• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI KERJA PADA PENDINGIN ABSORBSI AMONIAK AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KONDISI KERJA PADA PENDINGIN ABSORBSI AMONIAK AIR"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KONDISI KERJA PADA PENDINGIN ABSORBSI

AMONIAK AIR

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Mesin

Diajukan Oleh:

ALBERTUS RONITUA SIPAYUNG

NIM :075214030

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

WORKING CONDITIONS EFFECT ON AMMONIA WATER

ABSORPTION REFRIGERATION

FINAL PROJECT

Presented as fulfillment of the Requirements To obtain the Sarjana Teknik Degree

Mechanical Engineering Study Programme Mechanical Engineering

By:

ALBERTUS RONITUA SIPAYUNG

STUDENT NUMBER : 075214030

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

INTISARI

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia kebutuhan akan sistem pendingin untuk pengawetan penyimpanan hasil pertanian atau vaksin dirasakan semakin meningkat. Sistem pendinginan yang ada saat ini kebanyakan bekerja dengan sistem kompresi uap menggunakan energi listrik dan refrijeran sintetik. Tapi bagi daerah yang belum memiliki jaringan listrik sistem pendingin tidak dapat dirasakan, sehingga sistem pendingin sederhana yang bekerja tanpa energi listrik merupakan alternatif pemecahan permasalahan kebutuhan sistem pendingin di daerah seperti ini, selain itu refrijeran sintetik akan mempunyai dampak negatif pada lingkungan. Salah satu sistem pendingin yang tidak memerlukan energi listrik adalah sistem pendingin absorbsi amoniak-air. Sistem pendingin absorbsi amoniak-air hanya memerlukan energi panas untuk dapat bekerja. Amoniak dan air bukan merupakan refrijeran sintetik sehingga dampak negative terhadap lingkungan tidak dapat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah membuat dua model pendingin absorbsi sederhana dengan refrijeran amoniak dan mengetahui unjuk kerja dan suhu pendinginan yang dapat dihasilkan pada kedua alat absorbsi tersebut.

Alat pendingin absorbsi pada penelitian ini terdiri dari 2 (dua) konfigurasi alat yang meliputi alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm dan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat adalah steinless steel. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu generator ( ), suhu generator bagian atas ( ), suhu evaporator ( ), suhu pendingin evaporator ( ), suhu dinding kotak pendingin ( ), suhu udara kotak pendingin ( ), tekanan evaporator (P), dan waktu pencatatan data (t). .

Untuk pengukuran suhu digunakan termokopel dan untuk pengukuran tekanan digunakan manometer. Variabel yang divariasikan adalah pengaruh tekanan, pemanasan generator, pendindinginan generator, dan variasi pendinginan evaporator. Suhu terendah yang dihasilkan pada evaporator terdapat pada variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30%, menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Dan, pada variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml amoniak 30%, menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm.Pada hasil penelitian menunjukkan Suhu evaporator terendah yang dapat dihasilkan adalah -5°C.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya hadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya tugas akhir ini yang berjudul “Pengaruh Tekanan pada pendinginan Absorbsi Amoniak Air ” dapat diselesaikan dengan baik dan merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan laporan naskah ini juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ir P.K Purwadi M.T. selaku Ketua Program studi Teknik Mesin dan selaku pembimbing akademik

3. Bapak Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir

yang telah mendampingi dan memberikan bimbingan dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

5. Laboran (Ag. Rony Windaryawan) yang telah membantu memberikan ijin

dalam penggunakan fasilitas yang diperlukan dalam penelitian ini.

(9)

ix

Saudara-saudara saya yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada saya.

7. Teman – teman yang turut membantu menyelesaikan tugas akhir ini, seluruh Mahasiswa Universitas Sanata Darma jurusan teknik mesin angkatan 2007 dan 2008.

8. Teman-teman kost Basecamp elektro yang telah membantu dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam wujud apapun selama penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga karya ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis mohon maaf. Terima kasih.

Yogyakarta, 3 Januari 2012

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ..i

TITLE PAGE ... .. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ..iii

HALAMAN PENGESAHAN ... ..iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi

INTISARI ... vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.l Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Dasar Teori ... 4

(11)

xi

BAB III. METODE PENELITIAN...8

3.1 Skema Alat ... ..8

3.2 Variabel Yang Divariasikan ... ..9

3.3 Variabel Yang Diukur ... 10

3.4 Langkah Penelitian ... 11

3.5 Langkah Pengambilan Data ... 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Data Penelitian ... 23

4.2 Pembahasan ... 51

BAB V. PENUTUP ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus pendinginan absorbsi 4

Gambar 3.1 Skema alat pendingin absorbsi 8

Gambar 3.2 Skema pipa celup pendingin absorbsi 9 Gambar 4.1a Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1220 kPa

(12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan

pipa celup 17 cm 39

Gambar 4.1b Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan

pipa celup 17 cm 40

Gambar 4.2a Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan

pipa celup 8,5 cm 41

Gambar 4.2b Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan

(13)

xiii

Gambar 4.3 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi tekanan. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup

17 cm, 900 ml amoniak 30 %. 43

Gambar 4.4 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi tekanan. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup

8,8 cm, 1300 ml amoniak 30 %. 44

Gambar 4.5 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi pemanasan generator. Menggunakan alat pendingin absorbsi

dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %. 45

Gambar 4.6 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi pendinginan generator. Menggunakan alat pendingin absorbsi

dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %. 47

Gambar 4.7 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi pendinginan evaporator. Menggunakan alat pendingin absorbsi

dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %. 48

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data dengan variasi tekanan 540 kPa (5,4 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendingin evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17

cm 23

Tabel 4.2. Data dengan variasi tekanan tekanan 540 kPa (5,4 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 %, menggunakan alat absorbsi dengan

pipa celup 8,5 cm. 24

Tabel 4.3. Data dengan variasi tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generato rmenggunakan kompor, pendingin evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17

cm 26

Tabel 4.4. Data dengan variasi tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendingin evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5

cm 27

Tabel 4.5. Data dengan variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendingin evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa

(15)

xv

Tabel 4.6. Data dengan variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendingin evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa

celup 8,5 cm 30

Tabel 4.7. Data dengan variasi pemanasan generator menggunakan air panas, tekanan 420 kPa (4,2 bar), pemanasan generator menggunakan air panas (pendidihan air panas menggunakan heater),pendinginan evaporator dengan air,900 ml amoniak 30 %, menggunakan alat

absorbsi dengan pipa celup 17 cm 32

Tabel 4.8. Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara, tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 %,

menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm 33

Tabel 4.9. Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara, tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak

30 %, menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm 35

Tabel 4.10. Data dengan variasi pendinginan evaporator menggunakan udara, tekanan 1560 kPa (15,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan udara, 900 ml amoniak

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kebutuhan akan sistem pendingin untuk pengawetan/penyimpanan bahan makanan, hasil panen, hasil perikanan atau vaksin imunisasi massal untuk mengontrol wabah penyakit dan keperluan lainnya dirasakan semakin meningkat. Pada saat ini sistem pendinginan yang ada kebanyakan bekerja dengan sistem kompresi uap menggunakan energi listrik dan refrijeran sintetik seperti : R-11, R-12, R-22, R-134a, dan R-502. Masalah yang ada pada saat ini dengan sistem pendingin kompresi uap adalah belum semua desa dan daerah terpencil memiliki jaringan listrik sehingga sistem pendingin sederhana yang dapat bekerja tanpa adanya jaringan listrik merupakan alternatif pemecahan permasalahan kebutuhan sistem pendingin di daerah pedesaan atau terpencil seperti ini. Selain itu refrijeran sintetik mempunyai dampak negatif pada lingkungan sekitar seperti merusak lapisan ozon dan dapat menimbulkan pemanasan global.

(17)

juga dapat berasal dari buangan proses industri, biomassa, biogas atau dari energi alam seperti panas bumi dan Pemanfaatan energi surya. Amoniak-air bukan merupakan refrijeran sintetik sehingga resiko kerusakan alam seperti yang dapat disebabkan dari sistem pendingin kompresi uap yang menggunakan refrijeran sintetik tidak terjadi. Desain pendingin energi panas untuk negara-negara berkembang haruslah sederhana dan mudah perawatannya dengan kata lain harus dapat dibuat,diperbaiki oleh industri lokal dan mudah digunakan oleh semua orang.

1.2

Rumusan Masalah

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu :

a. Membuat model pendingin absorbsi sederhana dengan bahan yang ada di pasar lokal dan teknologi yang didukung kemampuan industri lokal

b. Membandingkan variasi tekanan, variasi pendinginan generator ,variasi pemanasan generator dan pendinginan evaporator pada alat absorbsi amoniak air.

c. Mengetahui koefisien prestasi dan temperatur pendinginan yang dapat dihasilkan.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini :

a. Menambah kepustakaan teknologi pendingin sistem absorbsi.

b. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat prototipe dan produk teknologi pendingin absorbsi yang dapat diterima masyarakat/industri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Pendingin absorbsi umumnya terdiri dari 4 (empat) komponen utama yaitu: (1) absorber, (2) generator, (3) kondensor dan (4) evaporator. Pada penelitian ini model pendingin absorbsi yang dibuat terdiri dari dua komponen karena komponen absorber dan generator disatukan, dan komponen kondensor dan evaporator disatukan.

Gambar 2.1 Siklus pendinginan absorbsi

(20)

absorbsi dan desorbsi terjadi pada absorber (pada penelitian ini pada generator). Pada proses desorbsi generator memerlukan energi panas dari sumber panas. Energi panas dapat berasal dari pembakaraan kayu, bahan bakar minyak dan gas bumi, buangan proses industri, biomassa, biogas atau dari energi alam seperti panas bumi dan energi surya, untuk kepraktisan pada penelitian ini digunakan pemanas listrik yang dapat diatur dayanya sebagai sumber panas. Energi panas menaikkan temperatur campuran amoniak-air yang ada di dalam generator. Karena amoniak mempunyai titik didih yang lebih rendah dibanding air maka amoniak akan mendidih terlebih dahulu. Uap amoniak ini mengalir dari generator menuju evaporator melalui kondenser. Di dalam kondenser uap amoniak mengalami pendinginan dan mengembun. Cairan amoniak di dalam tabung kondensor (juga berfungsi sebagai evaporator) mengalami ekspansi sehingga tekanannya turun. Karena tekanan amoniak di dalam evaporator turun maka temperaturnya dapat turun sampai dibawah 0° C. Evaporator umumnya diletakkan

(21)

berlangsung secara kontinyu maka pendinginannya dikatakan berlangsung secara

intermitten.

Unjuk kerja pendingin absorbsi umumnya dinyatakan dengan koefisien prestasi absorbsi (COPAbsorbsi) dan dapat dihitung dengan persamaan:

= (1)

2.2 Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Beberapa penelitian pendingin absorbsi menggunakan zeolit-air dengan energi surya yang pernah dilakukan diantaranya oleh Hinotani (1983) mendapatkan bahwa harga COP sistem pendingin adsorpsi surya menggunakan zeolit-air akan medekati konstan pada temperatur pemanasan 160°C atau lebih.

Grenier (1983) melakukan eksperimen sistem pendingin adsorpsi surya menggunakan zeolit-air dan mendapatkan harga COP sebesar 0,12. Pons (1986) meneliti pendingin adsorpsi zeolit-air tetapi COP nya hanya 0,1. Zhu Zepei (1987) melakukan pengetesan pada sistem pendingin adsorpsi surya menggunakan zeolit-air dengan kolektor plat datar dan kondensor berpendingin udara mendapatkan COP yang rendah sebesar 0,054 modifikasi yang dilakukan dengan memvakumkan sistem dan penggunaan reflektor datar tidak banyak menaikkan harga COP. Kreussler (1999) melakukan penelitian dan hasilnya adalah dengan pemanasan 150°C didapatkan energi pendinginan sebesar 250 kJ per kilogram

(22)

menggunakan kolektor parabola secara terpisah dari sistem pendingin sehingga setiap kali diperlukan proses pemvakuman. Sistem yang dipakai Ramos tidak menggunakan kondensor, Ramos juga mendapatkan kapasitas adsorpsi zeolit mencapai optimal dengan pemanasan tabung zeolit sebesar 250°C.

(23)

8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Skema Alat

Alat yang dibuat meliputi beberapa bagian yang bisa dirangkai menjadi satu. Di bawah ini adalah 2 gambar skema alat yang dibuat.

Gambar 3.1 Skema alat pendingin absorbsi

Keterangan :

1.Generator yang juga sekaligus sebagai absorber 5

4 2

3

1

Dengan pipa celup 17 cm Dengan pipa celup 8,5cm

5

2

4

1

3

(24)

2. Keran

3. Kondensor sekaligus Evaporator 4. Manometer

5. Saluran untuk menampung amoniak yang akan dimasukkan ke alat. Bagian ini bisa diganti dengan pentil saat alat akan divakum.

6. Receiver

Gambar 3.2 Skema pipa celup pendingin absorbsi

3.2 Variabel Yang Divariasikan

1. Variasi tekanan yaitu : 540 kPa (5,4 bar), 1000 kPa (10 bar),1220 kPa (12,2 bar),1260 kPa (12,6 bar)

2. Variasi pemanasan generator:

Pipa celup 17 cm Dengan pipa celup 8,5 cm

17 cm

(25)

- Pemanasan generator menggunakan Kompor. - Pemanasan generator menggunakan air panas. 3. Variasi pendinginan generator:

- Generator dengan pendingin air. - Generator dengan pendingin udara. 4. Variasi pendinginan pada evaporator: - Evaporator menggunakan pendingin air. - Evaporator menggunakan pendingin udara.

3.3 Variabel Yang Diukur

1. Temperatur generator (T1)

2. Temperaturgenerator bagian atas (T2)

3. Temperatur evaporator (T3)

4. Temperatur lingkungan sekitar evaporator (T4)

5. Temperatur dinding kotak pendingin (T5)

6. Temperatur lingkungan kotak pendingin (T6)

7. Tekanan evaporator (PE)

8. Waktu pencatatan data (t)

(26)

3.4 Langkah penelitian

1. Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti pada gambar 3.1 2. Alat dipasang termokopel pada tempat yang akan diukur suhunya 3. Alat divakumkan menggunakan pompa vakum

4. Alat diisi dengan campuran amoniak-air. amoniak-air yang dijual di pasaran konsentrasinya tidak jauh berbeda ( kurang lebih 30% ).

5. Pengambilan data dilakukan dengan memvariasikan tekanan, variasi pada pemanasan generator, dan variasi pada pendinginan evaporator pada kedua alat. ( langkah pengambilan data dapat dilihat pada halaman 12).

6. Pengambilan data dilakukan tiap 5 menit pada saat proses disorbsi, 10 menit pada saat proses pendinginan generator, dan 5 menit pada saat proses absorbsi terjadi.

7. Data yang dicatat adalah temperatur generator (T1), temperatur generator

bagian atas (T2), temperatur evaporator (T3), temperatur lingkungan evaporator

(T4), tekanan generator (P) dan waktu pencatatan data (t).

Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada parameter parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik hubungan :

(27)

2. Hubungan tekanan di evaporator dengan suhu di evaporator untuk semua variasi jenis fluida pendingin kondenser, tekanan evaporator, konsentrasi amoniak-air dan konstruksi generator.

3. Hubungan koefisien prestasi dengan waktu pencatatan data untuk semua variasi jenis fluida pendingin kondenser, tekanan evaporator, konsentrasi amoniak-air dan konstruksi generator.

3.5 Langkah Pengambilan Data

a. Tekanan 540 kPa (5,4 bar)

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.1.

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.2.

b. Tekanan 1000 kPa ( 10 bar )

(28)

evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.3.

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.4.

c. Tekanan 1220 kPa ( 12,2 bar )

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.5.

d. Tekanan 1260 kPa (12,6 bar )

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.6.

2. Variasi pada pemanasan generator

(29)

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 540 kPa (5,4 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.1. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 540 kPa (5,4 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.2. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1000 kPa (10 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.3. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

(30)

pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.4. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1220 kPa (12,2 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.5. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1250 kPa (12,6 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.6. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1270 kPa (12,7 bar), kemudian dilanjutkan dengan proses absorbsi tanpa melalui proses pendinginan generator. Data dapat dilihat pada tabel 4.8.

(31)

evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi, Tekanan yang dihasilkan adalah 1270 kPa (12,7 bar), kemudian dilanjutkan dengan proses absorbsi tanpa melalui proses pendinginan generator. Data dapat dilihat pada tabel 4.9.

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator menggunakan pendingin udara pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1560 kPa (15,6 bar), Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.10.

b. Pemanasan generator menggunakan air panas

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan media air panas (pendidihan air panas menggunakan heater), dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dapat dihasilkan adalah 420 kPa (4,2bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator mengunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.7.

(32)

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 540 kPa (5,4 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.1. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 540 kPa (5,4 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.2. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1000 kPa (10 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.3. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

(33)

pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.4. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1220 kPa (12,2 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.5. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1260 kPa (12,6 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.6. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

(34)

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan media air panas (pendidihan air panas menggunakan heater), dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dapat dihasilkan adalah 420 kPa (4,3bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator mengunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.7.

b. Generator dengan pendingin udara

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1270 kPa (12,7 bar), kemudian dilanjutkan dengan proses absorbsi tanpa melalui proses pendinginan generator. Data dapat dilihat pada tabel 4.8.

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi, Tekanan yang dihasilkan adalah 1270 kPa (12,7 bar), kemudian dilanjutkan dengan proses absorbsi tanpa melalui proses pendinginan generator. Data dapat dilihat pada tabel 4.9.

(35)

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 540 kPa (5,4 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.1. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 540 kPa (5,4 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.2. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor listrik dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1000 kPa (10 bar ). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.3. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

(36)

pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.4. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1220 kPa (12,2 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.5. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml

amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dihasilkan adalah 1260 kPa (12,6 bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator menggunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.6. - Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml

(37)

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan kompor dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi, Tekanan yang dihasilkan adalah 1270 kPa (12,7 bar), kemudian dilanjutkan dengan proses absorbsi tanpa melalui proses pendinginan generator. Data dapat dilihat pada tabel 4.9.

- Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %, pemanasan generator menggunakan media air panas (pendidihan air panas menggunakan heater), dan evaporator pendingin air pada saat proses disorbsi. Tekanan yang dapat dihasilkan adalah 420 kPa (4,3bar). Selanjutnya dilakukan proses pendinginan generator mengunakan air, pada saat proses absorbsi generator didinginkan menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.7.

a. Evaporator menggunakan pendingin udara

(38)

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Alat absorbsi pada penelitian ini mempunyai 2 variasi yaitu :

1. Alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. 2. Alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm

Selain menggunakan variasi dengan pipa celup dan penggunaan recevier , penelitian ini menggunakan variasi tekanan pada alat absorbsi, variasi pemanasan generator, variasi pendinginan generator dan variasi pendinginan evaporator. Dalam pengambilan data dilakukan pada saat proses disabsorbsi sampai proses absorbsi terjadi.

Tabel 4.1.Data dengan variasi tekanan 540 kPa (5,4 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

(39)

Tabel 4.1.Data dengan variasi tekanan 540 kPa (5,4 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan)

Tabel 4.2. Data dengan variasi tekanan 540 kPa (5,4 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5cm

t P T1 T2 T3 T4 T5 T6 COP keterangan

0 -1,0 25 25 25 25 1,00 Desorbsi

5 -1,0 27 26 25 25 0,99 kompor 1/2 putaran

(40)
(41)

Tabel 4.3. Data dengan variasi tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml

amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

(42)

Tabel 4.3. Data dengan variasi tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml

amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan )

t P T1 T2 T3 T4 T5 T6 COP keterangan

175 -1,0 27 26 18 27 22 22 0,97

180 -1,0 27 26 18 27 21 21 0,97

COP rata-rata 0,91

Tabel 4.4. Data dengan variasi tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5cm

(43)

Tabel 4.4. Data dengan variasi tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5cm (lanjutan)

Tabel 4.5. Data dengan variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml

amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

(44)

Tabel 4.5. Data dengan variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml

(45)

Tabel 4.5. Data dengan variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml

amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan)

Tabel 4.6. Data dengan variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5cm

(46)
(47)

Tabel 4.7. Data dengan variasi pemanasan generator menggunakan air panas ,tekanan 420 kPa (4,2 bar), pemanasan generator menggunakan air panas (pendidihan air panas menggunakan heater), pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

(48)

Tabel 4.7. Data dengan variasi pemanasan generator menggunakan air panas ,tekanan 420 kPa (4,2 bar), pemanasan generator menggunakan air panas (pendidihan air panas menggunakan heater), pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan)

t P T1 T2 T3 T4 T5 T6 COP keterangan

170 -1,0 27 26 22 27 25 25 0,98

COP rata - rata 0,91

Tabel 4.8. Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara ,tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

(49)

Tabel 4.8. Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara ,tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan)

(50)

Tabel 4.9. Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara ,tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm

(51)

Tabel 4.9. Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara ,tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm (lanjutan)

t P T1 T2 T3 T4 T5 T6 COP keterangan

Tabel 4.10. Data dengan variasi pendinginan evaporator menggunakan udara ,tekanan 1560 kPa (15,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan udara, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

(52)

Tabel 4.10. Data dengan variasi pendinginan evaporator menggunakan udara ,tekanan 1560 kPa (15,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan udara, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan)

(53)

Tabel 4.10. Data dengan variasi pendinginan evaporator menggunakan udara ,tekanan 1560 kPa (15,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan udara, 900 ml amoniak 30 % , menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm (lanjutan)

t P T1 T2 T3 T4 T5 T6 COP keterangan

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan untuk mencari koefisien prestasi absorbsi (COPAbsorbsi) dan dapat

dihitung dengan persamaan:

(54)

1. Contoh perhitungan diambil dari tabel 4.1 pada menit ke-10

Gambar 4.1a Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

Pada gambar 4.1a dapat dilihat bahwa ) , ) , ) dan P naik perlahan-lahan pada proses desorbsi. Ketika sudah mencapai tekanan yang diinginkan dalam penelitian ini 1220 kPa (12,2 bar), maka proses desorbsi dihentikan dan dilanjutkan dengan proses pendinginan, proses pendinginan generator dilakukan hingga ) mencapai suhu lingkungan sekitar 27°C, proses absorbsi dilakukan dengan membuka katub atau kran pada saluran evaporator,

(55)

Pada proses absorbsi terjadi penurunan tekanan yang sangat cepat hingga -1 bar, dan temperatur terendah pada ) adalah -5°C.

Gambar 4.1b Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1100 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm

Pada gambar 4.1b dapat dilihat bahwa )* dan )# mengalami

(56)

Gambar 4.2a Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm

Pada gambar 4.2a dapat dilihat bahwa ) , ) , ) dan P naik perlahan-lahan pada proses desorbsi. Ketika sudah mencapai tekanan yang diinginkan dalam penelitian ini 1260 kPa (12,6 bar), maka proses desorbsi dihentikan dan dilanjutkan dengan proses pendinginan, proses pendinginan generator dilakukan hingga ) mencapai suhu lingkungan sekitar 27°C, proses absorbsi dilakukan dengan membuka katub atau kran pada saluran evaporator, Pada proses absorbsi terjadi penurunan tekanan yang sangat cepat hingga -1 bar, dan temperatur terendah pada ) adalah -5°C.

(57)

Gambar 4.2b Grafik perbandingan temperatur pada variasi tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm

(58)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi tekanan. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %.

Keterangan :

A : Tekanan 540 kPa (5,4 bar ), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.1.

B : Tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.3.

C :Tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.5.

(59)

Pada gambar 4.3 dapat dilihat perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi tekanan, suhu terendah yang dapat dihasilkan pada pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30% adalah -5°C. Pada tekanan 1220 kPa (12,2 bar ), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air.

Gambar 4.4 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi tekanan. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,8 cm, 1300 ml amoniak 30 %.

Keterangan :

A : Tekanan 540 kPa (5,4 bar ), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.2.

(60)

B : Tekanan 1000 kPa (10 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm. Dapat dapat dilihat pada tabel 4.4.

C : Tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.6.

Pada gambar 4.4 dapat dilihat perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi tekanan, suhu terendah yang dapat dihasilkan pada pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30% adalah -5°C. Pada tekanan 1260 kPa (12,6 bar ), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air.

Gambar 4.5 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi pemanasan generator. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %.

(61)

Keterangan :

A :Tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.5.

B :Tekanan 420 kPa (4,2 bar), pemanasan generator menggunakan media air panas (pendidihan air panas menggunakan heater), pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.7.

(62)

Gambar 4.6 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi pendinginan generator. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, 1300 ml amoniak 30 %.

A :Tekanan 1260 kPa (12,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm, proses pendinginan generator menggunakan air. Data dapat dilihat pada tabel 4.6.

B :Tekanan 1270 kPa (12,7 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 1300 ml amoniak 30 % alat absorbsidengan pipa celup 8,5 cm, proses pendinginan generator menggunakan udara. Data dapat dilihat pada tabel 4.9.

(63)

pendinginan evaporator dengan air. Pada variasi pendinginan generator menggunakan udara tekanan yang dapat dihasilkan adalah 1270 kPa (12,7 bar), pada saat penelitian proses absorbsi dilakukan langsung tanpa melalui proses pendinginan generator. Sehingga suhu T1 generator pada proses absorbsi masih terlalu panas, dan proses penyerapan amoniak oleh absorber berjalan lambat. Dalam penelitian suhu terendah pada evaporator yang dapat dihasilkan pada saat proses absorbsi adalah 5°C.

Gambar 4.7 Grafik perbandingan suhu T3 pada evaporator dengan variasi pendinginan evaporator. Menggunakan alat pendingin absorbsi dengan pipa celup 17 cm, 900 ml amoniak 30 %.

Keterangan :

A :Tekanan 1220 kPa (12,2 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan air, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.10.

(64)

B :Tekanan 1560 kPa (15,6 bar), pemanasan generator menggunakan kompor, pendinginan evaporator dengan udara pada saat proses disorbsi, 900 ml amoniak 30 % alat absorbsi dengan pipa celup 17 cm. Data dapat dilihat pada tabel 4.10.

(65)
(66)

F : COP evaporator menggunakan pendinginan udara dengan tekanan 1560 kPa (15,6 bar)

Pada gambar 4.8 dapat dilihat COP yang dihasilkan selama percobaan dilakukan. Nilai COP yang dihasilkan dari semua percobaan memiliki selisih yang sangat kecil. Nilai COP tertinggi adalah 0,94 pada saat menggunakan alat absorbsi dengan pipa celup 8,5 cm terselubung menggunakan receiver dengan variasi tekanan 540 kPa (5,4 bar).

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa proses pendinginan telah berlangsung ditandai dengan turunnya temperatur evaporator pada saat absorbsi. Pendinginan dengan menggunakan siklus absorbsi berlangsung dalam beberapa proses yaitu:

a. Proses desorbsi yaitu proses pelepasan amoniak dari absorber (air) saat generator dipanaskan.

b. Proses kondensasi yaitu proses pendinginan dan pengembunan uap amoniak yang terdesorbsi menjadi amoniak cair. Amoniak cair yang dihasilkan ditampung di evaporator.

(67)

Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan memvariasikan tekanan, variasi pada pemanasan generator, variasi pendinginan generator, dan variasi pendinginan evaporator.

(68)
(69)

54

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal.

1. Dengan percobaan ini, telah berhasil dibuat dua model pendingin absorbsi amoniak-air sederhana yang mudah di buat dengan kemampuan industri lokal. Yaitu alat pendingin absorbsi amoniak air dengan pipa celup 17 cm dan alat pendingin abosrbsi amoniak air dengan pipa celup 8,5 cm.

2. Pada alat pendingin absorbsi amoniak air telah dilakukan penelitian dengan variasi tekanan, variasi pemanasaan generator, variasi pendinginan generator dan variasi pendinginan evaporator. Variasi tekanan yang dilakukan adalah tekanan 540 kPa (5,4 bar), 1000 kPa (10 bar ), 1220 kPa (12,2 bar) dan 1260 kPa ( 12,6 bar). Variasi pemanasan generator pada penelitian terdiri dari: pemanasan generator dengan kompor dan pemanasan generator dengan media air panas. Variasi pendinginana generator pada penelitian terdiri dari : pendinginan generator dengan air dan pendinginan generator dengan udara. Dan variasi pendinginan evaporator terdiri dari: pendinginan evaporator dengan air dan pendingina evaporator dengan udara pada saat proses disorbsi. 3. Temperatur suhu evaporator terendah yang dapat dihasilkan adalah -5°C. Pada

(70)

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan beberapa saran.

1.Pada Proses pendinginan sistem absorbsi membutuhkan tekanan yang tinggi 2000 kPa (20 bar). Untuk itu dapat dibuat alat pendingin absorbsi yang tahan terhadap tekanan tinggi pada penelitian berikutnya.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Songko Prabowo P. A. (2010). Pendingin Absorbsi Amonia-Air Generator Horisontal Tercelup, Yogyakarta: Universitas sanata Dharma

Harianto, Budi. (2010). Pengaruh Kadar Amonia Pada Unjuk Kerja Alat Pendingin Absorbsi Amonia-Air, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Hinotani, K, (1983), Development of Solar Actuated Zeolite Refrigeration System. Solar World Congress, Vol.1, Pergamon Press, pp. 527-531.

Grenier, Ph. (1983), Experimental Result on a 12 m3 Solar Powered Cold Store Using the Intermittent Zeolite 13x-Water Cycle. Solar World Congress, Pergamon Press, pp. 353-358, 1984.

Pons, M. (1986), Design of solar powered solid adsorption ice-maker. ASME J. of Solar Engineering, 108, 327-337, 1986.

Zhu, Z. (1987), Testing of a Solar Powered Zeolite-Water Refrigeration. M. Eng. Thesis. AIT, Bangkok.

Kreussler, S (1999), Experiments on Solar adsorption refrigeration Using Zeolite and Water. Laboratory for Solar Energy, University of Applied Sciences Germany.

Ramos, Miguel (2003), Evaluation Of A Zeolite-Water Solar Adsorption Refrigerator. ISES Solar World Congress (june, 14-19, 2003), Goteborg,

(72)

LAMPIRAN

DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA

Proses desorbsi

(73)

proses absorbsi

(74)

Gambar

Gambar 2.1     Siklus pendinginan absorbsi
Tabel 4.1.      Data dengan variasi tekanan 540 kPa (5,4 bar), pemanasan generator
Tabel 4.8.   Data dengan variasi pendinginan generator menggunakan udara,
Gambar 2.1  Siklus pendinginan absorbsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan Serat Pelepah Daun Pinang ( Areca Catechu ) dan Matriks Recycled Polypropylene (Rpp) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Komposit.. dengan

• Sepengetahuan ahli mengenai regulasi dari pemerintah untuk dapat menghapus data (sempat diberikan contoh Arsip yang hanya bisa dimusnahkan setelah 30 tahun) ahli menjawab

Anda dikehendaki membuat kajian dan menghasilkan satu reka bentuk plak bertemakan kecemerlangan dalam bidang akademik dan kokurikulum.. Semua bukti hasil kajian hendaklah dimasukkan

Pemberian kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Artha Prima Ambarawa kepada debitur menggunakan penjaminan secara fidusia, akan tetapi jaminan fidusia tersebut tidak

Komponen tersebut adalah: pertama, Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui yang merupakan kajian mengenai teori yang ada (reality) aspek kognitif dari bahasa yang

1) Sertifkat lulus bahasa Inggeris tingkat pre - advanced SELTU-UGM atau TOEFL dengan skor serendah-rendahnya 450. 2) Sertifkat kemampuan bahasa surnber (bahasa asing

Karena tidak memahami hal itu, banyak orang Kristen Karismatik dan Pentakosta telah berbuat keliru dengan berkata kepada orang-orang percaya tertentu bahwa mereka tidak memiliki

Berdasarkan uraian dan hasil analisa yang telah dilakukan, diketahui bahwa perangkat pencacah RIA IP.8 dengan Teknik Radioimmunoassay kit RIA dapat digunakan