• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar dan yang sudah mempunyai kredibilitas serta integritas memanfaatkan pasar modal sebagai sumber aliran dananya. Oleh sebab itu, perusahaan yang sudah go

public dituntut untuk mampu mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja

keuangannya dalam rangka mengoptimalkan nilai perusahaan.

Mengoptimalkan nilai perusahaan merupakan tujuan utama perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnis dan kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola serta melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap pemangku kepentingan (shareholder). Nilai perusahaan ini dapat tercermin dari harga sahamnya (Fama,1998 dalam Hasnawati, 2005). Jadi semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar pula kemakmuran yang diterima oleh pemilik perusahaan. Tingginya nilai perusahaan akan menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya, karena ada anggapan bahwa semakin tinggi harga saham suatu perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan merefleksikan kondisi fundamental sebuah perusahaan. Bila nilai perusahaan itu baik, maka secara otomatis investor akan memandang baik pula kinerja perusahaan tersebut. Manajer perusahaan-perusahaan yang terdaftar di

(2)

pasar modal / Bursa Efek Indonesia (BEI) akan berusaha untuk menunjukkan kinerja perusahaannya, hal ini dikarenakan bila harga saham perusahaan tersebut mengalami peningkatan dari waktu ke waktu secara konsisten, maka hal itu akan membuat investor lebih tertarik dan percaya untuk menanamkan dananya di perusahaan tersebut, dengan harapan akan tingkat return yang tinggi atas keputusannya. Dengan begitu, perusahaan akan memiliki tambahan dana untuk memaksimalkan kapasitas nya dalam menciptakan kinerja yang efektif dan efisien.

Menurut Jogiyanto (2008:8) harga saham adalah harga yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal. Harga saham sebagai representasi dari nilai perusahaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal perusahaan, eksternal perusahaan, dan teknikal. Faktor internal dan eksternal perusahaan merupakan faktor-faktor yang sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh para investor dipasar bursa. Sedangkan menurut (Sudiyatno, 2010) faktor teknikal lebih bersifat teknis dan psikologis, seperti volume perdagangan saham, nilai transaksi perdagangan saham, dan kecenderungan volatilitas harga saham. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor harus jelih dalam meramalkan kondisi perushaan dimasa yang akan datang melalui berbagai faktor tersebut.

Teori sinyal menerjemahkan fenomena manajemen bertindak selaku pemegang amanat pemilik. Manajemen akan menyampaikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.

(3)

Manajer perusahaan memiliki informasi mengenai keadaan perusahaan di masa depan yang menjanjikan. Pelaporan informasi ini digunakan sebagai alat ukur investor dalam menganalisa kondisi keuangan perusahaan serta menjadi alat untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan. Sehingga data yang diperoleh, dapat menjadi acuan bagi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.

Laporan keuangan merupakan alat publikasi informasi yang diungkapkan oleh manajer perusahaan kepada pemilik sebagai representasi atas pencapaian kinerja perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan secara historis yang selanjutnya digunakan investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi masa depan. Sehingga apabila laporan keuangan menunjukkan kinerja yang baik maka hal itu akan menarik investor dan membuat permintaaan akan saham menjadi tinggi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan.

Dalam dunia pasar modal, penilaian terhadap kinerja sebuah perusahaan menjadi dasar yang utama bagi investor dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mendasari. Aspek fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi investor dalam menganalisa baik buruknya kinerja sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan bahwa harga saham mencerminkan nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik pada suatu saat, tetapi juga menggambarkan ekspektasi akan kemampuan perusahaan dalam memaksimumkan nilai perusahaan di masa depan. Faktor fundamental sangat kompleks dan luas cakupannya, meliputi faktor fundamental makro yang berada

(4)

di luar kendali perusahaan dan faktor fundamental mikro yang berada dalam kendali perusahaan (Syahib, 2000). Faktor fundamental mikro sering disebut sebagai faktor internal sedangkan faktor fundamental makro sering disebut sebagai faktor eksternal.

Faktor internal perusahaan dalam analisis pasar modal sering disebut dengan faktor fundamental perusahaan, faktor ini bersifat controllable sehingga dapat dikendalikan oleh perusahaan (Sujoko dan Subiantoro, 2007). Faktor internal ini terdiri dari beberapa alat ukur yang manjadi dasar bagi analisis fundamental perushaaan, salah satunya menggunakan rasio keuangan. Menurut James (dalam Kasmir, 2008:104), rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Tujuan yang diharapkan dalam penggunaan rasio keuangan ini adalah untuk memperoleh gambaran baik buruknya kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang, sehingga investor dapat menggunakannya sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan investasi. Dalam penelitian ini faktor fundamental mikro atau faktor internal yang digunakan adalah earning per share, price earning ratio, retrun on equity dan

dividend per share. Sedangkan faktor fundamental makro atau faktor eksternal

merupakan faktor-faktor yang diluar kemampuan perusahaan. Dalam peneltian ini, faktor fundamental makro atau faktor eksternal yang digunakan adalah inflasi dan tingkat suku bunga. Data yang digunakan dalam pengukuran variabel-variabel makro diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral. Naik turunnya inflasi dan tingkat suku bunga akan berdampak pada

(5)

kondisi investasi domestik di Indonesia. Sudah menjadi tugas seorang manajer perusahaan dalam mengelola serta menjamin keberlanjutan (sustainability) perusahaan dalam menghadapi berbagai risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, manajer perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham yang direpresentasikan melalui kinerja perusahaan yang baik, sehingga apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka harga saham perusahaan juga akan meningkat.

Harga saham sangat rentan diperngaruhi oleh faktor-faktor yang berada didalam perusahaan itu sendiri, salah satunya earning per share. Earning per

share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar

saham. EPS memberikan informasi untuk menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa depan (Tandelilin, 2001:233). Semakin tinggi nilai earning per share (EPS), maka semakin banyak investor yang akan membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi pula. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartiningsih dan Wahyudi (2012) yang menyatakan bahwa

earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham.

Namun penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih (dalam Sasongko dan Nila, 2006) yang menguji pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS tidak

(6)

berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Busra Efek Jakarta.

Selain EPS, faktor fundamental mikro yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan adalah price earning ratio (PER). PER merupakan rasio yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gitman (2006) dalam Hadianto (2008:164) rasio PER mengindikasikan derajat kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. Menurut Husnan (2001), secara fundamental rasio ini diperhatikan oleh investor dalam memilih saham karena perusahaan yang mempunyai nilai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang tinggi pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham sebaliknya apabila perusahaan mempunyai PER yang rendah menunjukkan nilai pasar yang rendah sehingga akan berdampak terhadap penurunan harga saham. Semakin tinggi PER, investor semakin percaya pada emiten, sehingga harga saham semakin mahal (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:198). Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anggrani (2013), Bachtiar (2012) dan Hadianto (2008) yang menyatakan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham. Namun berbanding terbalik dengan penelitian Riska (2002) dan Pasaribu (2008) yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang substansial bagi para pemilik

dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal dari pemegang saham untuk mendapatkan laba bersih.

(7)

Menurut Tandelilin (2001) ROE (Return On Equity) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan). ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Hal ini sependapat dengan Chrisna ( 2011) dalam (Hutami, 2012:2) yang menyatakan bahwa setiap kenaikan return on equity biasanya diikuti dengan kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan return on equity akan mengakibatkan kenaikan harga saham. Pada variabel ROE menurut Novitasari (2015), Anggrani (2013) dan Natarsyah (2000) menemukan bahwa ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun berbeda dengan Kartiningsih (2012), Wahyudi (2012), dan Muharam (2002) yang menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Faktor fundamental mikro lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah dividen. Menurut Darmadji (2011:127) dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya jumlah dividen yang diperoleh oleh investor untuk per lembar saham yang dimiliki dapat diukur menggunakan rasio dividend per share (DPS). Dividend per share (DPS) adalah total dividen yang akan dibagikan pada investor untuk setiap lembar

(8)

saham. DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan DPS dalam jumlah yang tinggi.

Hasil penelitian Naibaho (2010) dan Putri (2012) menunjukkan bahwa

dividend per share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. Oleh karena itu, hal

ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut naik (Taranika, 2009:21). Namun penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2015) yang menyatakan bahwa dividend

per share (DPS) tidak terbukti berpengaruh terhadap harga saham.

Harga saham sebuah perusahaan tidak dipengaruhi oleh faktor fundamental mikro saja, melainkan faktor-faktor fundamental makro atau faktor eksternal yang berasal dari luar perusahaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham perusahaan terdiri atas beberapa faktor. Salah satunya adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan dimana harga-harga mengalami kenaikan secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi dapat melemahkan sistem perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan inflasi dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Hubungan yang berlawanan antara tingkat inflasi dengan harga saham terjadi karena ketika ada kenaikan tingkat inflasi akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk tabungan dan deposito, serta meninggalkan jenis investasi dalam bentuk saham yang dipandang terlalu berisiko tinggi. Dampak dari subsitusi investasi ini akan berpengaruh pada melemahnya permintaan saham sehingga pada giliranya harga saham pun menurun.

(9)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakasetya, Darminto, dan Dzulkirom (2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini membuktikan bahwa tingkat inflasi suatu negara juga menjadi indikator yang penting bagi investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan investasi. Tetapi menurut Anggrani (2013) inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Tingkat suku bunga merupakan variabel makro yang dapat mempengaruhi harga saham. Mekanismenya adalah setiap peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari deposito dan obligasi menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan minimnya permintaan akan menurunkan harga saham dan sebaliknya (Prastowo, 2008:9). Secara teoritis, terjadi hubungan yang negatif antara harga saham dan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka akan terjadi penurunan harga saham sebuah perusahaan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin (2009) menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kandir (2008) yang menunjukkan hubungan negatif antara tingkat suku bunga dan harga saham. Disisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Zuhdi (2012), Anggarani (2013) dan Toin (2015) menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat suku bunga dan harga saham, yang artinya tingkat suku bunga tidak mempengaruhi investor dalam menanamkan dananya.

Alasan peneliti menggunakan perusahaan sektor pertambangan sebagai sampel adalah karena saham pertambangan / komoditas adalah

(10)

saham-saham yang lebih beresiko daripada saham-saham-saham-saham lainnya. Fluktuasi harga saham-saham ini amat tinggi, yang dapat turun dan naik dengan cepat. Fluktuasi yang drastis ini tentu saja dapat mempengaruhi harga jual saham. Fluktuasi pada perusahaan pertambangan ini memiliki pengaruh besar terhadap seluruh rangkaian proses produksi maupun aktivitas modern, sehingga apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga pada perusahaan pertambangan tentu saja memiliki pengaruh besar terhadap seluruh kegiatan perekonomian dan kehidupan masyarakat dunia. Dimana jika fluktuasi harga komoditas sedang tinggi dan jika ingin berinvestasi jangka panjang, sebaiknya tidak bermain di saham-saham komoditas. Hal itu dikarenakan bahwa harga komoditas tersebut dapat turun, dan tentu saja dapat naik lagi. Dimana dengan resiko yang lebih tinggi, investor juga mengharapkan

return yang lebih tinggi pada saham-saham tersebut. Jika para investor merasa

tidak akan mendapatkan return yang lebih tinggi, sebaiknya menghindari saham-saham pertambangan / komoditas tersebut.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas yang tidak koheren, maka peneliti merasa perlu untuk menguji apakah earnig per share, price earning ratio, return

on equity, dividend per share serta inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh

terhadap harga saham. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan variabel fundamental makro atau faktor eksternal berupa inflasi dan tingkat suku bunga yang diduga dapat menjadi dasar pengukuran dalam pergerakan harga saham. Perbedaan yang mendasar dari penelitian sebelumnya adalah peneliti memperluas periode pengamatan untuk

(11)

dapat lebih merepresentasikan harga saham yaitu mengambil periode pengamatan tahun 2011 – 2015.

Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti ingin mengangkat sebuah penelitian dengan judul “ PENGARUH FUNDAMENTAL MIKRO DAN MAKRO TERHADAP HARGA SAHAM ” (Studi Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan menguji variable-variabel yang mempengaruhi harga saham. Untuk itu dalam penelitian ini yang akan menjadi permasalahan utama adalah :

1. Apakah Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham? 2. Apakah Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham? 3. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham? 4. Apakah Dividend Per Share berpengaruh terhadap harga saham? 5. Apakah inflasi berpengaruh terhadap harga saham?

6. Apakah tingkat suku bungaberpengaruh terhadap harga saham?

7. Apakah faktor mikro dan faktor makro berpengaruh terhadap harga saham?

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap harga saham perusahaan sektor

pertambangan di BEI.

2. Untuk mengetahui pengaruh PER terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI.

3. Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI.

4. Untuk mengetahui pengaruh DPS terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI.

5. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI.

6. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Kontribusi Praktis

a. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan, baik keputusan pendanaan dan kebijakan dividen dalam rangka memaksimalkan harga saham.

(13)

b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan saran bagi investor untuk digunakan sebagai dasar dalam penetapan kebijakan dan pertimbangan dalam menginvestasikan modalnya.

c. Hasil akhir dari penelitian ini juga dapat menjadi sumber referensi bagi pihak-pihak terkait.

2. Kontribusi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan faedah atau manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh fundamental mikro dan makro terhadap harga saham. Serta dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi penelitian-penelitian yang serupa dimasa yang akan datang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah suatu permasalahan yang meliputi faktor fundamental mikro dan faktor fundamental makro terhadap harga saham perusahaan.

Penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data untuk analisis penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan periode tahun 2011-2015 serta data tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang diperoleh dari data Bank Indonesia melalui www.bi.go.id .

Referensi

Dokumen terkait

merupakan fungsi dari interaksi gaya geser tanah dapat dianggap terdiri atas bagian yang bersifat kohesi yang tergantung pada jenis tanah, kepadatan butirnya, dan bagian

Aents iruntrar matsamin ainia, tíi yanchusha túke kampuntniujai metek tsaniaku aíniáwai, tuma asa shuarka nii utsumamurincha kampuntniunmayan wainkiaiti:

Outbound adalah aktivitas yang dilakukan dialam terbuka. Outbound merupakan sarana dalam menambah wawasan pengetahuan.

Kita tahu bahwa ini adalah sifat dasar manusia: “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Hal-hal

Hasil analisis vegetasi habitat Dipterocarpus spp., di Desa Sot Boyak dan Bekemen untuk pohon yang berdiameter >10 cm disajikan pada Tabel 1.. pada kedua lokasi

Produk tidak mengandung bahan tertentu dengan jumlah dan nilai yang patut diawasi pada tempat kerja.. ∙ Informasi tambahan: Daftar valid selama pembuatan yang digunakan

1) Lokasi yang strategis, dimana sarana transportasi yang mudah didapat dan kondisi jalan yang cukup baik, serta jaraknya yang hanya ± 12 km dari kota mojokerto

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan ada 3 motif yang mendasari dalam menonton sinetron “Tukang Bubur Naik Haji The Series” di RCTI yaitu motif informasi , motif