KEMAMPUAN SISWA MENGERJAKAN SOAL KOMPLEKS SECARA SISTEMATIS (STUDI KASUS PADA SMA N 1 DEPOK KELAS XI. IPA 1)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Simfrosa Talaga NIM. 031424035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Keagungan terbesar bukan tercapai karena tidak pernah gagal, namun karena selalu bangkit setiap kita jatuh.
(Confucius)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
T uhan Yesus Krist us, Bunda Maria
Bapakku Laurent ius. J (Alm), Ibuku Helena. G, adik-adikku ” Edem & T iko” , abang
bona, Bernan(” Q_nyuk” ), adik-adik angkat an sert a almamat erku.
ABSTRAK
Simfrosa Talaga: KEMAMPUAN SISWA MENGERJAKAN SOAL YANG KOMPLEKS SECARA SISTEMATIS. (Studi Kasus Pada SMA N 1 Depok Babarsari kelas XI IPA. 1). Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa mengerjakan soal kompleks secara sistematis.
Penelitian dilakukan di SMA N 1 DEPOK pada tanggal 23 Agustus dan 30 Agustus 2008. Subyek penelitian siswa-siswi kelas X1 IPA 1. Instrumen yang digunakan berupa tes uraian yang terdiri dari dua soal kompleks. Tes dilaksanakan sebanyak dua tahap, yaitu tahap pertama tes dikerjakan secara bebas dan tahap kedua tes dikerjakan menggunakan lima langkah, yaitu (1) mendeskripsikan peristiwa dengan gambar, (2) menulis yang diketahui, (3) menulis yang ditanyakan, (4) merancang penyelesaian soal, dan (5) merealisasikan rancangan penyelesaian soal. Metode analisis data kemampuan siswa mengerjakan soal dinyatakan dalam persen (%) melalui jumlah skor yang diperoleh dalam dua tahap tes dan ditentukan dengan kriteria kualifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tes tahap pertama untuk setiap kemampuan seluruh siswa kualifikasi kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar sangat kurang, kualifikasi kemampuan menulis yang diketahui dan kemampuan menulis yang ditanyakan sangat mampu, kualifikasi kemampuan menyelesaikan soal mampu. Kualifikasi seluruh kemampuan seluruh siswa untuk tes tahap pertama cukup mampu. Sebagian besar siswa mengerjakan soal dimulai dari langkah: diketahui, ditanyakan dan jawab. Pada tahap ini tidak muncul langkah merancang penyelesaian. Sedangkan pada tes tahap kedua untuk setiap kemampuan pada seluruh siswa kualifikasi kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar cukup mampu, kualifikasi kemampuan menulis yang diketahui sangat mampu, kualifikasi kemampuan menulis yang ditanyakan mampu, kualifikasi kemampuan menulis rancangan penyelesaian soal sangat mampu dan kualifikasi kemampuan merealisasikan rancangan sangat mampu. Sedangkan kualifikasi seluruh kemampuan pada seluruh siswa untuk tes tahap kedua sangat mampu.
ABSTRACT
Simfrosa Talaga: Students’ Ability to Systematically Solve Complex Problems. (Case Study On Grade XI IPA. 1-SMA N 1 Depok Babarsari). Physic Education Program, Department of Mathematic and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta 2009.
This study aimed to determine the level of student’s ability to systematically solve complex problems.
This Study was conducted in the SMA N 1 DEPOK on 23 August and 30 August 2008. The subject of this research is students at Grade X1 IPA 1. The instrument was the essay test which consists of two complex problems. The test was conducted in two phases, the first test was freely done by students and the second test was done using the five steps, namely (1) describing phenomenon in pictures format, (2) writing a known information, (3) writing problem statement, (4) designing problem solving, and (5) using the design to solve problem. A method of data analysis was descriptive analysis to describe the students’ ability in the form of percentage of scores obtained by students in the two-stage of test. The students’ ability is classified using a certain criteria.
The results of research revealed that in the first test, the students’ ability in describing phenomenon in pictures format is classified as poor, in writing known information and writing problem statement is very capable and in solving problem is capable. The overall qualification of students’ ability in solving problem of the first test is quite capable. Most of the students started to solve the problem in the following steps: writing known information, writing problem statement, and solving the problem. Most of them did not using a certain design for solving the problem. Meanwhile in the second test the students’ ability in describing phenomenon in pictures format is quite capable, in writing known information is very capable, in writing problem statement is capable, and in designing problem solving is very capable. The overall qualification of students’ ability in solving problem of the second test is very capable.
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan karena berkat penyelenggaraanNya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul kemampuan siswa mengerjakan soal kompleks secara
sistematis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak selesai tanpa campur tangan dari
beberapa pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga
akhir.
Karena itu sepantasnya, penulisan ucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., sebagai Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma.
2. Drs. Domi Severinus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah
setia dan sabar membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Dosen-Dosen Pendidikan Fisika yang telah memberi bekal pengetahuan.
5. Laboratorium Micro Teaching JPMIPA (Mas Agus) yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi.
6. Sekretariat JPMIPA (Pak Sugeng, Pak Narjo dan mba Heni) yang telah
membantu persiapan penelitian.
7. Bapak Riswiyanto MP, S.Pd., sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Depok yang
telah memberi izin sehingga dapat melakukan penelitian.
8. Ibu Helen sebagai guru fisika SMA N 1 DEPOK yang telah banyak
membantu selama proses penelitian.
9. Siswa kelas XI. IPA 1 SMA N 1 DEPOK yang telah ikut ambil bagian dalam
penelitian.
10. Alm.Bapakku, Ibuku, Adik-adikku, Abangku dan keluarga di Rangkasbitung
yang telah memberi doa, semangat dan dukungan.
11. Bernandinus Rizki Raharjdo, S.Pd., yang telah banyak membantu baik
material, semangat dan dukungannya.
12. Khuznul Kotimah (P.fis’05), Nita (P.fis’05), Gita (P.fis’03), Lorensius Retno
(P.fis’03) yang telah membantu pada saat penelitian.
13. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta
menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata semoga penelitian ini bermanfaat bagi setiap
pembaca.
Yogyakarta, 5 Januari 2009
Penulis
Simfrosa Talaga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ...vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II DASAR TEORI A. Tujuan Pembelajaran Fisika ... 4
B. Hasil Belajar Fisika ... 6
C. Problem Solving (Pemecahan Soal Fisika) ... ...8
D. Soal Kompleks ... 20
E. Tes ... 21
1. Tes Lisan ... 22
2. Tertulis ... 22
a. Obyektif ... 22
b. Uraian ... 23
1) Uraian Bebas ... 24
2) Uraian Tak Bebas ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 27
B. Subyek Penelitian ... 27
C. Metode Pengumpulan Data ... 27
D. Instrumen Penelitian ... 27
E. Metode Analisis Data ...28
(1) Penyekoran Pekerjaan Siswa ... 28
(2) Analisis Kemampuan Siswa Mengerjakan Soal Kompleks ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriftif Pelaksanaan Penelitian ... 35
B. Analisis Data ... 36
1. Tes Tahap Pertama ... 36
1) Analisis Kemampuan Setiap Siswa ... 36
a) Setiap Kemampuan ... 37
b) Seluruh Kemampuan ... 43
2) Analisis Kemampuan Seluruh Siswa... 45
a) Setiap Kemampuan ... 45
b) Seluruh Kemampuan ... 46
2. Tes Tahap Kedua ... 46
1) Analisis Kemampuan Setiap Siswa ... 46
a) Setiap Kemampuan ... 47
b) Seluruh Kemampuan ... 47
2) Analisis Kemampuan Seluruh Siswa... 56
a) Setiap Kemampuan ... 57
b) Seluruh Kemampuan ... 58
D. Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN
Lampiran 1 Soal-Soal Tes Tahap Pertama ... 65
Lampiran 2 Soal-Soal Tes Tahap Kedua ... 66
Lampiran 3 Lembar Jawab Tes Tahap Kedua... 67
Lampiran 4 Tabel Kemungkinan Jawaban Dan Penyekoran Yang Dikerjakan Secara
Bebas ... 69
Lampiran 5 Tabel Kemungkinan Jawaban Dan Penyekoran Yang Dikerjakan
Menggunakan Lima Langkah ... 73
Lampiran 6 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Pertama Kemampuan Setiap
Siswa Pada Setiap Kemampuan... 78
Lampiran 7 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Pertama Kemampuan Setiap
Siswa Pada Seluruh Kemampuan... 79
Lampiran 8 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Pertama Kemampuan Seluruh
Siswa Pada Setiap Kemampuan... 80
Lampiran 9 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Pertama Kemampuan Seluruh
Siswa Pada Seluruh Kemampuan... 81
Lampiran 10 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Kedua Kemampuan Setiap
Siswa Pada Setiap Kemampuan... 82
Lampiran 11 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Kedua Kemampuan Setiap
Siswa Pada Seluruh Kemampuan... 83
Lampiran 12 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Kedua Kemampuan Seluruh
Siswa Pada Setiap Kemampuan... 84
Lampiran 13 Skor Hasil Pekerjaan Siswa Tes Tahap Kedua Kemampuan Seluruh
Siswa Pada Seluruh Kemampuan... 85
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 1. Kriteria Penyekoran Jawaban ... ... 29
Tabel 2. Setiap kemampuan pada setiap siswa... 31
Tabel 3. Seluruh kemampuan pada setiap siswa ... 32
Tabel 4. Penentuan kualifikasi skor kemampuan pada setiap siswa... 32
Tabel 5. Setiap aspek kemampuan seluruh siswa... 33
Tabel 6. Seluruh aspek kemampuan pada seluruh siswa... 33
Tabel 7. Penentuan kualifikasi kemampuan seluruh siswa ... 34
Tabel 8. Kualifikasi kemampuan setiap siswa kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar ... 37
Tabel 9. Distribusi kualifikasi kemampuan siswa mendeskripsikan peristiwa dengan gambar ... 38
Tabel 10. Kualifikasi kemampuan setiap siswa menulis yang diketahui .. ... ... 39
Tabel 11. Distribusi kualifikasi kemampuan siswa siswa menulis yang diketahui ... 40
Tabel 12. Kualifikasi kemampuan setiap siswa menulis yang ditanyakan... 40
Tabel 13. Distribusi kualifikasi kemampuan siswa menulis yang ditanyakan... 41
Tabel 14. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
menyelesaikan soal... 42
Tabel 15. Distribusi kualifikasi kemampuan siswa
Menyelesaikan soal ... 43
Tabel 16. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
pada seluruh kemampuan... 44
Tabel 17. Distribusi kualifikasi kemampuan setiap siswa
pada seluruh kemampuan... 45
Tabel 18. Kualifikasi kemampuan seluruh siswa
pada setiap kemampuan untuk tes tahap pertama ... 46
Tabel 19. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
Mendeskripsikan peristiwa dengan gambar ... 47
Tabel 20. Distribusi kualifikasi kemampuan setiap siswa
mendeskripsikan peristiwa dengan gambar ... 48
Tabel 21. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
menulis yang diketahui ... 49
Tabel 22. Distribusi kualifikasi kemampuan setiap siswa
menulis yang diketahui ... 50
Tabel 23. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
menulis yang ditanyakan ... 50
Tabel 24. Distribusi kualifikasi kemampuan setiap siswa
menulis yang ditanyakan ... 51
Tabel 25. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
merancang penyelesaian soal ... 52
Tabel 26. Distribusi kualifikasi kemampuan setiap siswa
merancang penyelesaian soal ... 53
Tabel 27. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
merancang penyelesaian soal ... 53
Tabel 28. Distribusi kualifikasi setiap siswa
merancang penyelesaian soal ... 54
Tabel 29. Kualifikasi kemampuan setiap siswa
pada seluruh kemampuan... 55
Tabel 30. Distribusi kualifikasi kemampuan setiap siswa
pada seluruh kemampuan... 56
Tabel 31. Kualifikasi kemampuan seluruh siswa
pada setiap kemampuan untuk tes tahap kedua... 57
Tabel 32. Kualifikasi seluruh siswa
pada setiap kemampuan pada tes tahap pertama... 59
Tabel 33. Kualifikasi kemampuan seluruh siswa
pada setiap kemampuan untuk tes tahap kedua... 59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam proses pembelajaran fisika, pemecahan soal yang kompleks secara
sistematis merupakan aspek yang sangat penting di samping menyangkut penerapan
pengetahuan yang telah diperoleh melalui proses belajar sebagai sarana untuk
memperoleh pengetahuan baru. Kadang siswa masih menghadapi kesulitan untuk
menyelesaikan soal fisika yang berbentuk esai, sehingga hasil yang diperoleh tidak
optimal dan gagal.
Kegagalan siswa dalam menyelesaikan soal fisika ragam esai dapat
disebabkan beberapa hal diantaranya: karena kurang menguasai materi, tidak
dibiasakan atau dituntut menyelesaikan soal secara sistematis. Dalam hal ini siswa
sering menggunakan cara yang tidak masuk akal, hubungan yang sama sekali tidak
sesuai dengan masalah ketika siswa harus menyelesaikan soal.
Menguasai bukan sekedar mengetahui konsep saja, tetapi juga memahami
konsep fisika tersebut. Penguasaan tersebut tampak ketika siswa mampu
menyelesaikan soal fisika secara benar dan lengkap, baik soal sebagai latihan atau
ulangan yang diberikan guru. Karena itu, penguasaan materi fisika banyak diukur dari
kemampuan menyelesaikan soal yang diberikan guru. Berhasil atau tidaknya seorang
siswa bisa dilihat dari kemampuan cara berpikir menyelesaikan soal yang dikerjakan.
Kemampuan menyelesaikan soal secara sistematis merupakan salah satu cara
yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa memahami konsep
fisika yang lebih baik. Sehingga, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih
baik.
Meskipun strategi bukan jaminan bahwa siswa akan menyelesaikan dengan
tepat, tetapi paling tidak siswa menyelesaikan dengan sistematis. Penyelesaian soal
yang tidak sistematis akan membuat siswa bingung atau bahkan penyelesaian akan
terhenti pada suatu tahap. Oleh karena itu selain pemahaman fisika dan kemampuan
matematika, langkah atau strategi penyelesaian soal akan membantu dalam
menyelesaikan soal.
Selain hal tersebut, upaya guru untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal sangat diperlukan. Guru sebagai fasilitator maka siswa
dituntut mampu berpikir kritis, aktif dan mampu berpikir analisis dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam
dengan menyelesaikan masalah baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Dalam hal ini mampu menyelesaikan masalah secara sistematis merupakan cara yang
tepat untuk pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menempatkan siswa sebagai
subyek agar pengetahuan yang diperoleh dapat dikuasai.
Atas dasar permasalahan itulah peneliti tertarik menganalisis mengenai
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah: Apakah siswa mampu mengerjakan soal-soal secara sistematis ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa mengerjakan
soal-soal kompleks secara sistematis.
D. Manfaat Penelitian
Bagi Guru dan Calon Guru:
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memberikan latihan
soal bentuk esai kepada siswa.
Bagi Peneliti:
• Memiliki pengalaman dan memperluas pengetahuan dalam memberi latihan
soal bentuk esai kepada siswa yang menggunakan langkah-langkah yang
BAB II DASAR TEORI
A. Tujuan Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan cabang dari IPA (sains) yang mempelajari tentang gejala
alam dan interaksinya. IPA sebagai aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang
termotivasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan untuk
memahami, menguasai dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan (Kartika Budi,
1998). Selain merupakan cabang IPA, fisika merupakan ilmu yang lebih banyak
memerlukan pemahaman daripada penghafalan. Fisika memiliki tiga aspek yaitu
aspek proses, aspek produk, dan aspek sikap. Aspek proses berhubungan dengan metode yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Aspek produk
berhubungan dengan hasil dari proses keilmuan tersebut yang dapat berupa
konsep-konsep, hukum dan prinsip-prinsip. Aspek sikap berhubungan dengan keyakinan-keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan dalam mencari dan
mengembangkan pengetahuan baru. Sikap-sikap positif yang membangun sangat
diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan, apalagi kajian ilmu fisika adalah
alam dan interaksinya. Ketiga aspek tersebut sangat penting dalam menggali suatu
pengetahuan fisika. Perumusan tujuan ini tentunya tidak lepas dari hakekat fisika
meliputi penguasaan hasil keilmuan, memiliki kemampuan proses keilmuan dan
memiliki sikap keilmuan.
Dalam kurikulum 1994, tujuan pembelajaran fisika adalah menguasai
konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah
yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga
lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan pembelajaran fisika dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
mencakup:
a) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b) Memupuk sikap ilmiah
c) Memperoleh pengalaman melalui penerapan metode ilmiah dengan percobaan
atau eksperimen.
d) Mengembangkan kemampuan berfikir secara analitis dan deduktif dengan
menggunakan berbagai konsep den prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan penyelesaian soal baik secara kualitatif dan kuantitatif.
e) Menguasai konsep dan prinsip fisika untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap percaya diri.
f) Pembentukkan sikap yang positif terhadap fisika.
Tujuan pembelajaran fisika tersebut mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan,
proses dan sikap. Dari aspek pengetahuan tujuan pembelajaran fisika adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan kaitan antara satu konsep dengan
konsep lain. Dapat diartikan bahwa hakikat tujuan pembelajaran fisika adalah untuk
mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu
(knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus
menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.
Dari aspek proses tujuan pembelajaran fisika adalah agar siswa mampu menerapkan metode ilmiah dalam membentuk pengetahuannya atau mampu
memecahkan suatu masalah. Dari aspek sikap, tujuan pembelajaran fisika adalah agar siswa mampu memiliki sikap-sikap positif yang mendukung siswa dalam
memecahkan masalah.
B. Hasil Belajar Fisika
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan itu
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang
relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan
karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain
dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan
penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik
Hasil belajar yang diperoleh tidak lepas dari tujuan pembelajaran. Cakupan
aspek pengetahuan, proses dan sikap merupakan tuntutan hasil belajar yang
diharapkan. Aspek pengetahuan sangat terkait dengan penguasaan siswa tentang
konsep fisika yang dipelajari dan memahami hubungan antar konsep-konsep tersebut.
Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sebatas mengetahui saja tetapi juga harus
mampu memecahkan masalah atau soal-soal yang terkait dengan materi fisika.
Karena itu perlu dipertanyakan, apabila siswa merasa mengetahui fisika tanpa mampu
menerapkan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.
Aspek proses sangat terkait dengan kemampuan siswa dalam menerapkan
metoda keilmuan untuk memperoleh pengetahuan. Ketika siswa dihadapkan pada
soal yang demikian, tentunya siswa harus mampu mengidentifikasi apa masalahnya.
Masalah tersebut akan dapat ditemukan bila siswa mengetahui data-data yang ada,
dan mampu memahami pertanyaan yang disajikan, sehingga keseluruhan identifikasi
data-data yang mendukung sampai dengan akhir penyelesaian merupakan suatu
proses yang saling berhubungan. Metode keilmuan tersebut juga bisa diterapkan
dalam menyelesaikan soal.
Aspek sikap sangat terkait dengan sikap-sikap positif dalam memecahkan
suatu masalah. Sikap teliti, tekun, sabar merupakan contoh sikap positif yang sangat
mendukung dalam memperoleh suatu pengetahuan. Tidak terkecuali pada saat siswa
menyelesaikan soal-soal pelajaran fisika. Tanpa ketelitian baik dalam
mengidentifikasi, memilih formula atau penyelesaian secara matematik bukan tidak
Hasil belajar yang diharapkan mencakup: a) pengetahuan dan penguasaan
konsep, hukum dan prinsip fisika; b) keterampilan yang terkait dengan metode
ilmiah dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut dalam memecahkan
masalah; c) sikap-sikap positif. Banyaknya pengukuran hasil belajar yang berupa
pengetahuan dengan soal atau tes tertentu. Kemampuan menyelesaikan soal fisika
merupakan salah satu cerminan dari hasil belajar yang diharapkan.
C. Problem solving (Pemecahan Soal Fisika )
Poerwadarminta (1970) menyatakan bahwa problem (masalah) adalah soal
atau sesuatu yang harus dipecahkan, sedangkan solving berarti memecahkan suatu
hal. Pemecahan masalah( problem solving) dalam pembelajaran fisika tidaklah
berbeda dengan pemecahan masalah umum yang sering dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila siswa pernah menemui masalah sebelumnya dan telah
mengetahui solusinya, maka siswa dapat memecahkan masalah itu dengan mengingat
kembali pemecahannya.
Kemampuan menyelesaikan soal dapat mencerminkan keberhasilan seorang
siswa memahami materi. Soal yang digunakan dalam pengukuran hasil prestasi
belajar adalah soal yang berbentuk esai terutama untuk bidang fisika. Soal uraian ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal mencermati masalah,
merumuskan masalah, merancang pemecahannya, melaksanakan rancangan dan
Soal fisika merupakan soal yang berkaitan dengan peristiwa. Dari satu
peristiwa maka akan muncul suatu masalah. Untuk dapat memecahkan masalah perlu
diketahui data-data atau informasi-informasi yang tersedia. Berdasarkan masalah dan
data yang tersedia maka dilakukan analisis untuk langkah-langkah pemecahan
masalah.
Menurut Relf (Mudilarto, 2004: 169) dalam pemecahan soal-soal fisika
diperlukan kemampuan dasar sebagai prasyarat utama, yakni kemampuan
menginterpretasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika secara tepat,
kemampuan mendeskripsikan serta mengorganisasikan pengetahuan secara efektif.
Soal-soal fisika sangat beragam bentuknya dan tingkat kesulitannya. Ada soal
yang memerlukan satu langkah berpikir, mengingat rumus dan kemudian
memasukkan data yang telah tersedia dan melakukan perhitungan. Ada soal yang
menggunakan pola hubungan antara beberapa konsep atau soal variatif.
Pemecahan soal dapat meningkatkan kemampuan berpikir sintesis analisis
yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
Untuk dapat memecahkan soal semacam ini diperlukan langkah berpikir
analisis dengan menerapkan beberapa konsep yang saling berkaitan. Banyak siswa
dalam pemecahan soal fisika hanya sampai pada soal yang memerlukan satu langkah
berpikir. Siswa jarang sekali diajak berpikir dan memecahkan soal yang
membutuhkan analisis atau soal yang merupakan perpaduan dari beberapa konsep
Menurut Kartika Budi (2000) Langkah-langkah penyelesaian soal secara
sistematis adalah sebagai berikut :
1. Analisis adalah tahap mengidentifikasi masalah dan data-data yang tersedia
2. Rencana adalah tahap mengidentifikasi peristiwanya, menentukan
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah sesuai data yang
tersedia, menentukan atau memilih konsep, hukum, persamaan yang cocok
3. Penyelesaian adalah tahap merealisasikan penyelesaian sesuai dengan
langkah-langkah, konsep, hukum, persamaan yang telah dipilih yang dalam
praktek berupa perhitungan-perhitungan, sedangkan
4. Penilaian adalah tahap pengujian atau pemeriksaan kembali apa yang telah
dilakukan, baik tahap analisis, rencana, dan penyelesaiaan.
Menurut Kartika Budi (2000) langkah-langkah pelaksanaannya juga harus
dipikirkan, bila memungkinkan pekerjaan diteliti lagi. Penyelesaian soal fisika dapat
dilakukan dengan pola :
1. Peristiwa
Peristiwa dapat dinyatakan dengan kalimat, gambar atau diagram.
2. Masalah
Masalah dapat dinyatakan dengan pernyataan mencari, menghitung,
membuktikan, dan sebagainya.
3. Data
4. Analisis penyelesaian
4.a Spesifikasi peristiwa.
4.b Menetapkan masalah utama yang terdapat pada peristiwa tertentu.
4.c Menentukan/memilih persamaan atau hukum yang sesua.
4.d Dari hukum atau persamaan yang telah dipilih, kemudian
mengidentifikasi besaran yang sudah diketahui dan yang belum
diketahui. Di mana besaran yang belum diketahui harus dihitung dalam
peristiwa yang mana dan menggunakan persamaan atau hukum mana.
Sehingga masalah yang dikerjakan dapat tuntas. Setelah analisis
penyelesaian tuntas, barulah realisasi penyelesaiaan dilaksanakan.
5. Realisasi penyelesaian.
Douglas Huffman (1998), dalam artikelnya menuliskan strategi dalam
menyelesaikan soal. Strategi tersebut adalah ekplisit problem solving.
Langkah-langkah dalam strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memusatkan masalah.
a) Membuat sketsa fisik.
b) Menuliskan informasi atau data-data.
c) Menuliskan pertanyaan utama.
d) Menuliskan pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan soal.
2. Mendeskripsikan soal secara fisik.
a) Membuat diagram fisik.
b) Menuliskan variabel
3. Merencanakan solusi
a) Menuliskan persamaan khusus
b) Mengecek persamaan atau variabel yang tak diketahui
c) Menuliskan solusi pemecahan masalah atau soal.
4. Melakukan perhitungan
5. Mengevaluasi, apakah jawaban tepat dan lengkap atau apakah logika jawaban
benar.
Kemampuan menyelesaikan soal dapat mencerminkan keberhasilan siswa
memahami materi. Penggunaan alat evaluasi berupa soal ragam esai sangat banyak
diterapkan dalam fisika. Soal fisika ragam esai bermanfaat untuk mengukur
kemampuan siswa sekaligus evaluasi hasil belajar.
Menurut Kennet Heller (Sinaradi: 2004) langkah-langkah problem solving
secara sistematis sebagai berikut ;
(1) Mencermati permasalahan
Mencermati masalah misalnya dengan membaca berulang-ulang masalah
tersebut. Sehingga diperoleh bayangan peristiwa yang dijelaskan dalam soal.
(2) Merumuskan masalah secara fisika
Merumuskan masalah secara fisika lebih menekankan mencari, untuk dapat
menghitung dan membuktikan.
(3) Merancang Pemecahannya
Merancang pemecahannya lebih menekankan pada penggunaan persamaan
(4) Melaksanakan Rancangan
Melaksanakan rancangan setelah rancangan pemecahannya dianggap sudah
sesuai dengan masalah, kemudian melakukan perhitungan.
(5) Mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan
Pekerjaaan yang telah dilakukan dilihat kembali atau dikoreksi ulang.
Melakukan koreksi ulang untuk memperkecil kesalahan yang dilakukan. Bila
jawaban dianggap tidak sesuai dapat dilakukan perencanaan kembali atau bahkan bisa
mulai dari langkah awal sehingga diperoleh hasil penyelesaian yang baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut ini :
(4) Melaksanakan Rancangan
(5) Mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan
(1) Mencermati permasalahan
(2) Merumuskan masalah secara Fisika
(3) Merancang Pemecahannya
(1) Mencermati permasalahan
Dalam langkah ini, hal-hal yang dilakukan adalah membayang-bayangkan
peristiwa yang dijelaskan dalam soal dengan mencermati pertanyaan yang ada pada
soal. Sehingga dapat merumuskan apa yang diketahui dan informasi apa yang
kiranya dapat membawa ke suatu penyelesaian soal yang diterjemahkan dalam model
fisika.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Merumuskan Masalah ( soal )
Membayangkan urutan kejadian seperti dijelaskan dalam soal.
Memvisualkan urutan kejadian lengkap dengan informasi yang disajikan dalam soal.
Mencermati pertanyaan
Memilih pendekatan kualitatif yang kiranya dapat membawa ke suatu penyelesaian soal.
Merumuskan soal dari sisi pandang FISIKA.
(2) Merumuskan Masalah Secara Fisika
Dalam perumusan masalah ini lebih menekankan mencari, untuk dapat
menghitung dan membuktikan. Hal-hal ini yang perlu dilakukan dalam langkah ini
adalah mendeskripsikan secara singkat tentang soal dengan menggunakan diagram,
gambar atau kalimat yang memperlihatkan tata hubung antara kejadian dengan
besaran yang terlibat, secara matematis merumuskan apa yang ingin diketahui dari
atau persamaan. Gambar diagram atau kalimat membantu siswa untuk
mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar
komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat lebih jelas. Pada langkah ini akan
menghasilkan informasi kuantitatif tentang soal.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Merumuskan soal
Membuat diagram yang memperlihatkan tatahubung antar besaran yang terlibat dalam dimensi ruang dan waktu
Memastikan bahwa semua simbol yang digunakan untuk menunjukkan besaran-besaran yang terlibat telah terdefinisikan secara dalam diagram.
Merumuskan besaran yang ditanyakan.
Menyatakan hubungan antar besaran yang terlibat dengan menggunakan rumus/persamaan .
Merancang penyelesaian
( 3) Merancang Penyelesaiaan
Pada tahap ini lebih menekankan pada penggunaan persamaan.
yang ditanyakan dalam soal. Hubungan antara hal-hal yang sudah diketahui dengan
hal yang ditanyakan sangat membantu dalam hal merancang pemecahan soal.
Memecahkan soal utama biasanya merancang dan memecahkan bagian dari soal yang
belum diketahui sehingga dapat digunakan untuk mencari jawaban dari soal utama
atau pokok. Jika pada tahap ini besaran yang diketahui sudah tidak ditambahkan lagi,
persamaan sebelumnya diselesaikan. Persamaan yang belum diketahui bisa
diselesaikan terlebih dahulu untuk melaksanakan ke tahap berikutnya yaitu tahap
pelaksanaan rancangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Merumuskan masalah dari sisi pandang fisika
Memilih satu persamaan yang menyatakan hubungan – hubungan kuantitatif antar besaran yang diketahui, termasuk besaran yang ditanyakan.
Ya
Pilihlah persamaan lain dari hubungan – hubungan Kuantitatif yang telah anda temukan,mencakup besaran yang belum diketahui.
Adakah besaran tambahan yang belum diketahui.
Tidak
Menyelesaikan persamaan untuk mengungkap besaran yang belum diketahui tadi dan
substitusikan dalam persamaan yang terdahulu.
Menyelesaikan persamaan untuk mendapatkan besaran yang ditanyakan; dan periksa satuan – satuan yang terlibat.
(4) Melaksanakan rancangan
Melaksanakan rancangan berarti melaksanakan solusi yang telah direncanakan
pada langkah yang ketiga. Besaran-besaran yang telah diketahui yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut dimasukkan dalam penyelesaiaan secara
aljabar atau secara matematis sehingga dapat ditemukan harga numerik dari
pertanyaan. Bila perlu mengubah satuan dari jawaban yang ditemukan agar lebih
sederhana dan mudah dipahami rancangan penyelesaiaannya.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Merancang penyelesaian
Memasukkan data dari besaran – besaran yang diketahui ( beri perhatian khusus pada satuan )ke dalam persamaan yang telah anda pilih.
Memeriksa apakah satuan dari besaran-besaran yang belum sesistem yang sama.
belum
Mengubah satuan dari besaran-besaran yang belum se- sistem tersebut.
Menggunakan perhitungan matematika secara benar untuk menyelesaikan persamaan untuk menuju ke besaran yang ditanyakan.
Bila perlu,mengubah satuan dari jawaban yang ditemukan agar lebih sederhana dan mudah dipahami.
(5) Mengevaluasi Terhadap Jawaban
Pada langkah ini sangat berguna menganalisa kembali apakah jawaban yang
dibuat berdasarkan langkah-langkah tersebut sudah benar dan masuk akal sesuai
dengan soal. Hasil akhir penyelesaiaan tersebut belum tentu merupakan
penyelesaiaan dari permasalahan itu. Dengan demikian perlu untuk dilakukan
peninjauan kembali atau pemeriksaan ulang penyelesaian yang dibuat dengan
langkah-langkah yang telah ditempuh. Bila dianggap tidak sesuai dapat dilakukan
perencanaan kembali atau bahkan bisa mulai dari langkah awal sehingga diperoleh
hasil penyelesaiaan yang benar.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Penyelesaiaan yang baik dan sempurna Melaksanakan Pengerjaan Soal
Memeriksa apakah jawaban sudah masuk. Memeriksa apakah jawaban sudah benar dirumuskan secara benar.
Tidak Masuk Akal
Memeriksa ulang penyelesaiaan yang dibuat.
Memeriksa apakah jawaban sudah lengkap dan semua pertanyaan sudah dijawab.
Kelebihan dan kelemahan Pemecahan masalah (problem solving)
Ignatius (2005), mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan problem
solving, yaitu :
1. Kelebihan :
a. Melatih siswa berpikir secara sistematis, mencari sebab akibat dari suatu
permasalahan.
b. Melatih siswa agar terampil dalam mencari jalan keluar terhadap masalah
yang sedang dihadapinya.
c. Melatih siswa agar terampil dalam menganalisis suatu masalah dari
berbagai aspek
d. Mendidik siswa untuk bertaggung jawab terhadap keputusan yang telah
ditetapkan dalam memecahkan masalah.
e. Mendidik siswa untuk bersikap terbuka terhadap pendapat orang lain dan
mampu membuat pertimbangan untuk memilih suatu keputusan.
2. Kelemahan :
a. Memerlukan waktu yang cukup banyak, jika diharapkan suatu hasil
keputusan yang tepat.
b. Tidak dapat digunakan pada kelas-kelas rendah, karena memerlukan
kecakapan bersoal-jawab dan memikirkan sebab akibat.
c. Bisa menyebabkan pelajaran tertinggal, sebab satu dua masalah yang
Problem solving cenderung digunakan pada soal yang kompleks saja.
D. Soal Kompleks
Soal dikatakan kompleks apabila pada tahap rancangan penyelesaian soalnya
membutuhkan lebih dari satu langkah. Misalkan soal yang digunakan pada lampiran 2
halaman 67, tahap merancang penyelesaian soal untuk sampai ke masalah utama
diperlukan lebih dari satu langkah.
Soal : Sebuah benda bermassa 5 kg sedang bergerak pada garis lurus dengan kelajuan tetap 4ms-1.Kemudian gaya 10 N dikerjakan pada benda tersebut searah dengan perpindahannya dan dihilangkan setelah benda menempuh jarak 2,5 m.Tentukanlah pertambahan energi kinetik akibat aksi gaya tersebut.
Untuk mencari pertambahan energi kinetik akibat aksi gaya berlaku
persamaan
Δ
EK = EK2 – EK1 (dimana energi kinetik (EK) =2 1
m.v2 ). karena
kelajuan akhir benda (V2) belum diketahui, kemudian dihitung menggunakan
persamaan gerak V22 = V12 + 2 as. Karena percepatan belum diketahui,
E. Tes
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Dalam suyonoum08.wordpress.com). Cronbach (Azwar, 1987 : 3) mendefinisikan
tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing
it with the aid of a numerical scale or category system”. Dari batasan tersebut dapat
diambil kesimpulan. Pertama, tes merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes
disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka
(scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus
mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Kedua, tes berisi
sampel perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga
jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes.
Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili
secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Ketiga, tes mengukur
perilaku. Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui
atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan
tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang
ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
Menurut Grounlund di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi
untuk menggali informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi
jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa (Dalam
suyonoum08.wordpress.com). Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk
mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.
Menurut Kartika Budi (2007: 28), tes adalah pengukuran yang instrumennya
berupa soal-soal yang harus dijawab (dikerjakan) oleh siswa.
Tes dibedakan atas : 1.Lisan dan 2.Tertulis
1. Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang soal - soalnya disampaikan kepada siswa secara
lisan dan siswa harus memberikan jawaban secara lisan pula.
2. Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya diberikan kepada siswa secara
tertulis dan siswa harus memberikan jawabannya secara tertulis pula. Tes tertulis
dapat dibedakan atas: a. Obyektif dan b. uraian
a. Obyektif
Tes obyektif yaitu tes yang jawabannya telah tersedia,berupa sekumpulan
alternatif (pilihan) jawaban yang satu diantaranya merupakan jawaban yang betul.
Jawaban yang betul yang disebut kunci jawaban.
Yang termasuk tes obyektif adalah 1) pilihan ganda, 2) betul salah, 3)
memasangkan, dan 4) isian singkat.
Tes uraian adalah dimana siswa harus mengungkapkan (menyusun) jawaban
sendiri dalam bentuk pernyataan, penjelasan, atau perhitungan bergantung jenis
soalnya.
Menurut Nurkancana dan Sumartana (1986: 42) tes bentuk uraian adalah suatu
bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang
berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Pada penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes bentuk uraian. Dalam
pelajaran khususnya tergolong dalam matematika, fisika, kimia dan mungkin
pelajaran lain, kerap menuntut kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu soal.
Dalam menyelesaikan soal bentuk uraian, siswa diminta meramu konsep, hukum, dan
kemampuan matematis dalam suatu seri langkah pemecahan terhadap suatu soal.
Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang
diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh
pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat
dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan
pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33).
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid untuk
menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua
bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid menunjukkan pengertian
mereka terhadap materi yang dipelajari. Menurut Subino, tes uraian digunakan untuk
Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih
dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks
(Dalam suyonoum08.wordpress.com) dan sangat mementingkan kemampuan
menghasilkan, memadukan dan menyatakan gagasan (Grounlund, 1981 : 71).
Menurut Kartika Budi (2007:28), tes uraian cenderung memberikan
kebebasan untuk merumuskan jawaban. Selain pemahaman siswa (termasuk didalam
hafalan) terhadap informasi-informasi yang diperoleh dalam pelajaran yang
disampaikan guru maupun buku wajib atau anjuran. Tes uraian bermanfaat melihat
kemampuan siswa dalam mengorganisasikan segala informasi yang diberikan guru
atau informasi yang siswa peroleh untuk menawab permasalahan yang diberikan. Tes
uraian dapat dibedakan atas: a. uraian bebas b. uraian tak bebas
a. Uraian Bebas
Tes uraian bebas adalah tes yang ketika dilaksanakan siswa diberi kebebasan
penuh untuk mengungkapkan jawabannya, baik dari segi cara menjawabnya,
langkah-langkahnya, konsep-konsep yang digunakan, dan banyaknya jawaban. Bentuk uraian
bebas cocok untuk jawaban yang berupa pemberian, penjelasan, pendapat, dan
pemecahan soal yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam tes uraian lembar
jawab berupa kertas kosong yang banyaknya tidak dibatasi.
b. Uraian tak bebas ( terikat, terbatas)
Bentuk uraian tak bebas adalah tes yang bila dilaksanakan siswa diberi
persyaratan tertentu untuk mengungkapkan jawabannya. Persyaratannya dapat berupa
Menurut Kartika Budi (2007: 29) tes uraian mempunyai kekuatan :
(1) Guru dapat mengetahui ;
(1a) Kemampuan siswa memecahkan soal secara sistematis.
(1b) Kemampuan siswa mengungkapkan gagasan.
(1c) Kemampuan berargumentasi.
(1d) Kemampuan menjelaskan hubungan sebab akibat.
(1e) Kemampuan menghubung-hubungkan beberapa ide menjadi suatu
bangunan gagasan.
(1f) Kemampuan siswa berbahasa.
(2) Bila jawaban siswa salah, guru dapat melacak sumber dan jenis kesalahannya,
sehingga mudah untuk melaksanakan program remedial.
Menurut Nurkancana dan Sumartana (1986 : 42) soal uraian mempunyai
keunggulan: pertama, kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks
dan melibatkan level kognitif yang tinggi. Kedua, memberi kesempatan pada anak
untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Kecakapan ini
sangat penting dalam kehidupan masyarakat karena individu dalam masyarakat
tidak hanya mengadakan pilihan terhadap alternatif-alternatif tapi harus
menggunakan alternatif lain yang lebih berguna.
Kelemahannya adalah (1) soal tidak dapat banyak, sehingga sukar untuk
memenuhi sifat representativitas dan proporsionalitasnya, (2) Faktor subyektivitas
guru saat mengoreksi pekerjaan siswa dapat terjadi, misalnya karena kelelahan,
Tes uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencermati
masalah, merumuskan masalah, merancang pemecahannya, melaksanakan rancangan
dan mengevaluasi. Selain itu, tes uraian memuat kemampuan menganalisa soal,
merancang pemecahannya. Tes uraian dapat menguji tingkat prestasi fisika yang
menuntut kemampuan berpikir kritis dan analitis. Tes uraian juga mengarahkan siswa
untuk berpikir kreatif dan belajar berpikir secara sistematis dalam mencari
penyelesaiaan soal yang dihadapi, melatih siswa belajar yang menuntut kemampuan
menyelidik, kemampuan menemukan masalah, memilih cara untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, mengukur kemampuan atau perubahan perilaku pada level
kognisi yang lebih kompleks. Siswa yang belajar sampai mendapatkan pemahaman
akan diuntungkan oleh bentuk tes uraian. Pemahaman yang komprehensif terhadap
problem menyebabkan siswa memiliki kemampuan menuangkan gagasannya lebih
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Depok Babarsari. Waktu
penelitian dilaksanakan bulan agustus 2008.
B. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1
yang berjumlah 42 orang.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes bentuk esai. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa mengerjakan soal kompleks
yang diperoleh dari hasil pekerjaaan siswa. Kemudian dari pekerjaan siswa diperoleh
skor yang kemudian akan dihitung dalam prosentase.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa tes uraian yang
terdiri dari dua soal kompleks. Soal pertama memerlukan dua langkah dan soal
kedua memerlukan dua langkah dan tiga langkah. Tes dilaksanakan sebanyak dua
tahap, yaitu 1). Tahap pertama, tes dikerjakan secara bebas. Pada tahap ini, siswa
diberi kebebasan mengerjakan soal tanpa harus mengikuti lima langkah yang
ditetapkan peneliti. 2) Tahap kedua, tes dikerjakan dengan lima langkah yang
ditetapkan peneliti. Adapun lima langkah yang ditetapkan peneliti antara lain;
Kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar, Kemampuan menuliskan
hal yang diketahui, Kemampuan menuliskan hal yang ditanyakan, Kemampuan
merancang pelaksanaan penyelesaiaan soal, dan Kemampuan merealisasikan
rancangan.
E. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi: (1) Penyekoran pekerjaan siswa,
(2) Analisis kemampuan siswa mengerjakan soal kompleks yang meliputi:
Kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan, Kemampuan setiap siswa seluruh
kemampuan, Kemampuan seluruh siswa setiap kemampuan, Kemampuan seluruh
siswa seluruh kemampuan.
(1) Penyekoran Pekerjaaan Siswa
Penyekoran dilakukan pada setiap aspek kemampuan yang meliputi :
1. Kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar, kalimat atau
diagram.
2. Kemampuan menuliskan hal yang diketahui
3. Kemampuan menuliskan hal yang ditanyakan
4. Kemampuan merancang pelaksanaan penyelesaiaan soal dan
Penyekoran pekerjaan siswa pada setiap aspek kemampuan dengan ketentuan
jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 1. Kriteria Penyekoran Jawaban
Aspek Kemampuan Ketentuan jawaban Skor
1.Mendeskripsikan peristiwa dengan gambar,kalimat atau diagram.
1). Apabila gambar,kalimat atau
diagram dimunculkan sesuai
dengan aspek kemampuan .
2). Apabila gambar, kalimat atau
diagram dimunculkan sesuai aspek
kemampuan tetapi tidak
diselesaikan dengan lengkap.
3). Apabila gambar,kalimat atau
diagram dimunculkan tetapi tidak
sesuai dengan aspek kemampuan .
4). Apabila gambar,kalimat atau
diagram tidak dimunculkan.
3
2
1
0
2. Menuliskan hal yang diketahui
1). Apabila yang diketahui ada empat
;
a. Semua benar
b. Tiga yang benar
c. Dua yang benar
d. Satu yang benar
e. Semua salah atau tidak
dimunculkan.
2). Apabila yang diketahui ada tiga ;
a. Semua benar
b. Dua yang benar
c. Satu yang benar
d. Semua salah atau tidak
3. Menuliskan hal yang ditanyakan; 1). Apabila aspek yang ditanyakan dimunculkan benar.
2). Apabila aspek yang ditanyakan
dimunculkan, tetapi penulisannya
kurang lengkap.
3). Apabila yang dimunculkan tidak
sesuai dengan aspek yang
diketahui.
4). Apabila aspek kemampuan yang
diketahui tidak dimunculkan.
3
2
1
0
4. Merancang pelaksanaan penyelesaian soal;
1). Apabila tiga langkah :
a. Semua langkah benar
b. Dua langkah yang benar
c. Satu langkah yang benar
d. Semua langkah salah
e. Semua langkah tidak
dimunculkan.
2). Apabila dua langkah:
a. Semua langkah benar
b. Satu langkah benar
c. Semua langkah salah
d. Semua langkah tidak
dimunculkan.
5. Merealisasikan rancangan ; 1). Apabila tiga langkah : a. Semua langkah benar
b. Dua langkah yang benar
c. Satu langkah yang benar
d. Semua langkah salah
e. Semua langkah tidak
dimunculkan.
2).Apabila dua langkah:
a. Semua langkah benar
b. Satu langkah benar
c. Semua langkah salah
d. Semua langkah tidak
dimunculkan.
Apabila siswa menjawab benar semua, skor maksimal untuk dua soal pada
tahap kedua yang dikerjakan menggunakan lima langkah adalah 34. Penentuan skor
pada soal di setiap kemampuan dapat dilihat lebih jelas pada halaman lampiran.
( 2 ) Analisis Kemampuan Siswa Mengerjakan Soal Kompleks
Analisis kemampuan siswa mengerjakan soal kompleks meliputi: a)
Kemampuan setiap siswa, b) Kemampuan seluruh siswa
a) Kemampuan Setiap Siswa
Kemampuan setiap siswa meliputi: 1. Setiap aspek kemampuan, 2. Seluruh
aspek kemampuan. Kemampuan tersebut dapat dinyatakan dengan tabel dibawah ini:
Tabel 2. Setiap Kemampuan Pada Setiap Siswa
kemampuan
a b c d e Nama
siswa
skor % skor % skor % skor % Skor %
Kemampuan pada setiap siswa di setiap kemampuan dinyatakan dengan skor
prosentase(%), yang dapat dicari dari persamaaan berikut :
Perhitungan % = X100%
maksimal Skor
kemampuan setiap
Tabel 3. Seluruh Kemampuan Pada Setiap Siswa
Keterangan pada tabel:
a : Medeskripsikan peristiwa dengan gambar b : Menuliskan hal yang diketahui
c : Menuliskan hal yang ditanyakan
d : Merancang pelaksanaan penyelesaiaan soal e : Merealisasikan rancangan
Kemampuan seluruh kemampuan pada setiap siswa dinyatakan dengan skor
prosentase(%), yang dapat dicari dari persamaaan berikut :
Perhitungan % = X100%
Kemampuan setiap siswa ditentukan dengan kriteria kualifikasi (sumber
Masidjo 1985 : 38). Kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Penentuan Kualifikasi Skor Kemampuan Pada Setiap Siswa.
b) Seluruh Siswa
Kemampuan seluruh siswa meliputi: 1. Setiap aspek kemampuan, 2. Seluruh
aspek kemampuan. Kemampuan tersebut dapat dinyatakan dengan tabel dibawah ini:
Tabel 5.Setiap Aspek Kemampuan Pada Seluruh Siswa
Skor kemampuan
Nama siswa
a b c d e
Jumlah skor
%
Kemampuan seluruh siswa pada setiap kemampuan dinyatakan dengan skor
prosentase(%), yang dapat dicari dari persamaaan berikut :
Perhitungan % = X100%
maksimal skor
kemampuan setiap
pada siswa seluruh skor
Jumlah
Tabel 6. Seluruh Aspek Kemampuan Pada Seluruh Siswa.
Nama siswa Skor kemampuan Skor seluruhnya
a b c d e
Jumlah skor
Keterangan pada tabel:
a : Medeskripsikan peristiwa dengan gambar b : Menuliskan hal yang diketahui
c : Menuliskan hal yang ditanyakan
d : Merancang pelaksanaan penyelesaiaan soal e : Merealisasikan rancangan
Kemampuan seluruh siswa pada seluruh kemampuan dinyatakan dengan skor
prosentase(%), yang dapat dicari dari persamaaan berikut :
Perhitungan % = X100%
siswa jumlah X
maksimal skor
kemampuan seluruh
pada siswa seluruh skor
Jumlah
Kemampuan seluruh siswa ditentukan dengan kriteria kualifikasi (sumber
Masidjo 1985 : 38). Kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Penentuan Kualifikasi Skor Kemampuan Seluruh Siswa.
Interval skor ( % ) Kualifikasi
81 -100 Sangat Mampu
66 – 80 Mampu
56 - 65 Cukup Mampu
46 - 55 Kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriftif Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA.1 SMA Depok Babarsari
pada tanggal 23 agustus dan 30 agustus 2008. Penelitian ini dilakukan saat jam
pelajaran fisika. Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui kemampuan
siswa dalam mengerjakan soal-soal kompleks secara sistematis, diperlukan data
yang menunjukkan kemampuan siswa mengerjakan soal baik yang dikerjakan
secara bebas maupun yang dikerjakan dengan langkah yang sudah ditentukan.
Untuk memperoleh data tersebut, peneliti melakukan tes berbentuk esai sebanyak
dua tahap. Tahap pertama, dua soal yang dikerjakan secara bebas oleh siswa
dilakukan tanggal 23 agustus 2008. Sedangkan tahap kedua dilaksanakan tanggal
30 agustus 2008, dua soal yang dikerjakan menggunakan lima langkah. Lima
langkah yang ditentukan antara lain: 1) Kemampuan mendeskripsikan peristiwa
dengan gambar, 2) Kemampuan menulis yang diketahui, 3) Kemampuan menulis
yang ditanyakan, 4) Kemampuan merancang pelaksanaan penyelesaiaan soal,
dan 5) Kemampuan merealisasikan rancangan.
B. Analisis Data
Peneliti memberi kebebasan atau tidak ada unsur paksaan kepada siswa
untuk mengikuti tes. Sebanyak dua tahap tes yang dilakukan, sebanyak tiga puluh
dua siswa dari empat puluh dua siswa yang dapat dianalisis. Sepuluh Siswa tidak
dapat dianalisis karena tidak mengikuti tes pada tahap kedua.
Dalam penelitian ini, peneliti mengalisis kemampuan siswa mengerjakan
soal kompleks yang terdiri dua soal untuk satu tahap tes meliputi; Kemampuan
setiap siswa pada setiap kemampuan, Kemampuan setiap siswa pada seluruh
kemampuan, Kemampuan seluruh siswa pada setiap kemampuan dan
Kemampuan seluruh siswa pada seluruh kemampuan.
Kemampuan menyelesaikan soal akan ditentukan berdasarkan jawaban
siswa. Setiap jawaban dianalisis dengan memberi skor (ketentuan penyekoran
jawaban seperti pada tabel 1 halaman 29). Kemampuan siswa mengerjakan soal
dianalisis melaui dua tahap tes yaitu 1. Tes tahap pertama dan 2. Tes tahap kedua.
Berikut Kemampuan siswa mengerjakan soal dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Tes Tahap Pertama
Pada tes tahap pertama, kemampuan siswa yang dianalisis melalui dua
aspek, yaitu 1) Kemampuan setiap siswa, dan 2) Kemampuan seluruh siswa.
Berikut analisis kemampuan siswa pada tahap pertama:
1) Analisis Kemampuan Setiap Siswa
Untuk analisis kemampuan setiap siswa pada tes tahap pertama dianalisis
a) Setiap Kemampuan
Kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan dinyatakan dengan
jumlah skor (%) dan dihitung berdasarkan perhitungan pada tabel 2 halaman 31.
Kualifikasi kemampuan ditentukan dengan kriteria seperti pada tabel 4 halaman
29.
Jumlah skor (%) kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan tahap
pertama berdasarkan hasil perhitungan pekerjaan siswa (lampiran 6 halaman 78).
Kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan pada tahap pertama
yang akan dianalisis yaitu kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan
gambar, kemampuan menulis yang diketahui, kemampuan menulis yang
ditanyakan, dan kemampuan menyelesaikan soal. Dari hasil perhitungan pada
lampiran 6 halaman 78 kualifikasi kemampuan setiap siswa dapat disajikan pada
tabel berikut:
(a) Kemampuan Mendeskripsikan Peristiwa dengan Gambar
Tabel 8. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Kemampuan Mendeskripsikan Peristiwa dengan Gambar.
NO NIS Skor (%) Kualifikasi
1 6686 33,3 sangat kurang
2 6688 33,3 sangat kurang
3 6690 33,3 sangat kurang
4 6700 0 sangat kurang
5 6701 16,7 sangat kurang
6 6702 16,7 sangat kurang
7 6704 33,3 sangat kurang
8 6705 50 kurang
9 6708 50 kurang
Tabel 8.(Lanjutan)
Berdasarkan tabel 8 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan
mendeskripsikan peristiwa dengan gambar adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Siswa Mendeskripsikan Peristiwa dengan Gambar.
(b) Kemampuan Menulis Yang Diketahui
Tabel 10. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menulis Yang Diketahui.
Berdasarkan tabel 10 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan menulis
yang diketahui adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Siswa Menulis Yang Diketahui.
Interval skor ( % ) Kualifikasi Distribusi
(c) Kemampuan Menulis Yang Ditanyakan
Tabel 12. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menulis Yang Ditanyakan.
Tabel 12.(Lanjutan)
NO NIS Skor (%) Kualifikasi
21 6795 83,3 sangat mampu
22 6812 83,3 sangat mampu
23 6813 100 sangat mampu
24 6821 83,3 sangat mampu
25 6823 100 sangat mampu
26 6830 83,3 sangat mampu
27 6834 100 sangat mampu
28 6842 83,3 sangat mampu
29 6844 100 sangat mampu
30 6847 100 sangat mampu
31 6855 83,3 sangat mampu
32 6891 83,3 sangat mampu
Berdasarkan tabel 12 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan menulis
yang diketahui adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Siswa Menulis Yang Ditanyakan.
Interval skor ( % ) Kualifikasi Distribusi
81 -100 Sangat Mampu 30
66 – 80 Mampu _
56 - 65 Cukup Mampu _
46 - 55 Kurang 1
(d) Kemampuan Menyelesaikan Soal
Tabel 14. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menyelesaikan Soal.
Berdasarkan tabel 14 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan menulis
yang diketahui adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Siswa Menyelesaiakan Soal.
Interval skor ( % ) Kualifikasi Distribusi
81 -100 Sangat Mampu 16
66 – 80 Mampu 11
56 - 65 Cukup Mampu _
46 - 55 Kurang 2
0 - 45 Sangat kurang 3
b) Seluruh Kemampuan.
Kemampuan setiap siswa pada seluruh kemampuan yang mencakup
kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar, kemampuan menulis
yang diketahui, kemampuan menulis yang ditanyakan, dan kemampuan
menyelesaikan soal dinyatakan dengan jumlah skor (%) dan dihitung berdasarkan
perhitungan pada tabel 3 halaman 32. Kualifikasi kemampuan ditentukan dengan
kriteria seperti pada tabel 4 halaman 32.
Jumlah skor (%) kemampuan setiap siswa pada seluruh kemampuan tahap
pertama berdasarkan hasil perhitungan pekerjaan siswa (lampiran 7 halaman 79).
Dari hasil perhitungan pada lampiran 7 halaman 79 kualifikasi
kemampuan setiap siswa pada seluruh kemampuan dapat disajikan pada tabel
Tabel 16. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Pada Seluruh
Berdasarkan tabel 16 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan setiap
Tabel 17. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Pada Seluruh Kemampuan.
Interval skor ( % ) Kualifikasi Distribusi
81 -100 Sangat Mampu _
66 – 80 Mampu _
56 - 65 Cukup Mampu 13
46 - 55 Kurang 17
0 - 45 Sangat kurang 2
2) Analisis Kemampuan Seluruh Siswa
Kemampuan seluruh siswa pada tes tahap pertama dianalisis melalui dua
aspek, yaitu: a) setiap kemampuan, b) seluruh kemampuan.
a) Setiap Kemampuan
Kemampuan seluruh siswa pada setiap kemampuan dinyatakan dengan
jumlah skor (%) dan dihitung berdasarkan perhitungan pada tabel 5 halaman 33.
Kualifikasi kemampuan ditentukan dengan kriteria seperti pada tabel 7 halaman
34.
Jumlah skor (%) kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan tahap
pertama berdasarkan hasil perhitungan pekerjaan siswa (lampiran 8 halaman 80).
Kemampuan seluruh siswa pada setiap kemampuan pada tahap pertama
yang akan dianalisis yaitu kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan
gambar, kemampuan menulis yang diketahui, kemampuan menulis yang
ditanyakan, dan kemampuan menyelesaikan soal. Dari hasil perhitungan pada
lampiran 8 halaman 80 kualifikasi kemampuan seluruh siswa pada setiap
Tabel 18. Kualifikasi Kemampuan Seluruh Siswa Pada Setiap Kemampuan Untuk Tes Tahap Pertama.
No
Kualifikasi seluruh siswa pada setiap kemampuan
1 Mendeskripsikan perist iwa dengan gambar
26,6 Sangat kurang
2 Menuliskan hal yang diket ahui 86,6 Sangat mampu 3 Menuliskan hal yang dit anyakan 85,4 Sangat mampu 4 Menyelesaikan soal 72,14 mampu
b) Seluruh Kemampuan
Kemampuan seluruh siswa pada seluruh kemampuan dinyatakan dengan
jumlah skor (%) dan dihitung berdasarkan perhitungan pada tabel 6 halaman 33.
Jumlah skor (%) kemampuan seluruh siswa pada seluruh kemampuan
tahap pertama berdasarkan hasil perhitungan pekerjaan siswa (lampiran 9
halaman 81).
Dari hasil tes yang dilakukan, diperoleh skor total kemampuan seluruh
siswa pada seluruh kemampuan sebesar 56%. Dengan menggunakan kriteria
seperti pada tabel 7 halaman 34 dapat disimpulkan kualifikasinya cukup mampu.
2. Tes Tahap Kedua
Pada tes tahap kedua, kemampuan siswa yang dianalisis melalui dua aspek,
yaitu 1) Kemampuan setiap siswa, dan 2) Kemampuan seluruh siswa. Berikut
analisis kemampuan siswa pada tahap kedua:
1) Analisis Kemampuan Setiap Siswa
Untuk analisis kemampuan setiap siswa pada tes tahap kedua dianalisis
a) Setiap Kemampuan
Kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan dinyatakan dengan
jumlah skor (%) dan dihitung berdasarkan perhitungan pada tabel 2 halaman 31.
Kualifikasi kemampuan ditentukan dengan kriteria seperti pada tabel 4 halaman
32.
Jumlah skor (%) kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan tahap
kedua berdasarkan hasil perhitungan pekerjaan siswa (lampiran 10 halaman 82).
Kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan pada tahap kedua yang
akan dianalisis yaitu kemampuan mendeskripsikan peristiwa dengan gambar,
kemampuan menulis yang diketahui, kemampuan menulis yang ditanyakan,
kemampuan merancang penyelesaiaan soal dan kemampuan merealisasikan
rancangan penyelesaiaan soal. Dari hasil perhitungan pada lampiran 10 halaman
82 kualifikasi kemampuan setiap siswa pada setiap kemampuan dapat disajikan
pada tabel berikut:
(a) Kemampuan Mendeskripsikan Peristiwa dengan Gambar
Tabel 19. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Mendeskripsikan Peristiwa Dengan Gambar.
NO NIS Skor (%) Kualifikasi
1 6686 100 Sangat mampu
2 6688 50 Kurang
3 6690 83,3 Sangat mampu
4 6700 33,3 Sangat Kurang
5 6701 50 Kurang
6 6702 83,3 Sangat mampu
7 6704 66,7 Mampu
8 6705 83,3 Sangat mampu
9 6708 50 Kurang
Tabel 19. (Lanjutan)
Berdasarkan tabel 19 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan setiap
siswa mendeskripsikan peristiwa dengan gambar adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Mendeskripsikan Peristiwa Dengan Gambar.
(b) Kemampuan Menulis Yang Diketahui
Tabel 21. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menulis Yang Diketahui.
NO NIS Skor (%) Kualifikasi
Berdasarkan tabel 21 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan setiap
Tabel 22. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menulis Yang Diketahui.
Interval skor ( % ) Kualifikasi Distribusi
81 -100 Sangat Mampu 29
66 – 80 Mampu 2
56 - 65 Cukup Mampu 1
46 - 55 Kurang _
(c) Kemampuan Menulis Yang Ditanyakan
Tabel 23. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menulis Yang Ditanyakan.
NO NIS Skor (%) Kualifikasi
1 6686 83,3 Sangat mampu
2 6688 83,3 Sangat mampu
3 6690 83,3 Sangat mampu
4 6700 66,7 Mampu
5 6701 83,3 Sangat mampu
6 6702 66,7 mampu
7 6704 83,3 Sangat mampu
8 6705 66,7 Mampu
9 6708 83,3 Sangat mampu
10 6726 66,7 Mampu
11 7111 83,3 Sangat mampu
12 6739 66,7 Mampu
13 6742 83,3 Sangat mampu
14 6744 83,3 Sangat mampu
15 6748 83,3 Sangat mampu
16 6748 66,7 Mampu
17 6750 66,7 Mampu
18 6763 50 Kurang
19 6771 83,3 Sangat mampu
Tabel 23. (Lanjutan)
NO NIS Skor (%) Kualifikasi
21 6795 66,7 Mampu
22 6812 83,3 Sangat mampu
23 6813 83,3 Sangat mampu
24 6821 66,7 Mampu
25 6823 83,3 Sangat mampu
26 6830 83,3 Sangat mampu
27 6834 50 Kurang
28 6842 50 Kurang
29 6844 50 Kurang
30 6847 50 Kurang
31 6855 50 Kurang
32 6891 83,3 Sangat mampu
Berdasarkan tabel 23 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan setiap
siswa menulis yang ditanyakan adalah sebagai berikut:
Tabel 24.. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Menulis Yang Ditanyakan.
Interval skor ( % ) Kualifikasi Distribusi
81 -100 Sangat Mampu 17
66 – 80 Mampu 9
56 - 65 Cukup Mampu _
46 - 55 Kurang 6
Berdasarkan tabel 25 diatas, distribusi kualifikasi kemampuan setiap
siswa menulis yang ditanyakan adalah sebagai berikut:
Tabel 26. Distribusi Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Merancang Penyelesaiaan Soal.
(e) Kemampuan Siswa Merealisasikan Rancangan Penyelesaian Soal.
Tabel 27. Kualifikasi Kemampuan Setiap Siswa Merealisasikan Rancangan Penyelesaian Soal.
42,9 Sangat kurang
10 6726 100 Sangat mampu
28,6 Sangat kurang