• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCAPAN TERIMA KASIH. Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh. Allah SWT/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya, tugas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UCAPAN TERIMA KASIH. Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh. Allah SWT/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya, tugas"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UCAPAN TERIMA KASIH

“Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh”

Pertama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Allah SWT/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya, tugas penyusunan tesis ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes, Direktur Utama RSUP Sanglah dr. I Wayan Sudana, M.Kes, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K), Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp. GK dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dr. I Nyoman Semadi, Sp.B, Sp.BTKV, karena telah diberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialis dan program magister pada program studi ilmu biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Kepada dr. I Wayan Sukra, Sp.An, KIC, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kemurahan hatinya dengan tidak mengenal lelah memberikan bimbingan dan landasan berpikir tentang ilmu dasar anestesi. Kepada Prof. Dr. dr. Made Wiryana, Sp.An, KIC, KAO, selaku Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif dan pembimbing I, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas keteladanan dan bimbingan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan

(2)

tesis dan menempuh program pendidikan dokter spesialis ini, serta sebagai contoh pribadi yang arif dan bijaksana. Profesor terbaik yang selalu melindungi peserta didik.

Kepada dr. I Ketut Sinardja, Sp.An, KIC selaku Kepala Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, pada penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya atas bimbingan, semangat dan motivasi yang diberikan.

Kepada dr. Ida Bagus Gde Sujana, Sp.An, M.Si, selaku Sekretaris Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan ilmu dan spiritual yang diberikan selama penulis mengikuti program pendidikan dokter spesialis.

Terima kasih kepada dr. I Made Gede Widnyana, Sp.An, M.Kes, KAR, selaku Sekretaris Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, pembimbing II dan penasehat akadenik atas bimbingan yang diberikan terutama bimbingan soft skill serta dengan senantiasa membuka wawasan berpikir kritis yang sangat berguna untuk kami ke depannya.

Kepada dr. I Gede Budiarta, Sp.An, KMN, penulis mengucapkan terima kasih dan hormat yang setinggi-tingginya atas cinta kasih, perhatian, kemurahan hati seorang ayah yang tidak pernah mengenal lelah dalam memberikan bimbingan, pembelajaran disiplin agar menjadi pribadi yang lebih baik, disiplin, menjadi manusia terdepan, pantang menyerah dan selalu peduli terhadap pasien. Tiada kata yang mampu diucapkan lagi oleh penulis untuk mewakili rasa terima kasih.

Kepada Kepada Dr. dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn, M.Kes, KMN, KNA selaku Ketua Litbang Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif , Dr. dr.

(3)

Tjokorda GA Senapathi, Sp.An, KAR, dr. I Wayan Aryabiantara, Sp.An, KIC, dr. I Gusti Ngurah Mahaalit Aribawa, Sp.An, KAR penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas semua ajaran, pesan, dan nasehat yang diberikan sebagai persiapan untuk penulis menghadapi masa depan.

Kepada semua guru : dr.Sukrana Sidemen Sp.An,KAR; dr. I Made Subagiartha, Sp.An, KAKV, SH, Dr. dr. I Wayan Suranadi, Sp.An, KIC; dr.Putu Agus Surya Panji Sp.An,KIC; dr. I Ketut Wibawa Nada, Sp.An,KAKV; dr. Dewa Ayu Mas Shintya Dewi, Sp.An; dr.I G.A.G. Utara Hartawan, Sp.An, MARS; dr. Pontisomaya Parami, Sp.An, MARS; dr I Putu Kurniyanta, Sp.An; dr. Kadek Agus Heryana Putra, Sp.An; dr.Cynthia Dewi Sinardja, Sp.An, MARS; dr. Made Agus Kresna Sucandra, Sp.An; dr. Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan, Sp.An, M.Kes; dr. Tjahya Aryasa EM, Sp.An, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan yang telah diberikan selama menjalani program pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid selaku pembimbing penulis dalam menyusun tesis ini, khususnya yang bersangkuan dengan ilmu statistik, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan penelitian ini.

Kepada Ni Ketut Santi Diliani, SH, semua senior, rekan- rekan residen anestesi dan seluruh staf karyawan di Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuannya selama menjalani program pendidikan dokter spesialias ini.

Kepada segenap tim anestesi, kamar operasi dan ICU Rumah Sakit di RSUP Sanglah Denpasar, RS TC Hiller’s Maumere, RSUD Karang Asem, PJT

(4)

RSCM, RS Persahabatan dan semua rekan-rekan sejawat medis paramedis selama saya menjalani stase luar, terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebersamaan yang hangat dan kerjasama yang baik.

Kepada Bapak Hendra dan Ibu Ariani selaku orang tua, terima kasih bapak ibu atas segala doa yang selalu dipanjatkan untuk kebaikan semua kesabaran dan arahan dalam menjalani kehidupan dan kelancaran selama proses pendidikan ini.

Terima kasih kepada istriku tercinta drg. Ivory Nonci yang telah menjalani semua proses ini dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan rasa cinta serta menjadi semangat dan tujuan dalam setiap langkah hidup penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pasien yang menjadi “sumber ilmu” selama penulis menjalani proses pendidikan spesialisasi ini. Semoga Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang tertulis di atas maupun yang tidak tertulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama proses pendidikan dan penyusunan tesis ini.

“Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh”

Denpasar, 1 November 2016

(5)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN INFUS WARMER UNTUK MENCEGAH KEJADIAN HIPOTERMIA DAN MENGGIGIL SETELAH TINDAKAN

ANASTESI UMUM DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

Pendahuluan : Menggigil dan hipotermia setelah tindakan anestesi umum merupakan komplikasi yang sering terjadi di ruang pemulihan. Metode pemanasan dan obat – obat banyak digunakan, tetapi belum efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektifitas penggunaan infus warmer dalam mempertahankan suhu inti normal dan mencegah menggigil.

Bahan dan Metode : Jenis penelitian ini adalah non blindnes randomized control trial study. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas penggunaan infus warmer dalam mencegah kejadian hipotermia dan menggigil setelah tindakan anestesi umum. Penelitian dilakukan di RSUP Sanglah pada bulan Oktober 2016 dengan perhitungan sampel 58 orang yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Keduanya dibagi menjadi 2 kelompok, 29 orang kelompok infus warmer dan 29 orang tanpa infus warmer Pencatatan hasil menilai beberapa parameter tanda vital, hemodinamik, aldrette score, suhu tubuh, dan menggigil mulai dari awal, setelah induksi, dan menit ke 5, 15, 30, 60 di ruang pemulihan. Data yang didapat dianalisa dengan sofware SPSS dengan tingkat signifikasi p<0,005 dinyatakan bermakna, dengan relative risk < 1 sebagai preventif.

Hasil : Dari gambaran perbandingan kejadian menggigil dan hipotermia pada menit ke 5, 15, 30, 60 di ruang pemulihan terlihat bahwa berdasarkan kelompok perlakuan pada kelompok warmer lebih rendah dibandingkan pada kelompok non warmer. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan warmer dapat mencegah kejadian menggigil dan hipotermia pada pasien setelah tindakan anestesi umum. Secara uji statistik bermakna dengan nilai p <0,05. Simpulan : Penggunaan infus warmer dapat membantu menurunkan angka kejadian hipotermi dan menggigil setelah tindakan anastesi umum.

(6)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF INFUSION WARMER USE TO PREVENT THE OCCURRENCE OF HYPOTHERMIA AND SHIVERING AFTER

GENERAL ANESTHESIA ACTION IN GENERAL HOSPITAL CENTER SANGLAH DENPASAR

Introduction: Shivering and hypothermia after general anesthesia is a common complication in the recovery room. Heating methods and drugs widely used, but not yet effective. The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of using the infusion warmer in maintaining normal core temperature and prevent chills.

Materials and Methods: The study was a non blindnes randomized control trial study. This study aimed to compare the effectiveness of the use of infusion warmer in preventing the incidence of hypothermia and shivering after general anesthesia. Research conducted at the Sanglah Hospital in October 2016, with sample calculations 58 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Both were divided into 2 groups, 29 groups of infusion warmer and 29 people without the infusion warmer Recording the results of assessing multiple parameters vital signs, hemodynamic, aldrette score, body temperature, and shivering from the beginning, after induction, and minutes to 5, 15, 30 , 60 in the recovery room. The data obtained were analyzed with SPSS software with a significance level of p <0.005 expressed significantly, with a relative risk <1 as a preventive.

Results: From a comparative picture of events chills and hypothermia in minutes to 5, 15, 30, 60 in the recovery room seen that the treatment group based on the group lower warmer than in the non warmer. This shows that the use of warmer can prevent the incidence of chills and hypothermia in patients after general anesthesia. In test statistically significant with p <0.05.

Conclusions: The use of infusion warmer can help reduce the incidence of hypothermia and shivering after general anesthesia action.

KeyWord: Hypothermia, shivering, infusion warmer.Menggigil, general anesthesia.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Rumusan Masalah ... 4 1.3.Tujuan Penelitian ... 4 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 5 1.4Manfaat Penelitian ... 5 1.4.1 Manfaat ilmiah ... 5 1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

(8)

2.2Regulasi suhu tubuh ... 6

2.2.1 Termosensor dan jalur Aferen ... 7

2.2.2 Hipotalamus pusat integrasi ... 8

2.2.3 Respon Efektor ... 11

2.3Hipotermi ... 14

2.3.1 Perubahan suhu perioperatif ... 22

2.3.2 Tahapan perubahan suhu selama anastesi ... 23

2.3.3 Konsekuensi Lain Akibat Perioperatif Hipotermia ... 25

2.3.4 Keuntungan akibat efek hipotermia ... 27

2.3.5 Pengukuran suhu tubuh ... 28

2.3.6 Mencegah hipotermia perioperative ... 29

2.4Menggigil ... 30

2.4.1 Menggigil setelah tindakan anastesi ... 34

2.4.2 Pencegahan menggigil ... 35

2.4.3 Penatalaksanaan menggigil pasca anastesi ... 36

2.4.3.1 Penatalaksanaan non farmakalogi ... 36

2.4.3.2 Penatalaksanaan farmakalogi ... 36

1. Opioid... 37

2. Alfa 2 agonis ... 37

3. 5-HT uptake inhibitor... 38

4. Agonis atau antagonis 5 HT ... 38

5. Antagonis NMDA ... 38

2.5Petidin ... 39

2.5.1 Farmakokinetik ... 39

(9)

2.5.3 Efek samping obat ... 41

2.5.4 Interaksi obat ... 41

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 43

3.1Kerangka Berpikir ... 43

3.2Kerangka Konsep ... 45

3.3Hipotesis Penelitian ... 46

BAB IV METODE PENELITIAN ... 47

4.1Rancangan Penelitian ... 47

4.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

4.3Penentuan Sumber Data ... 48

4.3.1 Populasi Sampel ... 48

4.3.2 Sampel Penelitian ... 48

4.3.3 Kriteria Eligibilitas ... 48

4.3.4 Teknik pengambilan sampel ... 50

4.3.5 Perhitungan besar sampel ... 50

4.3.6 Cara pengambilan sampel ... 52

4.4Variabel Penelitian ... 52

4.5Defenisi Operasional Variabel ... 52

4.6Bahan dan alat penelitian ... 56

4.7Prosedur Penelitian ... 57 4.7.1 Persiapan penelitian ... 57 4.7.2 Penapisan pasien ... 57 4.7.3 Pelaksanaan penelitian ... 57 4.8Cara kerja ... 57 4.9Alur penelitian ... 60

(10)

4.10 Analisis data ... 61

4.11 Etika penelitian ... 63

BAB V. HASIL PENELITIAN... 64

5.1Karakteristik Sampel Penelitian ... 64

5.2Perbandingan Kejadian Menggigil Berdasarkan Kelompok Perlakuan 69 5.2.1 Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 5 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 69

5.2.2 Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 15 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 70

5.2.3 Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 30 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 71

5.2.4 Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 60 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 73

5.3.Perbandingan Kejadian Hipotermia Berdasarkan Kelompok Perlakuan74 5.3.1. Perbandingan Kejadian Hipotermia Setelah Induksi Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 74

5.3.2. Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Menit ke 5 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 75

5.3.3. Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Menit ke 15 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 76

5.3.4. Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Suhu ke 30 menit Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 77

5.3.5. Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Suhu ke 60 menit Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 79 5.4Perbandingan Aldrette Score dengan Kejadian Menggigil Pada

(11)

Kelompok Perlakuan ... 80

5.5Perbandingan Kelompok Suhu dengan Kejadian Menggigil Pada Kelompok Perlakuan ... 82

BAB VI PEMBAHASAN ... 84

6.1Gambaran Umum ... 84

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 87

7.1Simpulan ... 87 7.1.1 Simpulan Umum ... 87 7.1.2 Simpulan Khusus ... 87 7.2Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 91 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Efek Fisiologis Akibat Hipotermia ... 19

Tabel 2.2 Gejala klinis hipotermi ... 20

Tabel 2.3 Perubahan EKG pada Hipotermi... 21

Tabel 2.4. Kondisi yang memberikan kontribusi penurunan suhu selama pembedahan... 25

Tabel 2.5. Konsekuensi segera akibat perioperatif hipotermia ... 27 Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Kelompok

(12)

Perlakuan ... 68 Tabel 5.2.1. Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 5 Di Ruang

Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 70 Tabel 5.2.2. Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 15 Di Ruang

Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 71 Tabel 5.2.3. Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 30 Di Ruang

Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 72 Tabel 5.2.4. Perbandingan Kejadian Menggigil Menit Ke 30 Di Ruang

Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 73 Tabel 5.3.1 Perbandingan Kejadian Hipotermia Setelah Induksi Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 74 Tabel 5.3.2 Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Menit ke 5 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 75 Tabel 5.3.3 Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Menit ke 15 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 77 Tabel 5.3.4 Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Menit ke 30 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 78 Tabel 5.3.5 Perbandingan Kejadian Hipotermia Pada Menit ke 60 Di Ruang Pemulihan Berdasarkan Kelompok Perlakuan ... 79 Tabel 5.4. Perbandingan Aldrette Score dengan Kejadian Menggigil Pada Kelompok Perlakuan ... 80 Tabel 5.5. Perbandingan Kelompok Suhu dengan Kejadian Menggigil Pada Kelompok Perlakuan ... 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur kontrol termoregulasi ... 8

Gambar 2.2 Hipotalamus pusat integrasi ... 10

Gambar 2.3 Hubungan hipotermia dan hipotalamus... 11

Gambar 2.4 Mekanisme kontrol termoregulasi ... 13

Gambar 2.5 Ambang termoregulasi pada pasien normal ... 13

Gambar 2.6 Ambang termoregulasi pada pasien yang di anestesi umum... 14

Gambar 2.7 Rumus kimia petidin ... 39

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep ... 45

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 47

Gambar 4.2 Infus warmer Animec AM – 2S model ELLT001 ... 55

(14)

Gambar 5.4 Perbandingan Aldrette Score dengan kejadian menggigil pada kelompok perlakuan ... 81

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ASA : American Society of Anesthesiologists

cm : sentimeter

kg : kilogram

IMT : Index masa tubuh

O2 : Oksigen

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

µ : Miu

% : Persen

α : Alfa

(15)

β : Beta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik ...86

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ...87

Lampiran 3. Lembar Penelitian ...88

Lampiran 4. Pencatatan Hasil Penelitian ...91

Lampiran 5. Informasi Penelitian ...93

Lampiran 6. Surat Pernyataan Persetujuan Uji Klinik ...96

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian ...97

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyulit yang terjadi setelah tindakan anestesi dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor, yaitu tindakan anastesi sendiri, tindakan pembedahan dan dari pasien sendiri. Salah satu diantara penyulit yang cukup sering dijumpai selama pemulihan setelah tindakan anastesi umum adalah hipotermia dan menggigil. Menggigil merupakan keadaan yang tidak nyaman dan salah satu komplikasi yang sering terjadi setelah tindakan pemberian anestesi umum maupun regional pada pasien yang menjalani operasi elektif ataupun darurat (Talakoub, 2006). Penyebab terjadinya menggigil sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan penyebab terjadinya oleh karena redistribusi panas internal dari sentral ke perifer, hilangnya termoregulasi vasokonstriksi, dan berubahnya nilai ambang vasokonstriksi, ambang menggigil, pengaruh suhu lingkungan kamar operasi yang dingin, efek dari gas anaestesi, cairan intravena yang

(17)

dingin, lama operasi atau efek dari insisi operasi yang luas sehingga kulit tidak dapat mempertahankan keluarnya panas tubuh sehingga mempengaruhi suhu inti tubuh (core temperature) membuat menjadi hipotermia dan menggigil (Roy, 2004; Buckwick, 2007; Hasankhani, 2007; Jie Yi, 2015). Menggigil merupakan respon tubuh involunter untuk tetap menjaga keseimbangan suhu inti (core temperature). Menggigil setelah tindakan operasi dan anastesi umum dapat dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang tidak diinginkan seperti menimbulkan stress fisiologis, konsumsi oksigen meningkat 2-3 kali, meningkatkan produksi karbondioksida, meningkatkan kebutuhan metabolisme, meningkatkan tekanan intrakranial dan intraocular, meningkatkan kadar katekolamin, gangguan jantung, dan nyeri luka operasi (Stoelting, 2006; Dong You, 2010; Zhi-Jian, 2011; Misiran, 2013). Terjadinya menggigil bisa sebelum tindakan anestesi, di pertengahan jalannya operasi maupun di ruang pemulihan. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi menggigil setelah tindakan anastesi umum antara lain adalah perioperatif hipotermia, menjaga suhu tubuh tetap normal selama tindakan pembedahan atau memberikan obat – obatan. Beberapa intervensi untuk menurunkan keadaan menggigil setelah tindakan anestesi umum melalui dengan pemanasan internal aktif atau eksternal aktif. Pengaturan suhu ruangan dalam ruang pemulihan, menggunakan selimut yang kering dapat mengurangi kehilangan panas, dan cairan intravena dan irigasi yang dihangatkan. Pemberian cairan infus yang dihangatkan dapat diberikan pada sebelum, sedang, sampai setelah operasi dengan metode yang mudah, murah, aman dan dapat mempertahankan temperatur suhu inti tubuh, mencegah hipotermi dan kejadian menggigil (Oysteen, 2000; Smith, 2006).Penghangatan tubuh

(18)

dimaksudkan untuk menyingkirkan hipotermia dan mengurangi input afferent yaitu dengan menghangatkan reseptor kulit terutama di daerah dengan densitas reseptor terbesar seperti wajah, dada dan tangan. Penghangatan permukaan kulit dapat dilakukan karena sistem pengaturan suhu lebih toleran terhadap hipotermia. Penggunaan obat– obatan adalah cara yang sering dilakukan untuk mengatasi menggigil. Berbagai agen opioid dan non opioid digunakan untuk mencegah dan mengobati menggigil, tetapi dapat menimbulkan efek samping seperti ketidakstabilan hemodinamik, depresi pernafasan, mual dan muntah. Petidin dianjurkan untuk mengatasi kejadian menggigil setelah anestesi, karena mempunyai efek anti menggigil melalui reseptor κ (kappa). Petidin dosis 0,5 mg/kgBB sering digunakan sebagai terapi menggigil setelah anestesi. Petidin mempunyai efek spesifik yaitu sedasi, euphoria, pruritus dan rasa mual muntah setelah anestesi, serta kejadian depresi pernafasan juga cukup tinggi.

Dari beberapa studi, dilaporkan insiden terjadinya menggigil antara 4-72% bahkan bisa mencapai 90% (Yi Ji, 2015). Himawan Sasongko, 2005; menyebutkan bahwa angka kejadian menggigil selama pemulihan anastesi antara 5% - 60%. Bhattacharya, 2005; menggigil terjadi 40% yang mengalami pemulihan anastesi umum, 50% pada pasien dengan suhu inti tubuh 35,5°C dan 90% pada pasien dengan suhu inti tubuh 34,5°C. Kelsaka mendapatkan 36%, Roy mendapatkan 56,7%, Sagir dan Honarmand mendapatkan 60°C. Honarmand, 2008; melakukan penelitian dengan menggunakan placebo, midazolam 75 mcg/kgBB, ketamin 0,5 mg/kgBB, kombinasi ketamin 0,25 mg/kgBB dengan midazolam 37,5 mcg/kgBB pada 120 sampel didapatkan hasil kejadian menggigil secara berurutan yaitu 60%, 50%, 23,3% dan 3,3%. Reda S, 2012; melakukan penelitian yang menggunakan normal salin sebagai

(19)

kontrol, midazolam 75 mcg/kgBB dan kombinasi midazolam 37,5 mcg ditambah ketamin 0,25 mg/kgBB didapatkan kejadian menggigil untuk masing-masing kelompok sebesar 55%, 45%, 5%. Abbas Tariq, 2014; melakukan penelitian yang membandingkan penggunaan ketamin 0,5 mg/kgBB dibandingkan dengan ketamin 0,25 mg/kgBB ditambah midazolam 37,5 mcg/kgBB selama spinal anestesi didapatkan hasil bahwa ketamin ditambah midazolam lebih efektif dibadingkan dengan ketamin saja. Ginting Musa, 2007; Eydi M dkk, 2014; A Seifi dkk, 2007; Leila Morovati, 2012; karena petidin dianggap sebagai obat standar untuk mencegah dan mengatasi menggigil baik untuk anestesi umum maupun anestesi regional. S N Piper, K D Rohm, W Suttner dkk, 2004; membandingkan nefopam, clonidin dan placebo dalam pencegahan menggigil setelah anastesi umum mendapatkan kejaadian menggigil pada placebo 37,8%. Penilaian berdasarkan jenis kelamin, umur, ASA, berat badan, tinggi badan, lama operasi dan anastesi, waktu ekstubasi, tanda vital, suhu, derajat menggigil dan Aldrete score. Jie Yi, Ziyong Xiang, Xiaoming Deng, Ting Fan, Runqiao Fu, Wanming Geng dkk, 2013; melakukan penelitian di 24 rumah sakit yang menjalani operasi dengan anaestesi umum didapatkan keseluruhan insiden kejadian hipotermia intraoperatif sekitar 39%. You Zhi-jian, Xu Hong-xia, CAO Song-mei, 2011; dari Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Universitas Shantou, Propinsi Guangdong, Cina dan Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Universitas Jiangsu, Zhenjiang, Propinsi Jiangsu, Cina melakukan penelitian pada kelompok kontrol (n=15) tidak menggunakan cairan infus yang dihangatkan dalam operasi abdominal, kejadian menggigil mencapai 53% (P<0,01). Sedangkan pada kelompok uji (n=15) dengan menggunakan infus warmer, kejadian menggigil tidak ada. Ini membuktikan

(20)

pemanasan cairan infus selama operasi bisa mencegah menggigil post anastesi umum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah penggunaan infus warmer dapat mencegah hipotermi dan menggigil setelah tindakan anestesi umum di ruang pemulihan RSUP Sanglah Denpasar ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui proses dan mekanisme hipotermi dan menggigil setelah tindakan operasi dan anastesi umum di ruang pemulihan RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk menilai efektifitas penggunaan infus warmer untuk mencegah hipotermi dan menggigil pada pasien yang telah dilakukan tindakan operasi dan anestesi umum di ruang pemulihan RSUP Sanglah Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia kedokteran khususnya di bidang anestesia mengenai penggunaan infus warmer sebagai cara untuk mencegah hipotermia dan menggigil pada tindakan anestesi umum dan pembedahan baik sebelum, sedang dan setelahnya.

(21)

1.4.2 Manfaat praktis

1. Untuk mencari alternatif lain yang dapat digunakan untuk mencegah hipotermia dan menggigil setelah tindakan anestesi umum.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat bukti infus warmer dapat digunakan untuk mencegah hipotermia dan menggigil setelah tindakan anestesi umum dengan efek samping yang minimal.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

proses Pembelajaran IPA, menunjukkan kurangnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran, penulisan tugas tidak tersusun dengan

Sel surya merupakan sebuah mesin yang memiliki kemampuan menghasilkan sebuah output yaitu daya listrik dari bahan input sinar matahari yang melalui peroses dari efek photovoltaic,

Secara fungsional NA merupakan organisasi perempuan yang berperan dalam penguatan wacana gender dan pendidikan profetik dalam diri seorang perempuan yang berorientasi pada

(BORNEO, Vol. Pernyataan Undang- Undang Dasar tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan harus

Peserta didik mengamati kawat yang dialiri arus listrik berada dalam pengaruh medan magnet.. Seperti dalam video “Animasi Pengenalan

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Pada proses ini, jumlah piksel yang terkandung pada citra direduksi (dikurangi) dengan metode PCA dan prinsip ruang eigen, di mana hasil dari reduksinya berupa vektor ciri yang

Kelimpahan Makrozoobentos di Stasiun IV yang tertinggi adalah jenis terebralia sulcata dengan Kelimpahan 341.0 ind/m 2 , sedangkan terendah adalah jenis lumbricus