• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELESTARIKAN ORANGUTAN MELALUI EKOWISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MELESTARIKAN ORANGUTAN MELALUI EKOWISATA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MELESTARIKAN ORANGUTAN

MELALUI EKOWISATA

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Jelfi

Senja turun menemani perjalanan penulis dengan kapal cepat menyusuri Sungai Katingan, Kaliman- tan Tengah. Lanskap di hadapan mata begitu sulit dilupakan. Matahari tampak terbenam dalam deka-pan awan-awan dan menghasilkan spektrum war-na yang memoles langit. Sesekali burung rangkong terbang dari satu pohon ke pohon lainnya. Per- mukaan air pun bak cermin raksasa yang menam- pilkan refleksi lukisan langit di atasnya. Seakan di- buai oleh keelokan alam yang menyertai sepan- jang perjalanan, hatipun bertanya, keindahan ma-cam apa lagi yang menanti kami di tempat tujuan, Punggualas?

Punggualas menjawab pertanyaan itu tanpa per- lu kata-kata. Kawasan yang didominasi oleh eko-sistem hutan rawa gambut ini terletak di dalam Taman Nasional (TN) Sebangau. Memasuki wila- yah ini, kami disambut beberapa penghuni yang menampakkan diri, salah satunya adalah si Raja Udang meninting (Alcedo meninting). Raja Udang meninting adalah jenis burung kecil berukuran 14 sentimeter yang memangsa ikan kecil dan udang- udangan. Burung ini menjadi salah satu penanda sehatnya ekosistem.

“Konservasi tidak hanya

bertujuan melindungi satwa

liar, namun juga bertujuan

sosial dan ekonomi, yakni

mendorong kesejahteraan

masyarakat.”

© Jnata,

(2)

Punggualas adalah pusat penelitian Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) yang dibentuk atas kerjasama WWF dengan Balai Taman Nasional Sebangau (BTNS) pada tahun 2008. Adanya tempat ini penting bagi konservasi orangutan liar yang diperkirakan berjumlah 6.000-9.000 individu di Sebangau. Adapun kawasan Sebangau baru ditetapkan statusnya sebagai Taman Nasional pa- da tahun 2004. Sebelumnya, wilayah ini digunakan sebagi areal hutan produksi yang dikelola oleh HPH dan kerap menjadi lokasi pembalakan liar. Upaya WWF untuk menginisiasi dan mendorong pembentukan Taman Nasional Sebangau adalah upaya menjaga kelestarian ekosistem hutan rawa gambut sekaligus melindungi keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Pembentukan TN Sebangau adalah langkah awal dari jalan panjang konservasi. Dalam perjalanan ini, muncul salah satu tantangan besar yakni menga- jak masyarakat lokal yang sebelumnya menebang di kawasan kini justru ikut menjaga kawasan. Ma- syarakat memandang adanya TN justru sebagai ancaman karena mereka tak lagi bisa menebang kayu dan memperoleh penghasilan. Mereka mera- sa terpinggirkan karena menganggap nasib orang-utan lebih diutamakan daripada nasib mereka. Di sinilah pendekatan konservasi berbasis penguatan dan pemberdayaan masyarakat penting dilakukan. WWF dan BTNS oleh karena itu melakukan kegia- tan penyadartahuan secara berkala di desa dae- rah penyangga, baik kepada perangkat desa mau- pun warga.

Merangkul masyarakat dalam konservasi

Upaya pelibatan masyarakat dalam konservasi ada- lah semangat yang dibawa oleh paradigma baru konservasi. Konservasi tidak hanya bertujuan me-lindungi satwa liar, namun juga bertujuan sosial dan ekonomi, yakni mendorong kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang melandasi WWF un- tuk mendorong pengembangan ekowisata di ka-wasan TN Sebangau. Langkah pertama yang dila- kukan saat itu adalah mengkaji potensi ekowi- sata. Dari hasil studi dan diskusi dengan masya- rakat, tim mengindentifikasi beberapa tempat tu- juan ekowisata. Salah satunya adalah Punggualas. Jalan untuk menuju ekowisata tidaklah mulus. Awalnya, masyarakat sangat menolak usulan ini. Kemudian pendekatan informal dilakukan lagi agar masyarakat mengetahui keuntungan ekowisata bagi mereka. Beberapa warga lokal yang peduli ling- kungan ikut membantu kerja-kerja WWF untuk mengajak warga melindungi Sebangau. Mereka ada-lah Pak Kamsin (alm.), Pak Suramansyah dan man- tan Kepala Desa Karuing Pak Andi Liani.

Ketiga sosok ini yang turut membangun kesada- ran warga akan pentingnya upaya menjaga hutan. Semasa hidupnya, Pak Kamsin terus menekan- kan peran hutan sebagai simbol identitas masyara- kat Dayak. Akhirnya, penduduk pun menerima dan memahami WWF dan TN Sebangau. Lalu, di- bentuklah Simpul Wisata Kamipang pada tahun 2011 - terdiri dari 3 desa yaitu Jahanjang, Bahun Bango dan Karuing- yang diketuai Jonnedi, Kepala Desa Jahanjang.

Setiap desa juga memiliki simpul wisata desanya sendiri. Simpul wisata di Bahun Bango diketuai oleh Erwan, di Desa Jahanjang diketuai oleh Bam-bang Irawan, di Desa Karuing dipimpin oleh Jeki. Masyarakat mulai bersemangat setelah paham bahwa ekowisata akan dapat berdampak positif bagi kehidupan mereka. Di Desa Bahun Bango,

Foto (dari atas kebawah)

1. Brown, salah satu orangutan yang telah

diidentifikasi WWF di Punggualas 2. Menikmati Sungai Punggualas.

© Jnata,

(3)

misalnya, terdapat kelompok Pengolahan Masya- rakat yang disebut Kreatif Mandiri yang mayori- tas beranggotakan perempuan. Mereka mempro- duksi produk olahan dari ikan seperti kerupuk emplang dan abon ikan untuk dijual kepada pengun-jung.

Ketiga desa ini menyediakan paket wisata yang berbeda-beda. Desa Bahun Bango mengandalkan wisata budaya Dayak, Danau Jalan Pangen dan up-acara adat. Desa Karuing yang memiliki akses ter-dekat dengan Punggualas menekankan tur untuk melihat orangutan liar, dan Desa Jahanjang mena- warkan keunikan budaya lokal wisata Danau Bulat. Pada awalnya atraksi wisata di tiga desa ini dijual dalam satu paket. Dalam prosesnya, lebih banyak pengunjung yang datang ke Punggualas un- tuk melihat orangutan. Sejak itu, tiap desa menge- mas paket wisatanya masing-masing. Desa Karuing adalah yang paling diminati karena letaknya seba- gai pintu masuk menuju Punggualas.

Terkait upaya perlindungan orangutan pun dila- kukan dengan mengikutsertakan warga setempat. Hingga saat ini setidaknya 50 individu orangutan telah diidentifikasi dan diberi nama sebagai bagian dari studi perilaku orangutan di Punggualas. Sela- ma penelitian, sekitar 60 penduduk Desa Karuing terlibat sebagai asisten peneliti. Selain itu, 48 pe- rempuan dari desa setempat terlibat sebagai koki di pusat penelitian. Kegiatan yang berlangsung di Punggualas ikut menambah penghasilan bagi war- ga yang menawarkan jasa angkut menggunakan perahu CES (klotok kecil). Sebagian asisten pene- liti juga ada yang kemudian dilatih dan dipersiap- kan menjadi pemandu wisata

Masyarakat yang dulu menolak BTNS kini justru aktif dalam kegiatan konservasi. Mereka menyadari bahwa kawasan yang dikelola dengan baik dapat menunjang kesejahteraan mereka. ”Kami sangat berterima kasih karena ternyata konservasi dan orangutan yang dilindungi memberi dampak positif bagi penduduk. Penduduk desa yang sebagian besar adalah nelayan mendapat penghasilan tambahan dengan jasa CES, para wanita bisa menjadi koki dan para pemuda kami dapat menjadi pemandu wisata,” ujar Ketua Simpul Wisata Desa Karuing Jeki. Pendekatan pemberdayaan dalam konservasi ter-bukti dapat memberi keuntungan bagi semua pi- hak. “Paradigma lama yang menganggap penduduk lokal menjadi ancaman bagi kawasan telah beru- bah dimana masyarakat sekarang dieratkan dengan sumber daya alam baik secara sosial, ekonomi dan budaya,” ungkap Dadang Riansyah, staf WWF yang mengawal proses ekowisata dan pemberdayaan masyarakat di kawasan Punggualas.

Merajut kerjasama para pihak

Punggualas saat ini telah cukup dikenal baik seca- ra lokal maupun internasional sebagai destina-si ekowisata orangutan liar. Bukan berarti peker-jaan rumah telah selesai. Agar berkelanjutan, upa- ya pengelolaan ekowisata harus dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan. Di sinilah USAID LESTARI berperan untuk mempertemukan pihak pemerintah seperti Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya, operator wisata, BTNS dan mas-yarakat. Pertemuan ini dilakukan agar terbangun kesepahaman tentang pentingnya pengelolaan ko-laboratif. LESTARI memfasilitasi lahirnya kerjasa-

Foto:

1. Suramansyah, Jonnedi- Bambang Irawan; 2. Simpul wisata Karuing 3. Almarhum Pak Kamsin 4. Wiwin Sutama, Ketua Poklahsar- Kreatif Mandiri,

1

3

2

4

© Jnata, WWF Kalteng

(4)

ma tiga pihak antara BTNS, Simpul Wisata Desa Karuing, dan WWF, yang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE). Rencananya penandatanganan akan dilakukan dalam waktu de- kat dan akan menjadi kerjasama pertama an-tara BTNS dengan masyarakat dan diharapkan ke depan dapat direplikasi di tempat lain.

Bersamaan dengan itu, terbit pula Peraturan Menteri Lingkungan Hidup P.43/MenLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2017 tentang pemberdayaan masyara- kat sekitar kawasan suaka alam dan kawasan pe- lestarian alam (KSA/KPA). Adanya peraturan ini membukakan pintu bagi BTNS untuk mengada- kan kerjasama dengan masyarakat yang hidup di daerah penyangga kawasan. Pemerintah Provin- si Kalimantan Tengah juga menyambut baik Punggu-

alas sebagai tujuan unggulan ekowisata. Hal ini ter- cermin dengan kerjasama yang dilakukan dengan Telkomsel untuk mempromosikan TNS dengan menerbitkan kartu perdana edisi TNS yang akan diluncurkan akhir Januari 2018.

Pak Anggodo, kepala BTNS berharap bahwa eko- wisata di Punggualas dapat melibatkan masyara- kat secara aktif sehingga masyarakat juga menda- patkan manfaat ekonomi. “Semoga ekowisata ber- basis konservasi orangutan liar ini berkelanjutan. Jadi masyarakat memiliki rasa peduli dan kepemili- kan terhadap upaya konservasi di Taman Nasional Sebangau. Upaya untuk melindungi hutan rawa gam- but di TNS dan perlindungan spesies kunci seperti orangutan dapat berjalan beriringan dengan pem- berdayaan masyarakat di sekitar kawasan,” ujarnya.

Foto

1. Research Center WWF Punggualas 2. Guest house Punggualas

3 - 4. Satwa yang dapat ditemukan di Punggualas.

(dari atas ke bawah) Raja Udang, Burung hantu, Belalang sembah © Jnata, WWF Kalteng © Jnata, WWF Kalteng

1

3

4

5

2

© Jnata, WWF Kalteng © Jnata, WWF Kalteng © Jnata, WWF Kalteng

(5)

Kepedulian semua pemangku kepentingan telah membawa dampak positif bagi ekowisata di Pung-gualas. Ke depannya, semua pihak perlu tetap mengawal agar masyarakat tetap menjadi bagian penting dalam kegiatan ekowisata di Punggualas. Perjalanan ke Punggualas ini menjadi pelajaran penting, bahwa keindahan dan keanekaragaman hayati yang ada menjadi tugas kita bersama untuk dijaga.

© Jnata,

WWF Kalteng

Foto:

Kartu Perdana Telkomsel Kartu AS edisi Taman Nasional Sebangau

Referensi

Dokumen terkait

2) Guru berkomunikasi dengan bahasa tubuh yang sesuai sehingga anak mengetahui kata-kata yang akan dikeluarkan pada saat bermain. Anak yang senang bermain pretend play adalah anak

Beberapa prinsip tersebut antara lain integritas dan empati ahli gizi, objektivitas dalam memberikan pendapat, kerjasama secara kooperatif, menjaga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormon pada induk bandeng hasil seleksi telah meningkatkan profil pemijahan dan jumlah telur yang dihasilkan bila

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua jenis kesilapan yang dilakukan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Malang dalam menerjemahkan teks

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus

Model pembelajaran pragmatik terintegrasi dengan hasil penelitian konteks sosial, sosietal, situasional, dan kultural, berbasis paradigma pedagogi reflektif ini disusun dengan

Menurut Mike Jefferies dan Ken Been (2006), potensi likuifaksi dapat terlihat dari garis critical state ini, di mana area di atas garis merupakan keadaan di mana

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis tentang Hak Narapidana Wanita yang sedang Hamil serta Hak Anak sejak dalam Kandungan atas Makanan Bergizi di