• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3. METODE PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional) untuk menilai perbandingan antara cystatin C dan kreatinin sebagai penanda LFG pada pasien anak dengan PGK .

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan atau ruang rawat inap bagian anak RSUP Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Maret 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah anak usia antara 2-18 tahun yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih secara

consecutive sampling, yaitu: pasien anak usia 2-18 tahun yang datang ke poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan atau dirawat inap di bagian anak RSUP Haji Adam Malik Medan dan telah terdiagnosa dengan PGK.

(2)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel uji kesesuaian berdasarkan rumus Kappa Cohen.43

n =

𝑍𝛼

2 1𝑑−𝑘 2

1

− 𝑘

1

2

𝑘

+

2𝑘 𝜋 21−𝑘 −𝜋

n = besar sampel

K = nilai kappa minimal yang dianggap memadai = 0,8

𝜋= prediksi hasil pemeriksaan positif yang sesungguhnya =0,5 d = presisi nilai kappa = 0,2

𝛼 = kesalahan yang masih dapat diterima = 0,05 Z𝛼= deviat baku alpha = 1,96

Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan besar sampel : n = 36

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria inklusi :

1. Pasien anak yang telah terdiagnosa dengan Penyakit Ginjal Kronik berdasarkan pemeriksaan klinis , laboratorium atau radiologis yang berusia 2 - 18 tahun.

(3)

3.5.2. Kriteria eksklusi :

1. Pasien dengan gagal ginjal yang sedang dan atau pernah menjalani dialisa ( terapi pengganti ginjal)

2. Pasien yang sedang menjalani terapi dengan penyakit keganasan

3. Pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed Consent

Persetujuan telah diminta dari subjek penelitian dan orang tua setelah terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai kondisi penyakit yang dialami dan pemeriksaan yang akan diobervasi. Formulir persetujuan terlampir.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1 Cara Kerja

a. Sampel dipilih secara consecutive sampling dimana pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi disertakan dalam penelitian.

(4)

b. Pasien dan orang tua diberikan penjelasan dan informed consent yang menyatakan setuju untuk mengikuti penelitian ini. c. Data dasar diperoleh berdasarkan riwayat anamnesa dari

keluarga dan status rekam medis, pemeriksaan klinis dan penunjang (laboratorium, pencitraan) yang mendukung diagnosa Penyakit Ginjal Kronik

d. Dilakukan pengukuran berat badan (BB) pada anak yang ditentukan dengan menggunakan alat penimbang yang telah ditera sebelumnya dan anak ditimbang dalam keadaan tanpa alas kaki dan dengan pakaian sehari-hari.

e. Selanjutnya dilakukan pengukuran tinggi badan (TB) pada anak yang ditentukan dengan menggunakan alat microtoa 2 M terbuat dari metal, diukur pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong menempel pada dinding.

f. Dilakukan pemeriksaan serum kreatinin dan cystatin C dengan persetujuan dari pasien dan orang tua.

g. Sampel darah sebanyak 5 ml diambil oleh petugas laboratorium dari vena perifer dan dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serumnya. Serum selanjutnya diperiksa di laboratorium Prodia. h. Pemeriksaan serum cystatin C dengan metode

(5)

Nephelometer (BN II/BN ProSpec System). Pemeriksaan serum kreatinin dengan metode enzymatic dengan Architect.

i. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan serum cystatin C dihitung dengan persamaan :

Persamaan CKD-EPI 2012 :

LFG = 70,69 x (SCysC) -0,931

j. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan serum kreatinin dihitung dengan persamaan :

Persamaan CKD-EPI 2012 :

LFG = 41,3 x(tinggi badan/SCr)

(6)

3.8.2. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur penelitian

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Pengukuran antropometri Pengambilan sampel darah Pemeriksaan kadar serumCystatin C Pemeriksaan kadar serumkreatinin Penilaian LFG dengan persamaan CKD-EPICys Penilaian LFG dengan persamaan CKD-EPI Analisa Data

(7)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Jenis kelamin : nominal dikotom

Usia : numerik

Tinggi Badan : numerik

Berat Badan : numerik

Variabel tergantung Skala

Kreatinin : numerik

Cystatin C : numerik

LFG CKD-EPI Cys C : numerik/kategorik

LFG CKD-EPI : numerik/kategorik

3.10. Definisi Operasional

1. Penyakit Ginjal Kronik: suatu keadaan abnormalitas struktur maupun fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG atau LFG kurang dari 60ml/menit/1.73m2 bila tanpa gejala yang tersebut di atas, yang kesemuanya berlangsung dalam waktu tiga bulan atau lebih.

2. Laju Filtrasi Glomerulus: pemeriksaan yang dianggap paling mampu menggambarkan fungsi ginjal. LFG menyatakan volume cairan dan zat

(8)

sisa pada plasma darah yang difiltrasi dari glomerular kapiler ginjal yang keluar dan yang bukan diserap maupun disekresi oleh tubulus yang didapat dari suatu persamaan setelah pemeriksaan dengan penanda tertentu. LFG terdiri atas pemeriksaan dengan penanda eksogen (yang paling akurat) dan penanda endogen (hanya menilai estimasi/perkiraan)

3. Kreatinin serum : pemeriksaan kreatinin dengan menggunakan serum darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam mg/dL dan harus dihitung dalam persamaan tertentu untuk mengukur LFG. Nilai normal kreatinin serum bervariasi, biasanya adalah < 1.0 ( usia : 1 – 18 tahun)

4. Cystatin C serum: pemeriksaan cystatin C dengan menggunakan serum darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam mg/L dan harus dihitung dengan persamaan tertentu untuk mengukur LFG. Nilai normal systatin C bervariasi, biasanya adalah 0.57 – 0.96 mg/L (laki-laki) dan 0.50 – 0.96 mg/L (perempuan).

5. CKD-EPI Cys : adalah salah satu persaman yang digunakan untuk menghitung LFG berdasarkan cystatin C. Penilaian LFG menggunakan rumus :

(9)

6. CKD-EPI : adalah salah satu persamaan yang digunakan untuk menghitung LFG berdasarkan kreatinin. Penilaian LFG menggunakan rumus:

LFG = 41,3 x (tinggi badan/SCr)

7. Tinggi badan : pengukuran tinggi badan dengan alat pengukur tinggi badan yang dinyatakan dalam satuan cm. Tinggi badan kemudian diplot ke dalam kurva WHO atau CDC untuk kemudian dibagi ke dalam kategori tinggi badan normal dan perawakan pendek (stunted). Dalam penelitian ini dianggap perawakan pendek (stunted) bila TB/U (baca: tinggi badan menurut usia) < 70 % dan atau berada di bawah persentil 3 atau < - 3 SD.

8. Berat badan : pengukuran berat badan dengan alat pengukur berat badan yang dinyatakan dalam satuan kg. Berat badan kemudian diplot ke dalam kurva WHO dan CDC untuk kemudian dibagi ke dalam kategori berat badan normal (normoweight), berat badan kurang (underweight) dan berat badan lebih (overweight).

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan menggunakan SPSS versi 18.0. Untuk menilai perbandingan kadar cystatin C dan nilai kreatinin dalam menilai klasifikasi

(10)

PGK berdasarkan stadium digunakan uji chi square dan uji fischer. Dalam mengetahui perbedaan proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam menilai penurunan LFG<90ml/menit/1.73m2 digunakan uji McNemar. Untuk menilai hubungan estimasi LFG berdasarkan kadar cystatin C dan nilai kreatinin dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan uji t tidak berpasangan dan regresi linear. Tingkat kemaknaan diterapkan bila nilai P< 0.05 dengan IK 95 %.

(11)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di poli rawat jalan dan ruang rawat divisi nefrologi anak RSUP Haji Adam Malik Medan selama bulan Januari – Maret 2016. Total jumlah pasien yang diikutsertakan dalam penelitian adalah 36 anak yang dinyatakan menderita penyakit ginjal kronik (PGK) dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Usia rerata penderita adalah 10.1 tahun dengan perbandingan jumlah yang sama antara subyek yang berusia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun. Jenis kelamin lelaki lebih banyak dibandingkan perempuan dengan 19 anak berbanding 17 anak. Sebagian besar status berat badan anak adalah berat badan kurang (underweight) dengan 18 orang sedangkan status tinggi badan didominasi dengan tinggi badan normal (normoheight) sebanyak 20 orang. Sindroma nefrotik (SN) merupakan penyebab terbanyak penyebab PGK pada penelitian ini yaitu sebanyak 27 orang.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan rerata kadar kreatinin adalah 0.9 mg/dl dengan simpangan baku 1.19 dan rerata kadar cystatin C adalah 1.4 mg/L dengan simpangan baku 1.24. Rerata LFG kreatinin pada penderita sebesar 109.7 mL/min/1.73 m2 dengan simpangan baku 51.56 sedangkan rerata LFG cystatin C sebesar 72.8 mL/min/1.73 m2dengan simpangan baku 28.12. Dijumpai perbedaan bermakna antara estimasi LFG

(12)

berdasarkan kreatinin dan cystatin C dengan (mean difference 36.8, 95 % IK 29.0 – 44.9, P=0.001). Hal ini ditunjukkan dalam tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Karakteristik dasar subjek penelitian

Karakteristik (N =36)

Usia (tahun), rerata(SB) 10.1 (4.38)

Jenis kelamin, n

- Laki-laki 19

- Perempuan 17

Status berat badan(BB), n

- Normal (normoweight) 15

- Kurang (underweight) 18

- Lebih (overweight) 3

Status tinggi badan, n

- Normal (normoheight) 20

- Perawakan pendek (stunted) 16

Etiologi PGK, n

- Kelainan kongenital (CAKUT) 3

- Sindroma Nefrotik (SN) 27

- Lain-lain (SLE,ISK Kompleks,dll) 6

Kreatinin, rerata (SB), mg/dl 0.9(1.19)

Cystatin C, rerata (SB), mg/L 1.4(1.24)

LFG Kreatinin (ml/min/1,73 m2), rerata (SB) 109.7(51.56)

(13)

Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin, usia , berat badan dan tinggi badan dengan estimasi LFG kreatinin dan cystatin C

Karakteristik N LFG Kreatinin, rerata (SB), mg/dl P LFG Cystatin C rerata (SB), mg/L P Jenis Kelamin Laki-laki 19 113.8 (47.37) 0.628 76.2 (22.26) 0.469 Perempuan 17 105.9 (57.01) 69.0 (33.83) Usia < 10 tahun 18 112.1 (52.75) 0.790 78.4 (28.24) 0.232 > 10 tahun 18 107.4 (51.77) 67.1 (27.62) Berat badan, Normal 15 116.1 (38.81) 0.788 80.0 (25.32) 0.378 Kurang 18 104.9 (64.13) 68.9 (30.89) Lebih 3 102.6 (18.89) 59.5 (21.32) Tinggi Badan Normal 20 116.6 (44.70) 0.397 74.1 (25.50) 0.760 Perawakan Pendek 16 101.2 (59.43) 71.2 (31.88)

Pada analisis hubungan antara estimasi LFG yang diperoleh dari kadar kreatinin dan cystatin C dengan persamaan menurut CKD-EPI 2012 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C dengan jenis kelamin, usia, tinggi badan dan berat badan.

(14)

Tabel 4.3 Perbandingan derajat PGK berdasarkan estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C

Derajat PGK LFG kreatinin LFG Cystatin C RP P Derajat G1 26 9 Derajat G2 5 19 3.373 (1.378-5.156) 0.001* Derajat G3a+ Derajat G3b 1 4 3.513(1.571-5.351) 0.001** Derajat G4+ Derajat G5 4 4 1.486(0.228-2.136) 0.063**

Ket : * chi-square test ** fisher test

Tabel 4.3 menunjukan perbedaan derajat PGK dengan membandingkan estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C sebagai penandanya. Dari tabel dapat dilihat perbedaan derajat PGK berdasarkan kadar kreatinin dan cystatin C yang bermakna secara statistika, yaitu bila PGK dengan LFG yang menyatakan fungsi ginjal masih normal atau tinggi (dinyatakan dengan stadium G1) dibandingkan dengan derajat G2 (penurunan fungsi ginjal ringan) dan G3a+G3b (penurunan fungsi ginjal menengah) dengan nilai P<0.05. Sedangkan derajat G1 dibandingkan dengan derajat G4+G5 didapatkan nilai P>0.05 dan tidak bermakna secara statistika. Derajat G1 dibandingkan dengan derajat G2 mempunyai nilai RP 3.373, yang artinya akan didapatkan 3.373 kali lebih banyak dijumpai pada

(15)

derajat G1 dibandingkan derajat G2 bila menggunakan kreatinin dibandingkan menggunakan cystatin C. Begitu juga jika dibandingkan derajat G1 dengan G3a+G3b maka didapatkan 3.513 kali lebih banyak dijumpai pada derajat G1 jika dibandingkan derajat G3a+G3b bila menggunakan kreatinin dibandingkan menggunakan cystatin C. Prevalensi rasio yang tidak jauh berbeda ditunjukkan antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C pada stadium G4 dan G5 dimana telah terjadi kerusakan ginjal berat hingga gagal ginjal.

Tabel 4.4 Proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang mengalami penurunan.

LFG Cystatin C

Normal Menurun Total P

LFG Kreatinin Normal 9 (25) 17 (47.2) 26 (72.2) 0.001 * Menurun 0 (0) 10 (27.8) 10 (27.8)

Total 9 (25) 27 (75) 36 (100)

Ket : * Uji McNemar

(16)

Tabel 4.4 menunjukkan proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang mengalami penurunan dengan menggunakan uji McNemar dengan nilai P<0.05, sehingga secara statistika terdapat perbedaan bermakna dalam penilaian fungsi ginjal antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dengan cystatin C.

(17)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah masalah kesehatan yang sangat penting di seluruh dunia. Tingginya prevalensi dengan hasil akhir yang buruk dan pembiayaan yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dimana tata laksana PGK lebih diarahkan kepada pencegahan PGK, deteksi dini dan manajemen terpadu dari berbagai bidang dibandingkan dengan melakukan tindakan lanjutan atau terapi pengganti ginjal.44

PGK pada anak juga dapat berkembang menjadi gagal ginjal bila tata laksana yang dilakukan tidak tepat atau terlambat. PGK pada anak memiliki dampak yang sangat bermakna dimana angka kematian pada anak dengan gagal ginjal diperkirakan 30 kali lebih tinggi dari populasi anak pada umumnya.45 Evaluasi fungsi ginjal dengan menilai LFG sangat penting untuk dilakukan. Suatu studi di Amerika Serikat memperkirakan terjadinya penurunan fungsi ginjal pada pasien PGK kira-kira 3 sampai 5 ml/min/1,73m2 setiap tahunnya yang berarti besar kemungkinan pasien dengan gagal ginjal sebelumnya telah mengalami PGK stadium awal pada masa anak dan remaja.45

Salah satu strategi yang dianggap paling baik untuk memperbaiki prognosis PGK pada anak adalah dengan mengevaluasi faktor resiko dan

(18)

cairan dan elektrolit serta penyesuaian dosis obat-obatan untuk menjaga fungsi ginjal dan menghindarinya dari toksisitas dapat dilakukan segera.45-46 LFG adalah indeks terbaik yang menggambarkan fungsi ginjal secara keseluruhan. Pemeriksaan LFG yang akurat dengan penanda eksogen hampir tidak dapat mungkin untuk dilakukan di sentra kita sehingga penelitian ini kami lakukan untuk membandingkan antara serum kreatinin sebagai rujukan baku dengan cystatin C sebagai penanda endogen potensial lain dalam menilai estimasi LFG .

Serum kreatinin yang digunakan sebagai penanda LFG selama lebih dari 100 tahun telah diketahui memiliki banyak keterbatasan.47 Kreatinin dianggap tidak dapat mendeteksi penurunan fungsi ringan dan menengah atau yang dikenal dengan “creatinine blind area” sehingga sering terjadi over estimasi LFG yang menyebabkan banyak kasus PGK menjadi terlambat terdiagnosa.48 Hal ini sesuai dengan hasil yang kami dapatkan dalam penelitian ini dimana proporsi yang ditunjukkan antara estimasi LFG berdasarkan cystatin C dan kreatinin pada pasien PGK berbeda secara bermakna dalam membedakan fungsi ginjal normal (LFG≥ 90ml/min/1,73 m2) dan menurun (LFG < 90ml/min/1,73 m2 )

Pada penelitian ini juga dijumpai perbedaan nilai estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C yang bermakna pada stadium awal PGK akan tetapi tidak terlalu jauh berbeda bila dibandingkan pada stadium lanjut. Perbedaan bermakna ini terjadi bila stadium G1(fungsi ginjal normal) dibandingkan

(19)

dengan stadium G2 dan G3a+G3b (penurunan fungsi ginjal ringan hingga sedang). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya pada tahun 2008 di Kolombia yang menyimpulkan bahwa cystatin C lebih sensitif dibandingkan kreatinin pada stadium awal PGK.49 Penelitian dengan hasil yang sama di Malaysia tahun 2013 juga menyatakan bahwa cystatin C secara bermakna meningkat pada stadium 2 PGK (penurunan fungsi ginjal ringan) dibandingkan kreatinin.39 Hal ini menunjukkan bahwa cystatin C memiliki kesesuaian yang baik dengan kreatinin dan dapat diandalkan sebagai penanda LFG akan tetapi memiliki performa yang lebih baik saat bekerja di stadium awal PGK.

Beberapa penelitian lain sebelumnya juga telah banyak membandingkan antara kedua penanda ini. Studi lain yang dilakukan di India pada tahun 2014 yang membandingkan pemeriksaan estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C dengan menggunakan baku emas 99Tc-DTPA juga menemukan bahwa estimasi LFG menurut cystatin C memiliki presisi yang lebih tinggi dibanding kreatinin (13.1 vs 25.6 mL/min/1,73 m2).13 Studi di Colombia tahun 2008 juga menyimpulkan bahwa cystatin C adalah opsi yang sangat menarik dapat menggantikan serum kreatinin dalam mendiagnosa dan memonitor fungsi ginjal pada anak.49 Suatu studi meta analisa tahun 2013 yang menggunakan persamaan CKD-EPI sebagaimana penelitian ini menemukan bahwa cystatin C lebih bermakna dibandingkan kreatinin dalam

(20)

mengenali resiko lanjutan PGK karena sangat berhubungan dengan penilaian LFG dan klasifikasi PGK.50

Penelitian yang dilakukan di RS HAM tidak menggunakan kontrol ataupun pemeriksaan baku emas sehingga tidak dapat dinilai akurasinya, baik sensitivitas maupun spesifisitasnya. Studi ini juga bukan penelitian diagnostik karena hanya merupakan uji kesesuaian dengan menggunakan rujukan baku yaitu kreatinin. Pada penelitian ini kami juga hanya melakukan perhitungan estimasi LFG dengan menggunakan persamaan CKD-EPI untuk mendapatkan perbandingan yang lebih setara sesuai rekomendasi yang terbaru dikeluarkan.

Selain sifatnya yang tidak sensitif kreatinin juga dianggap memiliki nilai yang tidak konstan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, massa otot , status diet dan hal-hal lain. Cystatin C dianggap bebas dari pengaruh tersebut termasuk oleh kondisi inflamasi dan keganasan.51 Suatu studi yang dipublikasikan di Turki tahun 2015 dengan menggunakan kontrol untuk menilai hubungan faktor-faktor tersebut dengan estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C menemukan bahwa nilai kreatinin memiliki korelasi yang bermakna dengan usia, tinggi badan dan indeks massa tubuh (IMT) sementara cystatin C tidak.52 Pada penelitian ini kami mendapati bahwa usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan sama-sama memiliki korelasi yang lemah dengan nilai estimasi LFG berdasarkan kreatinin maupun cystatin C.

(21)

Cystatin C selain memiliki lebih banyak keunggulan dalam menilai estimasi LFG ternyata juga memiliki keterbatasan. Beberapa tulisan juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar cystatin C dengan status thyroid pasien dan penggunaan steroid.25 Pada studi ini kendati kami menanyakan status penggunaan steroid pada pasien , kami tidak melakukan analisa hubungan antara penggunaan steroid dengan kadar cystatin C. Pemeriksaan hormon tiroid juga tidak dilakukan dan tidak ada penilaian status hormon tiroid pada sampel kami. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai faktor diluar LFG yang dapat mempengaruhi kadar cystatin C mengingat sindrom nefrotik dengan penggunaan steroid yang lama juga terjadi pada sebagian besar kasus PGK.

Cystatin C dengan segala keunggulannya dibandingkan kreatinin dalam menilai estimasi LFG ternyata belum dapat menggantikan kreatinin yang masih digunakan secara luas di seluruh dunia. Hal ini juga berhubungan dengan faktor biaya dimana pemeriksaan cystatin C berkisar antara 5 sampai 6 kali dibandingkan kreatinin dan juga standarisasi yang sangat bervariasi di berbagai tempat dan negara. Suatu penelitian di Korea tahun 2011 menemukan bahwa peningkatan serum cystatin C yang ringan dengan nilai kreatinin yang normal tidak memberikan perbedaan yang bermakna secara klinis.40 Hal ini mungkin dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan cystatin C pada kasus PGK dengan prioritas tertentu dimana

(22)

menimbulkan pembiayaan yang jauh lebih tinggi bila penatalaksanaan PGK dilakukan terlambat.

Penelitian lebih lanjut mengenai persamaan yang digunakan dalam menilai estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C juga masih diperlukan. Penelitian lain di Swiss tahun 2013 tentang perbandingan antara persamaan CKD-EPI dan Schwartz yang menggunakan baku emas inulin menemukan bahwa persamaan CKD-EPI tidak dianggap lebih baik dibandingkan persamaan Schwartz dalam menilai estimasi LFG53 Sayangnya kami tidak melakukan perbandingan antara persamaan Schwartz dan CKD-EPI dalam penelitian ini.

Kelemahan lain pada studi ini populasi yang sedikit dan tidak dilakukannya pemeriksaan LFG dengan menggunakan baku emas yaitu inulin ataupun dengan penanda eksogen lain sehubungan biaya yang mahal dan tidak tersedia di sentra tempat penelitian ini dilakukan.

(23)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini ditemukan perbedaan antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C. Perbedaan bermakna antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C ditunjukkan terutama pada stadium awal PGK dan menjadi hal yang sangat penting mengingat deteksi dini penurunan fungsi ginjal sangat mempengaruhi tata laksana PGK secara keseluruhan. Estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C tidak menunjukkan perbedaan bermakna bahkan hampir sama pada stadium PGK menengah dan lanjut menunjukkan bahwa cystatin C juga dapat berperan sebagai penanda LFG sebagaimana kreatinin yang saat ini digunakan sebagai standar referensi dalam menilai LFG. Jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan juga bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C.

6.2. Saran

PGK pada anak adalah masalah dengan dampak jangka panjang sehingga tata laksana yang baik dan yang dilakukan sedini mungkin

(24)

menemukan bahwa cystatin C dapat dijadikan penanda endogen yang dapat menilai estimasi LFG dengan lebih baik dibandingkan kreatinin pada stadium awal dan menengah PGK. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan cystatin C terutama pada pasien PGK dengan resiko tinggi terjadinya penurunan fungsi ginjal.

Aspek pembiayaan juga perlu dipertimbangkan untuk menjadikan cystatin C sebagai pengganti kreatinin dalam menilai estimasi LFG . Sebaiknya dilakukan study dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunaan baku emas sehingga data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan lebih akurat dalam menentukan penanda yang lebih baik dalam menilai LFG.

Gambar

Gambar   3.1.    Alur penelitian
Tabel 4.2  Hubungan  jenis  kelamin,  usia  ,  berat  badan  dan  tinggi   badan   dengan estimasi LFG  kreatinin dan cystatin C
Tabel  4.4  Proporsi  antara  estimasi  LFG  berdasarkan  kreatinin  dan  cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang  mengalami penurunan

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh yang saya tahu awalnya sekolah ini dikonsep agar dari pintu masuk kemudian ke area sekolah itu langsung turun lurus ke bawah tidak menyamping, cuma karena memang

Judul : Efektivitas Penerapan Metode Outdoor Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Semester II Materi Pokok Daur

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran matematika dengan penerapan Realistic Mathematic Education pada siswa kelas 1 SD Negeri 2

Keadaan ini bila terus berlanjut akan terjadi distorsi antara pihak industri, pemerintah lokal dan masyarakat, Kita sudah mendengar semuanya bahwa banyak pabrik- pabrik yang mulai

Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa jalur peripheral tidak hanya terjadi pada informan yang tidak memiliki motivasi dan/atau kemampuan seperti yang

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor kelengkapan prasarana (tersedianya jaringan listrik dan air bersih), faktor sosial ekonomi (harga perumahan), dan faktor legalitas peru-

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, yang dilakukan adalah pemanfaatan ampas kelapa secara optimal dengan memfokuskan pada “Membuat biopelet dari formulasi campuran

Direktorat Jendral Cipta Karya Dinas PU merupakan salah satu pusat biaya yang ada di pemerintahan daerah yang telah dianggarkan dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja