• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lkj IP DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO JALAN PANGLIMA SUDIRMAN NO.403 TELP/FAX : (0335)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lkj IP DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO JALAN PANGLIMA SUDIRMAN NO.403 TELP/FAX : (0335)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Lkj IP

2015

DINAS

KESEHATAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2015

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO

JALAN PANGLIMA SUDIRMAN NO.403

(2)

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

DINAS KESEHATAN

Jalan PB Sudirman No. 403 Kraksaan Telp/Fax: (0335) 845726; E-mail: dinkes@probolinggokab.go.id

PROBOLINGGO

KEPUTUSAN

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 440 /074 / 426.102 /2016

TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO

TAHUN 2015

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO,

a.

Bahwa dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sesuai perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

b.

Bahwa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo sebagaimana dimaksud pada huruf a telah disusun sebagai satu dokumen evaluasi yang memuat hasil pengukuran kinerja tahunan tahun 2015.

c.

Bahwa sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mengacu pada RPJMD, RKPD, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, serta peraturan lain yang berlaku.

1.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

2.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

3.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan;

4.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; Menimbang :

(3)

~2~

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

7.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

8.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

9.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

10.

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

11.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

12.

Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 09 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Kabupaten Probolinggo;

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014;

15.

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018;

16.

Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2016;

17.

Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 51 Tahun 2015 tentang Standar Biaya Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2016;

(4)

~3~

18.

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Nomor: 973/101.1/2010 tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014;

19.

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Nomor: 440/098/426.102/2013 tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018.

M E M U T U S K A N

Menetapkan,

1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo 2015, yang selanjutnya disebut LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo adalah dokumen evaluasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Probolinggo yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan pengukuran kinerja SKPD khususnya dan pembangunan daerah pada umumnya yang disusun setiap akhir tahun anggaran;

2.

LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo merupakan hasil pengukuran kinerja per tahun dari Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2015;

LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2015 sebagaimana terlampir dalam keputusan ini, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : PERENCANAAN KINERJA BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA BAB IV : PENUTUP

LAKIP sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua digunakan sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan dalam pengukuran kinerja kesehatan di Kabupaten Probolinggo tahun 2015;

Segala biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2015;

PERTAMA :

KEDUA :

KETIGA :

(5)

~4~

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Kraksaan

Tanggal : 15 Februari 2016

KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN PROBOLINGGO dr. H. SHODIQ TJAHJONO,MMKes Pembina Tingkat I NIP. 19640401 198903 1 013 KELIMA :

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

istem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan suatu sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja yang terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan dimulai dari proses penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), atau Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra-SKPD); perencanaan kinerja yang dijabarkan ke dalam Rencana Kinerja Tahunan serta ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja; kemudian pengukuran kinerja dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama; pengelolaan data kinerja yang dilakukan dengan cara mencatat, mengolah dan melaporkan data kinerja serta selanjutnya dilaporkan melalui pelaporan kinerja serta dievaluasi dalam reviu dan evaluasi kinerja.

Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah (Lkj IP) yang disusun secara periodik. Selain berperan sebagai instrumen pertanggungjawaban kepada masyarakat, Lkj IP juga merupakan sarana untuk memperbaiki kinerja organisasi periode berikutnya.

Inti dari pertanggungjawaban kinerja adalah perbandingan antara target yang ditetapkan dalam rencana kinerja tahunan dengan realisasi capaian kinerja pada akhir tahun anggaran. Hal ini menuntut adanya aktivitas pengelolaan data kinerja secara terus-menerus selama periode kegiatan berlangsung. Sedangkan pengukuran kinerja dilakukan secara konsisten terhadap indikator yang telah disepakati.

Untuk menjamin dan mempertahankan hasil pengukuran kinerja tersebut, integrasi antara keahlian sumber daya manusia dengan sumber daya yang lain mutlak diperlukan. Dalam jangka menengah, keberhasilan strategi ini terlihat dari peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program, sedangkan dalam jangka pendek, strategi ini berkontribusi dalam peningkatan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil.

(7)

Adapun dalam jangka panjang, strategi ini akan menempatkan Pemerintah Kabupaten Probolinggo tetap unggul dalam pencapaian target serta program-program yang telah ditetapkan.

1.1 LATAR BELAKANG

Hakikat dan spirit otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 adalah distribusi dan pembangunan kewenangan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Kedua undang-undang tersebut merupakan manifestasi dari aktualisasi spirit otonomi daerah yang bermuatan political

sharing, financial sharing, dan empowering dalam mengembangkan kapasitas daerah

(capacity building) dan peningkatan SDM serta partisipasi masyarakat.

Tujuan utama otonomi daerah adalah tercapainya penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) dengan landasan demokrasi yang menitikberatkan pada peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan kepada seluruh masyarakat. Salah satu cara agar pemerintah dapat memberikan pelayanan yang lebih efektif dan efisien secara bersih dan bertanggung jawab adalah melalui implementasi sistem akuntabilitas yang berorientasi kepada hasil dan manfaatnya bagi perbaikan pelayanan publik serta kesejahteraan masyarakat.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lkj IP) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolingggo Tahun 2015 disusun berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dalam satu tahun anggaran dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai.

Tujuan penyusunan Lkj IP Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2015 adalah sebagai sarana dalam menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh stakeholders (Presiden, DPRD, dan Masyarakat) atas pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan, terutama dalam bidang kesehatan yang telah dipercayakan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo. Penyusunan LAKIP juga merupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja sebagai upaya meningkatkan kinerja secara berkesinambungan bagi instansi pemerintah (performance improvement) di masa yang akan datang.

(8)

1.3 LANDASAN HUKUM

Landasan hukum dalam penyusunan Lkj IP Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo, antara lain:

a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4578);

g. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

j. Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah;

k. Peraturan Manteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

l. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

(9)

m. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

n. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja di Pemerintah Provinsi Jawa Timur;

o. Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 7 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo;

1.4 STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 7 tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dijelaskan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam bidang kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi dalam : 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan meliputi pendekatan peningkatan

(promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam rangka upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM),

2. Pembinaan pelaksanaan administrasi umum dan sistem informasi kesehatan (SIK), 3. Pemberian ijin dan rekomendasi perijinan dibidang kesehatan,

4. Pembinaan terhadap UPTD kesehatan,

5. Pengkoordinasian dengan instansi terkait, lembaga swasta dan kemasyarakatan dibidang kesehatan,

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Terkait dengan tugas pokok dan fungsi tersebut serta didasarkan pada aspek stratejik dari organisasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo memiliki komponen organisasi yang terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahi :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Perencanaan.

3. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi :

a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan; b. Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman;

c. Seksi Bina Institusi dan Mutu Pelayanan Kesehatan. 4. Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi, membawahi :

(10)

a. Seksi Kesehatan Ibu, Bayi dan Reproduksi ; b. Seksi Kesehatan Anak, Remaja dan Usia Lanjut ; c. Seksi Gizi.

5. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, membawahi : a. Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit ;

b. Seksi Pengendalian Penyakit ; c. Seksi Penyehatan Lingkungan.

6. Bidang Pengembangan dan Promosi Kesehatan, membawahi : a. Seksi Pengembangan Kesehatan ;

b. Seksi Promosi Kesehatan ;

c. Seksi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat. 7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

8. UPT Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas, mempunyai fungsi :

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan ; b. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan ;

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, dan pelayanan kesehatan masyarakat ;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

9. UPT Laboratorium Kesehatan

Laboratorium Kesehatan adalah tempat khusus beserta peralatannya untuk melakukan pemeriksaan penunjang kesehatan medis dan kesehatan lingkungan. Laboratorium Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas kesehatan dibidang pelayanan laboratorium kesehatan. Laboratorium Kesehatan, mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja laboratorium kesehatan ; b. Pelaksanaan pengambilan, pemeriksaan dan pengiriman sampel klinis, kimia

dan air;

c. Pelaksanaan analisa hasil pemeriksaan laboratorium ;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(11)

Instalasi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas kesehatan dibidang pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Instalasi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, mempunyai fungsi : a. Penyusunan dan pengusulan rencana kebutuhan obat dan perbekalan

kesehatan ;

b. Penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat serta perbekalan kesehatan ;

c. Pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan ;

d. Penghapusan obat dan perbekalan kesehatan yang rusak dan kadaluarsa ; e. Pengevaluasian hasil kegiatan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan ; f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Untuk lebih jelasanya, dapat dilihat pada Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo pada gambar 1.1 berikut ini :

(12)
(13)

1.5 GAMBARAN UMUM

Kegiatan pembangunan kesehatan di Kabupaten Probolinggo adalah dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Pembangunan kesehatan merupakan bidang yang mempunyai keunggulan komparatif, baik jangka pendek maupan jangka panjang bila dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Hal ini bisa dilihat dari perhatian Pemerintah yang menempatkan pembangunan bidang kesehatan sebagai salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Probolinggo.

IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak. Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program, sehingga diperlukan suatu upaya yang terpadu antar lintas program dan lintas sektor di Kabupaten Probolinggo dalam meningkatkan nilai IPM tersebut.

Indikator kinerja utama (IKU) bidang kesehatan dalam dokumen RPJMD Kab. Probolinggo tahun 2008-2013 dan Renstra Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo menitikberatkan pada tujuh indikator antara lain Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH), Prevalensi gizi buruk, Jumlah penduduk yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan, Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat serta Prosentase posyandu purnama dan mandiri.

Ketujuh indikator tersebut menjadi salah satu tantangan dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pemerintah Kabupaten Probolinggo periode lima tahun ke depan. Indeks tersebut terdiri dari indeks kesehatan berupa angka harapan hidup (AHH), indeks pendidikan yang terdiri dari indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta indeks daya beli masyarakat.

Berdasarkan analisa situasi kesehatan di Kabupaten Probolinggo, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain:

a. Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013 adalah 65,69 tahun dan tahun 2014 meningkat menjadi sebesar 65,75 tahun. Apabila dibandingkan dengan AHH Provinsi Jawa Timur tahun 2014 sebesar 70,45 tahun dan rata-rata AHH penduduk Indonesia yang sebesar 72 tahun, AHH di Kabupaten Probolinggo masih jauh berada dibawah taraf provinsi dan nasional. AHH di Kabupaten Probolinggo di tahun 2014 bahkan berada di urutan terbawah dibandingkan 38 kab/kota lainnya di Provinsi Jawa Timur. Meskipun demikian

(14)

dengan adanya kecenderungan meningkatnya AHH tersebut, dapat mencerminkan adanya perbaikan status kesehatan masyarakat di Kabupaten Probolinggo.

b. Angka kematian ibu dan bayi masih merupakan masalah yang dominan di Kabupaten Probolinggo. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus kematian ibu antara lain; faktor ekonomi, sosial, budaya, geografis, transportasi dan faktor kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut secara implisit adalah “3 Terlambat” (Terlambat mengambil keputusan merujuk ke fasilitas kesehatan, Terlambat menjangkau fasilitas kesehatan dan Terlambat mendapat pelayanan Tenaga kesehatan). Sedangkan faktor penyumbang angka kematian bayi paling banyak disebabkan karena BBLR, kelainan kongenital, asfiksia, aspirasi dan pneumonia.

c. Status gizi memiliki hubungan langsung dan mendasar dengan HDI (Human

Development Indeks) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sebab gizi

merupakan elemen dasar pembentukan otak yang menjadi ukuran dalam menentukan kualitas SDM. Pemenuhan gizi merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Status gizi masyarakat di Kabupaten Probolinggo masih cukup memprihatinkan, ditandai dengan penemuan balita gizi kurang dan balita gizi buruk di beberapa kecamatan dan sekitar 19-20 kecamatan termasuk dalam kategori kecamatan rawan pangan.

d. Partisipasi aktif masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan Desa siaga masih rendah, utamanya pada indikator akses masyarakat terhadap jamban sehat, perilaku merokok dan ASI ekslusif.

e. Belum semua masyarakat terutama di daerah terpencil mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.

f. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang ada belum memadai baik jumlah maupun mutunya.

g. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan sehingga pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes belum optimal.

h. Kompetensi (kemampuan dan ketrampilan) teknis tenaga kesehatan terutama bidan dan perawat masih kurang.

i. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular maupun penyakit tidak menular termasuk penyakit degeneratif masih merupakan permasalahan yang cukup serius.

(15)

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penyusunan Lkj IP Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Landasan Hukum 1.4 Struktur Organisasi 1.5 Gambaran Umum 1.6 Sistematika Penulisan Bab II : Perencanaan Kinerja

2.1 Visi dan Misi

2.2 Tujuan dan Sasaran 2.3 Strategi dan Kebijakan 2.4 Rencana Kinerja Tahunan 2.5 Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Bab III : Akuntabilitas Kinerja

3.1 Keberhasilan Kinerja yang Dicapai 3.2 Realisasi Anggaran

(16)

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

esuai tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mempunyai rencana strategis (Renstra-SKPD) yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu untuk tahun 2013-2018 dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo yang mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, serta cara pencapaian tujuan dan sasaran terutama dalam periode tahun 2013-2018.

2.1 VISI DAN MISI

Sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan, dan Berakhlak Mulia”, serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mempunyai visi untuk periode tahun 2013-2018 yaitu ”Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Kabupaten Probolinggo untuk Hidup Sehat”.

Misi secara eksplisit menyatakan apa yang harus dicapai oleh suatu organisasi dan kegiatan spesifik apa yang harus dilaksanakan dalam pencapaiannya. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo mempunyai misi, antara lain :

a. Mendorong pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat;

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, merata dan terjangkau; c. Menggerakkan pembangunan kesehatan dalam penanggulangan masalah

kesehatan.

2.2 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan bersifat untuk memberikan arah yang lebih jelas agar perbaikan-perbaikan/ harapan yang ingin dicapai lebih terfokus sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing. Berdasarkan visi, misi dan faktor-faktor kunci keberhasilan, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo menetapkan tujuan pembangunan kesehatan sebagai berikut:

a. Memberdayakan masyarakat dalam PHBS, mengembangkan UKBM serta mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih sehat;

b. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan; c. Meningkatkan status gizi masyarakat;

(17)

d. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyakit serta masalah kesehatan lainnya melalui pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai serta diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai. Berdasarkan makna tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo menetapkan sasaran dengan rincian sebagai berikut:

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian;

b. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan di masyarakat;

c. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya;

d. Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat;

e. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit melalui sistem kewaspadaan dini dengan pengembangan kebijakan bidang kesehatan dan peningkatan sistem informasi kesehatan.

2.3 STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Strategi organisasi dalam pencapaian tujuan dan sasaran merupakan sebuah rencana menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara operasional dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut, maka strategi yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, antara lain:

a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat;

b. Peningkatan kualitas air bersih, sanitasi dasar dan kualitas kesehatan lingkungan; c. Peningkatan kualitas dan akses sarana prasarana pelayanan kesehatan;

d. Peningkatan mutu dan penyebaran tenaga kesehatan;

e. Pengembangan sistem pembiayaan bagi masyarakat di puskesmas dan jaringannya; f. Peningkatan perbaikan gizi masyarakat;

g. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit melalui kewaspadaan dini dalam penanggulangan kesehatan;

h. Pengembangan kebijakan dan peningkatan sistem informasi kesehatan.

Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun 2018 dirumuskan sebagai berikut:

(18)

1. Dalam rangka mewujudkan misi I, yaitu “Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat “ ditetapkan kebijakan dalam rangka:

- Peningkatan upaya promosi kesehatan dan pengembangan UKBM; - Peningkatan kualitas lingkungan.

2. Dalam rangka mewujudkan misi II, yaitu “Meningkatkan dan memelihara pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau “ ditetapkan kebijakan dalam rangka:

- Pemenuhan ketersediaan obat serta pengawasan peredaran obat dan mutu makanan;

- Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas; - Peningkatan akses dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan;

- Peningkatan pembiayaan kesehatan sebagai perwujudan sistem jaminan sosial nasional (SJSN);

- Pemerataan dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang kompeten;

- Peningkatan pembiayaan kesehatan sebagai perwujudan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

- Penanganan gizi kurang dan gizi buruk pada balita dan ibu hamil;

3. Dalam rangka mewujudkan misi III, yaitu “Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan “ ditetapkan kebijakan dalam rangka:

- Peningkatan pencegahan, surveilans, serta pengobatan penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan lainnya;

- Peningkatan pengembangan kebijakan dan sistem informasi menuju pembangunan berwawasan kesehatan;

- Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran.

Keterkaitan antara misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan jangka menengah pada Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo tahun 2013-2018 yang telah diuraikan diatas dapat dilihat dalam tabel 2.1 dibawah ini.

(19)

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian

- Cakupan desa siaga aktif - Prosentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Peningkatan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

Peningkatan upaya promosi kesehatan dan pengembangan UKBM

Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan

Masyarakat Meningkatnya kualitas

kesehatan lingkungan di masyarakat

- Proporsi rumah tangga dengan akses jamban sehat

Peningkatan kualitas air bersih, sanitasi dasar dan kualitas kesehatan lingkungan Peningkatan kualitas lingkungan Program Pengembangan Lingkungan Sehat - Prosentase penduduk

miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan

Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

- Angka Kematian Ibu (per 100.000 KH)

Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan - Angka Kematian Bayi (per

1000 KH)

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Peningkatan akses dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan

Program Pengadaan, Peningkatan, Perbaikan Sarpras Puskesmas, Pustu dan Jaringannya

Peningkatan mutu dan penyebaran tenaga kesehatan

Pemerataan dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang kompeten

Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan Pengembangan sistem pembiayaan bagi masyarakat di puskesmas dan jaringannya Peningkatan pembiayaan kesehatan sebagai

perwujudan sistem jaminan sosial nasional (SJSN)

Program Pelayanan

Kesehatan Penduduk Miskin Meningkatkan status

gizi masyarakat

Meningkatnya perbaikan gizi di masyarakat

- Prevalensi gizi buruk - Prevalensi gizi kurang

Peningkatan perbaikan gizi masyarakat

Penanganan gizi kurang dan gizi buruk pada balita dan ibu hamil

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

PROGRAM

Pemenuhan ketersediaan obat serta pengawasan peredaran obat dan mutu makanan

VISI ARAH KEBIJAKAN

Mendorong pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat Memberdayakan masyarakat dalam PHBS, mengembangkan UKBM serta mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih sehat STRATEGI

Peningkatan kualitas dan akses sarana prasarana pelayanan kesehatan

M ISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Kabupaten Probolinggo untuk Hidup Sehat Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Aman, Bermutu, Merata dan Terjangkau Tabel 2.1

Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2013-2018

(20)

Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta kewaspadaan dini dalam penanggulangan

kesehatan

Peningkatan pencegahan, surveilans, serta pengobatan penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan lainnya

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Peningkatan pengembangan kebijakan dan sistem informasi menuju

pembangunan berwawasan kesehatan

Program Manajemen Dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan

STRATEGI

- Angka Harapan Hidup (AHH) Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan Meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyakit serta masalah kesehatan lainnya melalui pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan berwawasan kesehatan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit melalui sistem kewaspadaan dini dengan pengembangan kebijakan bidang kesehatan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

Pengembangan kebijakan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

(21)

2.4 RENCANA KINERJA TAHUNAN

Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo telah menyusun rencana kinerja tahun 2015 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Rencana kinerja tahunan ini merupakan dasar perencanaan serta pelaksanaan monitoring, evaluasi dan supervisi, berdasarkan target yang telah ditetapkan.

Rencana Kinerja untuk Pencapaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015 selengkapnya terdapat pada tabel berikut ini :

TABEL 2.2

RENCANA KINERJA TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KAB.PROBOLINGGO

No Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target 2015

1

Memberdayakan masyarakat dalam PHBS, mengembangkan UKBM serta mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian

Cakupan desa dan kelurahan

siaga aktif 80% Prosentase rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat

24.5% Meningkatnya kualitas

kesehatan lingkungan di masyarakat

Proporsi rumah tangga dengan

akses jamban sehat 62% 2 Meningkatkan akses dan kualitas

pelayanan kesehatan

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya

Angka Kematian Ibu (AKI) per

100.000 Kelahiran Hidup 100 Angka Kematian Bayi (AKB) per

1000 Kelahiran Hidup 16 Prosentase penduduk miskin

yang berkunjung ke fasilitas kesehatan

55.5% 3 Meningkatkan status gizi

masyarakat

Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat

Prevalensi gizi kurang <15% Prevalensi gizi buruk <5% 4

Meningkatkan upaya

pencegahan dan penanganan penyakit serta masalah kesehatan lainnya melalui pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan berwawasan kesehatan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit melalui sistem kewaspadaan dini dengan pengembangan kebijakan bidang kesehatan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

Angka Harapan Hidup (AHH) 62.26 tahun

2.5 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja atau pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang

(22)

jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola.

Melalui perjanjian kinerja antara lain, diharapkan dapat terwujud komitmen antara penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo tahun 2015 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2015 yang telah ditetapkan.

Target perjanjian kinerja tahun 2015 tersebut dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan pokok tahun 2015 antara lain:

1. Program pelayanan administrasi perkantoran, dengan kegiatan antara lain: a. Penyediaan jasa kebersihan kantor;

b. Penyediaan jasa tenaga non PNS;

c. Penyediaan jasa administrasi kepegawaian; d. Penyediaan sarana dan prasarana perkantoran; e. Penyediaan jasa pelayanan administrasi perkantoran.

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur, dengan kegiatan antara lain:

a. Pengadaan sarana dan prasarana aparatur;

b. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana aparatur.

3. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan, dengan kegiatan antara lain:

a. Penyusunan Rencana Program Kegiatan dan Pelaporan Kinerja SKPD. b. Pengelolaan Barang Milik Daerah

4. Program pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, dengan kegiatan berupa: a. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan;

b. Manajemen pengelolaan obat;

c. Pengadaan obat dan bahan habis pakai pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional.

5. Program upaya kesehatan masyarakat, dengan kegiatan antara lain: a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas;

b. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak; c. Peningkatan pelayanan kesehatan (Perda 12/2010); d. Peningkatan pelayanan kesehatan usila dan remaja; e. Peningkatan pelayanan GFK dan Labkesda;

(23)

g. Gerakan sekolah sehat;

h. Gerakan peningkatan kesehatan balita; i. Peningkatan deteksi ibu hamil;

j. Peningkatan Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional untuk Puskesmas dan Jaringannya;

k. Peningkatan Mutu Puskesmas;

l. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat; m. Screening kesehatan anak sekolah.

6. Program pengawasan obat dan makanan, dengan kegiatan berupa: a. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; b. Pengawasan peredaran obat, alkes dan kosmetik.

7. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dengan kegiatan antara lain:

a. Penyebarluasan informasi kesehatan; b. Pengembangan desa siaga;

c. Peningkatan UKBM;

d. Peningkatan kapasitas kelembagaan KPA; e. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; f. Pembinaan taman posyandu.

8. Program perbaikan gizi masyarakat, dengan kegiatan berupa: a. PMT pemulihan;

b. Peningkatan pemantauan status gizi dan SKPG; c. Gerakan Percepatan Peningkatan ASI ekslusif;

9. Program pengembangan lingkungan sehat, dengan kegiatan antara lain: a. Peningkatan kualitas sanitasi masyarakat;

b. Peningkatan sarana air bersih di sarkesdas; c. Gerakan sanitasi total (GETAS);

d. Gerakan pasar sehat;

e. Peningkatan Sanitasi Pondok Pesantren; f. Pelaksanaan Studi EHRA.

10. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, dengan kegiatan antara lain:

a. Peningkatan Imunisasi;

b. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah; c. Pencegahan dan pemberantasan TBC;

d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA dan Diare; e. Pencegahan dan pemberantasan IMS dan HIV/AIDS; f. Pencegahan dan pemberantasan DBD;

(24)

h. Peningkatan pelayanan kesehatan haji; i. Penanggulangan bencana bidang kesehatan.

11. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin, dengan kegiatan antara lain : a. Penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat daerah;

b. Penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat daerah (sharing propinsi).

12. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan Pustu, dengan kegiatan antara lain:

a. Pembangunan Poskesdes; b. Pengadaan puskesmas keliling;

c. Rehabilitasi sedang/berat puskesmas pembantu; d. Rehabilitasi Polindes;

e. Pengadaan alat kesehatan puskesmas; f. Pengembangan Puskesmas;

13. Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan, dengan kegiatan antara lain : a. Pengembangan SDM;

b. Peningkatan kapasitas teknis fungsional tenaga kesehatan;

14. Program manajemen dan kebijakan pembangunan kesehatan, dengan kegiatan antara lain:

a. Pengelolaan SIKDA;

b. Perencanaan dan evaluasi kesehatan; c. Peningkatan IPM Bidang Kesehatan;

d. Peningkatan manajemen Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional;

15. Program Pembinaan Lingkungan Sosial di Kawasan Industri Hasil Tembakau, dengan kegiatan antara lain:

a. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Pembangunan/ Rehabilitasi UGD di Puskesmas;

b. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Pengadaan Alkes bagi Penderita Penyakit Jantung dan Paru.

c. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Pembangunan UGD dan Poli Kesehatan di Puskesmas bagi Penderita Penyakit Jantung dan Paru.

16. Program Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP a. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Sukapura b. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Sumber c. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Kuripan d. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Bantaran e. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Leces f. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Jorongan

(25)

g. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Tegalsiwalan h. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Banyuanyar i. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Klenang kidul j. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Tiris

k. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Ranugedang l. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Krucil

m. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Wangkal n. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Condong o. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Pakuniran p. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Glagah q. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Kotaanyar r. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Paiton s. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Jabungsisir t. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Besuk u. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Bago v. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Kraksaan w. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Krejengan x. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Pajarakan y. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Maron z. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Suko å. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Gending ä. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Dringu ö. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Wonomerto aa. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Lumbang bb. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Tongas cc. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Curahtulis dd. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di FKTP Sumberasih

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mengatur bahwa Perjanjian Kinerja sebagai komitmen kinerja harus dinyatakan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015 untuk eselon II, III dan IV yang ditandatangani oleh Kepala Dinas dan Bupati Probolinggo, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran.

(26)

BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

ecara umum Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo telah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara proporsional sebagai pelaksana pembangunan kesehatan di Kabupaten Probolinggo, baik kegiatan yang bersifat administrasi maupun yang bersifat medis teknis, hal ini dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Dalam mengukur keberhasilan tersebut, diperlukan acuan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Acuan tersebut berupa Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban.

3.4 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Komitmen global dan nasional dimaksud menjadi salah satu tujuan yang harus dicapai di daerah, disesuaikan dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Pembangunan kesehatan Kabupaten Probolinggo diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat dan terwujudnya masyarakat Probolinggo yang sehat sesuai tujuan RPJMD 2013–2018 terutama untuk memberdayakan masyarakat dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih sehat, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan serta meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyakit di Kabupaten Probolinggo.

Penilaian keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Probolinggo dilihat dari terwujudnya masyarakat yang sehat, setiap tahunnya diukur berdasarkan pencapaian terhadap indikator Millenium Development Goals (MGDs), Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, serta hasil capaian indikator kinerja utama (IKU) tahun 2015 pada Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, sebagai alat monitoring dan evaluasi serta tolok ukur untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan daerah berkaitan dengan pelayanan kesehatan kepada masyarkat.

Hasil yang telah dicapai tahun 2015 berdasarkan Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo adalah sebagai berikut :

(27)

Tabel 3.1

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015

No Tujuan Sasaran Indikator Sasaran

2015

Target Realisasi Persentase Capaian

1

Memberdayakan masyarakat dalam PHBS,

mengembangkan UKBM serta mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian

Cakupan desa dan

kelurahan siaga aktif 80% 92,73% 115,91 % Prosentase rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat

24.5% 21.34% 87,10 % Meningkatnya kualitas

kesehatan lingkungan di masyarakat

Proporsi rumah tangga dengan akses jamban sehat

62% 63.57% 102,53 % 2

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya

Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup

100 145.57 54.43 % Angka Kematian Bayi (AKB)

per 1000 Kelahiran Hidup 16 13.55 115,31 % Prosentase penduduk

miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan

55.5% 17.98% 32,40 % 3 Meningkatkan status gizi

masyarakat

Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat

Prevalensi gizi kurang <15% 8.61 142,60 % Prevalensi gizi buruk <5% 1.51 169.80 % 4

Meningkatkan upaya pencegahan dan

penanganan penyakit serta masalah kesehatan lainnya melalui pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan berwawasan kesehatan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit melalui sistem kewaspadaan dini dengan pengembangan kebijakan bidang kesehatan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

Angka Harapan Hidup (AHH)

62.26 tahun

Belum

ada data -

Ada beberapa capaian di tahun 2015 yang belum mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, antara lain indikator rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, angka kematian ibu (AKI), serta penduduk miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan. Sedangkan untuk capaian angka harapan hidup (AHH) belum dapat diketahui capaian di tahun 2015, karena belum ada rilis data resmi dari Badan Pusat Statistik.

Apabila dibandingkan dengan target dan capaian indikator kinerja utama di tahun 2014, maka ada beberapa indikator yang mengalami peningkatan dan penurunan capaian, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

(28)

Tabel 3.2

PERBANDINGAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014-2015

No Sasaran Indikator Sasaran

2014 2015

Target Realisasi Target Realisasi

1

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian

Cakupan desa dan kelurahan siaga

aktif 79% 87,3% 80% 92,73% Prosentase rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat 23% 22,9% 24.5% 21.34% Meningkatnya kualitas

kesehatan lingkungan di masyarakat

Proporsi rumah tangga dengan

akses jamban sehat 61% 62,42% 62% 63.57% 2

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya

Angka Kematian Ibu (AKI) per

100.000 Kelahiran Hidup 87 130,50 100 145.57 Angka Kematian Bayi (AKB) per

1000 Kelahiran Hidup 17 12,78 16 13.55 Prosentase penduduk miskin yang

berkunjung ke fasilitas kesehatan 54% 31.1% 55.5% 17.98% 3 Meningkatnya perbaikan gizi

masyarakat

Prevalensi gizi kurang <15% 8.41 <15% 8.61 Prevalensi gizi buruk <5% 1.61 <5% 1.51 4

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit melalui sistem kewaspadaan dini dengan pengembangan

kebijakan bidang kesehatan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

Angka Harapan Hidup (AHH) 61.98

tahun 65.75 tahun

62.26 tahun

Belum ada data

Ada beberapa capaian indikator kinerja yang mengalami kenaikan dari tahun 2014 ke tahun 2015, yaitu indikator cakupan desa dan kelurahan siaga aktif, proporsi rumah tangga dengan akses jamban sehat, prevalensi gizi kurang dan prevalensi gizi buruk. Hal tersebut berarti upaya yang terwujud dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan, telah dapat memperlihatkan pencapaian yang signifikan.

Sedangkan ada beberapa yang mengalami penurunan capaian kinerja di tahun 2015, yaitu indikator rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) serta prosentase penduduk miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan. Adapun penjelasan penyebab dari hal tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Prosentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat

Dari realisasi capaian sebesar 22,9% di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 21,34% di tahun 2015, hal tersebut dikarenakan ada perubahan indikator dan mekanisme survey PHBS di masyarakat, selain itu dalam dua tahun berturut-turut, masih ditemukan rendahnya pencapaian indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat Kab.Probolinggo,

(29)

terutama untuk indikator ASI ekslusif, penggunaan jamban sehat serta tidak merokok di dalam rumah.

2. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup

Dari realisasi capaian sebesar 130,50 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 145.57 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2015, atau secara angka terjadi kenaikan jumlah kematian ibu hamil dari 24 orang di tahun 2014 menjadi 26 orang di tahun 2015. Hal tersebut dikarenakan tingginya jumlah ibu dengan kehamilan resiko tinggi akibat penyakit penyerta yang diderita, misalnya jantung, diabetes melitus, dll.

3. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup

Dari realisasi capaian sebesar 12,78 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 13.55 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015, atau secara angka terjadi kenaikan jumlah kematian bayi dari 235 bayi di tahun 2014 menjadi 242 bayi di tahun 2015. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya berat bayi lahir rendah yang berkaitan erat dengan status gizi ibu saat hamil.

4. Prosentase penduduk miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan

Dari realisasi capaian sebesar 31.1% di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi sebesar 17.98% di tahun 2015. hal tersebut disesuaikan dengan kunjungan penduduk miskin untuk berobat di puskesmas dan jaringannya, terutama di era Jaminan Kesehatan Nasional, dimana sudah terintegrasi antara peserta jamkesmas dengan peserta mandiri.

Apabila dibandingkan dengan target hingga akhir periode Renstra Dinas Kesehatan di tahun 2018, ada beberapa indikator yang memiliki prosentase tingkat kemajuan pencapaian yang cukup signifikan, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

(30)

Tabel 3.3

PERBANDINGAN REALISASI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA S.D AKHIR PERIODE RENSTRA DINAS KESEHATAN

No Indikator Sasaran Target akhir Renstra 2018

Realisasi Tingkat Kemajuan 2012 2013 2014 2015

1

Cakupan desa dan kelurahan siaga

aktif 85% 77,58% 79,39% 87,3% 92,73% 109,09% Prosentase rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat 30% 20,05% 22,89% 22,99% 21.34% 71,13% Proporsi rumah tangga dengan

akses jamban sehat 64% 59,03% 60.46% 62,42% 63.57% 99,33% 2

Angka Kematian Ibu (AKI) per

100.000 Kelahiran Hidup 100 81,07 65.92 130,50 145.57 54,43% Angka Kematian Bayi (AKB) per

1000 Kelahiran Hidup 15 12,43 11.04 12,78 13.55 109,67% Prosentase penduduk miskin yang

berkunjung ke fasilitas kesehatan 60% 51,53% 26.2% 31.1% 17.98% 29,97% 3

Prevalensi gizi kurang <15 14,81 9.83 8.41 8.61 142,60% Prevalensi gizi buruk <5 2,8 2.21 1.61 1.51 169,80% 4 Angka Harapan Hidup (AHH) 63 tahun 61,7

tahun 62,10 tahun 65.75 tahun Belum ada data 104,37%

Ada beberapa capaian indikator kinerja yang memiliki prosentase tingkat kemajuan yang cukup signifikan, bahkan sudah melebihi target hingga akhir periode renstra Dinas Kesehatan tahun 2018, yaitu indikator cakupan desa dan kelurahan siaga aktif, proporsi rumah tangga dengan akses jamban sehat, Angka kematian bayi (AKB), prevalensi gizi kurang, prevalensi gizi buruk dan Angka Harapan Hidup (AHH). Hal tersebut berarti upaya yang terwujud dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan, telah dapat memperlihatkan pencapaian yang signifikan.

Sedangkan ada beberapa capaian indikator kinerja yang masih membutuhkan usaha keras dalam pencapaian target sampai dengan akhir periode Renstra 2018, terutama untuk indikator rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, angka kematian ibu (AKI), serta prosentase penduduk miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan.

Solusi yang dapat dilakukan untuk hal tersebut, antara lain:

1. Peningkatan capaian rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam PHBS melalui penyuluhan intensif dan pemberdayaan masyarakat, selain itu, perlu dilakukan standarisasi sampel dalam perhitungan capaian, sehingga data yang didapatkan valid.

2. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup dapat dilakukan dengan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh kader dan tenaga kesehatan, serta penggunaan rumah tunggu kelahiran (RTK)

(31)

sehingga dapat meminimalkan jumlah kematian ibu akibat keterlambatan deteksi dan proses rujukan.

3. Indikator capaian penduduk miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan sebenarnya sudah tidak relevan lg di era Jaminan Kesehatan Nasional, karena peserta BPJS tidak hanya penduduk miskin tapi juga peserta mandiri dan Askes PNS.

Penilaian keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten selain dilihat dari indikator kinerja utama (IKU), juga diukur berdasarkan pencapaian terhadap indikator nasional berdasarkan Millenium Development Goals (MGDs) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014-2015

PELAKSANAAN SPM/INDIKATOR TARGET 2014 CAPAIAN (%) TARGET 2015 CAPAIAN (%)

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 94 83,37 95 88.11 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 119,30 80 133.71 3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 95 88,28 95 96.54 4. Cakupan pelayanan nifas 95 88,75 95 96.18 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 70,98 80 70.53 6. Cakupan kunjungan bayi 90 98,17 90 101.33 7. Cakupan pelayanan anak balita 87 85,20 90 93.64 8. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization ≥ 95 98,48 ≥ 95 89.53 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada

anak usia 6-24 bulan 100 40,43 100 27.43 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 100 100 100.00 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan

setingkat 100 100 100 100.00 12. Cakupan peserta KB aktif ≥ 70 61,89 ≥ 70 68.86 13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit:

a. Penemuan penderita AFP ≥ 2 1.11 ≥ 2 1.10 b. Penemuan dan penanganan penderita Pneumonia

balita 100,00 100,00 100,00 100,00 c. Penanganan penderita diare 90,00 72.60 100,00 100,00 d. Penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA

positif 85,00 66.22 90,00 100.00 e. Penemuan dan penanganan DBD 100,00 100,00 100,00 125.92 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat

miskin 100,00 31.1 100,00 17.98 f. Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan dasar

bagi masyarakat miskin 100,00 - 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin 100,00 100,00 100,00 - 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus

diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota 100,00 100,00 100,00 100.00 17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang

dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100,00 100,00 100,00 100.00 18. Cakupan desa siaga aktif 70 87,3 80,00 92.73

(32)

Tabel 3.5

CAPAIAN INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) TAHUN 2014-2015

No Indikator Acuan Acuan Dasar

Capaian Target Nasional MDG's 2015 Sumber Data 2014 2015

TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 1.8 Prevalensi balita dengan berat badan

rendah/kekurangan gizi

31.00%

10.02% 15.50%

Laporan Bulanan Gizi Dinkes Kab.

Probolinggo (1989)

-Prevalensi balita gizi buruk 7.20% 1.61% 1,51% 3.60% (1989)

-Prevalensi balita gizi kurang 23.80% 8.41% 8,61% 11.90% (1989)

TUJUAN 4. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015 4.1 Angka Kematian Balita per 1000

kelahiran hidup 97 10.00 16.00 32 Laporan PWS KIA Dinkes Kab. Probolinggo (1991)

4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup 68 12.78 13.55 23 Laporan PWS KIA Dinkes Kab. Probolinggo (1991)

4.2a Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup 32 15.00 10.00 Menurun Laporan PWS KIA Dinkes Kab. Probolinggo (1991)

4.3 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak 44.50% 93,13% 100,76% Meningkat Laporan PWS KIA Dinkes Kab. Probolinggo (1991)

TUJUAN 5. MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Target 5A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 5.1 Angka Kematian Ibu per 100.000

kelahiran hidup 390 130.5 145.57 102 Laporan PWS KIA Dinkes Kab. Probolinggo (1991)

5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

40,70% 88.28% 96.54% Meningkat Laporan PWS KIA Dinkes Kab. Probolinggo (1992)

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 5.5

Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan)

Dinkes

- Minimal 1 kali kunjungan 75.00% 95,13% 97,41% Meningkat - Minimal 4 kali kunjungan 56.00% 83,37% 88,11% Meningkat

(33)

No Indikator Acuan Acuan Dasar Capaian Target Nasional MDG's 2015 Sumber Data 2014 2015

TUJUAN 6: MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 6.1 Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari

total populasi - 0.021% 0.03% Menurun KPA 6.2

Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi

terakhir 12.80% - Meningkat KPA - Perempuan (2002/2003) 29% - - Laki-laki 37% - 6.3

Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS

38,7% 45.00%

Meningkat KPA dan Dinkes - Perempuan Menikah

- - Laki-laki menikah - Perempuan belum menikah

- - Laki-laki belum menikah

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

6.4

Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretroviral

- 52.00% 60.00% Meningkat Dinkes Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

6.6 Angka kejadian dan tingkat kematian

akibat Malaria

Dinkes 6.6a Angka kejadian Malaria (per 1.000

penduduk) 4.68% Tidak ada kasus Tidak ada kasus Menurun (1990)

6.7 Proporsi anak balita yang tidur

dengan kelambu berinsektisida -

Tidak ada kasus

Tidak ada

kasus Meningkat Dinkes 6.8

Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat

- Tidak ada kasus

Tidak ada

kasus Meningkat Dinkes 6.9 Angka kejadian, prevalensi dan

tingkat kematian akibat Tuberkulosis

Dihentikan, mulai berkurang

Dinkes 6.9a

Angka kejadian/Incidence Rate Tuberkulosis (per 100.000 penduduk/tahun)

334

107 60,76 (1990)

6.9b Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

443

117.27 93,64 (1990)

6.9c Tingkat kematian akibat Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

92

3,3 3,2 (1990)

6.10

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS

Dinkes

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis/TB BTA + yang ditemukan/terdeteksi dalam Program DOTS (CDR)

20.00%

67.27% 90,11% 70% (2000)

6.10b

Proporsi kasus tuberkulosis yang diobati (Sembuh) dalam Program DOTS

87.00%

88,81% 91.35% 85% (2000)

(34)

No Indikator Acuan Acuan Dasar Capaian Target Nasional MDG's 2015 Sumber Data 2014 2015

TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015

7.8

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan

37.73% 97,20% 98,05% 68.87% Dinkes (1990) 7.8a Perkotaan 50.58% - 75.29% (1993) 7.8b Perdesaan 31.61% - 65.81% (1993) 7.9

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan

24.81% 62.42% 63,57% 62.41% (1993) 7.9a Perkotaan 53.64% - 76.82% (1993) 7.9b Perdesaan 11.10% - 55.55% (1993) 3.4 REALISASI ANGGARAN

Pembiayaaan kesehatan secara garis besar berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah baik pemerintah kab/kota, provinsi maupun pusat, swasta (termasuk masyarakat), dan bantuan luar negeri. Di sektor pemerintah pembiayaan kesehatan digunakan untuk pembangunan, pengadaan fisik dan non fisik. Sumber pembiayaan pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo tahun anggaran 2015 berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Tahun 2015 dengan alokasi berjumlah Rp 134.981.135.166,45,- dan terealisasi sebesar Rp. 119.702.875.383,- (88,7%) yang terdiri dari belanja langsung dengan realisasi sebesar Rp 79.937.182.997,- (84,6%) dan belanja tidak langsung Rp 39.765.692.386,- (98,2%). Jika dibandingkan dengan tahun 2014 maka terjadi peningkatan persentase penyerapan, dimana pada tahun 2014 penyerapan anggaran mencapai 84,11% atau mengalami kenaikan sebesar 3,6%. Hal ini menunjukkan peningkatan kinerja keuangan di Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo.

Anggaran memiliki keterkaitan dengan upaya pencapaian indikator kinerja sasaran, hal tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

(35)

TABEL 3.6

ALOKASI ANGGARAN PER SASARAN KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KAB.PROBOLINGGO TAHUN 2015

No Sasaran Indikator Sasaran Anggaran (Rp)

% Anggaran

1

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian

Cakupan desa dan kelurahan siaga aktif

1.146.373.000 1.21% Prosentase rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat Meningkatnya kualitas kesehatan

lingkungan di masyarakat

Proporsi rumah tangga dengan

akses jamban sehat 860.000.000 0.91% 2

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya

Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup

35.600.271.531 37.68% Angka Kematian Bayi (AKB) per

1000 Kelahiran Hidup

Prosentase penduduk miskin yang berkunjung ke fasilitas kesehatan 3 Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat

Prevalensi gizi kurang

460.000.000 0.49% Prevalensi gizi buruk

4

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit melalui sistem kewaspadaan dini dengan

pengembangan kebijakan bidang kesehatan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

Angka Harapan Hidup (AHH) 4.813.181.500 5.09%

Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa yang mendapatkan prosentase tertinggi adalah sasaran ketiga, yaitu meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya dengan anggaran sebesar 37,68% dari total alokasi APBD yang diterima oleh Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo tahun 2015. Alokasi tersebut sebagian besar digunakan untuk kegiatan kuratif atau pembiayaan pengobatan di puskesmas dan jaringannya serta kegiatan pembangunan fisik di puskesmas dan jaringannya.

Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja untuk sasaran tersebut yang ketiga indikatornya masih belum mencapai target yang telah ditetapkan, maka anggaran yang dialokasikan belum bisa dimanfaatkan dan digunakan dengan baik untuk pencapaian kinerja sasaran tersebut. Hal tersebut menjadi evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo, untuk mengalokasikan anggaran secara tepat guna dan tepat sasaran, sehingga kedepannya dapat digunakan untuk meningkatkan capaian kinerjanya. Realisasi dan capaian anggaran berdasarkan capaian indikator kinerja sasaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar

Gambar 1.1 Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi AR bekerja dengan menangkap sebuah penanda yang nantinya jika penanda tersebut tertangkap maka aplikasi AR akan menampilkan sebuah informasi atau konten yang disematkan

Administrasi pengadaan merupakan bidang yang menangani pelelangan, pengelolaan penawaran dan pengelolaan pekerjaan pembangunan untuk melakukan pekerjaan konstruksi

You can really open up to someone and show them the real you and not have to worry about rejection on the internet, after all you are just a faceless ghost, and if things don´t work

I’ve developed the network in association with IndustrialLeaders.com, and it’s quickly becoming the most popular online co-op advertising network for manufacturers and suppliers

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG Terakreditasi BAN-PT. PROGRAM STUDI

The largest source of electricity in the United States, electricity from coal is crucial to America’s energy present and future.. Quest Minerals and

In fact, Graham’s strate- gies of resistance to apocalypse are almost diametrically opposed to Stevens’s characteristic strategies; as I have already suggested, the ele- ments of

Indeks keanekaragaman di stasiun V lebih tinggi dibandingkan stasiun sebelumnya karena pada sungai tersebut memiliki jarak yang sudah lumayan jauh dari outlet