• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 ARAHAN RTRW NASIONAL DAN PROPINSI JAWA TIMUR DAN KETERKAITAN RTRW KOTA/ KABUPATEN SEKITAR SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 ARAHAN RTRW NASIONAL DAN PROPINSI JAWA TIMUR DAN KETERKAITAN RTRW KOTA/ KABUPATEN SEKITAR SIDOARJO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

II - 1

BAB 2

ARAHAN RTRW NASIONAL DAN PROPINSI JAWA

TIMUR

DAN

KETERKAITAN

RTRW

KOTA/

KABUPATEN SEKITAR SIDOARJO

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten Sidoarjo mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi Jawa Timur; pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten juga memperhatikan: perkembangan permasalahan provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.

2.1. ARAHAN RTRW NASIONAL

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional disebutkan bahwa pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya diselenggarakan untuk mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan. Strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya diselenggarakan dengan: a. menetapkan kawasan budidaya nasional untuk mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di wilayah nasional; b. mengembangkan kegiatan- kegiatan budidaya beserta prasarana penunjangnya baik di darat maupun di laut secara sinergis; dan c. mengembangkan dan mempertahankan kawasan budidaya pertanian yang merupakan sentra produksi pangan nasional. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah pulau dan kepulauan, khususnya wilayah Jawa – Bali dalam ruang wilayah nasional merupakan arahan pengembangan wilayah pulau dan kepulauan yang meliputi: Arahan pengembangan Wilayah Jawa – Bali (termasuk Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sidoarjo) sebagai pusat pengembangan utama sentra pangan nasional, pengembangan sumberdaya alam yang hemat ruang (intensif) terutama perikanan tangkap darat, perkebunan dengan agro- tourism; pertambangan migas dan non migas; pengembangan industri pengolahan yang hemat ruang dan air serta ramah lingkungan; pengembangan permukiman yang terkendali; pusat pertumbuhan utama ekonomi dan pintu gerbang utama global dan nasional, termasuk pelayanan pemerintahan nasional.

2.2. ARAHAN RTRW PROVINSI JAWA TIMUR

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006. Beberapa arahan RTRW Provinsi Jawa Timur yang menjadi perhatian dalam penyusunan RTRW Kabupaten Sidoarjo, adalah sebagai berikut:

2.2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah

Struktur pemanfaatan ruang wilayah menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan di Propinsi Jawa Timur. Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah membentuk sistem pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan.

A. Sistem Pusat Permukiman Perdesaan

Sistem pusat permukiman pedesaan membentuk pusat pelayanan desa secara berhirarki sebagai berikut :

1. pusat pelayanan antar desa 2. pusat pelayanan setiap desa

(2)

Laporan Akhir

II - 2

Pusat pelayanan desa tersebut secara berjenjang memiliki hubungan dengan pusat kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat, dengan perkotaan pusat Sub SWP dan dengan ibukota Kabupaten masing- masing. Struktur ruang perdesaan tersebut merupakan upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan dari pusat- pusat SSWP. Rencana struktur ruang pedesaan dapat dilihat dalam gambar 2. 1.

B. Sistem Pusat Permukiman Perkotaan

Sistem pusat permukiman perkotaan di Jawa Timur mengatur: orde kota – perkotaan, hirarkhi kota – perkotaan, dan sistem perwilayahan. Sistem pusat permukiman perkotaan ini mengarahkan sebaran dan distribusi kota- perkotaan di Jawa Timur sampai tahun 2020.

Orde Kota – Perkotaan

Orde kota - perkotaan di Jawa Timur ditetapkan sebagai berikut: 1. Orde I : Kota Surabaya

2. Orde IIA : Kota Malang

3. Orde IIB : Perkotaan Sidoarjo, Perkotaan Gresik, Perkotaan Tuban, Perkotaan Lamongan, Perkotaan Jombang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Perkotaan Bojonegoro, Perkotaan Bangkalan, Kota Madiun, Kota Kediri, Perkotaan Jember, Perkotaan Banyuwangi, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Perkotaan Pamekasan, Kota Batu.

4. Orde IIIA : Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Ngawi, Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Lumajang, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Sumenep

5. Orde IIIB : Perkotaan Magetan, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan Pacitan, Perkotaan Bondowoso, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Sampang, Perkotaan Caruban.

Hirarki Kota – Perkotaan Di Jawa Timur

Berdasarkan potensi perkembangan kota – perkotaan tersebut hirarki kota – perkotaan di Jawa Timur berdasarkan tipe kota – perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Perkotaan Metropolitan meliputi :

a. Perkotaan Surabaya Metropolitan Area dengan jumlah penduduk 5 juta jiwa meliputi Kota Surabaya, Perkotaan Sidoarjo dan sekitarnya, Perkotaan Gresik dan sekitarnya dan Perkotaan Bangkalan dan sekitarnya;

b. Perkotaan Malang Raya dengan jumlah penduduk diatas 1 juta jiwa yang meliputi : Kota Malang, Kota Batu, Perkotaan Kepanjen dan sekitarnya.

2. Perkotaan Menengah meliputi : Perkotaan Tuban, Perkotaan Lamongan, Perkotaan Jombang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Perkotaan Bojonegoro, Kota Madiun, Kota Kediri, Perkotaan Jember, Perkotaan Banyuwangi, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Perkotaan Pamekasan, Kota Batu.

3. Perkotaan Kecil meliputi: Perkotaan Sampang, Perkotaan Sumenep, Perkotaan Ngawi, Perkotaan Magetan, Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Bondowoso, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Pacitan, Perkotaan Lumajang, dan perkotaan Caruban.

Perwilayahan

Perwilayahan Jawa Timur direncanakan dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan, merupakan upaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berkembang cenderung terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban di SWP Gerbangkertasusila, menyeimbangkan perkembangan perkotaan lain di wilayah Jawa Timur dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Perwilayahan Jawa Timur di bagi dalam 9 Satuan Wilayah Pengembangan, meliputi : (Lihat gambar 2.2)

1. SWP Gerbangkertosusila Plus meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten dan Kota Pasuruan dengan pusat pelayanan di Kota Surabaya.

2. SWP Malang Raya meliputi: Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, dengan pusat pelayanan di Kota Malang.

3. SWP Madiun dan sekitarnya meliputi: Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, dengan pusat pelayanan di Kota Madiun.

4. SWP Kediri dan sekitarnya meliputi: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri. 5. SWP Probolinggo – Lumajang meliputi: Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo dan

Kabupaten Lumajang, dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo

6. SWP Blitar meliputi: meliputi Kota Blitar dan Kabupaten Blitar, dengan pusat pelayanan Kota Blitar

7. SWP Jember dan sekitarnya meliputi: Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Jember

8. SWP Banyuwangi meliputi: Kabupaten Banyuwangi, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Banyuwangi

9. SWP Madura dan Kepulauan meliputi: Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep dengan pusat pelayanan di Perkotaan Pamekasan

Sidoarjo termasuk kedalam SWP Gerbangkertosusilo plus dengan fungsi Fungsi SWP serta fungsi pusat permukiman perkotaan sebagai berikut :

a. Pusat SWP : Kota Surabaya

b. Fungsi SWP Gerbangkertosusila Plus adalah: Kawasan Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, industri

c. Fungsi pusat pengembangan/ perkotaan adalah : Pusat Pelayanan, perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana wisata

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Gerbangkertosusila Plus

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan SWP Gerbangkertosusila Plus dibagi menjadi empat satuan wilayah yang lebih kecil, dan setiap satuan wilayah tersebut dibagi dalam beberapa cluster dengan fungsi dan spesifikasi kegiatan sebagai berikut:

(3)

Laporan Akhir

II - 3

Wilayah Inti Gerbangkertosusila Plus adalah Surabaya Metropolitan Area (SMA) meliputi: Surabaya, sebagian Kabupaten Gresik, sebagian Kabupaten Sidoarjo, dan sebagian Kabupaten Bangkalan. Wilayah SMA ini berorientasi ke Surabaya sebagai pusat. Wilayah SMA didominasi kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa, serta kegiatan pelayanan pemerintahan Regional Jawa Timur. Wilayah SMA di bagi dalam Cluster Gresik, Cluster Bangkalan, Cluster Sidaoarjo dan Cluster Surabaya. Cluster Surabaya dibagi dalam Sub Cluster Surabaya Barat, Selatan, Timur dan Utara.

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Surabaya Metropolitan Area (SMA)

Pusat permukiman perkotaan di wilayah SMA diarahkan berdasarkan potensi perkembangan masing- masing perkotaan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah Surabaya Metropolitan Area. Struktur yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Sidoarjo meliputi Sidoarjo, Taman, Tanggulangin, Porong, Jabon, dan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Wilayah inti diarahkan berpusat di Sidoarjo – Taman dan wilayah ini dibagi dalam 2 cluster yaitu :

 Cluster Sidoarjo berpusat di Perkotaan Sidarjo  Cluster Sidoarjo – Krian berpusat di Krian

Pengembangan Sistem Kegiatan

Sistem kegiatan perkotaan Sidoarjo diarahkan sebagai berikut: Sebagian wilayah perkotaan Sidoarjo mempunyai kecenderungan kegiatannya berkembang ke arah sektor perdagangan/ jasa dan industri yang berkembang berkelompok di kawasan perkotaan. Kecenderungan perkembangan ini diperkuat juga dengan adanya komuter, sehingga pada wilayah ini perlu dibangun pusat pertumbuhan baru (pusat kota baru) untuk mendorong pertumbuhan di wilayah sekitarnya. Jenis kegiatan di kota baru yang harus disediakan antara lain meliputi perdagangan, perniagaan, permodalan dan penerangan serta perumahan dengan fasilitas rekreasinya.

Sedang pada wilayah Sidoarjo lainnya berfungsi sebagai daerah penyangga, kegiatan ikutan/ semi perkotaan perlu dikembangkan seperti industri pengolahan, pertanian dan industri pertanian serta perumahan.

Tabel 2.1 Fungsi Wilayah dan Perkotaan Kabupaten Sidoarjo Dalam RTRW Jawa Timur

Perkotaan/Wilayah Rencana Fungsi Wilayah

Rencana Pengembangan Fasilitas yang Dibutuhkan Rencana Pengembangan Infrastruktur SWP Gerbangkertosusilo Plus

Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, pertambangan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi dan industri.

Sidoarjo

Pusat Pemerintahan, Jasa Perdagangan, Pendidikan, Kawasan Industri, pertanian, perikanan, pariwisata, keuangan dan kesehatan.

 Pengembangan kawasan industri Jabon, Sidoarjo dan Krian  Pasar Induk Agrobisnis di Desa Jemundo(Kec. Sukodono)

 Rumah Sakit tipe A

 Jalan tol Waru-Juanda, Jalan lingkar dalam, jalan lingkar barat, jalan lingkar timur dalam, jalan lingkar tengah, peningkatan jalan lingkar barat

 Pengembangan runway di Juanda

 Pengembangan rel kereta api double track

Sumber : RTRW Jawa Timur

Sistem Prasarana Wilayah

Struktur Ruang wilayah Propinsi Jawa Timur secara umum diarahkan untuk mendukung pemerataan dan perkembangan wilayah Jawa Timur, dan pengembangannya perlu didukung oleh berbagai sistem prasarana wilayah. Prasarana wilayah diupayakan untuk ditingkatkan pada sentra ekonomi wilayah dan wilayah yang kurang terjangkau. Beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus adalah: wilayah kepulauan dan wilayah yang memiliki akses yang rendah.

Sistem Prasarana Transportasi

Arahan pengembangan sistem prasarana transportasi ini meliputi: jalan, kereta api, penyeberangan, laut, bandara udara dan angkutan masal cepat perkotaan.

A. Jalan

Sistem jaringan jalan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan kebutuhan akan hubungan antar wilayah dan perkotaan sesuai dengan orde kota- perkotaan dan fungsi dasar wilayah. Pengembangan sistem jaringan jalan di Jawa Timur dengan memanfaatakan sistem jaringan jalan primer yang ada dan pengembangan jaringan yang potensial maupun jalan baru. Pengembangan

(4)

Laporan Akhir

II - 4

sistem jaringan jalan ini dilakukan dengan membuat hubungan antar wilayah perkotaan dan perdesaan sesuai dengan hirarkinya baik untuk jalan tol, jalan arteri dan kolektor sistem primer dalam skala wilayah tingkat nasional dan propinsi. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer. Jalan penghubung utama lain sebagai jalan antar perkotaan kabupaten dan ke tempat strategis di Jawa Timur dikembangkan sebagai jalan kolektor sistem primer. Sistem transportasi darat ini juga ditunjang oleh jalan tol antar wilayah Mengingat Jawa Timur memiliki area yang sangat potensial untuk dikembangkan, sementara itu banyak terdapat jalan potensial yang dapat ditingkatkan fungsinya untuk menghubungkan antar wilayah, maka dapat dikembangkan jalan tembus antar antar kawasan perkotaan, atau antar kawasan yang memiliki nilai strategis di Jawa Timur.

B. Kereta Api

Pengembangan prasarana kereta api dilakukan melalui: pengembangan jalur KA, penyelenggaraan KA komuter, penyelenggaraan dry port, terminal barang, konservasi rel mati. Secara keseluruhan pengembangan sistem prasarana kereta api ditujukan untuk angkutan massal dan murah, meningkatkan akses regional dan nasional dan lebih meningkatkan perannya dalam angkutan barang.

Pengembangan sistem ini meliputi: jalur Utara, jalur Tengah, Jalur Timur, dan jalur Lingkar. Selain hal tersebut sistem ini ditunjang oleh pengembangan jalur kereta api ganda atau double track. Sistem kereta api ini juga dilakukan dengan melakukan konservasi rel mati ditujukan pada ruas- ruas potensial.

C. Penyeberangan

Pengembangan pelabuhan penyeberangan kedepan diarahkan pada wilayah kepulauan dengan meningkatkan jalur pelayaran untuk memberikan akses pada pulau- pulau berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan pengembangan angkutan penyeberangan untuk skala regional.

D. Pelabuhan Laut

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan pengembangan pelabuhan laut untuk skala regional.

E. Bandara Udara

Pengembangan sistem prasarana transportasi udara dikembangkan meliputi bandara umum dan bandara khusus. Bandara umum dikembangkan di beberapa perkotaan yang secara keseluruhan memiliki hubungan atau berpusat di Juanda – Sidoarjo dan akan dilakukan pengembangan di Pantura Jawa Timur.

F. Angkutan Massal

Pada kawasan perkotaan Gerbangkertosusila Plus dan Malang Raya, pergerakan antar wilayah perkotaan sangat tinggi sehingga diperlukan pengembangan angkutan masal cepat perkotaan. Pengembangan lebih lanjut ditetapkan melalui kajian trayek, kondisi medan, prakiraan permintaan dan kemampuan pendanaan.

Sistem Prasarana Telematika

Prasarana telematika merupakan perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan- tujuan pengambilan keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telematika ini dikembangkan, meliputi: sistem kabel, sistem seluler, dan sistem satelit. Secara berhirarki prasarana telematika dikembangkan hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telematika, dengan peningkatan pelayanan ini maka pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telematika.

Dengan sistem telematika yang disebar luaskan hingga pelosok wilayah, akan memberikan nilai tambahan bagi wawasan masyarakat. Selain meningkatkan pengembangan jaringan telekomunikasi melalui wartel perlu di kembangkan pula warnet dan sejenisnya keseluruh wilayah kabupaten/ kota.

Sistem Prasarana Sumberdaya Energi

Prasarana sumberdaya energi di Jawa Timur diperlukan untuk pengembangan dan penyediaan jaringan listrik dan pemenuhan energi. Pengembangan ini meliputi : PLTU, PLTGU, perluasan jaringan SUTT dan SUTET, selanjutnya pengembangan energi baru dan terbarukan meliputi: energi mikrohidro, energi angin, energi surya, energi panas bumi, dan energi gelombang di wilayah pesisir.

Pengembangan energi alternatif ini diupayakan untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia, penggunaan energi surya dan angin dapat dikembangkan pada wilayah pelosok yang belum terjangkau energi listrik.

Sistem Prasarana Sumberdaya Air

Prasarana sumberdaya air dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah, melalui optimasi pemanfaatan sumber, pembuatan bendungan, dan penjernihan air. Juga diperlukan melakukan penurapan mata air dan.membangun sumur bor, pencegahan pencemaran pada Cekungan Air Tanah (CAT) di berbagai sumber. Prasarana pengairan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis baik untuk irigasi air permukaan maupun air tanah. Pengembangan pengairan disusun berdasarkan wilayah sungai, melalui: pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi

Sistem Prasarana Migas

Prasarana migas dilakukan pada jaringan/ distribusi minyak dan gas bumi melalui pipa di darat dan laut, kereta api dan angkutan jalan raya. Prasarana migas ini dibuat pada wilayah penghasil migas di Propinsi Jawa Timur.

Sistem Prasarana Lingkungan

Prasarana lingkungan terdiri atas: tempat pembuangan akhir (TPA) terpadu dan tempat pengolahan dan atau pengelolaan limbah industri B3 dan non B3. Prasarana lingkungan ini digunakan antar wilayah melalui berbagai mekanisme kerjasama.

Lokasi pengembangan TPA terpadu ini harus didasari oleh kesepakatan dan kerjasama antar wilayah, dan di usahakan untuk mengembangkan pada wilayah yang jauh dari area terbangun dan aktifitas masyarakat. Maka diperlukan pembatas seperti adanya ruang terbuka hijau sebagai filter dan merupakan upaya mengurangi timbulnya kawasan terbangun.

2.2.2. Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Pola Pemanfaatan Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Propinsi Jawa Timur terdiri dari: kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan perlindungan bawahan, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan rawan bencana alam. Secara keseluruhan kawasan lindung ini harus diupayakan untuk tidak dilakukan alih fungsi untuk kawasan budidaya. Adapun arahan pemanfaatan kawasan lindung di Propinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :

Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam merupakan kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alam yang memberikan perlindungan bagi flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam, dan kawasan ini terdiri dari cagar alam dan suaka marga satwa. Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan suaka alam untuk skala regional.

(5)

Laporan Akhir

II - 5

Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan pelestarian alam terdiri dari: taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan suaka alam untuk skala regional.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Di Propinsi Jawa Timur ini terdapat cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang dapat dikategorikan menjadi empat bagian yakni lingkungan non bangunan, lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan gedung dan halamannya dan kebun raya. Untuk kabupaten Sidoarjo lingkungan bangunan gedung dan halamannya yaitu berupa

Pelestarian bangunan Pabrik Gula.

Kawasan Perlindungan Bawahan

1. Hutan Lindung

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan hutan lindung.

2. Kawasan Resapan Air

Kawasan ini diarahkan pada wilayah yang memiliki kelerengan 25- 40 %, di Kabupaten Sidoarjo ada arahan kawasan resapan air.

3. Kawasan Karst

Berdasarkan RTRW Jawa Timur di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan karst .

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat merupakan upaya dalam melindungi dan melestarikan ruang terbuka hijau di sepanjang atau sekitar kawasan sumber daya air yang dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Air merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan, maka sumber air, sungai, danau dan lain-lain harus dilestarikan dengan memberikan batas bagi kawasan budidaya terbangun atau lainnya yang memanfaatkan area sekitar sumber daya air tersebut.

Adapun kriteria kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:

1. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan radius 200 meter, dan direncanakan secara merata diseluruh wilayah Jawa Timur.

2. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar waduk/ danau ditetapkan dalam RTRW kabupaten/ kota, yang lebarnya antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. 3. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas sungai di kawasan

bukan permukiman sekurang - kurangnya 100 meter dan anak sungai sekurang - kurangnya 50 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur.

4. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan pantai secara umum ditetapkan sekurang - kurangnya 100 meter dari titik surut terendah untuk kawasan pesisir, Sedangkan sekurang - kurangnya 130 x rata- rata perbedaan pasang tertinggi dan surut air terendah, untuk pesisir pulau - pulau kecil.

5. Kawasan perlindungan setempat sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sekurang- kurangnya 10 meter

6. Kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat tumbuhnya tanaman mangrove di wilayah pesisir/ laut yang berfungsi untuk melindungi habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan mencegah terjadinya pencemaran pantai.

7. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) sekitar sempadan pantai berhutan bakau minimal 130 kali rata rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat yang merupakan habitat hutan bakau/mangrove. Adapun kawasan perlindungan mangrove meliputi sepanjang pantau utara dan pantai selatan Jawa Timur

Kawasan ini tersebar di seluruh wilayah di Jawa Timur, dan secara umum harus dilakukan perlindungan kawasan. Dalam beberapa kondisi atau untuk kepentingan tertentu maka sebagian kawasan lindung ini dapat digunakan untuk kawasan budidaya, tetapi harus dilakukan dalam

batasan tertentu yang diatur oleh masing- masing kabupaten/kota. Beberapa perubahan fungsi lindung pada kawasan lindung setempat ini antara lain adalah: pengembangan pelabuhan, pengembangan tambak, permukiman, pariwisata, bangunan untuk kepentingan hankam, industri, pertambangan, dsb.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering terjadi bencana, baik bencana letusan gunung, longsor, banjir dan gelombang tsunami sehingga dapat berakibat rusaknya lingkungan secara menyeluruh. Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan rawan bencana alam.

Pola Pemanfaatan Kawasan Budidaya

1. Hutan Produksi

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan hutan produksi.

2. Kawasan Pertanian

Sebagai wilayah penghasil padi dan tanaman pangan lain atau sebagai lumbung padi nasional, maka lahan pertanian beririgasi teknis harus dipertahankan bahkan ditambah luasnya. Saluran irigasi teknis harus dipertahankan dan dilakukan peningkatan irigasi sederhana dalam skala wilayah. Maka, pada wilayah dengan penghasil komoditi potensial harus terus dikembangkan. 3. Kawasan Perikanan

Pada dasarnya rencana pengembangan kawasan perikanan lebih dititik beratkan pada penangkapan ikan laut serta budidaya perikanan mina padi, dan keramba.

4. Perikanan Tangkap

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan perikanan tangkap skala regional..

5. Perikanan Budidaya Air Payau

Pengembangan perikanan budidaya air payau di Kabupaten Sidoarjo terutama yang telah berkembang seperti daerah Sedati.

6. Perikanan Budidaya Air Tawar

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan perikanan budidaya air tawar skala regional.

7. Perikanan Budidaya Air Laut

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan perikanan budidaya air laut skala regional.

Kawasan Perkebunan

Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing- masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlajutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut kimbun. Kimbun Pantura meliputi Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro dengan komoditi yang dikembangkan antara lain kelapa, tembakau, tebu, jambu mente dan kapas.

Peternakan

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan peternakan skala regional.

Kawasan Pariwisata

Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan kawasan pariwisata skala regional.

(6)

Laporan Akhir

II - 6

Kawasan Permukiman

Secara umum kawasan permukiman di Jawa Timur berdasarkan penyediaan wilayah permukimannya dapat dibedakan menjadi :

a. Permukiman perdesaan, meliputi:  Permukiman pusat perdesaan  Permukiman desa

 Permukiman pada pusat perdusunan b. Permukiman perkotaan meliputi :

 Permukiman perkotaan metropolitan  Permukiman perkotaan menengah  Permukiman perkotaan kecil

c. Permukiman perkotaan metropolitan didukung oleh kota inti, kota satelit, kota baru, dan permukiman skala besar. Sidoarjo adaah kota satelit Surabaya. Antara kota inti dengan perkotaan satelit dan permukiman skala besar memiliki hubungan atau aksesibilitas yang tinggi dengan Surabaya, setidaknya oleh sistem komuting. Permukiman perkotaan menengah, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan SWP. d. Permukiman perkotaan kecil, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi

sebagai:

 Pusat pelayanan kabupaten.

 Pusat pertumbuhan skala kabupaten.  Pusat pelayanan perkotaan kecamatan. e. Permukiman pada kawasan khusus, meliputi:

 Sebagai tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata

 Kawasan permukiman yang timbul akibat perkembangan infrastruktur  Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi

f. Permukiman di sekitar pintu gerbang jalan tol Jalan tol memiliki akses yang sangat tinggi dengan kota utama khususnya Kota Surabaya, sehingga menarik berbagai kegiatan yang sangat tinggi. Pada kawasan ini akan muncul permukiman dengan intensitas yang tinggi sehingga perlu diarahkan perkembangannya. Permukiman di sekitar pintu gerbang tol ini diarahkan untuk permukiman dengan intensitas tinggi, memiliki kegiatan utama perumahan, perdagangan- jasa dan industri. Untuk menghindari kepadatan lalu-lintas yang tinggi di kawasan ini, maka diperlukan penataan kawasan dengan menghindari perkembangan linier. g. Permukiman di sekitar kawasan industri Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra

ekonomi/ produksi dan perindustrian.

h. Permukiman di kawasan Pariwisata Berdasarkan RTRW Jawa Timur, secara khusus di Kabupaten Sidoarjo tidak ada arahan permukiman di kawasan wisata skala regional.

Kawasan Industri

Kawasan industri tersebut di terdiri dari :

a. Kawasan-kawasan industri yang perlu dikembangkan dan optimalisasi pengendalian antara lain Kawasan industri Jabon di Kabupaten Sidoarjo

b. Kawasan sentra industri kecil ini di kembangkan pada tiap wilayah kabupaten/kota,dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, seperti industri tas-sepatu di Tanggulangin –Kabupaten Sidoarjo,dll.

c. Kawasan yang dikembangkan sebagai zona industri berkembang karena adanya kemudahan akses dan kecenderungan manjadi area industri karena sebelumnya sudah banyak terdapat industri. Kawasan-kawasan yang dikembangkan tetapi diperlukan pengendalian secara ketat, meliputi: 9 Zona industri yang terketak di Koridor Taman –Sepanjang –Krian dan koridor Waru Kabupaten Sidoarjo

Kawasan Pertambangan

Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang kaya akan hasil tambang, terutama : tambang, bahan galian dan berbagai sumberdaya mineral. Berdasarkan sebaran bahan galian tambang di Jawa Timur, maka dapat dibagi kedalam tiga zona, yaitu :

1. Zona Utara didominasi oleh mineral karbonat, kelompok pasir kuarsa, posphat, gypsum, kelompok alumino silikat dan mineral lempung serta minyak dan gas bumi.

2. Zona Tengah didominasi oleh kelompok mineral agregat dan kelompok alumino silikat serta mineral lempung. Sidoarjo masuk ke dalam zona ini.

3. Zona Selatan didominasi oleh kelompok alumino sikat dan mineral lempung, kelompok mineral karbonat, kelompok mineral agregat serta kelompok pasir kuarsa, posphat, gypsum dan mineral lain.

Berdasarkan zona pengelompokan sumberdaya mineral tersebut kawasan pertambangan dapat di bagi menjadi kawasan pertambangan galian C dan pertambangan galian A dan B.

a. Adapun yang termasuk dalam bahan tambang galian C. Pertambangan di Sidoarjo masuk di klasifikasi ini.

b. Penambangan Bahan Galian Golongan A dan B Kawasan pertambangan ini memiliki potensi yang besar akan tetapi dalam pelaksanaan eksploitasinya cenderung merusak permukaan tanah, sehingga pasca penambangan dapat dilakukan:

 Pengembalian menjadi kawasan produktif khususnya pertanian tanaman tahunan  Pengembangan menjadi kawasan perumahan

 Pengembangan menjadi kawasan pariwisata

Kawasan Perdagangan

Diperlukan penataan pedagang kaki lima sesuai dengan jenis dan kapasitas wilayahnya. Perdagangan sektor informal yang berkembang di setiap wilayah perkotaan, harus diatur oleh setiap pemerintah kabupaten/kota baik dalam hal lokasi dan ketertiban, maupun dalam pembinaan pengembangan kegiatannya sendiri.

Pola Pemanfaatan Perdesaan, Perkotaan Dan Tertentu

Kawasan perdesaan merupakan kelompok pola permukiman yang terdiri dari beberapa dusun yang kemudian disebut desa sebagai wilayah hinterland yang memiliki keterkaitan dengan wilayah pusat perkotaan. Pusat pertumbuhan khususnya di wilayah GERBANGKERTOSUSILA adalah dengan mendorong pusat perkembangan baru yang mampu mengimbangi perkembangan Surabaya Metropolitan Area yang semakin membesar dan cenderung menjadi megapolitan atau Gerbangkertosusila Plus.

Arahan Pola Penggunaan Lahan Propinsi Jawa Timur

Berdasarkan arahan RTRW Propinsi Jawa Timur maka arahan pemanfaatan ruang untuk Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada tabel berikut :

2.2.3. Pengembangan Kawasan Prioritas

Kawasan yang diprioritaskan merupakan kawasan yang mempunyai karakter khusus dan perlu ditangani secara tersendiri, dan kawasan tersebut diarahkan untuk :

a. Pengelolaan kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan kawasan sekitar dan atau berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Provinsi Jawa Timur secara umum

b. Pengelolaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan dan kebijakan yang saling bersinergi

c. Mendorong perkembangan/revitalisasi potensi wilayah yang belum berkembang

d. Penempatan pengelolaan kawasan diprioritaskan dalam kebijakan utama pembangunan daerah

(7)

Laporan Akhir

II - 7

f. Peningkatan kontrol terhadap kawasan yang diprioritaskan

g. Mendorong terbentuknya badan pengelolan kawasan yang diprioritaskan.

Kawasan yang termasuk dalam kawasan di prioritaskan adalah: Kawasan Ekonomi Potensial; Kawasan Strategis; Kawasan Tertinggal; Kawasan Rawan Bencana; Kawasan Khusus Militer; Kawasan Perbatasan; Kawasan Pengendalian Ketat (High Controled Zone).

 Kawasan ekonomi Potensial di Kabupaten Sidoarjo yang diarahkan dalam RTRW Propinsi adalah Kapuk (Kawasan Pengembangan Utama Komoditi). Kawasan Pengembangan Utama Komoditi yang selanjutnya disebut Kapuk adalah Kawasan ekonomi yang didominasi oleh satu komoditas dalam satu wilayah Kabupaten/ kota. Di Sidoarjo direncanakan sebagai KAPUK Tambak Ikan yang berpusat di Kecamatan Candi. Adapun wilayah pengembangan utama komoditi meliputi pada sentra-sentra produksi tambak ikan di Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan.

 Kawasan Pengendalian Ketat (High Control Zone) Kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif, menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan, yang terdiri dari :

1. Pengendalian terhadap kawasan - kawasan yang dianggap mempunyai kecenderungan perkembangan kegiatan budidaya yang sangat tinggi, pengendalian tersebut digunakan untuk menghindari terjadinya konflik dengan kawasan konservasi yang lokasinya berdekatan dengan kawasan pengendalian ketat. Adapun kawasan yang dikendalikan, dan memiliki kecenderungan sebagai kawasan yang cepat tumbuh dan dimungkinkan dapat menggangu fungsi utama adalah: Kawasan perdagangan regional

2. Kawasan kaki Jembatan Suramadu di Kota Surabaya dan Kabupaten Bangkalan yang meliputi kawasan tertentu/ fair ground, interchange jalan akses dan/atau rencana reklamasi pantai.

3. Wilayah aliran sungai, sumber air dan stren kali

4. Kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian lingkungan hidup meliputi kawasan resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi hutan bakau/mangrove 5. Transportasi terkait kawasan jaringan jalan kereta api, area/lingkup kepentingan

pelabuhan, kawasan sekitar bandara, kawasan di sekitar jalan arteri/tol

6. Prasarana wilayah dalam skala regional lainnya seperti area di sekitar jaringan pipa gas, jaringan SUTET, dan TPA terpadu

7. Kawasan rawan bencana

8. Kawasan lindung prioritas dan pertambangan skala regional

2.3. KONSEP PENGEMBANGAN GERBANGKERTOSUSILA PLUS

Fungsi SWP Gerbangkertosusila Plus adalah: Kawasan Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, industri. Dengan pusat kegiatan Pusat SWP : Kota Surabaya. Fungsi pusat pengembangan/ perkotaan adalah : Pusat Pelayanan, perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana wisata

Dalam rangka pemerataan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Timur, maka perlu dilakukan arahan pengelolaan kawasan perkotaan. Arahan pengelolaan kawasan perkotaan dibedakan atas Perkotaan Gerbangkertosusila Plus (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan), Malang Raya, dan perkotaan lainnya. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan SWP Gerbangkertosusila Plus dibagi menjadi empat satuan wilayah yang lebih kecil, dan setiap satuan wilayah tersebut dibagi dalam beberapa cluster dengan fungsi dan spesifikasi kegiatan sebagai berikut :

 Wilayah Inti Gerbangkertosusila Plus adalah Surabaya Metropolitan Area (SMA) meliputi: Surabaya, sebagian Kabupaten Gresik, sebagian Kabupaten Sidoarjo, dan sebagian Kabupaten Bangkalan. Wilayah SMA ini berorientasi ke Surabaya sebagai pusat.

 Wilayah SMA didominasi kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa,serta kegiatan pelayanan pemerintahan Regional Jawa Timur. Wilayah SMA di bagi dalam Cluster Gresik,Cluster Bangkalan,Cluster Sidaoarjo dan Cluster Surabaya.Cluster Surabaya dibagi dalam Sub Cluster Surabaya Barat, Selatan,Timur dan Utara.

 Wilayah Tuban –Lamongan, dibagi dalam 2 Cluster yaitu Cluster Tuban dan Cluster Lamongan.Cluster Tuban menyangkut wilayah perkotaan di pantura, Rengel dan Kerek. Cluster Tuban diarahkan berpusat di perkotaan Tuban.

 Cluster Lamongan menyangkut sebagian Gresik. Cluster lamongan di bagi dalam 2 subcluster yaitu sub cluster Lamongan Utara dan Lamongan Tengah. Sub Cluster Lamongan.Utara berorientasi pada wilayah perkembangan kawasan Lamongan Integrated Shorebase dan sekitar pelabuhan,kawasan Industri, dan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Sedangkan sub cluster Lamongan tengah berorientasi pada wilayah perkembangan Linier Perkotaan Lamongan, Perkotaan Pucuk dan Perkotaan Babad.

 Wilayah Mojokerto–Jombang. merupakan wilayah perkembangan industri dari Kota Mojokerto sampai dengan Perkotaan Mojoagung KabupatenJombang. Perkembangan di wilayah ini cenderung didominasi perkembangan industri Kota Mojokerto dan sekitarnya. Perkembangan Kota Mojokerto berpengaruh kuat terhadap perkembangan Jombang. Pusat perkembangan wilayah ini adalah perkotaan di Mojokerto.

 Wilayah Pasuruan. meliputi wilayah Perkotaan akibat penyatuan kawasan Ngoro–Porong– Jabon, wilayah Perkotaan Gempol – Perkotaan Bangil – Perkotaan Rembang – Kota Pasuruan, wilayah Perkotaan Pandaan hingga Perkotaan Sukorejo.Karena pusat pelayanan regional setara Kabupaten berada di Kota Pasuruan maka pusat wilayah ini adalah Kota Pasuruan.

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Sidoarjo meliputi Sidoarjo, Taman, Tanggulangin, Porong, Jabon, dan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Wilayah inti diarahkan berpusat di Sidoarjo – Taman dan wilayah ini dibagi dalam 2 cluster yaitu : Cluster Sidoarjo berpusat di Perkotaan Sidarjo; dan Cluster Sidoarjo – Krian berpusat di Krian.

2.4. KONSEP SURABAYA METROPOLITAN AREA

Wilayah Surabaya Metropolitan Area meliputi: Kota Surabaya, Perkotaan Sidoarjo, Perkotaan Gresik dan Perkotaan Bangkalan. Wilayah SMA ini tidak hanya berperan sebagai pusat wilayah GERBANGKERTOSUSILA Plus namun juga untuk wilayah Jawa Timur, sehingga baik fasilitas maupun sarana – prasarana yang menyangkut kegiatan ekonomi regional harus tersedia di wilayah ini. Kegiatan perkotaan dan regional yang harus dikembangkan wilayah SMA meliputi : Perkotaan Sidoarjo ; Sebagian wilayah perkotaan Sidoarjo mempunyai kecenderungan kegiatannya berkembang ke arah sektor perdagangan/jasa dan industri yang berkembang berkelompok di kawasan perkotaan. Kecenderungan perkembangan ini diperkuat juga dengan adanya komuter, sehingga pada wilayah ini perlu dibangun pusat pertumbuhan baru (pusat kota baru) untuk mendorong pertumbuhan di wilayah sekitarnya. Jenis kegiatan di kota baru yang harus disediakan antara lain meliputi perdagangan, perniagaan, permodalan dan penerangan serta perumahan dengan fasilitas rekreasinya. Sedang pada wilayah Sidoarjo lainnya berfungsi sebagai daerah penyangga, kegiatan ikutan/semi perkotaan perlu dikembangkan seperti industri pengolahan,pertanian dan industri pertanian serta perumahan. Konsep memecah pusat agar tidak monosentris di SMA/Surabaya dengan membagi wilayah tersebut ke dalam 4 sistem wilayah. Masing-masing sistem wilayah tersebut memiliki pusat (Methode Polycentris Urban Region/PUR). Dengan demikian, di dalam wilayah tersebut terdapat beberapa sistem dan beberapa pusat wilayah. Arahan pengelolaan kawasan meliputi :

(8)

Laporan Akhir

II - 8

a. Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan Indonesia bagian timur.

b. Mencegah pertumbuhan kawasan terbangun bagian barat-selatan metropolitan-Gerbangkertosusila ke kawasan pertanian tanaman pangan dan lindung di wilayah Mojokerto-Sidoarjo-Malang.

c. Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi jasa keuangan, teknologi sistem informasi, pendidikan, dan pengangkutan laut.

d. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem pengangkutan masal intra urban (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,dan Lamongan)

e. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota yang memenuhi standar internasional.

f. Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.

g. Memantapkan aksesibilitas Metropolitan Gerbangkertosusila ke kota - kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya melalui peningkatan kualitas sistem jaringantransportasi darat, laut, dan udara.

h. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Surabaya dan sekitarnya dengan meningkatkan hutan kota untuk pengelolaan sampah dalam hal sebagai penyekat bau, selain itu sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah dan sebagai penyekat zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun lainnya.

i. Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antarkota dan pengendalian pemanfaatan ruang dan sumberdaya di wilayah Gerbangkertosusila Plus.

j. Meningkatkan aksesibilitas Kota Surabaya ke kota-kota belakangnya hingga ke Banyuwangi.

2.5. KETERKAITAN DENGAN RTRW KOTA SURABAYA

Fungsi dan peranan Kota Surabaya diarahkan sebagai kota Jasa. Dalam hal ini pengembangan Kota Surabaya akan tetap memperhatikan pengembangan budaya, Pendidikan, Pariwisata, Maritim, industri, dan Perdagangan. Kegiatan utama kota direncanakan meliputi Kegiatan Industri, perdagangan, fasilitas umum (pendidikan, perkantoran), kegiatan khusus (militer,pelabuhan), ruang terbuka hijau dan konservasi; serta kegiatan permukiman.

 Industri ; Kawasan Industri di Rungkut Industri tetap dipertahankan, kawasan industri baru diarahkan ke Barat dan Utara di sepanjang jalan Gresik (di Kecamatan Benowo, Tandes, Krembangan, dan Osowilangun). Industri non kawasan penanganannya tergantung dari masing-masing karakter jenis industri. Dalam arti kata terhadap jenis industri yang menimbulkan polutan akan diarahkan ke Barat atau Utara kota Surabaya.

 Perdagangan ; Kawasan perdagangan utama bertumpu pada kawasan pusat kota. Pengembangan perdagangan baru diarahkan ke bagian Barat Kota Surabaya.

 Fasilitas Umum ; Fasilitas Umum pengembangannya diarahkan ke wilayah timur dan selatan.

 Kawasan Khusus ; Kawasan khusus diarahkan ke arah utara, meliputi kawasan militer, industri strategis PT. PAL dan kawasan Pelabuhan Tanjung Perak.

 Ruang Terbuka Hijau ; pengembangan Ruang terbuka hijau berupa ruang terbuka hijau dan lapangan olahraga diarahkan di wilayah barat dan utara.

 Konservasi /Tambak ; Konservasi diarahkan pada wilayah timur dan barat.

 Permukiman ; Pengembangan permukiman diarahkan pada wilayah barat dan timur dengan mengikuti titik pertumbuhan yang telah ada.

Rencana Strukrur Wilayah Darat dibagi dalam 12 Unit Pengembangan yang didasarkan pada kondisi, karakteristik, dan potensi yang dimiliki pada masing-masing wilayah. Pembagian unit pengembangan berdasarkan pada wilayah administrasi kecamatan, yaitu :

a. Unit Pengembangan I Rungkut meliputi wilayah Kecamatan Rungkut, Kecamatan Gunung Anyar dan Kecamatan Tenggilis Mejoyo. Fungsi utama adalah Permukiman, Pendidikan, Konservasi dan Industri dengan pusat pertumbuhan berada di Kawasan Rungkut Madya

b. Unit Pengembangan II Kertajaya meliputi wilayah Kecamatan Mulyorejo dan Kecamatan Sukolilo. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan, Pendidikan, dan Konservasi–Ruang Terbuka Hijau dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Kertajaya Indah –Dharmahusada Indah.

c. Unit Pengembangan III Tambak Wedi meliputi wilayah Kecamatan Bulak dan Kecamatan Kenjeran. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan dan jasa, Rekreasi dan Konservasi dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Tambak Wedi di sekitar Jembatan Suramadu. d. Unit Pengembangan IV Dharmahusada meliputi wilayah Kecamatan Tambak Sari dan

Kecamatan Gubeng. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan, Pendidikan dan Kesehatan,dengan pusat pertumbuhan berada di Kawasan Karangmenjangan.

e. Unit Pengembangan V Tanjung Perak meliputi wilayah Kecamatan Semampir , Kecamatan Pabean Cantikan dan Kecamatan Krembangan. Fungsi utama adalah Pelabuhan, Kawasan Khusus, Kawasan Industri Strategis, Perdagangan dan Jasa, dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Tanjung Perak.

f. Unit Pengembangan VI Tunjungan meliputi wilayah Kecamatan Simokerto , Kecamatan Bubutan, Kecamatan Genteng dan Kecamatan Tegalsari. Fungsi utama adalah Permukiman, Pemerintahan, Perdagangan dan Jasa dengan pusat pertumbuhan berada di Kawasan Tunjungan.

g. Unit Pengembangan VII Wonokromo meliputi wilayah Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Wonokromo. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan dan Jasa, Kawasan Khusus dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Wonokromo.

h. Unit Pengembangan VIII Satelit meliputi wilayah Kecamatan Dukuh Pakis dan Kecamatan Sukomanunggal. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan, Jasa dan kawasan khusus dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Segi DelapanSatelit.

i. Unit Pengembangan IX Ahmad Yani meliputi wilayah Kecamatan Jambangan, Kecamatan Wonocolo dan Kecamatan Gayungan. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan dan Jasa, dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Jl.Ahmad Yani.

j. Unit Pengembangan X Wiyung meliputi wilayah Kecamatan Wiyung , Kecamatan Karang Pilang dan Kecamatan Lakarsantri. Fungsi utama adalah Permukiman, Pendidikan, Industri dan Konservasi dengan pusat pertumbuhan berada di sekitar kawasan Wiyung.

k. Unit Pengembangan XI Tambak Oso Wilangon meliputi wilayah Kecamatan Benowo, Kecamatan Tandes, dan Kecamatan Asemrowo. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan dan Jasa, Pergudangan, kawasan khusus, dan Konservasi; dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Tambak Oso Wilangon.

l. Unit Pengembangan XII Sambikerep meliputi wilayah Kecamatan Pakal dan Kecamatan Sambikerep. Fungsi utama adalah Permukiman, Perdagangan dan Jasa dan Konservasi, dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Sambikerep.

Untuk menjalin interaksi antar wilayah dan menjamin keterpaduan dalam pengembanganwilayah, direncanakan sistem transportasi dan utilitas,serta pola pendistribusian fungsi kegiatan dan pusat pertumbuhan serta skala pelayanannya pada setiap Unit Pengembangan.

2.6. KETERKAITAN DENGAN RTRW KABUPATEN GRESIK

Sesuai dengan potensi dan kondisi fisik alami daerah lingkungan yang ada serta prioritas wilayah, maka Kabupaten Gresik dalam kerangka pembangunan jangka panjang terbagi menjadi empat Satuan Wilayah Pembangunan (SWP), yaitu :

Satuan Wilayah Pembangunan I,meliputi wilayah Kecamatan Dukun, Panceng, Ujungpangkah, Sidayu, dan bungah berpusat di Sidayu. Kegiatan utama yang dikembangkan di wilayah ini antara lain : mendorong investasi industri berat, mendorong

(9)

Laporan Akhir

II - 9

pertumbuhan aktivitas pertanian tanaman pangan, mengendalikan dampak aktivitas pertambangan, mendorong pertumbuhan aktivitas perikanan, menciptakan kawasan-kawasan perumahan, mengembangkan pariwisata budaya, dan mendorong pertumbuhan aktivitas industri kecil. Fungsi pelayanan yang harus disupport dalam mendorong IKK Panceng sebagai sub pusat regional adalah penyediaan fasilitas kesehatan, fasilitas aksesibilitas, fasilitas persampahan, fasilitas air bersih, dan perbaikan kualitas rumah. Selain itu juga, menstimulan berkembangnya aktivitas industri berat dengan adanya deregulasi bagi investasi industri di IKK ini.

Satuan Wilayah Pembangunan II, meliputi wilayah Kecamatan Manyar, Kecamatan Duduk sampeyan, Kecamatan Gresik, dan Kecamatan Kebomas berpusat di IKK Kebomas. Kegiatan utama yang dikembangkan di wilayah ini antara lain : mendorong pertumbuhan aktivitas perdagangan, mendorong pertumbuhan aktivitas pertanian tanaman, melakukan penataan kawasan industri, mendorong pertumbuhan aktivitas pengolahan hasil perikanan, membangun sarana kepemerintahan ,mengendalikan dampak aktivitas pertambangan, mengembangkan pariwisata budaya, dan mendorong pertumbuhan aktivitas industri kecil. Fungsi pelayanan yang harus disupport dalam mendorong IKK Kebomas sebagai subpusat regional sekaligus sebagai pusat regional adalah mendorong berkembangnya aktivitas perdagangan terutama perdagangan regional.

Satuan Wilayah Pembangunan III, meliputi wilayah Kecamatan Cerme, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Balongpanggang, Kecamatan Meganti, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Wringinanom, dan Kecamatan Driyorejo berpusat di Driyorejo. Kegiatan utama yang dikembangkan antara lain : mendorong pertumbuhan aktivitas perdagangan, mendorong pertumbuhan aktivitas pertanian tanaman pangan, mendorong pertumbuhan aktivitas melalui penataan kawasan industri, mendorong pertumbuhan aktivitas peternakan, dan mendorong pertumbuhan aktivitas industri kecil. Fungsi pelayanan yang harus disupport dalam mendorong IKK Driyorejo sebagai subpusat regional adalah penyediaan fasilitas kesehatan,fasilitas aksesibilitas, fasilitas persampahan, fasilitas air bersih, dan perbaikan kualitas rumah. Selain itu juga, menstimulan berkembangnya aktivitas industri berat dengan adanya penataan kawasan industri yang lebih baik.

Satuan Wilayah Pembangunan IV, meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura dan Tambak dengan pusat di Sangkapura. Kegiatan utama yang dikembangkan di wilayah ini antara lain : mendorong pertumbuhan aktivitas perdagangan berbasiskan potensi kepariwisataan, mendorong pertumbuhan aktivitas pertanian tanaman pangan, mendorong pertumbuhan aktivitas pengolahan hasil perikanan, mengendalikan dampak aktivitas pertambangan, mendorong pertumbuhan aktivitas pariwisata, dan mendorong pertumbuhan aktivitas industri kecil berbasiskan pada potensi kepariwisataan. Fungsi pelayanan yang harus disupport dalam mendorong IKK Panceng sebagai subpusat regional adalah penyediaan fasilitas kesehatan, fasilitas aksesibilitas, fasilitas persampahan, fasilitas air bersih, dan perbaikan kualitas rumah. Selain itu juga, menstimulan berkembangnya aktivitas industri pariwisata danperdagangan regional di IKK ini. Kabupaten Sidoarjo sendiri berbatasan dengan SWP III Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan Driyorejo dan Kecamatan Wringin Anom Kabupaten Gresik yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Taman dan Krian Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Driyorejo direncanakan sebagai kawasan industri dengah demikian maka fungsi kawasan Taman dan krian adalah fungsi yang mendukung kawasan Industri atau fungsi yang tidak akan terganggu dengan kawasan industri. Sedangkan Kecamatan Wringinanom direncanakan sebagai lahan sawah tadah hujan sehingga kecamatan Balong Bendo Sidoarjo harus menjadi kawasan dengan fungsi yang mendukung pertanian. Walaupun sebenarnya Batas antara Kabupaten Gresik dengan Kabupaten Sidoarjo sendiri berupa batas fisik yaitu Sungai Kali mas akan tetapi keserasian fungsi antar kawasan perbatasan tetap harus diperhatikan.

2.7. KETERKAITAN DENGAN RTRW KABUPATEN MOJOKERTO

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2008/2009 pembagian perwilayahan menurut SWP di Kabupaten Mojokerto adalah sebagai berikut:

 Sub SWP I meliputi Kecamatan Gedeg, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kemlagi dan Kecamatan Dawarblandong dengan pusat pengembangannya diGedeg;

 Sub SWP II meliputi Kecamatan Sooko, Kecamatan Trowulan, Kecamatan Puri, Kecamatan Mojoanyar dan Kecamatan Jatirejo dengan pusat pengembangannya di Sooko;

 Sub SWP III meliputi Kecamatan Mojosari, Kecamatan Bangsal, Kecamatan Pungging, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Dlanggu dan Kecamatan Ngoro dengan pusat pengembangannya di Mojosari;

 Sub SWP IV meliputi Kecamatan Pacet, Kecamatan Trawas dan Kecamatan Gondang dengan pusat pengembangannya di Pacet.

Khusus wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, SWP III yang berpusat d iMojosari, fungsi utamanya adalah sebagai berikut : Industri kimia dasar; Aneka industri dan kerajinan; Perkebunan; Pariwisata; Lingkungan hidup. Dengan perincian kegiatan per Kecamatan yang langsung berbatasan dengan Sidoarjo adalah sebagai berikut :

 Kecamatan Mojosari sebagai pusat SWP III (berbatasan dengan Kecamatan Wonoayu), kegiatan utama, yaitu : Pusat perdagangan dan jasa untuk melayani SWP III ; Pusat pelayanan sosial (perkantoran, kesehatan, pendidikan) di SWP III dan Kabupaten ; Pusat perdagangan dan jasa desa pusat pertumbuhan; Industri besar dan sedang; Perkebunan; dan Pengangkutan. Kecamatan Pungging (berbatasan langsung dengan kecamatan Krembung), kegiatan utama, yaitu : Pusat perdagangan dan jasa untuk melayani kecamatan; Pusat pelayanan sosial melayani kecamatan ; Pusat perdagangan dan jasa desa pusat pertumbuhan; Peternakan; dan Industri.

 Kecamatan Ngoro SWP III Kabupaten Mojokerto (berbatasan langsung dengan kecamatan Porong), kegiatan utama, yaitu : Pusat perdagangan dan jasa untuk melayani kecamatan; Pusat pelayanan sosial melayani kecamatan ; Pusat perdagangan dan jasa desa pusat pertumbuhan; Industri ; Pertanian tanaman pangan;d an Peternakan.

2.8. KETERKAITAN DENGAN RTRW KABUPATEN PASURUAN

Dalam Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) Kabupaten Pasuruan Tahun 1990-2010, dimuat rencana struktur kota-kota dan pembagian wilayah Sub SWP beserta fungsi utamanya. Penentuan Sub Satuan Wilayah Pembangunan maupun kegiatan yang akan dikembangkan di Kabupaten Pasuruan didasarkan pada pendekatan indeks fasilitas, penduduk, jarak, orientasi pelayanan, potensi wilayah dan potensi ekonomi dengan perhitungan klasifikasi Klaassen maupun kontribusi PDRB setiap sektor yang ada di Kecamatan terhadap kabupaten. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi 5 Sub SatuanWilayah Pembangunan, yaitu :

 SSWP I, terdiri dari : Kecamatan Bangil, Rembang, Kraton dan Pohjentrek. Pusat pengembangan di Bangil dengan kegiatan utama yang dikembangkan adalah Pendidikan, Pemerintahan dan home industri, dengan kegiatan penunjang adalah pertanian, perikanan, peternakan

 SSWP II, terdiri dari : Kecamatan Beji, Gempol, Pandaan, Sukorejo. Pusat pengembangan di Pandaan dengan kegiatan utama industri dan jasa. Kegiatan penunjang adalah pertanian, pertambangan, peternakan.

 SSWP III, terdiri dari: Kecamatan Prigen, Purwosari, Purwodadi, Wonorejo dan Tutur. Pusat pengembangan di Purwosari dengan kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah pariwisata, pertanian dan peternakan. Kegiatan penunjang yang akan dikembangkan perkebunan, perdagangan dan jasa maupun kawasan penyangga.

 SSWP IV,terdiri dari : Kecamatan Nguling, Grati, Lekok, Rejoso, Gondangwetan dan Winongan. Pusat pengembangan di Grati dengan kegiatan utama yang akan dikembangkan

(10)

Laporan Akhir

II - 10

adalah industri, perikanan, pertanian dan peternakan. Kegiatan penunjang adalah pertanian, pariwisata, perdagangan dan jasa serta perkebunan.

 SSWP V, terdiri dari : Lumbang, Puspo, Tosari, Pasrepan dan Kejayan. Dengan pusat pengembangan di Pasrepan. Kegiatan utama yang dikembangkan adalah Pariwisata, Perkebunan dan Peternakan. Kegiatan penunjang adalah kawasan lindung, pertanian serta perdagangan dan jasa.

SSWP I berbatasan langsung dengan Kecamatan Porong Dengan demikian maka pada perbatasan Porong arahan penggunaan lahannya dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatanyang sama dengan SSWP I. Atau kegiatan yang mendukung atau dapat didukung oleh SSWP I. SSWP II berbatasan langsung dengan Kecamatan Jabon Dengan demikian maka pada perbatasan Jabon arahan penggunaan lahannya dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sama dengan SSWP II. Atau kegiatan yang mendukung atau dapat didukung oleh SSWP II.

2.9. KONSEP PENGEMBANGAN EJIIZ (EastJava Integrated Industrial Zone)

Pemerintah Jawa Timur bersama KADINDA Jawa Timur sejak tahun 2003 telah mengambil prakarsa untuk mengembangkan sebuah kawasan perdagangan dan industri yang terpadu yang mencakup Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Bangkalan, dan Kota Surabaya. Melalui sebuah lokakarya perencanaan, telah disepakati sebuah Kawasan Industri Terpadu Jawa Timur atau disebut East Java Integrated Industrial Zone (EJIIZ). EJIIZ adalah sebuah jejaring sarana dan prasarana fisik dan non-fisik yang tersebar mulai dari Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Bangkalan, dan Kota Surabaya dalam sebuah kesatuan perencanaan, model bisnis, legal, dan administrasi. Selanjutnya telah dirumuskan pembentukan Dewan Pengarah EJIIZ dan Badan Pelaksana EJIIZ.

Dalam rencana pengembangan EJIIZ, komponen utama yang harus mendapat perhatian khusus adalah kawasan Berikat (BoundedZone), ExportProcessing Zone, Pelabuhan Laut, City Cargo Terminal, Kawasan Industri, dan Jaringan Tol serta Jembatan. Deskripsi dari beberapa komponen EJIIZ akan dijabarkan sebagai berikut :

 Kawasan Berikat (BoundedZone)

Kawasan Berikat merupakan kawasan industri dan jasa atau peruntukan khusus yang berada dalam wilayah Pabean. Selama barang tidak keluar dari wilayah tersebut tidak dikenakan bea masuk. Di samping itu, kawasan berikat mempunyai fasilitas fiskal lainnya dari pemerintah RI. Di dalam wilayah ini terdapat prasarana untuk industri, jasa penyortiran, pengepakan, dan jasa-jasa lainnya, fasilitas pameran internasional, dan berbagai kegiatan bisnis yang berorientasi internasional/impor-ekspor.

 Pelabuhan Internasional

Pelabuhan Internasional harus memenuhi persyaratan kedalaman laut yang diharapkan dapat melayani kapal peti kemas di atas 90.000 dwt dan terikat dengan konvensi-konvensi peraturan perhubungan laut dan pelayaran internasional. Sebuah Pelabuhan Internasional secara ekonomi akan layak dibangun apabila aktivitas ekonomi yang memanfaatkan pelabuhan tersebut memenuhi kapasitas dukung pelabuhan. Pelabuhan Internasional juga mempunyai jaringan dengan pelabuhan internasional lainnya di berbagai negara.

City Cargo Terminal

City Cargo Terminal dapat menyebar di berbagai daerah. Tujuan utamanya adalah mencegah masuknya truk-truk besar ke kota-kota, sehingga dapat mencegah kerusakan jalan raya dan mengurangi kepadatan lalu lintas di kota-kota. Angkutan berat dari dan kepelabuhan atau dari dan ke pusat-pusat industri akan melakukan bongkar muat untuk pindah ke transportasi yang lebih kecil apabila menuju pusat-pusat perdagangan di dalam kota. City Cargo Terminal harus berada di sekitar jalan akses yang menuju pusat-pusat industri.

 Kawasan Industri

Kawasan industri dalam lingkup EJIIZ merupakan zona industri yang mempunyai jaringan dengan Kawasan Berikat dan Pelabuhan Internasional.

Adapun arahan EJIIZ di Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :

 City Cargo Terminal akan dikembangkan di Jabon Sidoarjo dimana lokasinya harus terpadu dengan pelabuhan internasional dan menjadi kawasan industri. SedangkanTandes (Surabaya) menjadi kawasan pergudangan yang mendukung pelabuhan.

 Infrastruktur dasar yang harus dibangun terutama di Sidoarjo adalah Tol Surabaya-Mojokerto, jalur kereta api dan terminal Peti kemas

 Kawasan industri dan perdagangan yang telah berkembang adalah di kecamatan Waru, Gedangan, Buduran, Candi Porong dan Koridor Taman-Krian. Dimana kondisinya cenderung berada di sepanjang jalan arteri dan kolektor (memita). Berdasarkan konsep EJIIZ maka industri berat yang tersebar di lingkungan permukiman dipindahkan ke kawasan industri, Tersebar di kawasan Budidaya dan di antara jalan lingkar timur dalam dan lingkar timur luar, Kecamatan Buduran seluas kurang lebih 1159 ha diperuntukkan bagi kawasan campuran industri non polutan dan pengelolaan oleh perorangan, perakitan dan perdagangan.

 Arah Pengembangan home industry adalah produk non polutan pengembangan daerah industry difasilitasi dengan pembangunan perumahan niaga dan jasa.

 Estate industry yang telah berkembang yaitu:

1. JIP (Jabon Industrial Persada) yang akan dikembangkan seluas kurang lebih 2.600 Ha diarahkan menjadi kawasan industry berikat dilengkapi dengan bea cukai dan terminal kargo serta pemusatan aktivitas perdagangan dan jasa sehingga JIP menjadi system wilayah yang mandiri. Kegiatannya merupakan kegiatan industry berpolutan dilengkapi dengan fasilitas perdagangan, bank, perumahan karyawan, kawasan wisata dan olahraga.

2. Kawasan Industri Berbek yang akan dikembangkan seluas kurang lebih 560 diarahkan menjadi kawasan industry terpadu. Kegiatannya merupakan kegiatan industry berpolutan dilengkapi dengan fasilitas perdagangan, bank, perumahan karyawan, kawasan wisata dan olahraga.

3. Kawasan Industri Tambak Sawah kegiatan industry berpolutan dilengkapi dengan fasilitas perdagangan, bank, perumahan karyawan, kawasan wisata dan olahraga.  Kawasan pengembangan industry dan perdagangan (Kecamatan Jabon, Candi dan Sedati)

total lahan yang dicadangkan mencapai 5.600 ha dan Kecamatan sedati diarahkan untuk Gemopolis seluas kurang lebih 50 Ha untuk ini maka dibuat rencana pengembangan sebagai berikut :

1. pembangunan jalan baru sehingga jalur arteri Krian-sidoarjo yang ada hanya untuk mendukung kegiatan industry.

2. Kecamatan Jabon direncanakan pembangunan industry Pengolahan sampah milik Pemda.

3. Jalan Lingkar Timur porong untuk menampung lalu lintas dari kawasan Industri Jabon. 4. Pengembangan jaringan jalan Lingkar Timur dalam, Lingkar Timur Luar dan Lingkar

Barat Sidoarjo.

5. Rencana pembangunan jalan tol Surabaya-Sidoarjo, Waru-Juanda dan jalan tol tengah kota (Aloha-Waru-Perak).

6. Pengembangan terminal Type B seluas 3 Ha, Terminal Cargo seluas 3 Ha dan pasar Induk seluas 7 Ha di Kec.Porong

Gambar

Tabel 2.1 Fungsi Wilayah dan Perkotaan Kabupaten Sidoarjo  Dalam RTRW Jawa Timur

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lebih mengetahui sejauhmana status penggunaan napza memengaruhi profil kognitif, orientasi masa depan serta prestasi belajar maka dalam penelitian ini akan ada

Alhamdulillahhirrobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat, karunia, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat

(1) Bank Pelapor wajib menyampaikan koreksi atas kesalahan Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia, paling

Untuk mengetahui pengaruh penurunan luas tutupan lahan bervegtasi dalam menyerap emisi karbon dioksida sepuluh tahun kebelakang di Kota Pontianak, perlu dilakukan

Dalam melatih peserta didik untuk selalu menghayati nila-nilai Pendidikan Agama Islam biasanya dilakukan dengan cara yang simpati, memotivasi, dengan lemah lembut,

- Harga atau biaya produksi relatif mahal. - Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua penonton mampu mengikuti informasi yang

Madiun memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon oleh karena rumah tangga Pemohon dan Termohon sejak tahun 2006 telah tidak harmonis sering

(2) Setiap orang dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan kegiatan penambangan bahan galian golongan C wajib melakukan kegiatan pencegahan pencemaran dan