،ٌذَحَأ بٍَِّْ ُُٔفِشْعَٝ َلاَٗ ،ِشَفَّغىا
ِالله ُهُْ٘عَس َهبَقَف ،ًَِلاْعِلإْا َِِع ِّْٜشِجْخَأ ذَََّحٍُ بَٝ :َهبَقَٗ َِْٔٝزِخَف َٚيَع َِّْٔٞفَم َعَظََٗٗ َِْٔٞزَجْمُس
ٌَِْٞقُرَٗ ِالله ُهُْ٘عَس اًذَََّحٍُ ََُّأَٗ ُالله َّلاِإ ََٔىِإ َلا َُْأ َذَْٖشَر َُْأ ًَُلاِعِلإْا : ٌيعٗ ٔٞيع الله ٚيص
َُبَعٍََس ًَُْ٘صَرَٗ َحَبمَّضىا َِٜرْؤُرَٗ َحَلاَّصىا
: َهبَق ًلاِْٞجَع َِْٔٞىِإ َذْعَطَزْعا ُِِإ َذَْٞجْىا َّجُحَرَٗ
َهبَق ،َذْقَذَص َهبَق .ِِّٓشَشَٗ ِِٓشَْٞخ ِسَذَقْىبِث ٍَِِْؤُرَٗ ِشِخٟا ًَِْْ٘ٞىاَٗ ِِٔيُعُسَٗ ِِٔجُزُمَٗ ِِٔزَنِئَلاٍََٗ
ْا َِِع ِّْٜشِجْخَأَف
:َهبَق . َكاَشَٝ َُِّّٔئَف ُٓاَشَر ُِْنَر ٌَْى ُِْئَف ُٓاَشَر َلََّّأَم َالله َذُجْعَر َُْأ :َهبَق ،ُِبَغْحِلإ
َِْع ِّْٜشِجْخَأَف َهبَق .ِوِئبَّغىا ٍَِِ ٌََيْعَأِث بََْْٖع ُهُْٗؤْغََْىا بٍَ :َهبَق ،ِخَعبَّغىا َِِع ِّْٜشِجْخَأَف
َر َُْأ َهبَق ،بَِٖراَسبٍََأ
ِٜف َُُْ٘ىَٗبَطَزَٝ ِءبَّشىا َءبَعِس َخَىبَعْىا َحاَشُعْىا َحبَفُحْىا َٙشَر َُْأَٗ بََٖزَّثَس ُخٍََلْْا َذِي
ُعَسَٗ ُالله : ُذْيُق ؟ ِوِئبَّغىا ٍَِِ ِٛسْذَرَأ َشََُع بَٝ : َهبَق ٌَُّص ،بًِّٞيٍَ ُذْضِجَيَف َقَيَطّْا ٌَُّص ،ُِبَُْْٞجْىا
ُُٔىْ٘
بَق . ٌََيْعَأ
. ٌُْنَِْْٝد ٌُْنَُِّيَعُٝ ٌُْمبَـرَأ ُوِْٝشْجِج َُِّّٔئَف َه
12
]ٌيغٍ ٓاٗس[
Artinya: Dari 'Umar radhiyallahu'anhu juga dia berkata: Pada suatu hari, ketika kami berada di sisi Rasulullah, tiba-tiba muncul di hadapan kami, seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut hitam legam, tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan jauh, dan tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk di hadapan Nabi, lalu menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Lalu ia berkata, "Ya Muhammad, khabarkan kepadaku tentang Islam?" Maka Rasulullah bersabda, "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Ilah yang diibadahi dengan hak, kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan engkau berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukannya. " Orang itu berkata, "Engkau benar. " Dia (rawi) berkata, "Maka kami pun terheran-heran dengannya. Ia bertanya kepada Rasulullah, namun ia sendiri yang membenarkannya. Lalu orang itu bertanya lagi, "Khabarkan kepadaku tentang
12
iman? " Beliau menjawab, "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-malaikat-malaikat-Nya, dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. " Dia berkata, "Engkau benar. " Lalu ia berkata lagi, " Khabarkanlah kepadaku tentang ihsan?" Rasulullah bersabda, "Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. " Dia berkata, "Khabarkan kepadaku tentang hari kiamat? " Beliau bersabda, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari yang bertanya. " Dia berkata, "Kalau begitu, khabarkanlah kepadaku tentang tanda- tandanya?" Beliau bersabda, "Budak wanita akan melahirkan tuannya, dan engkau akan melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang lagi miskin, para penggembala kambing soling berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi. " Dia berkata, "Kemudian orang itu pergi. Lalu aku tidak bertemu (dengan Rasullah) beberapa waktu. Kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Ya 'Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi? " Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. " Rasulullah bersabda, "Dia adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kepada kalian " (HR. Muslim).
Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam ).13
Kandungan hadist diatas yaitu:
1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan,khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang- orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya. 3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya
untuk berkata, "Saya tidak tahu", dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba sahayanya.
6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya selama tidak dibutuhkan.
7. Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah SWT.
13
8. Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis. Di dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional Bab I Pasal 1 mendefinisikan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Bab I Pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan paparan tersebut menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan di Indonesia tidak lepas dari usaha transformasi nilai-nilai keimanan sejak dini, transformasi nilai keimanan ajaran agama Islam pendidikan harus lah memiliki arah yang jelas yang memnjadikan semua komponen pendidikan manusia yang memiliki keimanan yang kaffah.
merupakan hal yang pertama dan paling utama dalam ajaran Islam yang mesti tertanam dalam setiap individu, sehingga pendidikan keimanan merupakan fondasi dari ilmu pengetahuan dan aspek pendidikan lainnya serta merupakan pedoman dan pandangan hidup seorang muslim. Sehingga dalam memahami dan mendalami serta meyelidiki ajaran Islam, menghayati dan mengamalkannya harus berlandaskan keimanan yang kuat bahkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan kekuatan iman manusia akan dapat mengokohkan kehidupan batin, dapat mengembangkan perasaan moral, susila, dan akhlak dapat membangun spritual yang stabil. Maka dapat dikatakan bahwa pendidikan keimanan merupakan unsur dari segala upaya pendidikan dan dasar penompang bagi kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat.
2. Nilai Sosial Kemasyarakatan (Hadis ke 35)
اُٗذَعبَحَر َلا : ٌيعٗ ٔٞيع الله ٚيص ِالله ُهُْ٘عَس َهبَق : َهبَق َُْْٔع ُالله َِٜظَس َحَشَْٝشُٕ ِٜثَأ َِْع
َر َلاَٗ اُ٘عَغبَجَر َلاَٗ اُ٘شَجبََْر َلاَٗ
ِالله َدبَجِع اُُّْ٘٘مَٗ ٍطْعَث ِعَْٞث َٚيَع ٌُْنُعْعَث ْعِجَٝ َلاَٗ اُٗشَثاَذ
َُٖٕ َْٙ٘قَّزىا . ُُٓشِقْحَٝ َلاَٗ ُُٔثِزْنَٝ َلاَٗ ُُٔىُزْخَٝ َلاَٗ َُُِٔيْظَٝ َلا ٌِِيْغَُْىا ُ٘خَأ ٌُِيْغَُْىا . ًبّاَْ٘خِإ
بَْ
–
ٍداَّشٍَ َسَلاَص ِِٓسْذَص َٚىِإ ُشِْٞشَُٝٗ
–
ُّوُم ،ٌَِيْغَُْىا ُٓبَخَأ َشِقْحَٝ َُْأ ِّشَّشىا ٍَِِ ٍاِشٍْا ِتَغَحِث
ُُٔظْشِعَٗ ُُٔىبٍََٗ ٍَُُٔد ًٌاَشَح ٌِِيْغَُْىا َٚيَع ٌِِيْغَُْىا
14]ٌيغٍ ٓاٗس[
14
Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (Riwayat Muslim)
Kandungan hadis tersebut adalah: 1. Larangan untuk saling dengki.
2. Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual beli.
3. Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan dan hak-haknya karena Allah SWT.
4. Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga di dalamnya terdapat urusan akhlak dan muamalah.
5. Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah SWT.
7. Islam memerangi semua akhlak tercela karena hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat Islam.
3. Nilai pendidikan akhlak dan perilaku (Hadis ke 18)
بَََُْْٖع ُالله َِٜظَس ٍوَجَج ِْث ربَعٍُ ََِِْحَّشىا ِذْجَع ِٜثَأَٗ َحَدبَُْج ِِْث ْةُذُْْج ّسَر ِٜثَأ َِْع
َخَئَِّّٞغىا ِعِجْرَأَٗ ،َذُْْم بََُضَْٞح َالله ِقَّرِا : َهبَق ٌََّيَعَٗ َِْٔٞيَع ُالله َّٚيص ِالله ِهُْ٘عَس َِْع
ِقِىبَخَٗ ،بَُٖحََْر َخََْغَحْىا
ٍَِغَح ٍقُيُخِث َطبَّْىا
15
]حٞحص ِغح خغْىا طعث ٜفٗ ِغح شٝذح هبقٗ ٛزٍشزىا ٓاٗس[
Artinya:
Dari Abu Zar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu 'az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik ". (Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
Yang terkandung dalam hadits tersebut:
1. Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shalih.
15
2. Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3. Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.
Artinya:
A. Biografi Penulis Kitab Hadits Arba 'in Imam An-Nawawi
Beliau adalah Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Mari Al Khazami Al-Haurani As- Syaffi. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di desa Nawa.1 Sebuah kampung di daerah Dimaskus yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar.2
An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilmi-nya ke Damaskus dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami ' Al- Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia berkata: "Dan aku menulis segala yang berhubungan
1
Tim Mutiara, 2013. Hadits Arba 'in An-Nawawi. Jogjakarta: Mutiara Media Hlm 5
2
dengannya, baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku." (Imam Nawawi, syadzaratudz Dzahab 5/355)
Di antara syaikh beliau adalah Abul Baqa' An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Ausiy, Abu Ishaq Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau adalah Ibnul 'Aththar Syafi'iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi'iy, Abul 'Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu 'Abdil Hadi. Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimaskus. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (Dimaskus) dan menolak untuk mengambil gaji.
Beliau digelari Muhyiddin (yang menghidupkan agama) namun beliau membenci gelar ini karena tawadhu '. Disamping itu, agama Islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata: 'Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku
Muhyiddin.’ Imam An-Nawawi adalah seorang yang zuhud, warn' dan bertaqwa.
Beliau sederhana, qana 'ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis. Beliau juga menegakkan amar ma 'ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, dengan cara yang telah digariskan Islam. Beliau menulis surat berisi nasehat untuk pemerintah dengan bahasa yang halus sekali. Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: "Tandatanganilah fatwa ini!!" Beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja marah dan berkata: "Kenapa !?" Beliau menjawab: "Karena berisi kedhaliman yang nyata." Raja semakin marah dan berkata: "Pecat ia dari semua jabatannya!" Para pembantu raja berkata: "Ia tidak punya jabatan sama sekali." Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya. Raja ditanya: "Kenapa tidak engkau bunuh dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan?" Raja pun menjawab: "Demi Allah, aku sangat segan padanya".
Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya: Dalam bidang hadits yaitu Arba'in An-Nawawi, Riyadhush Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wot Taysir fi Ma'rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir.
Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah SWT, kemudian keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Secara umum beliau termasuk salafi dan berpegang teguh pada manhaj ahlul hadits, tidak terjerumus dalam filsafat dan berusaha meneladani generasi awal umat dan menulis bantahan untuk ahlul bid' ah yang menyelisihi mereka. Namun beliau tidak ma'shum (terlepas dari kesalahan) dan jatuh dalam kesalahan yang banyak terjadi pada uluma- ulama di zaman beliau yaitu kesalahan dalam masalah sifat-sifat Allah SWT. Beliau kadang men-to 'wil dan kadang-kadang tafwidh. Orang yang memperhatikan kitab-kitab beliau akan mendapatkan bahwa beliau bukanl