• Tidak ada hasil yang ditemukan

akan menjelaskan proses pembelahan sel secara lengkap (Handoko, 1994). I. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "akan menjelaskan proses pembelahan sel secara lengkap (Handoko, 1994). I. PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Proses yang terjadi dalam produksi tanaman sangatlah kompleks menyangkut tanah, tanaman serta atmosfer. Oleh sebab itu, untuk memahami proses yang kompleks tersebut, dibutuhkan penyederhanaan sistem tersebut agar dapat memahaminya antara lain melalui penyusunan model simulasi pertanian yang menyangkut iklim, tanah dan tanaman. Model dapat diartikan sebagai penyederhanaan suatu sistem, sedangkan sistem adalah gambaran suatu proses atau beberapa proses yang teratur (Handoko, 1994). Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba membangun suatu model simulasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang yang diharapkan mampu menjelaskan mekanisme proses yang terjadi selama pertumbuhan tanaman. Pemahaman proses yang terjadi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman memerlukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang terkait. Sebagai contoh, untuk menjelaskan pertumbuhan tanaman diperlukan pengetahuan antara lain tentang iklim/cuaca, tanah dan fisiologi tanaman. Hubungan cuaca dengan tanaman umumnya menempati porsi yang cukup banyak dalam pemodelan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan unsur-unsur cuaca selalu berubah baik secara diurnal maupun musiman, yang menyebabkan fluktuasi hasil tanaman dari musim ke musim. Akibatnya, model simulasi tanaman yang mengandalkan hubungan-hubungan kuantitatif akan banyak melibatkan hubungan cuaca dengan tanaman tersebut. Disamping itu, dalam tulisan ini pegetahuan tentang pemrograman komputer juga diperlukan sebagai alat bantu pemodelan.

Model simulasi pertanian mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan penelitian agronomi, diantaranya dalam hal penghematan waktu dan biaya. Keunggulan lain adalah model simulasi dapat diterapkan pada tempat yang berbeda-beda, asalkan asumsi-asumsi yang ada dipenuhi. Walaupun model simulasi mempunyai keunggulan, namun perlu disadari bahwa tiap model mempunyai keterbatasan. Model biasanya dibuat hanya untuk menggambarkan suatu proses atau beberapa proses tertentu dari suatu sistem. Oleh sebab itu model simulasi tidak akan memberikan hasil prediksi yang baik terhadap proses-proses diluar tujuan model. Perlu juga disadari tingkatan dari model tersebut, misalnya model yang mensimulasi pertumbuhan tanaman tidak

akan menjelaskan proses pembelahan sel secara lengkap (Handoko, 1994).

I.2. Tujuan Penelitian

Membangun suatu model simulasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) yang dapat menjelaskan mekanisme proses yang terjadi selama periode pertumbuhan tanaman.

I.3. Keluaran Yang Diharapkan

Model simulasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang yang mampu menduga biomassa, indeks luas daun dan hari panen sesuai dengan pengamatan lapang.

1.4. Asumsi

Model hanya dipengaruhi oleh unsur -unsur cuaca khususnya curah hujan, radiasi surya, suhu dan kelembaban udara, serta kecepatan angin. Sifat fisik tanah yang berpengaruh hanya titik layu permanen dan kapasitas lapang serta parameter penguapan tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembang-biakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya hasil asimilasi serta iklim yang mendukung. Dalam arti sempit pertumbuhan berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan perbesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini merupakan proses yang tidak dapat balik dan saling berkaitan satu sama lain (Stern, 2003).

Penimbunan berat kering umumnya digunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan, karena biasanya mempunyai kepentingan ekonomi yang paling bes ar. Petunjuk lain yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti luas daun juga dapat digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara luas dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) meliputi iklim, edafik (tanah) dan biologis dan faktor

internal meliputi sifat genetik dari tanaman itu sendiri (Gadner et al. 1991).

Perkembangan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang kompleks yaitu proses pertumbuhan dan diferensiasi (differentiation) yang mengarah pada akumulasi berat kering. Proses diferensiasi mempunyai tiga syarat: hasil asimilasi yang tersedia dalam

(2)

keadaan berlebihan untuk dapat dimanfaatkan pada kegiatan metabolik, temperatur yang menguntungkan dan terdapat sistem enzim yang tepat untuk menunjang terjadinya proses diferensiasi. Apabila ketiga persyaratan ini terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga respon diferensiasi ini akan terjadi: penebalan dinding sel, deposit dari sebagian sel dan pengerasan protoplasma (Ottoline Leyser dan Stephen Day, 2003).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat bergantung pada hasil fotosintesis tanaman yang akan dialokasikan ke berbagai organ penyusun tanaman selama pertumbuhannya sebelum akhirnya dipanen berupa berat kering. Jadi, hasil berat kering tanaman sangat tergantung pada seberapa efisiensi fotosintesis tanaman.

2.2. Faktor-Faktor Penting fotosintesis

Cahaya dan radiasi surya. Berat kering

total hasil panen tanaman di lapang merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 sepanjang musim pertumbuhan. Karena

asimilasi CO2 merupakan hasil penyerapan

energi matahari dan akibat perbedaan penerimaan energi radiasi surya di permukaan bumi, maka faktor utama yang mempengaruhi hasil panen ialah radiasi surya yang diabsorbsi tanaman dan efisiensi pemanfaatan energi tersebut untuk fiksasi CO2.

Matahari merupakan suatu pemancar bertubuh hitam, dan menurut hukum Wien, panjang gelombang maksimum benda yang memancarkan radiasi berbanding terbalik dengan temperatur benda tersebut ( ?maks = 2.88 x 106/K dengan 2.88 x 106 adalah tetapan pemindahan Wien dan K adalah temperatur). Jika temperatur matahari dianggap 5750 K, maka ?maks matahari = (2.88 x 106)/5750 = 500

nm (hijau). Tumbuh-tumbuhan nampaknya telah beradaptasi terhadap radiasi surya karena gelombang sinar tampak yaitu antara 400 – 700 nm sesuai dengan 44 sampai 50% dari seluruh radiasi surya yang memasuki atmosfer bumi ini (Fitter dan Hay, 1994).

Bila tidak ada cahaya, terjadi respirasi dalam gelap yang biasanya sehelai daun mengambil 5 sampai 10% dari pengambilan CO2 dalam cahaya terang. Dengan peningkatan

cahaya secara berangsur-angsur, fotosíntesis juga akan meningkat sampai tingkat kompensasi cahaya, yaitu tingkat cahaya pada

saat pengambilan CO2 sama dengan

pengeluaran CO2 (Gardner et al. 1991).

Temperatur. Fotosintesis harus dipisahkan

menjadi bagian penyusunnya untuk menetapkan responnya terhadap suhu. Reaksi

terang atau fotoposporilasi tidak tergantung pada suhu dalam rentang suhu kondisi tumbuh tanaman. Fiksasi CO2 merupakan reaksi yang

dikendalikan oleh enzim dan meningkat sejalan dengan meningkatnya temperatur hingga mencapai temperatur yang menyebabkan denaturasi enzim -enzimnya. Laju respirasi akan

terus meningkat dengan peningkatan suhu

(Fitter dan Hay, 1994). Temperatur juga mempengaruhi ketersediaan air tanah melalui viskositas air. Russel mengestimasi bahwa viskositas air yang menurun pada temperatur tinggi dapat memungkinkan drainase terjadi bahkan pada tanah yang ukuran porinya sempit (10µm) (Russel, 1996).

Air. Sekitar 0.1% dari jumlah air total digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis, Transpirasi meliputi 99% dari seluruh air yang digunakan oleh tumbuhan; kira-kira 1% digunakan untuk membasahi tumbuhan, mempertahankan tekanan turgor, dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan (Gardner et al. 1991). Laju pertumbuhan sel -sel tanaman dan efisiensi proses fisiologis mencapai tingkat tertinggi bila sel-sel berada pada turgor maksimum, yaitu saat kondisi air tanaman optimum. Dalam hubungannya dengan kondisi air tanaman, dikenal tiga keadaan stres air yaitu stres ringan (ditekan lebih rendah dari 0.3 bar), stres sedang (12-15 bar) dan stres berat (>15 bar) (Schulze dan Chaldwell, 1994). Bahkan dibawah keadaan stress ringan akan terjadi pengurangan pertumbuhan yang nyata karena terjadinya penurunan tekanan turgor. Sel dan daun berhenti tumbuh pada tekanan turgor nol. Pada tingkat stres air sedang, proses-proses biokimia (metabolisme hormon pertumbuhan dan asimilasi CO2) mulai dipengaruhi. Stres

berat akan mengakibatkan masalah metabolisme sel yang serius , ditandai dengan meningkatnya respirasi dengan cepat dan terjadinya akumulasi gula pada sel tertentu (Schulze dan Chaldwell,

1994). Keseluruhan gejala tersebut pada

dasarnya disebabkan oleh peningkatan tahanan stomata karena tertutupnya stomata akibat kekurangan air.

Dalam kondisi lapangan, perakaran menembus tanah yang relatif lembab sedangkan akar dan batang tumbuh ke atmosfer yang relatif kering. Hal ini menyebabkan aliran air yang terus-menerus dari tanah melalui tumbuhan ke atmosfer sepanjang suatu landaian energi potensial yang menurun (Lambers et al. 1998). Karena itu, jalan utama yang dilalui air ialah dari tanah ke daun untuk mengganti kehilangan transpirasi. Perakaran tanaman tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air

(3)

yang dapat diserap dari tanah oleh akar tanaman, disebut air yang tersedia, merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang (air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena gaya gravitasi) dan jumlah air dalam tanah pada titik layu permanen (Fitter dan Hay, 1994).

Kehilangan air yang terjadi dalam hal hubungan air, tanah dan tanaman dikenal sebagai transpirasi dan evaporasi. Kombinasi antara keduanya disebut sebagai evapotranspirasi.

2.3. Evapotranspirasi

Jumlah total air yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara bersama-sama disebut evapotranspirasi (ET). Evaporasi merupakan suatu proses yang tergantung energi yang meliputi perubahan sifat dari fase cair ke fase gas. Transpirasi memberikan gaya penggerak utama untuk pergerakan air tanaman melawan gaya gravitasi dan tahanan gesekan bagi jalur air melalui tanaman (Allen, 1998). Laju pengambilan air oleh tanaman terutama dikendalikan oleh laju transpirasi. Kehilangan air ke atmosfer ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan faktor dalam tanaman. Pengaruh lingkungan

terhadap ET disebut kebutuhan atmosfer

(atmospheric demand) untuk melakukan

evapotranspirasi. Makin besar tuntutan

atmosfer, makin cepat dapat dievaporasikan air dari permukaan air yang bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi antara lain (Allen, 1998):

1. Radiasi surya. Dari radiasi surya yang diserap oleh daun, 1 sampai 5% digunakan untuk fotosintesis dan 75 sampai 85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi (Gardner et al. 1991). Pemanasan dan pendinginan daun akibat radiasi surya akan mempengaruhi transpirasi. Saat daun menerima radiasi surya, temperatur daun akan naik dan stomata terbuka. Ketika stomata terbuka, kehilangan air dari daun berlangsung terus-menerus yang menurunkan potensial daun sehingga lebih rendah daripada potensial tangkai daun. Karena air bergerak dari potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, air akan menga lir dari tangkai daun ke daun. Aliran air ini mengurangi potensial tangkai daun dan pada akhirnya mengurangi potensial batang karena air mengalir dari batang ke tangkai daun. Landaian energi ini berlanjut ke bawah hingga ke akar tanaman dan lajunya tergant ung energi radiasi yang diterima (Lambers et al. 1993).

2. Temperatur. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan uap air, yang berarti kebutuhan atmosfer yang lebih besar untuk evapotranspirasi.

3. Kelembaban relatif dan kecepatan angin. Pada tanaman yang diairi dengan baik, terdapat tiga proses utama yang menyebabkan perpindahan panas dari daun ke atmosfer, yaitu radiasi pantul, konveksi panas dan transpirasi. Ini dapat dituliskan dalam bentuk neraca energi sehelai daun (Schulze dan Chaldwell, 1994):

Qabs = Qrad + Qkonv + Qtrans...(i)

Dengan:

Qabs : Energi yang diabsorbsi oleh daun

Qrad : Energi yang hilang karena radiasi

Qkonv : Energi yang hilang karena konveksi

panas

Qtrans : Energi yang hilang karena transpirasi

Neraca energi tersebut menjelaskan proses pemanasan dan pendinginan sehelai daun dengan sederhana, yaitu bila

Qabs < Qrad + Qkonv + Qtrans...(ii)

daun akan menjadi dingin; sedangkan bila Qabs > Qrad + Qkonv + Qtrans...(iii)

Temperatur daun naik

Gates (1976) telah memperluas persamaan (i) untuk memberi bentuk yang tepat.

Qabs = es T14 + k1(V/I)1/2(T1-Ta) + (Ld1s(T1

)-RHd2s(Ta))/R1...(iv).

Dengan:

e : emisivitas daun

T1, T2 : temperatur daun dan

temperatur massa udara

V, D, L : kecepatan angin, lebar daun

dan panas laten penguapan air d1s(T1), d2s(Ta) : kejenuhan kerapatan uap air di

daun dan di udara

RH : kelembaban relatif massa

udara

R1 : tahanan difusi daun.

Dengan menganalisa persamaan ii, iii, iv Gates menyimpulkan bahwa pendinginan daun disebabkan oleh kecepatan angin yang tinggi dan kelembaban relatif yang rendah, sedangkan pemanasan daun disebabkan oleh kecepatan angin yang rendah dan kelembaban relatif yang tinggi.

Pendinginan daun sebagian besar disebabkan oleh penguapan air melalui stomata dan dikendalikan oleh keadaan lapisan perbatas disekitar atmosfer permukaan daun. Bila pada lapisan ini terjadi turbulensi karena angin, penguapan akan lebih cepat. Suatu lapisan

(4)

perbat as yang stabil akan memberikan tahanan yang besar terhadap pergerakan uap air.

Gardner, 1991 menambahkan bahwa makin besar kandungan air di udara, makin tinggi potensial air di udara, yang berarti kebutuhan atmosfer untuk evapotranspirasi menurun dengan peningkatan kelembaban relatif. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Terbentuk penghambat landaian difusi di sekitar stomata dalam udara yang sangat tenang.

4. Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar ET. Ketika LAI yang mengambarkan luasan daun meningkat di

lapang, jumlah ET juga akan meningkat.

Namun terdapat beberapa petunjuk bahwa nilai

ET tidak akan meningkat di atas nilai tertentu dari LAI (Schulze dan Chaldwell, 1994). 5. Kedalaman perakaran. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dan meningkatkan pengambilan air dari dalam tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Allen, 1998).

2.3.1. Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi potensial merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi den gan seluruh permukaan tanah tertutup oleh tanaman dan kelembaban tinggi. Kebanyakan tanaman budidaya tidak tinggal pada evapotranspirasi potensial sepanjang daur hidupnya karena pada waktu-waktu tertentu tidak penuh tajuknya serta tanah tidak mampu memasok air untuk mengganti transpirasi

(Allen, 1998). Apabila evapotranspirasi

potensial dibandingkan dengan curah hujan, segera tampak mengapa kekurangan kelembaban sering terjadi selama periode laju pertumbuhan yang paling cepat. Agar diperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman harus dipasok cukup air selama periode ini. Hal ini dapat dilaksanakan baik dengan adanya cadangan kelembaban yang cukup untuk memasok tanaman budidaya tersebut selama periode kekurangan maupun dengan irigasi. Pada banyak daerah pertanian, tanah yang paling produktif ialah tanah yang mempunyai kapasitas tinggi untuk menampung air, yang memungkinkan tanaman budidaya tersebut terus berproduksi selama periode ketika curah hujan lebih rendah dari ET (Fitter dan Hay, 1994).

2.4. Analisis Pert umbuhan

Konsep dasar dalam analisis pertumbuhan

itu relatif sederhana dan telah dijelaskan dalam pendekatan-pendekatan klasik yang dilakukan pada awal pelaksanaannya. Analisis

pertumbuhan kemudian digunakan secara luas di negara-negara persemakmuran Inggris, termasuk karya klasik Watson pada tahun 1947. Peubah yang digunakan dalam analisis pertumbuhan komunitas tanaman budidaya meliputi: indeks luas daun dan laju pertumbuhan tanaman budidaya dalam hal biomassa keseluruhan maupun biomassa ekonomi.

Istilah analisis pertumbuhan untuk tajuk tanaman yang paling berarti adalah penimbunan berat kering per satuan waktu yang dikenal sebagai laju pertumbuhan tanaman (crop growth rate). Laju pertumbuhan tanaman diukur dengan memanen sampel suatu komunitas tanaman pada interval tertentu yang pendek dan menghitung penambahan berat kering dari sampel yang satu ke sampel berikutnya. Secara ideal, semua jaringan hidup pada tanaman yang hidup pada daerah yang dijadikan sampel itu harus diukur (Gardner et al. 1991).

Agar dapat memanfaatkan radiasi surya secara efisien, tanaman harus dapat menyerap sebagian besar radiasi tersebut dengan jaringan fotosintesisnya yang hijau. Spesies tanaman yang efisien cenderung menginvestasikan sebagian besar awal pertumbuhan mereka dalam bentuk penambahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan radiasi surya yang efisien. Dengan perkembangan luas daun, meningkat pula penyerapan energi radiasi oleh daun. Luas daun itu pada awalnya meningkat dengan laju eksponensial, tetapi karena luas daun awal nya kecil, penyerapan energi radiasi surya yang berarti belum terjadi selama beberapa minggu pertama (Fitter dan Hay, 1994).

Dengan perkembangan luas daun dan terdapatnya peneduhan bagi luas daun yang lebih bawah, gambaran mengenai pertumbuhan tanaman bud idaya didasarkan pada luas daun atau luas tanah, dan bukannya atas pertumbuhan secara individual. Istilah indeks luas daun (Leaf Area Index = LAI) dikenalkan pertama kali oleh Watson yang merupakan rasio antara luas daun (satu permukaan saja) tanaman budidaya terhadap luas tanah (Inge et al, 2000). Karena radiasi surya tersebut merata ke atas permukaan tanah, LAI merupakan ukuran kasar luas daun per satuan radiasi surya yang tersedia (Gardner

et al. 1991).

2.5. Sistem dan Model

Sistem merupakan bagian terbatas dari

dunia nyata (real world) yang memiliki

komponen -komponen saling berhubungan secara teratur (Handoko, 1994). Model merupakan bentuk sederhana dari sistem. Model hanya menggambarkan beberapa aspek dominan yang berpengaruh dalam sistem, tidak harus

(5)

mencerminkan semua aspek yang terdapat dalam sistem. Semakin banyak aspek atau proses yang dijelaskan oleh model, maka struktur model akan semakin kompleks. Bentuk dan struktur model tergantung bagaimana seorang modeler memahami sistem (Handoko, 1994).

2.5.1. Model Simulasi Komputer

Berdasarkan tujuannya (Handoko, 1994), model simulasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu (1) model simulasi untuk pemahaman proses (process understanding), (2) model simulasi untuk prediksi (prediction), dan (3) model simulasi yang digunakan untuk keperluan manajemen (management). Handoko (1994) membagi model ke dalam empat bentuk, yaitu:

1. Model empirik dan model mekanistik Model empirik adalah model yang dibuat berdasarkan pengamatan empirik/statistik. Model ini menggunakan hubungan sebab akibat tanpa menjelaskan proses yang terjadi pada hubungan timbal balik tersebut. Sebaliknya, model mekanistik menjelaskan mekanisme proses yang terjadi dalam suatu sistem berdasarkan pada bidang ilmu yang terkait. Namun demikian, model mekanistik yang paling lengkap sekalipun tetap mengandung unsur empirik.

2. Model deskriptif dan model numerik Model deskriptif menggambarkan bentuk-bentuk hubungan secara konsepsi atau berupa simbol-simbol (kualitatif), sedangkan model numerik menggambarkan hubungan secara kuantitatif berupa persamaan-persamaan. 3. Model dinamik dan model statik

Unsur waktu merupakan peubah yang penting dalam model dinamik. Model statik tidak menjelaskan peubah-peubah sebagai unsur waktu. Dalam model dinamik, faktor yang tidak berubah terhadap unsur waktu disebut dengan parameter/konstanta

.

4. Model deterministik dan model stokastik Model deterministik tidak memperhitungkan peluang kesalahan hasil prediksi model sehingga keluaran model sifatnya definitif. Sebaliknya, model stokas tik mengandung toleransi berupa simpangan statistik baik ragam maupun simpangan baku.

Simulasi sebagai salah satu kegiatan dalam analisis agroekosistem dan tanaman secara garis besar meliputi tiga kegiatan utama, yaitu merumuskan model yang menggambarkan sistem dan proses yang terjadi didalamnya, memodifikasi atau memanipulasi model atau melakukan ekperimentasi, dan mempergunakan

model dan data untuk memecahkan persoalan (Soerianegara, 1978).

2.6. Faktor Biofisik Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Sphermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Solanum

Species : Solanum tuberosum L.

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Kentang berumur pendek hanya 90 hari sampai 180 hari. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang varietas genjah berumur 90 hari - 120 hari, varietas medium berumur 120 hari – 150 hari, dan varietas dalam berumur 150 hari – 180 hari. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak dengan ketinggian 0,5 meter – 2 meter, tergantung pada varietasnya (Budi Samadi, 1997).

2.6.2. Kesesuaian Lingkungan

Kentang cocok ditanam di daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan ketingian 1000 m – 3000 m diatas permukaan laut (dpl); dan untuk dataran medium pada ketinggian 300 m – 700 m dpl (Budi Samadi, 1997).

Ketinggian tempat atau letak geografis berhubungan erat dengan keadaan iklim setempat yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil yang optimal memerlukan suhu dan kelembaban tertentu. Suhu rata-rata harian yang sesuai untuk pertumbuhan adalah 18oC – 21oC. pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu kurang dari 10oC dan lebih dari 30oC (Budi samadi, 1997).

Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan tanaman adalah 60% - 85%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman rawan terkena penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Tony Hartus, 2001).

Daerah dengan rata-rata curah hujan 1500 mm pertahun sangat sesuai untuk budidaya kentang. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah (Setiadi et al. 1993).

Referensi

Dokumen terkait