• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangkit listrik tenaga mikrohidro menggunakan turbin pelton dengan jumlah sudu 16 dan 18 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembangkit listrik tenaga mikrohidro menggunakan turbin pelton dengan jumlah sudu 16 dan 18 - USD Repository"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

MENGGUNAKAN TURBIN PELTON

DENGAN JUMLAH SUDU 16 DAN 18

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Mesin

Oleh :

Yohanes Eka Arif Widayaka NIM : 065214041

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

MYCROHYDRO POWER PLANT

USING PELTON TURBINE

WITH NUMBER OF BUCKET 16 AND 18

FINAL PAPER

Presented as Fulfillment of the Requirements For the Degree of Sarjana Teknik Mechanical Engineering Study Programme

By :

Yohanes Eka Arif Widayaka Student Number : 065214041

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAMME

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

INTISARI

Turbin pelton banyak digunakan untuk pembangkit listrik skala mikro.

Pembuatan sudu turbin dari bahan logam sulit dilakukan oleh masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari unjuk kerja turbin pelton.

Peralatan yang digunakan adalah sebuah turbin pelton. Sudu turbin dibuat

dari bahan resin dengan panjang sudu 62,3 mm, lebar 55,8 mm dan tinggi 19,7

mm. Diameter runner adalah 164 mm dan dengan menggunakan sudu 16 dan 18

buah. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan debit dan jumlah sudu.

Diameter nosel divariasikan menjadi ¾”, dan ½”. Untuk menghasilkan listrik,

turbin dihubungkan dengan generator. Pengukuran daya yang dihasilkan turbin

dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus yang dihasilkan generator.

generator diberi variasi pembebanan dari 5 Watt, 10 Watt, 15 Watt, 21 Watt, 26

Watt sampai mencapai beban maksimal sebesar 260 Watt. Pada setiap

pembebanan, putaran turbin diukur dengan tachometer.

Daya tertinggi diperoleh pada jumlah sudu 18 buah dengan diameter nosel

½” yaitu sebesar 76,15 Watt. Efisiensi yang dihasilkan sebesar 25,55 %.

Penambahan jumlah sudu meningkatkan daya serta efisiensi.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan bimbingan-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul

“PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO MENGGUNAKAN

TURBIN PELTON DENGAN JUMLAH SUDU 16 DAN 18”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai wujud harapan dan

cita-cita penulis untuk selalu belajar tanpa batas.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan

baik tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Pada

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Yosef Agung Cahyanta, S.T, M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma, dan Dosen Pembimbing Tugas

Akhir.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ir. YB. Lukiyanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Segenap Dosen di Jurusan Teknik Mesin, yang telah membimbing selama

(9)

ix

5. Kepala Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan ijin dan fasilitas yang

dipergunakan.

6. Kepala Laboratorium Teknologi Mekanik Jurusan Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin dan fasilitas yang

dipergunakan.

7. Segenap karyawan Sekretariat Sains dan Teknologi Universitas Sanata

Dharma dan semua karyawan dan staff Universitas Sanata Dharma.

8. Ayahku Emanuel Purwatma, untuk doa, dukungan dan segalanya yang

telah diberikan sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.

9. Ibuku Christina Dwi Mulatsih, untuk dukungan, kasih sayang dan doanya.

10. Adikku Cecilia Heru Purwitaningsih, untuk segala dukungan yang

diberikan selama ini.

11. Marcellianus Prayudi Kurniawan dan Advendo Wibowo Sitompul, teman

seperjuangan dalam Tugas Akhir, terimakasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

12. Teman – teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata

Dharma yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

13. Seluruh pihak yang telah ambil bagian dalam proses penulisan tugas akhir

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh

(10)

x

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat berguna

bagi pembaca semua.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

INTISRI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah... 3

1.3Tujuan dan Manfaat ... 3

(12)

xii

1.3.2 Manfaat ... 4

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka... 5

2.2 Definisi Turbin Air ... 6

2.3 Jenis – Jenis Turbin Air ... 7

2.4 Turbin Pelton ... 11

2.4.1 Cara Kerja Turbin Pelton ... 11

2.4.2 Bagian Utama Turbin Pelton ... 13

1. Runner ... 13

2.4.3 Ukuran – Ukuran Utama Turbin Pelton ... 17

2.4.4 Perancangan Turbin Pelton ... 18

a. Perhitungan Daya yang Tersedia ... 18

b. Bagan Kecepatan Turbin Pelton ... 19

c. Nosel ... 19

d. Dimensi Turbin ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perancangan Alat ... 25

(13)

xiii

3.3 Pembuatan Turbin... 31

3.3.1 Pembuatan Turbin... 31

a. Pembuatan Bucket Turbin ... 31

b. Pembuatan Disc Turbin ... 33

c. Pembuatan Poros... 34

d. Pembuatan Nosel ... 34

e. Pembuatan Rumah Turbin ... 35

3.4 Penelitian Alat ... 36

3.4.1 Alat yang Digunakan ... 36

3.4.2 Cara Kerja Alat ... 36

3.4.3 Variabel yang diukur ... 37

3.4.4 Variabel yang Divariasi ... 37

3.4.5 Pengambilan Data ... 38

3.4.6 Pengolahan Data dan Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 40

4.1.1 Data Hasil Pengukuran Debit pada Diameter Nosel ¾” dan ½” .. 40

4.1.2 Data Pengujian Turbin Sudu 18 Diameter Nosel ¾” ... 40

4.1.3 Data Pengujian Turbin Sudu 18 Diameter Nosel ½” ... 41

4.1.4 Data Pengujian Turbin Sudu 16 Diameter Nosel ¾” ... 42

(14)

xiv

4.2 Perhitungan ... 44

4.2.1 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ¾” ... 45

4.2.2 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ½” ... 45

4.2.3 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ¾” ... 47

4.2.4 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ½” ... 48

4.3 Pembahasan ... 50

4.3.1 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 ... 50

4.3.2 Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 ... 51

4.3.3 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾” ... 53

4.3.4 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½” ... 54

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pemilihan Generator Berdasarkan Tinggi Jatuh Ideal ... 5

Tabel 2.2 Faktor – Faktor Koreksi Daya yang akan ditransmisikan ... 23

Tabel 3.1 Tabel Kecepatan Spesifik... 28

Tabel 4.1 Data Pengukuran Debit pada Diameter Nosel ¾” dan ½” ... 40

Tabel 4.2 Data Pengujian Jumlah Sudu 18 Diameter Nosel ¾” ... 40

Tabel 4.3 Data Pengujian Jumlah Sudu 18 Diameter Nosel ½” ... 41

Tabel 4.4 Data Pengujian Jumlah Sudu 16 Diameter Nosel ¾” ... 42

Tabel 4.5 Data Pengujian Jumlah Sudu 16 Diameter Nosel ½” ... 43

Tabel 4.6 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ¾” ... 45

Tabel 4.7 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ½” ... 46

Tabel 4.8 Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ¾” ... 48

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Turbin Francis ... 9

Gambar 2.2 Turbin Kaplan ... 10

Gambar 2.3 Turbin Pelton ... 11

Gambar 2.4 Runner ... 13

Gambar 2.5 Nosel... 15

Gambar 2.6 Bagan Kecepatan Turbin Pelton ... 19

Gambar 2.7 Harga Standar Untuk Perencanaan Turbin ... 21

Gambar 2.8 Desain Bucket ... 21

Gambar 3.1 Sudu ... 32

Gambar 3.2 Piringan ... 33

Gambar 3.3 Runner ... 33

Gambar 3.4 Poros ... 34

Gambar 3.5 Nosel... 34

Gambar 3.6 Rumah Turbin ... 35

(17)

xvii

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Daya dengan Putaran Sudu 18 ... 50

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran Sudu 18 ... 50

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Daya dengan Putaran Sudu 16 ... 51

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran Sudu 16 ... 52

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Daya pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾” ... 53

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾” ... 53

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Daya pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½” ... 54

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini perkembangan energi sangat pesat, terutama di negara

maju dan berkembang. Dapat kita ketahui bahwa energi sangatlah fital

kebutuhannya bagi kelangsungan ekonomi sosial dan kemakmuran di negara

tersebut. Energi listrik adalah energi yang digunakan manusia dan tidak

banyak menimbulkan polusi serta dapat dikonversikan ke dalam bentuk

energi yang lainnya. Listrik merupakan kebutuhan manusia, listrik yang

digunakan saat ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) dan

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD ) yang bahan bakarnya berasal

dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Permasalahan yang

dihadapi saat ini adalah menipisnya ketersediaan sumber energi yang tidak

dapat diperbaharui, seperti bahan bakar fosil yaitu batu bara dan minyak

bumi, serta polusi yang dihasilkan oleh pembakaran batu bara dan minyak

bumi tersebut. Karena dapat merusak lapisan ozon dan mengakibatkan

pemanasan global. Untuk mengatasi hal itu alangkah lebih baik jika

digunakan dan dikembangkan sumber energi yang dapat diperbaharui.

Penelitian – penelitian tentang pemanfaatan energi alternatif sangat

berguna bagi perkembangan teknologi saat ini yang mengutamakan

(19)

energi yang berasal dari batu bara dan minyak bumi. Di Indonesia kekayaan

akan sumber energi tersebut begitu banyak, seperti energi air, namun

seberapa jauh energi yang tersimpan itu sudah diolah, masih jauh dari target

yang diharapkan. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak

terbatas jumlahnya. Air juga mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat

digunakan sebagai sumber energi yang bersih karena tidak menghasilkan

polutan. Pemilihan energi air ini karena di Indonesia masih memiliki potensi

yang sangat besar mencapai 230,913 KW, yang tersebar diseluruh

pulau-pulau di Indonesia. Pemanfaatan energi air sebagai sumber listrik sangat

bermanfaat, terutama bagi daerah yang belum terjangkau aliran listrik tetapi

memiliki sumber air yang besar. Hal ini sangat cocok dikembangkan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PLTMH ).

Pembangkit listrik tenaga air menggunakan turbin sebagai alat untuk

mengkonversi potensi energi air menjadi energi mekanik untuk memutar

generator yang nantinya akan menghasilkan listrik. PLTMH yaitu

pembangkit listrik tenaga air dengan skala yang kecil, dimana daya yang

dibutuhkan tidak besar ( 10 - 150 kW ) maka turbin pelton cocok digunakan

untuk PLTMH ini. Sudu turbin pelton biasanya dibuat dari bahan alumunium

atau stainless steel. Bagi masyarakat kebanyakan pembuatan sudu tersebut

tentunya tidaklah mudah dan memakan banyak biaya. Oleh karena itu sudu

turbin dapat dibuat dari bahan resin, sehingga pembuatannya menjadi lebih

mudah dan tidak memakan banyak biaya. Masyarakat akan dapat membuat

(20)

sekarang ini pemanfaatan bahan resin sebagai bahan pembuat sudu turbin

pelton tidak banyak dilakukan sehingga informasi tentang unjuk kerjanya

kurang diketahui.

Sudu turbin pelton dibuat berbentuk dua buah mangkok sehingga

pancaran air dari nosel terbagi oleh sudu menjadi dua bagian dan

meninggalkan sudu dengan cara dibelokkan melalui sudut yang hampir 180o.

Reaksi impuls menghasilkan suatu momen puntir pada poros sudu yang

menyebabkan runner berputar dan terus berputar selama ada pancaran yang

menerjang sudu. Untuk pembangkit listrik dengan daya yang kecil, ukuran

runner dapat disesuaikan dengan debit dan tinggi jatuh air.

1.2RUMUSAN MASALAH

Pada penelitian ini sudu turbin dibuat dari resin. Turbin tersebut

akan diteliti bagaimana daya dan efisiensi yang dihasilkan jika divariasikan

jumlah sudu dan diameter nosel.

1.3TUJUAN DAN MANFAAT

1.3.1 Tujuan

a. Melakukan percobaan pembuatan turbin pelton dengan sudu

yang terbuat dari bahan resin.

b. Mengetahui daya dan efisiensi dari turbin pelton.

c. Membandingkan daya serta efisiensi turbin terbaik dari variasi

(21)

1.3.2 Manfaat

a. Dapat diterapkan pada daerah yang memiliki potensi air

sebagai pembangkit listrik.

b. Menambah kepustakaan tentang pembangkit listrik tenaga

mikrohidro.

c. Menambah pengetahuan masyarakat, khususnya tentang

(22)

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1. TINJAUAN PUSTAKA

Unjuk kerja turbin pelton dipengaruhi oleh banyak parameter

antara lain adalah tinggi air jatuh, kapasitas, kecepatan spesifik,

kecepatan putar roda, jumlah nosel, diameter runner, diameter pancar

air, kecepatan air keluar, kecepatan tangensial.

Penelitian Turbin pelton jenis pico power pack (Phillip

Maher,Version 2.0,May 2001), turbin ini bekerja pada head minimal 20

meter. Penelitian menggunakan head 70 meter dan debit 15 liter/detik.

Penelitian ini membedakan tiga buah variasi ukuran diameter runner,

untuk 3 jenis generator, lebih jelas dapat dilihat pada table 2.1.

Tabel 2.1. Pemilihan generator berdasarkan tinggi jatuh ideal

Penelitian terhadap bucket pelton (John S. 2006). Penelitian ini

mengunakan diameter runner 400 mm, diameter nosel 31 mm, kecepatan

putaran 1150 rpm, debit 270.6 m3/h, daya 83 kW, dengan jumlah bucket

adalah 22 buah, dan jumlah nosel 2 buah. Dari penelitian ini didapat

efisiensi bucket tergantung pada pancaran air dan momentum sudut air

(23)

2.2. DEFINISI TURBIN AIR

Kata "turbine" ditemukan oleh seorang insinyur Perancis yang

bernama Claude Bourdin pada awal abad 19, yang diambil dari

terjemahan bahasa Latin dari kata "whirling" (putaran) atau "vortex"

(pusaran air). Turbin air adalah suatu turbin dengan menggunakan air

sebagai fluida yang dapat mengubah energi potensial dan kinetik dari air

menjadi energi mekanik. Turbin air merupakan perkembangan dari

kincir air yang telah dipergunakan orang sejak beberapa abad yang lalu.

Pemilihan suatu turbin tergantung pada karakteristik lokasi,

karena menentukan tinggi air jatuh dan kapasitas air. Selain itu

pemilihan turbin juga tergantung dari kecepatan putar yang diminta oleh

generator. Penggunaan turbin air yang umum adalah sebagai mesin

penggerak untuk pembangkit tenaga listrik, apabila dibanding dengan

penggunaan beberapa jenis mesin pembangkit yang lain, maka turbin air

mempunyai keuntungan sebagai berikut :

- Konstruksinya relatif sederhana, perawatannya mudah dan

murah.

- Waktu operasinya relatif lama, biaya operasi relatif murah

sehingga menguntungkan untuk pemakaian yang lama.

- Tidak mengakibatkan pencemaran udara dan air.

Kaidah energi menyatakan bahwa suatu bentuk energi akan

dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain. Air yang mengalir

(24)

Pusat – pusat tenaga air dibangun di sungai – sungai dan di pegunungan

– pegunungan. Pusat tenaga air tersebut dapat dibedakan dalam 2

golongan, yaitu pusat tenaga air tekanan tinggi dan pusat tenaga air

tekanan rendah. Untuk memanfaatkan potensi air tekanan tinggi perlu

dibangun reservoir di daerah yang tinggi. Dengan menggunakan pipa, air

tersebut dialirkan ke rumah pusat tenaga atau rumah turbin. Rumah

turbin dibangun di bagian bawah reservoir, dan di dalam rumah turbin

tersebut terpasang satu atau dua buah nosel dan turbin. Lewat nosel air

akan menyemprot keluar dan menghantam sudu dan akhirnya turbin

berputar. Putaran dari turbin akan diteruskan untuk memutar generator

yang menghasilkan listrik.

2.3. JENIS – JENIS TURBIN AIR

Turbin air mempunyai variasi yang cukup banyak jika

dibandingkan dengan berbagai jenis mesin pembangkit yang lain.

a. Turbin Reaksi

Pada turbin reaksi konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga

rotor bekerja karena aliran dari tinggi terjun yang menghasilkan

tekanan. Pada turbin jenis ini alir mengalir melalui sudu – sudu

rotor yang bergerak dengan tekanan lebih tinggi dari pada

tekanan atmosfir, dan keluar dari rotor melalui pipa buang. Air

mempunyai tekanan sedikit lebih tinggi dari tekanan atmosfir.

(25)

- Turbin Francis

Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih.

Pada waktu air masuk ke roda jalan, sebagian dari energi tinggi

jatuh yang telah bekerja di dalam sudu pengarah diubah sebagai

kecepatan arus masuk. Sisa energi tinggi jatuh dimanfaatkan

atau bekerja di dalam sudu jalan. Dengan adanya pipa isap

memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di sudu jalan dengan

semaksimum mungkin. Pada sisi sebelah luar roda jalan

terdapat tekanan kerendahan ( kurang dari 1 atm ) dan

kecepatan aliran air yang tinggi. Di dalam pipa isap kecepatan

aliran akan berkurang dan tekanannya akan kembali naik,

sehingga air bisa dialirkan keluar lewat saluran air bawah

dengan tekanan seperti keadaan sekitarnya. Pipa isap pada

turbin ini mempunyai tugas yang mirip dengan sudu hantar

yang terdapat pada pompa sentrifugal, yaitu sama – sama

mengubah energi kecepatan menjadi energi tekanan.

Turbin yang dikelilingi dengan sudu pengarah semuanya

terbenam di dalam air. Air yang masuk ke dalam turbin bisa

dialirkan melalui pengisian air dari atas atau melalui suatu

rumah yang berbentuk spiral ( rumah keong ). Roda jalan

semuanya selalu bekerja. Daya yang dihasilkan turbin bisa

diatur dengan cara mengubah posisi pembukaan sudu pengarah.

(26)

turbin bisa diperbesar atau diperkecil. Turbin Francis

dioperasikan dengan posisi poros vertikal dan horisontal.

Gambar 2.1. Turbin Francis

(Sumber :

- Turbin Kaplan

Turbin Kaplan adalah turbin tekanan yang spesial. Pada saluran

sudu jalan belokannya hanya sedikit. Pada waktu bekerja sudu

jalan turbin bisa diatur posisinya, disesuaikan dengan

perubahan tinggi air jatuh. Turbin ini cocok untuk pusat tenaga

air yang dibangun di sungai. Daya yang dihasilkan turbin bisa

lebih dari 100000 kW. Karena sudu pengarah dan sudu jalan

bisa diatur maka turbin Kaplan pada perubahan tinggi jatuh dan

kapasitas air yang besar randemennya juga tinggi. Turbin

Kaplan mempunyai keuntungan harga yang lebih murah bila

(27)

buah turbin dan secara sendiri – sendiri masing – masing mesin

dioperasikan untuk kapasitas air yang konstan.

Gambar 2.2 Turbin Kaplan

(Sumber :

b. Turbin Impuls

Pada turbin impuls konstruksi mesin dibuat sedemikian rupa

sehingga rotor bekerja karena aliran, disini beda tinggi diubah

menjadi kecepatan, pada turbin jenis ini tekanan air pada waktu

masuk dan keluar rotor adalah sama dengan tekanan atmosfir.

(28)

2.4. TURBIN PELTON

Turbin Pelton merupakan turbin impuls, karena putaran runner

turbin pelton terjadi akibat pembelokan pancaran air pada mangkok ganda

runner. Oleh karena itu turbin pelton disebut juga turbin pancaran bebas.

Aliran air yang keluar dari nosel tekanannya sama dengan tekanan

atmosfir di sekitarnya. Energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk

sudu jalan turbin diubah menjadi energi kecepatan.

Gambar 2.3 Turbin Pelton

(Sumber :

2.4.1. Cara Kerja Turbin Pelton

Turbin pelton merupakan suatu alat yang merubah energi kinetik

dan energi potensial dari air menjadi energi gerak rotasi pada poros turbin

( energi mekanis ). Turbin pelton dipakai untuk tinggi air jatuh yang

besar. Aliran air dalam pipa akan keluar dengan kecepatan tinggi. Tinggi

air jatuh ( H ) dihitung dari permukaan air di atas sampai ke tengah –

(29)

Bentuk sudu turbin terdiri dari 2 bagian yang simetris.

Dimaksudkan supaya bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan

membebaskan sudu dari gaya – gaya samping. Tidak semua sudu

menerima pancaran air, hanya sebagian saja secara bergantian tergantung

posisi sudu tersebut. Jumlah nosel pada turbin pelton tergantung pada

kapasitas air. Air yang keluar melalui nosel dirubah menjadi energi

kinetik, dan pancaran air yang tinggi akan diterima sudu. Maka energi

akan dipindah dari air ke bucket sehingga runner berputar.

Untuk turbin pelton dengan daya yang kecil bisa diatur dengan

hanya menggeserkan kedudukan jarum sudu. Tekanan statis dari tinggi

air jatuh menghasilkan tekanan dinamis yang bekerja dialiran air berupa

energi kecepatan. Bila aliran air ini dihentikan secara tiba – tiba maka

energi kecepatan ini berubah menjadi energi tumbukan. Untuk

menghindari tekanan tumbukan kerjanya jarum nosel dibantu dengan

perlengkapan yang disebut dengan pembelok pancaran. Pada saat beban

turbin berkurang dengan tiba – tiba, pembelok pancaran berayun ke muka

jarum nosel lebih dulu, sehingga arah pancaran air dari nosel ke sudu

jalan menjadi berbelok. Kemudian baru jarum nosel bergeser

memperkecil penampang keluar nosel. Pembelok pancaran akan tetap

(30)

2.4.2. Bagian Utama Turbin Pelton

Pada dasarnya turbin pelton terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:

runner, nosel, rumah turbin. Turbin ini juga dilengkapi oleh transmisi,

bantalan, dan bagian kelistrikan.

1. Runner

Runner turbin pelton pada dasarnya terdiri atas piringan dan

sejumlah mangkok atau bucket yang terpasang di sekelilingnya.

Piringan terpasang pada poros dengan sambungan pasak dan

stopper. Gambar runner dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Runner

(Sumber :

PCD

(31)

- Bucket

Bucket pelton atau biasa disebut sudu yang berbentuk dua buah

mangkok. Bucket berfungsi membagi pancaran menjadi 2

bagian. Gaya pada bucket berasal dari pancaran air yang

keluar dari nosel, yang dibalikan setelah membentur sudu,

arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan

momentum, gaya inilah yang disebut gaya impuls.

- Poros

Poros merupakan penerus putaran yang terjadi pada runner.

Poros di sambungkan ke runner mengunakan pasak. Putaran

poros diteruskan ke transmisi sabuk, yang kemudian menuju

ke poros generator.

- Piringan

Piringan atau biasa di sebut disk, adalah bagian dari runner.

Bahan disk yang baik digunakan adalah bahan yang kuat, dan

diusahakan seringan mungkin. Piringan berfungsi sebagai

tempat bucket dipasang.

2. Nosel

Nosel merupakan bagian dari turbin yang sangat penting,

yang berfungsi sebagai pemancar aliran air untuk menyemprot

ke arah sudu-sudu turbin. Kecepatan air meningkat disebabkan

(32)

kecepatan tinggi akan membentur sudu turbin. Setelah

membentur sudu arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi

perubahan momentum. Bentuk nosel dapat dilihat pada gambar

2.5.

Gambar 2.5 Nosel

(Sumber :

3. Rumah Turbin

Rumah turbin berfungsi sebagai tempat nosel terpasang,

serta berfungsi membelokan air agar keluar secara teratur.

Rumah turbin juga berfungsi untuk melindungi runner dari

gangguan luar contohnya kotoran, dan cuaca.

4. Puli

Puli adalah penerus putaran dari poros turbin ke

poros selanjutnya (generator). Puli juga dapat berfungsi untuk

menaikan putaran. Pully biasa disebut transmisi sabuk. Sabuk

terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

5. Bantalan

Bantalan merupakan bagian penting dari turbin, alat ini

berfungsi sebagai penopang dari poros turbin. Putaran dari

(33)

umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros

bekerja dengan baik.

6. Kelistrikan

Turbin pelton mikrohidro dapat digunakan untuk

menggerakkan generator listrik. Untuk itu perlu adanya

komponen tambahan yang disebut generator. Generator

berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik

arus bolak- balik. Generator arus bolak-balik sering disebut

juga sebagai alternator, generator AC (alternating current),

atau generator sinkron. Dikatakan generator sinkron karena

jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan

magnet pada stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari

kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang

berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar

pada stator.

Besarnya arus yang dihasilkan oleh motor induksi tergantung

pada besarnya putaran alternator dan kekuatan medan magnet.

Altenator menghasilkan listrik dengan prinsip yang sama

pada generator DC, yakni adanya arus pengumpan yang

disebut arus eksitasi saat terjadi medan magnet disekitar

kumparan. Dari alternator dapat di ukur arus (I) dan tegangan

(34)

besarnya daya yang dihasilkan. Generator memiliki 3 bagian

yang penting, yaitu :

- Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar yang menjadi satu

dengan poros alternator yang terdapat magnet permanen

atau lilitan induksi magnet. Pada rotor terdapat bagian yang

berfungsi sebagai kutub magnet yang terletak pada sisi luar

dari lilitan. Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada

bagian depannya terdapat puli. Rotor berfungsi

menghasilkan medan magnet yang menginduksikan ke

stator.

- Stator

Stator adalah bagian yang statis pada altenator

yang berupa inti besi yang dibungkus dengan kawat

tembaga. Bagian ini berupa lilitan yang berfungsi untuk

menghasilkan arus bolak-balik (AC).

- Dioda

Dioda mengkonversi arus bolak-balik yang dihasilkan

oleh pasangan rotor dan stator menjadi arus searah.

2.4.3. Ukuran Ukuran Utama Turbin Pelton

Ukuran – ukuran utama turbin Pelton adalah :

D = Diameter lingkaran sudu yang terkena pancaran air (diameter

(35)

d = Diameter pancaran air.

n = Kecepatan putar roda turbin.

Dua masalah pokok yang ada kaitanya dalam penentuan ukuran

utama, sehingga harus diperhatikan yaitu kecepatan spesifik nq

dan batas tinggi jatuh yang diiginkan Hmaks.

2.4.4. Perancangan Turbin Pelton

a. Perhitungan Daya yang tersedia

Dari kapasitas air dan tinggi air jatuh dapat diperoleh daya yang

dihasilkan turbin yaitu (Dietzel, 1996, hal. 2) :

Dengan :

P = Daya yang tersedia ( watt )

ρ = Massa jenis air ( Kg/m3

g = Percepatan gravitasi ( m/s )

b. Pada turbin tekanan sama (turbin impuls) agar mendapatkan

randemen yang baik harus mempunyai hubungan antara kecepatan

(36)

Bagan kecepatan turbin pelton :

Gambar 2.6 Bagan Kecepatan Turbin Pelton

(Sumber : Dietzel, 1993, hal. 25)

Kecepatan pancar air (c1

)

Kecepatan tangensial (u)

c. Nosel

Menghitung luas permukaan pancar air (A)

(37)

d. Dimensi Turbin

a. Kecepatan spesifik (nq

Kecepatan spesifik merupakan suatu besaran yang penting dalam

perencanaan turbin, karena digunakan untuk memilih kecepatan

putar turbin.

)

Kecepatan spesifik (nq

Dengan :

) untuk satu nosel dapat dicari dengan

rumus :

n = Kecepatan putar turbin ( rpm )

= Kapasitas aliran ( m3

H = Tinggi jatuh air ( m ) /s )

b. Diameter roda rata rata (D)

Setelah menentukan kecepatan spesifik didapatlah kecepatan

putar turbin. Diameter roda rata-rata dapat ditentukan sebagai

berikut:

c. Perbandingan D/d

Dari perhitungan diameter roda rata-rata (D) dan diameter pancar

air (d) didapatkan perbandingan D/d. D/d perhitungan

dibandingkan D/d pada grafik sehingga dapat diketahui apakah

(38)

perbandingan D/d tersebut maka jumlah sudu (z) dapat

ditentukan.

Gambar 2.7 Harga Standar untuk Perencanaan Turbin

Pelton (Sumber: dietzel, 1993, hal 28)

d. Dimensi sudu :

Dimensi bucket (sudu) ditentukan berdasarkan gambar 2.8 :

(39)

Dimensi sudu dinyatakan dalam persen PCD perbandingan

dengan diameter.

Lebar sudu ditentukan sebesar :

Panjang sudu ditentukan sebesar :

Tinggi sudu ditentukan sebesar :

e. Poros

Diameter poros dihitung dengan persamaan (Sularso , 2004 )

sebagai berikut :

Dengan :

ds = Diameter minimal poros (mm)

P = Daya yang ditransmisikan (kW)

Fc = Faktor koreksi (Sularso, 2004, hal. 7)

n = Putaran poros (rpm)

Pd = fc × P (kW)

(40)

τa

σ

= Tegangan geser yang terjadi

B

1,0 – 1,5 jika dikenakan sedikit beban kejutan atau tumbukan,

dan 1,5 – 3,0 jika beban kejutan atau tumbukan besar.

Tabel 2.2. Faktor – factor koreksi daya yang akan ditransmisikan fc

f. Kecepatan pancar air

Untuk mengetahui kecepatan pancar air dari setiap nosel,

dapat dihitung dengan persamaan :

Dengan :

v = Kecepatan pancar air (m/s)

= Debit (m3

A = Luas penampang nosel (mm /s)

2

)

Daya yang akan ditransmisikan fc

Daya rata - rata yang diperlukan 1,2 - 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2

(41)

g. Daya yang dihasilkan turbin

dengan :

Pout

V = Tegangan (Volt)

= Daya yang dihasilkan turbin (Watt)

I = Arus (Ampere)

h. Efisiensi Turbin

dengan :

= Efisiensi yang dihasilkan turbin (%)

Pout

P

= Daya yang dihasilkan turbin (Watt)

(42)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. PERANCANGAN ALAT

Turbin pelton merupakan jenis turbin impuls. Turbin pelton terdiri

dari beberapa sudu jalan, yang diputar oleh pancaran air yang keluar dari

suatu alat yang disebut nosel. Pada perancangan ini yang pertama dilakukan

adalah memilih ukuran turbin. Turbin dirancang berdasarkan debit dan tinggi

jatuh air (head). Setelah perhitungan langkah selanjutnya adalah pembuatan

alat. Besaran - besaran turbin ditentukan berdasarkan kecepatan spesifik.

Dengan diketahuinya kecepatan spesifik, maka kontruksi turbin

keseluruhannya dan kondisi kerjanya dapat diketahui.

Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan alat adalah membuat

piringan runner terlebih dahulu yang terbuat dari bahan alumunium sesuai

dengan ukuran yang sudah ditentukan. Kedua adalah membuat cetakan sudu

menggunakan silicon kaca. Ketiga membuat sudu yang terbuat dari bahan

resin. Setelah pembuatan piringan dan sudu selesai, sudu tersebut dipasang di

sekeliling piringan dengan setiap sudu dikancing menggunakan dua buah

baut, kemudian dipasang pada poros dan pada poros dikancing dengan

sebuah stopper agar tidak terjadi slip. Selanjutnya adalah membuat rumah

turbin dan rangka alat yang terbuat dari besi siku. Rumah turbin dibuat

sedemikian rupa sehingga mampu untuk menahan beban putaran dari turbin.

(43)

3.2. PERHITUNGAN TURBIN

Dalam perancangan ini perhitungan dilakukan berdasarkan parameter

yang sudah ditentukan. Parameter tersebut adalah :

Kapasitas air = 6 liter/secon = 0,006 m3

Tinggi jatuh air ( H ) = 15 m

/s

Grafitasi ( g ) = 9,81 m/s

Randemen turbin ( η

2

T

Masa jenis air ( ρ ) = 1000 Kg/m ) = 70 %

Dari parameter tersebut maka didapat :

3

Daya yang dihasilkan turbin ( P ) :

(44)

Kecepatan tangensial ( u )

Luas permukaan pancar air ( A )

(45)

Tabel 3.1 Tabel Kecepatan Spesifik

Kecepatan putar turbin (rpm) 75 150 300 500 750 1000 1500

1 nosel nq (rpm) 0,76 1,53 3,06 5,1 7,65 10,2 15,3

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat terdapat berbagai variasi kecepatan

putar dan kecepatan spesifik. Berdasarkan Tabel 3.1 maka putaran (n)

yang dipilih dalam perhitungan ini adalah 1000 rpm, sehingga nq = 10,2

rpm.

Diameter pancar air ( d )

(46)

Perhitungan D/d

Berdasarkan gambar 2.14 didapat perbandingan D/d adalah 7,5

Karena D/d hitungan lebih besar dari D/d grafik maka perbandingan

D/d memenuhi syarat.

Jumlah sudu (z) ditentukan dari gambar 2.7 yaitu sebanyak 16 buah.

Dimensi sudu

Rumus untuk menghitung dimensi sudu dapat ditentukan dari gambar

2.8.

Dimensi sudu adalah sebagai berikut :

Lebar Sudu = 0,34 x 16,4

= 55,8 mm

Panjang Sudu = 0,38 x 16,4

= 62,3 mm

Tinggi Sudu = 0,12 x 16,4

(47)

Perencanaan Poros

fc adalah faktor koreksi, pada persoalan ini dipilih sebesar 1,2 karena

dibutuhkan daya yang maksimum.

Daya rencana :

Torsi :

Bahan poros dari baja karbon S30 C ( Sularso, 2004, hal. 5) :

(48)

Diameter poros

Diameter minimal poros dihitung dengan rumus ( Sularso, 2004, hal.8 )

Kt dipilih sebesar 1,5 karena diperkirakan terjadi sedikit kejutan atau

tumbukan.

Cb dipilih sebesar 0,1 karena diperkirakan tidak akan terjadi

pembebanan lentur.

( Diameter perancangan poros menggunakan 17 mm )

3.3. PEMBUATAN TURBIN

3.3.1 Pembuatan Turbin

a) Pembuatan Bucket Turbin

Bucket atau yang disebut dalam bahasa Indonesia sebagai sudu,

merupakan bagian yang penting dari turbin. Bucket ini berfungsi

menerima gaya pancar air. Ukuran bucket dibuat seperti pada

(49)

Langkah – langkah pembuatan sudu adalah :

-Pada perancangan ini cetakan sudu terbuat dari silicon kaca. Membuat cetakan sudu

-Box cetakan sudu dibuat mengikuti pola cetakan sudu. Membuat box cetakan

-Resin dicampur dengan pengeras ( katalis ) dengan perbandingan 10

: 2. Campuran resin dan katalis dituang ke dalam cetakan dan

dibiarkan mengering. Pengecoran resin

-Resin yang sudah mengeras atau sudah berbentuk sudu diambil dari

cetakan. Sudu yang sudah jadi dirapikan, karena pada hasil

pengecoran terdapat sisa – sisa pada saluran masuk dan saluran

buang. Sisa – sisa tersebut dibuang dengan cara dipotong. Kemudian

diamplas, sehingga menjadi halus. Lalu dibuat lubang baut pada

tangkai sudu. Sudu dapat dilihat seperti pada gambar 3.1. Finishing

(50)

b) Pembuatan Disc Turbin

Disc atau juga biasa disebut dengan cakra, dalam penelitian ini dibuat

dari bahan alumunium. Keuntungan dari bahan ini adalah ringan dan

tahan terhadap karat. Plat alumunium tersebut dibubut untuk dibuat

bentuk seperti pada gambar 3.2. Langkah selanjutnya adalah pembuatan

lubang tepat di tengah piringan untuk penempatan poros. Kemudian

selanjutnya membuat lubang lubang di tepi piringan, lubang – lubang

inilah yang berfungsi untuk menempatkan baut yang digunakan untuk

mengunci bucket.

Gambar 3.2 Piringan ( Disc )

(51)

c) Pembuatan Poros

Poros turbin merupakan penerus putaran dari runner. Pada perancangan

ini poros dibuat mengunakan poros dari bahan besi yang dibubut

bertingkat. Bentuk poros dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Poros

d) Pembuatan Nosel

Nosel merupakan tempat terjadinya perubahan tekanan air menjadi

kecepatan. Pada perancangan ini nosel dibuat menggunakan sambungan

pipa. Nosel ini memiliki diameter masuk 1” dan diameter keluar ¾” dan

½”. Nosel dibuat seperti pada gambar 3.5.

(52)

e) Pembuatan Rumah Turbin

Rumah turbin berfungsi untuk membelokan percikan air agar keluar

dengan teratur. Rumah turbin juga berfungsi sebagai tempat dimana

runner dan nosel berada. Pada rumah turbin ini disambungkan dengan

dudukan generator. Bahan untuk pembuatan rumah turbin terdiri dari

besi plat dan akrilit. Rumah turbin dapat dilihat pada gambar 3.6.

(53)

3.4. PENELITIAN ALAT

3.4.1. Alat yang digunakan

a. Hydrant

b. Bak penampung air

c. Selang

d. Turbin Pelton yang sudah dirangkai.

e. Nosel berupa sambungan pipa yang berdiameter ½” dan ¾”.

f. Generator listrik

g. Lampu sebagai beban.

h. Multimeter untuk mengukur arus dan tegangan yang dihasilkan

turbin.

i. Tachometer untuk mengukur putaran.

3.4.2. Cara Kerja Alat

Turbin Pelton akan bekerja pada tempat yang memiliki energi potensial

air, seperti pada air terjun atau aliran sungai. Pada penelitian ini energi air

diambil dari pompa hydrant. Air dari hydrant ditampung pada bak yang

ditempatkan pada ketinggian 15 meter. Kemudian air dari bak tersebut

dialirkan ke turbin yang berada di bawah melalui selang. Selang tersebut

dihubungkan ke penstock. Pada penstock dipasang sebuah kran untuk

membuka dan menutup aliran air. Pada gambar 3.7 dapat dilihat urutan

(54)

Nosel Kran

Generator Beban lampu

Gambar 3.7. Urutan Kerja Alat

3.4.3. Variabel yang diukur

- Putaran generator

- Arus yang dihasilkan generator

- Tegangan yang dihasilkan generator

- Debit air pada nosel ½” dan ¾”

3.4.4. Variabel yang divariasi

- Diameter nosel menggunakan ½” dan ¾”

- Jumlah sudu turbin 16 dan 18

- Beban menggunakan lampu 12/21 Volt 6 Watt. Dengan variasi

pembebanan 5W, 10W, 15W, 21W, 26W, 52W, 78W, 104W,

130W, 156W, 182W, 208W, 234W, 239W, 244W, 249W dan

beban maksimal 260W.

Hydrant

Penampung air

(55)

3.4.5. Pengambilan Data

Langkah – langkah pengambilan data :

a. Alat alat yang diperlukan dipersiapkan

b. Pompa hydrant dihidupkan

c. Kran pada penstock dibuka

d. Debit pada nosel ¾” diukur

e. Kran pada penstock ditutup

f. Kran pada penstock dibuka

g. Debit pada nosel ½” diukur

h. Penstock dipasang pada rumah turbin dan dipasang nosel ¾”

i. Kran pada penstock dihidupkan

j. Putaran, arus dan tegangan yang dihasilkan generator dengan

runner sudu 18 dan nosel ¾” dalam berbagai variaasi pembebanan

diukur.

k. Kran ditutup

l. Ulangi langkah i sampai k dengan menggunakan nosel ½”

m. Pompa hydrant dimatikan

n. Runner sudu 18 diganti dengan runner sudu 16

o. Ulangi langkah i sampai l dengan menggunakan runner sudu 16.

p. Pompa hydrant dimatikan.

(56)

3.4.6. Pengolahan Data dan Analisa Data

Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya yang dilakukan adalah

pengolahan data, pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

a. Menghitung potensial daya air

b. Menghitung daya yang dihasilkan turbin

c. Menghitung efisiensi

d. Membuat grafik hubungan daya dengan putaran

(57)

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan pengujian unjuk kerja pada turbin pelton tersebut,

maka data yang didapatkan adalah :

4.1.1. Data Pengukuran Debit pada Nosel Diameter ¾” dan ½”

Tabel 4.1 Data Pengukuran Debit pada Diameter Nosel ¾” dan ½”

Debit air pada nosel diameter ¾” 2,5 l/s Debit air pada nosel diameter ½” 2,04 l/s

4.1.2 Data Pengujian Turbin Pelton Sudu 18 Diameter Nosel ¾”

(58)
(59)
(60)
(61)

4.2 PERHITUNGAN

Setelah data – data yang didapatkan, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan perhitungan untuk menghitung daya masuk ( Pin ), daya keluar

( Pout

4.2.1 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ¾” ) serta efisiensi.

Contoh Perhitungan

%

(62)

Tabel 4.6 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ¾”

No Pin Pout Efisiensi

1 367,86 0,00 0,00

2 367,86 30,40 11,35

3 367,86 20,40 7,60

4 367,86 29,50 11,00

5 367,86 39,90 14,89

6 367,86 25,20 9,42

7 367,86 22,10 8,26

8 367,86 19,80 7,38

9 367,86 15,80 5,89

10 367,86 12,00 4,49

11 367,86 9,90 3,70

12 367,86 9,30 3,48

13 367,86 7,20 2,69

14 367,86 5,20 1,94

15 367,86 6,40 2,40

16 367,86 5,10 1,91

17 367,86 7,20 2,70

18 367,86 6,00 2,25

4.2.2 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ½”

(63)

%

Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Daya dan Efisiensi pada Sudu 18 Diameter Nosel ½”

No Pin Pout Efisiensi

1 298,72 0,00 0,00

2 298,72 48,10 16,10

3 298,72 39,50 13,23

4 298,72 64,50 21,51

5 298,72 58,00 19,42

6 298,72 69,00 23,27

7 298,72 81,50 27,30

8 298,72 73,10 24,46

9 298,72 74,00 24,79

10 298,72 59,30 19,85

11 298,72 57,70 19,32

12 298,72 41,30 13,84

13 298,72 39,10 13,08

14 298,72 33,40 11,18

15 298,72 29,80 9,99

16 298,72 32,00 10,73

17 298,72 23,40 7,83

(64)

4.2.3 Perhitungan Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ¾”

Contoh Perhitungan

%

(65)

Tabel 4.8 Daya dan Efisiensi pada Sudu 16 Diameter Nosel ¾”

No Pin Pout Efisiensi

1 367,86 0,00 0,00

2 367,86 12,95 3,52

3 367,86 23,52 6,39

4 367,86 30,34 8,25

5 367,86 31,33 8,52

6 367,86 38,85 10,56

7 367,86 44,54 12,11

8 367,86 48,93 13,30

9 367,86 46,93 12,76

10 367,86 23,51 6,39

11 367,86 33,76 9,18

12 367,86 26,38 7,17

13 367,86 28,23 7,67

14 367,86 16,42 4,46

15 367,86 19,44 5,29

16 367,86 17,96 4,88

17 367,86 15,93 4,33

18 367,86 15,14 4,12

(66)

%

Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Daya dan Efisiensi pada sudu 16 Diameter Nosel ½”

No Pin Pout Efisiensi

1 298,72 0,00 0,00

2 298,72 25,10 8,40

3 298,72 43,54 14,58

4 298,72 60,46 20,24

5 298,72 52,90 17,71

6 298,72 59,67 19,97

7 298,72 79,30 26,55

8 298,72 79,52 26,62

9 298,72 62,80 21,02

10 298,72 60,07 20,11

11 298,72 49,85 16,69

12 298,72 40,57 13,58

13 298,72 36,88 12,35

14 298,72 37,59 12,58

15 298,72 44,63 14,94

16 298,72 31,33 10,49

(67)

4.3 PEMBAHASAN

4.3.1 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 18

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Daya dengan Putaran pada Jumlah Sudu 18

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran pada Jumlah Sudu 18

(68)

Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa daya terbaik yang dihasilkan turbin

menggunakan nosel ¾” pada runner jumlah sudu 18 yaitu 29,50 Watt dicapai pada

putaran 301,90 rpm. Sedangkan pada nosel ½” daya terbaik yang dihasilkan

turbin yaitu 76,15 Watt, pada putaran generator 300,80 rpm. Pada perubahan

ukuran nosel dari ¾” menjadi ½” mengakibatkan kenaikan daya sebesar 46,65

Watt atau sebesar 158,14 %. Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa efisiensi

terbaik pada diameter nosel ¾” yaitu 10,83 % pada putaran generator 301,90 rpm.

Sedangan pada nosel diameter ½” efisiensi terbaik yaitu 25,55 % dicapai pada

putaran 300,80 rpm. Pada perubahan ukuran diameter nosel dari ¾” menjadi ½”

mengakibatkan kenaikan efisiensi sebesar 135,92 %.

4.3.2 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 16

(69)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Putaran pada Jumlah Sudu 16

Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa daya terbaik yang dihasilkan turbin

pada jumlah sudu 16 menggunakan diameter nosel ¾” yaitu 41,8 Watt yang

dicapai pada putaran 220,33 rpm. Sedangkan pada diameter nosel ½” daya

terbaik yang dihasilkan turbin yaitu 74,95 Watt, dicapai pada putaran generator

308,60 rpm. Pada perubahan ukuran nosel dari ¾” menjadi ½” mengakibatkan

kenaikan daya sebesar 33,15 Watt atau sebesar 79,31 %. Pada gambar 4.4

menunjukkan bahwa efisiensi terbaik pada turbin jumlah sudu 16 diameter nosel

¾” yaitu 11,3 % dicapai pada putaran generator 205,8 rpm. Sedangkan pada nosel

½” efisiensi terbaik yaitu 25,1 % dicapai pada putaran 308,60 rpm. Pada

perubahan ukuran diameter nosel dari ¾” menjadi ½” mengakibatkan kenaikan

efisiensi sebesar 122,12 %.

(70)

4.3.3 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾”

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Daya pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾”

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ¾”

(71)

Dari gambar 4.5 dapat dilihat bagaimana perbandingan daya yang

dihasilkan turbin menggunakan diameter nosel ¾” pada runner jumlah sudu 18

dan 16. Pada runner jumlah sudu 16 menghasilkan daya terbaik sebesar 41.93

Watt. Sedangkan pada runner jumlah sudu 18 menghasilkan daya terbaik sebesar

29,30 Watt. Jadi penambahan jumlah sudu pada diameter nosel ¾” mengakibatkan

penurunan daya sebesar 12,63 Watt atau sebesar 43,11 %. Pada gambar 4.6 dapat

dilihat bagaimana perbandingan efisiensi yang dihasilkan turbin menggunakan

diameter nosel ¾”. Pada runner jumlah sudu 16 menghasilkan efisiensi terbaik

sebesar 11,46 %. Sedangkan pada runner jumlah sudu 18 menghasilkan efisiensi

terbaik sebesar 10,8%. Jadi penambahan jumlah sudu pada nosel ¾”

mengakibatkan penurunan efisiensi sebesar 6,1 %. Jadi penambahan jumlah sudu

dari 16 menjadi 18 pada nosel ¾” mengakibatkan penurunan daya dan efisiensi.

4.3.4 Daya dan Efisiensi pada Jumlah Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½”

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Daya pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½”

(72)

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Efisiensi pada Sudu 18 dan 16 Diameter Nosel ½”

Dari gambar 4.7, dapat dilihat bagaimana perbandingan Daya yang

dihasilkan turbin menggunakan diameter nosel ½” pada runner jumlah sudu 16

dan 18. Pada runner jumlah sudu 16 menghasilkan daya terbaik sebesar 74,95

Watt. Sedangkan pada runner jumlah sudu 18 menghasilkan daya terbaik sebesar

76,15 Watt. Jadi penambahan jumlah sudu pada diameter nosel ½” mengakibatkan

kenaikan daya sebesar 1,2 Watt atau sebesar 1,6 %. Pada gambar 4.8 dapat dilihat

bagaimana perbandingan efisiensi yang dihasilkan turbin menggunakan diameter

nosel ½” pada runner jumlah sudu 16 dan 18. Pada runner jumlah sudu 16

menghasilkan efisiensi terbaik sebesar 25,1 %. Sedangkan pada runner jumlah

sudu 18 menghasilkan efisiensi terbaik sebesar 25,55 %. Jadi penambahan jumlah

sudu pada diameter nosel ½” mengakibatkan kenaikan efisiensi sebesar 1,7 %.

(73)

Pada runner jumlah sudu 16, perubahan diameter nosel dari ¾” menjadi ½”

menaikkan daya sebesar 33,15 Watt dan efisiensi sebesar 11,3 %. Pada runner

jumlah sudu 18, perubahan diameter nosel dari ¾” menjadi ½” menaikkan daya

sebesar 46,65 Watt atau sebesar 158,14 % dan menaikkan efisiensi sebesar 135,92

%. Semakin kecil diameter nosel, putaran dari runner akan semakin cepat. Hal ini

disebabkan kecepatan pancaran air semakin tinggi sehingga momentum air

menjadi semakin besar. Kecepatan pancar air yang semakin tinggi dan momentum

yang semakin besar mengakibatkan daya yang dicapai juga semakin tinggi.

Kecepatan pancaran air pada diameter nosel ½” lebih tinggi dari pada nosel ¾”

dapat juga dibuktikan dari perhitungan. Kecepatan pancaran air dapat dihitung

dengan :

=

4,63 m/s

=

12,76 m/s

Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah sudu dan diameter nosel

mempengaruhi putaran, daya dan efisiensi yang dihasilkan. Jika jumlah sudu

ditambah dan diameter nosel diperkecil maka putaran menjadi semakin tinggi,

(74)

Daya dan efisiensi yang dihasilkan turbin tidak sesuai dengan perhitungan

teoritis. Hal ini disebabkan pada saat penelitian terjadi rugi-rugi dan hambatan

dalam pengambilan data, yaitu :

1. Rugi – rugi pada nosel, karena saluran dari nosel tidak rata yang

disebabkan oleh sambungan – sambungan yang terdapat pada nosel.

2. Rugi – rugi pada puli, karena gesekan antara sabuk dan puli.

3. Rugi – rugi pada selang atau saluran air, karena selang yang

digunakan tidak rigit, sehingga aliran air menjadi kurang lancar.

4. Rugi – rugi pada debit, karena debit kurang stabil.

5. Rugi – rugi pada sambungan – sambungan antar pipa, karena

perbedaan diameter pipa.

6. Rugi – rugi pada runner, karena putaran runner tidak stabil, hal ini

karena pemasangan sudu – sudunya kurang presisi.

7. Rugi – rugi pada poros, karena posisi poros yang tidak lurus

menjadikan putaran tidak stabil.

(75)

58

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian turbin pelton, dengan variasi pengambilan data

berupa diameter nosel, jumlah sudu, dan beban, maka dapat disimpulkan:

1. Daya tertinggi diperoleh ketika menggunakan turbin dengan

jumlah 18 dan nosel ½”, yaitu sebesar 76,15 Watt.

2. Efisiensi tertinggi diperoleh ketika menggunakan turbin dengan

jumlah 18 dan nosel ½”, yaitu sebesar 25,55 %.

3. Pada runner jumlah sudu 18, perubahan diameter nosel dari ¾”

menjadi ½” menaikkan daya sebesar 158,14% dan efisiensi

sebesar 135,92 %

4. Pada runner jumlah sudu 16, perubahan diameter nosel dari ¾”

menjadi ½” menaikkan daya sebesar 79,31 % dan efisiensi sebesar

122,12 %.

5. Penambahan jumlah sudu dari 16 menjadi 18 buah pada diameter

nosel ¾” mengakibatkan penurunan daya sebesar 43,11 % dan

penurunan efisiensi sebesar 6,1 %.

6. Penambahan jumlah sudu dari 16 menjadi 18 buah pada diameter

nosel ½” mengakibatkan kenaikan daya sebesar 1,6 % dan

(76)

5.2 SARAN

Beberapa saran yang penting untuk penelitian pada bidang sejenis

dengan penelitian ini atau yang ingin mengembangkan penelitian ini :

1. Dalam pembuatan nosel hendaknya dibuat dengan tingkat

kehalusan semaksimal mungkin, agar pancaran air yang keluar

dari nosel lebih maksimal.

2. Pada saat pembuatan pola sudu sebaiknya dibuat lebih presisi,

agar hasil lebih baik.

3. Pemasangan sudu sebaiknya dibuat presisi agar putaran runner

stabil.

4. Saluran air sebaiknya menggunakan pipa bukan selang.

(77)

60

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Memahami Alternator

Anonim, 2011, Microhydropower

Anonim, 2011, Pelton Turbine

Anonim, 2011, Turbi

Dietzel, Fritz, 1996, Turbin Pompa dan Kompresor, cetakan ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Maher, Phillip, 2009, Pico Power Pack, www.eee.nottingham.ac.uk/picohydro/docs/ fabass (ch1-4).pdf

Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Cetakan ke-11. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)

Gambar

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Daya
Gambar 2.4 Runner
Tabel 2.2. Faktor – factor koreksi daya yang akan ditransmisikan f
Gambar 3.3 Runner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Membuat runner turbin aliran silang dengan menggunakan sudu dari pipa yang dibelah untuk pembangkit listrik agar mudah dibuat oleh masyarakat.. Mengetahui dan

Turbin Aliran Silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 mampu menghasilkan daya sebesar 59,80 watt pada variasi tinggi nosel 9 mm dengan debit 8,2 l/s. Pada penelitian

Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiri.A menghasilkan daya maksimum sebesar 191 Watt pada jumlah sudu turbin 20 buah, dan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti karakteristik turbin Pelton dengan sudu berbentuk mangkuk, sudu berbentuk silinder dibelah dua, dan sudu Mitchell yang

Jumlah sudu mempengaruhi unjuk kerja turbin helik dimana dari haril pengujian untuk sudu NACA 0030 panjang chord 25 cm dengan variasi jumlah sudu 2, 3 dan 4 yang telah

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti karakteristik turbin Pelton dengan sudu berbentuk mangkuk, sudu berbentuk silinder dibelah dua, dan sudu Mitchell yang

Pada turbin yang menggunakan diameter nozel 8 mm daya turbin pada sudu 19 yaitu sebesar 1,91 Watt pada jumlah sudu 21 yaitu sebesar 2,15 Watt dan sudu 23 sebesar 1,95 Watt jadi daya