• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA KEGEMUKAN DI MADRASAH ALIYAH NU IBTIDA UL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA KEGEMUKAN DI MADRASAH ALIYAH NU IBTIDA UL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN DIRI DENGAN

INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA KEGEMUKAN

DI MADRASAH ALIYAH NU IBTIDA’UL FALAH

SAMIREJO DAWE KUDUS

Manuscript

Oleh :

Widayat

G2A008141

PROGRAM STUSI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMRANG

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTARA GAMBARAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA KEGEMUKAN

DI MADRASAH ALIYAH NU IBTIDA’UL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS

Widayat1, H. Edy Wuryanto, M.Kep2, Ns. Sri Widodo, S.Kep3. Abstrak

Obesitas dapat mempengaruhi faktor kejiwaan anak, yakni sering merasa kurang percaya diri. Apalagi jika anak berada pada masa remaja dan mengalami obesitas, biasanya akan menjadi pasif dan depresi karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya Tiujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara gambaran diri dengan interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi pendekatan belah lintang (crosssectional). Populasi penelitian adalah semua siswa MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus yang mengalami kegemukan sebanyak 29 anak dengan teknik sampling total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran diri responden sebagian besar baik yaitu sebanyak 19 anak, interaksi Sosial responden sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 17 siswa (58,6%), dan terdapat hubungan yang bermakna antara gambaran diri dengan interaksi sosial dengan pvalue0,000. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah agar pihak sekolah melalui bimbingan konseling hendaknya melakukan pendekatan kepada siswa obesitas yang memiliki masalah dengan interaksi sosial untuk dapat bersosialisasi secara wajar dengan teman sebaya.

(4)

Abstract

Obesity can influence children psychological factor, namely often have the feeling of less confident. Moreover if the children are in their teenagers and experience obesity, they usually will become passive and depress because they are often not involved in the activities done by their friends. The objective of this research is to find out the relationship between body image and social interaction on the overweight teenagers in MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus. The research is correlation study usingcross sectionalapproach. Population of this research are all students of MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus who experience obesity as many as 29 students using total sampling technique. The result of this research shows that respondents’ body image are mostly good, as many as 19 students, respondents’ social interaction are mostly good, as many as 17 students (58,6%), and there is significant relationship between body image and social interaction with pvalue0,000. Based of the research, school management through guidance counseling should approach the obesity students who have trouble with social interaction to be able to socialize commonly with their friends.

(5)

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa transisi karena terjadi perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang berjalan dari usia 12 sampai 21 tahun. Setiap tahapan usia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Tugas perkembangan remaja diantaranya adalah remaja harus dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfa’atkannya secara efektif, namun sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Kesan antara tubuh serta ciri fisik para remaja dengan gambaran tentang dirinya terdapat hubungan yang sangat penting (Kurniasih, 2009). Tahap remaja biasanya di tandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan terkadang tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri biasa lebih dahulu dibandingkan dengan remaja putra (Perry & Potter, 2006). Berkaitan dengan pertumbuhan fisik tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah yang menarik merupakan hal yang di idam-idamkan hampir semua orang apalagi bagi remaja yang mulai mengembangkan konsep diri seperti gambaran diri mereka dan juga hubungan heteroseksual. Untuk itu kecenderungan menjadi gemuk atau obesitas, dapat menggangu sebagian anak pada masa puber dan menjadi sumber keprihatitan selama tahun-tahun awal masa remaja seperti gambaran diri mereka (Hurlock, 2004).

Pada umumnya remaja sangat memperhatikan gambaran dirinya, sehingga mulai memantau makanan agar tidak menjadi gemuk, pada masa ini terjadi pertumbuhan yang cepat, baik tinggi maupun berat badan (Hidayat, 2008). Pada usia remaja, fokus terhadap fisik lebih menonjol dari periode kehidupan lain. Bentuk tubuh, tinggi, berat badan, dan tanda-tanda pertumbuhan sekunder, semua akan menjadi bagian dari gambaran diri.

Gambaran diri merupakan salah satu bagian dari konsep diri. Gambaran diri yaitu sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi

(6)

tubuh. Schlundt dan Jhonson dalam Indika (2010) mengatakan bahwa gambaran diri merupakan gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Basow (2002) menjelaskan bahwa citra tubuh merupakan bagaimana kita menerima dan juga merasakan tentang tubuh kita. Gambaran diri dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik serta persepsi dari pandangan orang lain (Perry & Potter, 2005). Konsep diri yang baik tentang Gambaran diri adalah kemampuan seseorang menerima bentuk tubuh yang dimiliki dengan senang hati dan penuh rasa syukur serta selalu berusaha untuk merawat tubuh dengan baik.

Gambaran diri sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Gambaran diri harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan (Suliswati, 2005). Gambaran diri adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Stuart (2006) menyatakan bahwa gambaran diri atau citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.

Perubahan gambaran diri antara lain dipengaruhi oleh fisik dan penampilan diri, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi gambaran diri antara lain adalah kegemukan. Kegemukan atau obesitas merupakan suatu hal yang ditakuti oleh banyak remaja, karena dapat merusak penampilan dan citranya sebagai remaja. Kegemukan atau obesitas, yaitu kondisi dimana seseorang memiliki lemak tubuh dalam jumlah yang berlebih (Fakurrozi, 2008). Kegemukan merupakan keadaan patologis karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan daripara yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dampak buruk obesitas bagi kesehatan sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes militus, dan

(7)

penyakit pernafasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah bahwa faktor obesitas dapat mempengaruhi faktor kejiwaan anak, yakni sering merasa kurang percaya diri. Apalagi jika anak berada pada masa remaja dan mengalami obesitas, biasanya akan menjadi pasif dan depresi karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya (Zulkaida, 2007).

Remaja yang mengalami kegemukan dapat merasa rendah diri sehingga dapat mengganggu hubungannya dengan orang lain baik antara teman sebaya maupun lingkungan interaksi sosialnya. Permasalahan tersebut akan membawa dampak bagi perkembangan kejiwaan remaja pada masa yang akan datang, sehingga remaja kegemukan diharapkan memiliki gambaran diri yang baik untuk mendukung interaksi sosialnya.

Berdasarkan studi pendahuluan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus pada tahun 2011 terdapat jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 487 siswa. Hasil pengamatan melalui pengukuran IMT terhadap 20 orang siswa yang gemuk di jumpai 7 orang siswa (35%) yang mengalami kegemukan. Setelah dilakukan wawancara dengan siswa tersebut tentang permasalahan yang timbul akibat kegemukan, menyatakan bahwa mereka tidak dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial dan sering dijauhi sesama temannya sehingga merasa tidak percaya diri dalam bergaul, dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti ekstrakurikuler mereka sering tidak diajak bergabung dan ditinggal oleh teman-temannya sehingga siswa tersebut merasa rendah diri dan kurang percaya diri dalam pergaulan dengan teman sebayanya di sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan antara gambaran diri dengan interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus.

(8)

METODOLOGI

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation study) yakni penelitian atau penelaahan hubungan antara variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini untuk menggambarkan hubungan antara variabel bebas yakni gambaran diri dengan variabel terikat interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (cross sectional) ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005).

HASIL

Jenis kelamin responden laki-laki yaitu sebanyak 7 responden (24,1%), responden perempuan sebanyak 22 responden ( 75,9%) (tabel 1). Berdasarkan Umur dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden mayoritas remaja akhir sebanyak 25 siswa (86,2%) (tabel 2). Berdasarkan hasil penelitian, gambaran diri responden remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus dalam kategori baik yaitu sebanyak 19 anak (65,5%), cukup sebanyak 2 orang (6,9%), dan kurang sebanyak 8 orang (27,6%) (tabel 3). Berdasarkan hasil penelitian, interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 17 siswa (58,6%), cukup sebanyak 5 siswa (17,2%), dan kurang sebanyak 7 siswa (24,1%) (tabel 4).

Berdasarkan hasil penelitian dengan pengujian korelasi rank spearman didapatkan nilai korelasi sebesar 0,768 dengan nilai p = 0,000 (< 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara gambaran diri dengan Interaksi Sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe

(9)

Kudus. Garis linear yang bergerak dari bawah keatas menunjukkan adanya hubungan yang positif (0,768) (diagram 1), hal tersebut berarti jika semakin baik gambaran diri responden maka semakin baik pula interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus.

Berikut hasil penelitian dalam bentuk tabel dan diagram

Tabel 1

Distribusi frekuensi responden bedasarkan jenis kelamin siswa di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase % Perempuan Laki-laki 22 7 75,9 24,1 Jumlah 29 100 Tabel 2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur siswa di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo DaweKudus.

Umur Frekuensi Persentase % Remaja Awal Remaja Pertengahan Remaja Akhir 0 4 25 0 13,8 86,2 Jumlah 29 100

(10)

Tabel 3

Distribusi responden berdasarkan gambaran diri pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus.

Gambaran diri Frekuensi Persentase %

Baik Cukup Kurang 19 2 8 65,5 6,9 27,6 Jumlah 29 100 Tabel 4

Distribusi responden berdasarkan Interaksi Sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus.

Interaksi social Frekuensi Persentase %

Baik Cukup Kurang 17 5 7 58,6 17,2 24,1 Jumlah 29 100 Diagram 1

Diagram tebar hubungan gambaran diri dengan Interaksi Sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus

(11)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, gambaran diri responden remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus dalam kategori baik yaitu sebanyak 19 anak (65,5%), cukup sebanyak 2 orang (6,9%), dan kurang sebanyak 8 orang (27,6%). Gambaran diri sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Gambaran diri harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan (Suliswati, 2005).

Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai gambaran diri atau citra tubuh (Indika, 2010). Menurut Cash dalam Indika (2010) gambaran diri merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Papalia dalam Indika (2010) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif dan menyenangkan. Persepsi negatif remaja terhadap gambaran diri akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Kinanthi (2010) tentang gambaran citra tubuh pada remaja obesitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran diri pada remaja yang obesitas sebagian besar positif sebanyak 33 siswa (33%).

Berdasarkan hasil penelitian, interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 17 siswa (58,6%), cukup sebanyak 5 siswa (17,2%), dan kurang sebanyak 7 siswa (24,1%). Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain. Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu status yang

(12)

diperoleh dengan sendirinya (ascribed status) dan status yang diperoleh dengan kerja keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto, 2000). Hasil penelitian ini sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Wahyuni (2007) tentang hubungan citra tubuh dengan interaksi sosial pada siswa obesitas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar interaksi sosial remaja obesitas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1Malang sebagian besar termasuk dalam kategori baik sebesar 70%.

Berdasarkan hasil penelitian dengan pengujian korelasi rank spearman didapatkan nilai korelasi sebesar 0,768 dengan nilai p = 0,000 (< 0,05) yaitu ada hubungan yang bermakna antara gambaran diri dengan Interaksi Sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus. Arah hubungan positif menunjukkan bahwa semakin baik gambaran diri responden maka semakin baik pula interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus . Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Adanya dorongan atau motif sosial pada manusia inilah, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan suatu hubungan atau untuk mengadakan interaksi (Walgito, 2003).

Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah tentang sedikitnya jumlah responden penelitian remaja obesitas di MA NU Ibtida’ul Falah, sehingga hasil penelitian menjadi kurang maksimal.

(13)

PENUTUP

Berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki yaitu sebanyak 7 responden (24,1%), responden perempuan sebanyak 22 responden ( 75,9%). Berdasarkan Umur dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden mayoritas remaja akhir sebanyak 25 siswa (86,2%). Gambaran diri responden remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus sebagian besar baik yaitu sebanyak 19 siswa (65,5%).Interaksi Sosial responden remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 17 siswa (58,6%), Terdapat hubungan yang bermakna antara gambaran diri dengan interaksi sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus dengan p value 0,000.

Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna, pihak sekolah melalui bimbingan konseling hendaknya melakukan pendekatan kepada siswa obesitas yang memiliki masalah dengan interaksi sosial untuk memotivasinya agar dapat bersosialisasi secara wajar dengan teman sebaya disekolah maupun dirumah, dan juga pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan remaja yang obesitas terutama yang mengalami masalah interaksi sosial dengan keluhan berat badan, kecocokan berpakaian dan mengalami kecemasan penambahan berat badan.. Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat dan remaja bisa menjaga berat badan ideal supaya tidak mengakibatkan obesitas karena akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, stroke dll. Bagi perawat dapat memberikan motivasi kepada remaja yang mempunyai masalah gambaran diri dan interaksi sosial khususnya pada remaja kegemukan, serta dapat memberikan edukator tentang cara meningkatkan gambaran diri dan alternatif cara untuk menurunkan berat badan. Penelitian lain dapat memakai variabel lain yang berhubungan dengan gambaran diri pada remaja obesitas antara lain dukungan keluarga dengan wilayah penelitian yang lebih luas dan responden yang lebih banyak, dan peneliti lain diharapkan dapat meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan gambaran diri pada remaja obesitas.

(14)

1 Widayat : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah

Semarang

2 H. Edy Wuryanto, M.Kep.: Dosen Kelompok Keilmuan Pendidikan Keperawatan FIKKES

Universitas Muhammadiyah Semarang

3

Ns. Sri Widodo, S.Kep : Dosen Pendidikan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Kelima, Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, S. (2003).Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Berlina Nuki. (2007). Hubungan antara Interaksi Sosial di Lingkungan Luar Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Desa Bae Kudus. Skripsi Keperawatan Unimus.

Fakrurozi (2008). Konsep Diri Remaja Putri yang Mengalami Obesitas. Jurnal Universitas Gunadarma

Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit universitas Diponegoro.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indika Kinanti. (2010). Gambaran Citra Tubuh pada Remaja Obesitas. Skripsi Psikologi USU

Kurniasih, E. (2009).Jurnal Kesehatan BTH.

(15)

Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori & Aplikasi dalam Praktik.EGC: Jakarta.

Narendra. (2002).Psikologi Remaja. Yogyakarta : Andi

Notoatmodjo, S. (2005).Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam (2008).Konsep dan Keperawatan Metodlogi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Pedoman Skripsi Tesis dan Instrumental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, P. &. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Rahmawati Nuri. (2009).Aktivitas Fisik pada Remaja Obesitas. FKUI Sarwono Sarlito. (2011).Psikologi Remaja. Jakarta : Rajagrafindo Persada Sugiyono. (2007).Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV ALFABETA. Soekanto, S (2010).Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers: Jakarta Stuart, GW. (2006).Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC Sunarto (2000).Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta

Sunaryo, (2004),Psikologi untuk perawat, Jakarta: EGC

Suliswati. (2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Soetjiningsih. (2004).Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Tarwoto, W. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan(Vol. III). Jakarta: Salemba Medika.

Wahyuni, (2007). Hubungan Citra Tubuh dengan Interaksi Sosial pada Siswa Obesitas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1Malang. Skripsi Psikologi Universitas Islam Negri Malang.

Walgito Bimo. (2003).Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Wong DL. (2008).Buku Ajar Keperwatan Pediatric. Jakarta : EGC

Zulkaida. (2007). Self Regulated behavior pada Remaja yang Mengalami Obesitas.

Gambar

Diagram tebar hubungan gambaran diri dengan Interaksi Sosial pada remaja kegemukan di MA NU Ibtida’ul Falah Samirejo Dawe Kudus

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan batang pisang dan tempurung kelapa, untuk mengetahui komposisi optimum karbon aktif serta menurunkan kadar

Karbonisasi merupakan proses konversi dari suatu zat organik ke dalam karbon atau residu yang mengandung karbon dalam proses pembuatan arang berkarbon, karbonisasi

Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan kontekstual berbasis lingkungan pada siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Karanganyar pada mata

Saya sadar kondisi badan saya berkurang karena penyakit yang saya derita.. Saya menyesuaikan aktivitas dengan kondisi

Perencanaan penelitian sangat dibutuhkan agar penelitian berjalan secara sistematis, di mana pada tahap ini peneliti mengembangan produk yang nantinya akan digunakan sebagai

Motiasi berprestasi yang dimilki tersebut juga akan mendorong auditor untuk bekerja sesuai dengan standar profesional yang telah berlaku, sehingga dapat dikatakan

Adapun permasalahan yang dikaji adalah : (1) Bagaimana merancang video iklan produk fahion Fierre yang sesuai dengan tema The Journey Of Textile Tradition kedalam konsep

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan