• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.) DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL TELUR AYAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.) DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL TELUR AYAM."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 34 PENGARUH PENAMBAHAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi, L.)

DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL TELUR AYAM Indah Ayu Tristianti1, Eko Widodo2 and Halim Natsir2

1

Mahasiswa Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang

2

Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang (65145), Indonesia E-mail: aindah66@gmail.com

ABSTRAK

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor ayam petelur jenis Lohmann Brown berumur ± 8 bulan. Bahan pakan yang digunakan meliputi jagung, konsetrat, dedak halus. Penggunaan sari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) sebanyak 0% (P0), 1,5% (P1), 3% (P2) dan 4,5% (P3). Metode yang digunakan yaitu percobaan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Variabel yang diamati meliputi berat telur, indeks telur, tebal kerabang, dan berat kerabang. .Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa penambahan sari belimbing wuluh dalam pakan perlakuan dengan kadar pemberian 1,5%, 3%, dan 4,5% memberikan perbedaan sangat nyata (P>0,01) terhadap berat kerabang dan indeks telur, sedangkan pemberian sari belimbing wuluh dalam pakan dengan kadar yang sama memberikan hasil berbeda nyata (P>0,05) terhadap berat telur dan tebal kerabang, hal ini ditunjukan pada berat telur (68,00±2,72 g/butir), berat kerabang (8,29±0,25 g/butir), ketebalan kerabang telur (0,95±0,12) dan indeks telur (80,97±1,78)

Kata kunci :Averrhoa bilimbi, L., Kualitas eksternal telur, Rancangan acak lengkap, Ayam Petelur.

EFFECT OF ADDITION BILIMBI (Averrhoa bilimbi, L.) IN CHICKEN FEED ON EXTERNAL EGG QUALITY

Indah Ayu Tristianti1, Eko Widodo2 and Halim Natsir2

1. Student of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang

2. Lecturer in Animal Nutrition Department, Animal Nutrition and Feed Animal Science Department, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang

Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Veteran Street, Malang (65145), Indonesia E-mail: aindah66@gmail.com

ABSTRACT

The research was purposed to determine the best effect of addition of bilimbi concentration in chicken feed process in terms of the external egg quality. Shell thickness, egg weight, shell weight and egg index. Feed ingredients were used during the study included corn, concentrates, rice bran. The experimental design used Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments and 6 replications. The treatment were P0 (0% addition of bilimbi), P1 (1.5% addition of bilimbi), P2 (3% addition of bilimbi), P3 (4.5% addition of bilimbi).

(2)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 35 The variables observed were the external quality chicken thick shell, egg weight, egg shell weight and egg index. The results of this research indicated that of addition to the diet of laying hens can improve the external quality eggs. This was shown on egg weight (68.00±2.72g/egg), shell weight (8.29±0.25g/egg), the index of eggs (80.97±1.78 /egg) and the thick egg shell (0.95±0.12mm/egg). The addition of bilimbi to the diet of laying hens can improve the external quality of eggs, this is indicated on egg weight (68.00±2.72g/egg), shell weight (8.29±0.25g/egg), eggshell thickness eggs (0.95±0.12mm/egg) and egg index (80.97±1.78/egg) and for the best treatment with the addition of P2 is 3% bilimbi in the diet of laying hens.

Keywords: Averrhoa bilimbi, L., External quality egg, Completely Randomized Design (CRD), Laying hens

PENDAHULUAN

Biaya paka merupakan 70-80% dalam biaya usaha peternakan, sehingga perlu manajemen yang baik.Selama ini,

peternak Indonesia masih

menggantungkan produk impor untuk mendapatkan pakan berkualitas. Pakan berkualitas pada umumnya ditambahkan feed additive untuk pertumbuhan yang optimal. Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak melalui pencampuran dalam pakan.

Antibiotik merupakan salah satu feed additive dalam pakan unggas umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan memperbaiki konversi pakan (Bintang dan Jarmani, 2012). Menurut Yamin, Ahmad dan Andi (2009) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik mengalami penurunan dan dibeberapa negara penggunaan dilarang sebagai bahan additive dalam pakan. Hal ini disebabkan oleh residu dari antibiotik dan resistensi bakteri. Salah satu upaya yang telah dilakukan ialah dengan penggunaan bahan

pengganti antibiotik, diantaranya ialah senyawa asam organik (Hyden, 2000).

Asam organik yang bermanfaat dalam preservasi dan memproteksi pakan dari perusakan oleh mikroba namun juga berdampak langsung terhadap perbaikan kecernaan pakan. Asam organik digunakan sebagai alternatif pengganti antibiotik dan sebagai aditif pakan.Salah satu alternatif asam organik ialah belimbing wuluh kerena mengandung komponen asam yang berfungsi menurunkan pH dari usus sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Salah satunya asam laktat yang terkandung dalam belimbing wuluh sebanyak 0,4-1,2 (Subhadrabandhu, 2001) sebagai komponen yang berperan penting dalam penurunan pH usus, sehingga dianggap sebagai agen antimikroba. Belimbing wuluh dapat menjadi suatu peluang untuk digunakan sebagai alternatif pengganti antibiotik dalam pakan. Berdasarkan uraian di atas “pengaruh penambahan sari buah belimbing wuluh

(3)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 36 (Averrhoa bilimbi, L.)dalam pakan

terhadap kualitas eksternal telur ayam”. Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur dan indeks telur).

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Juli - 5 Agustus 2014 di peternakan milik bapak Supi’i di Dusun Kunci Desa Wringin Anom Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.Analisis proksimat bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Materi Penelitian

Ayam petelur yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor Ayam petelur berumur 32 minggu. Kandang yang digunakan untuk penelitian adalah kandang battrey individu yang telah disekat dengan ukuran 30 x 30 x 40 cm/kotak.Tiap kotak dilengkapi dengan tempat pakan yang disekat dan tempat minum.Bahan pakan basal yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran

jagung 50%, konsentrat 30%, dedak halus 20%. Pemberian pakan dilakukan dengan metode restricted feeding merupakan pemberian pakan dengan cara dibatasi pemberianya yaitu 2 x sehari pagi pada pukul 08.00 dan siang pada pukul 13.00. Pakan diberikan pagi 50% dan siang 50%.Pakan yang diberikan adalah 130 g/ekor/hari.

MetodePenelitian

Metode penelitian ini adalah menggunakan metode percobaan lapang yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan yang masing-masing perlakuan akan diulang sebanyak 6 kali, sehingga terdapat 24 unit percobaan.Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini ialah :

P0: Pakan kontrol

P1:Pakan basal + 1,5% sari belimbing wuluh.

P2:Pakan basal + 3% sari belimbing wuluh P3: Pakan basal +4,5% sari belimbing

wuluh.

Variabel Penelitian: Berat telur (g), Berat kerabang telur (g), Ketebalan kerabang telur (mm), dan Indeks telur.

(4)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 37 Tabel 1.Pengaruh Penambahan Sari Belimbing Wuluh Terhadap Kualitas eksternal

Telur.

Perlakuan Berat Telur (g /butir) Berat Kerabang (g/ butir) Tebal Kerabang (mm) Indeks Bentuk Telur

P0 62,67 ± 1,06a 7,29 ± 0,29a 0,82 ± 0,08a 77,04 ± 1,44a P1 63,71 ± 2,81a 7,33 ± 0,26a 0,84 ± 0,05a 77,14 ± 0,97a P2 65,25 ± 3,37ab 7,46 ± 0,43a 0,85 ± 0,03ab 78,44 ± 2,26ab P3 68,00 ± 2,72b 8,29 ± 0,25b 0,95 ± 0,12b 80,97 ± 1,78b Keterangan: Superkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P>0,01)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian tentang pengaruh penambahan sari belimbing wuluh dalam pakan terhadap kualitas eksternal telur ayam meliputi berat telur, indeks telur, berat kerabangdan tebal kerabang disajikan pada Tabel 1.

Pengaruh Perlakuan terhadap berat telur

Penambahan sari belimbing wuluh memberikan perbedaan nyata (P≤0,05) terhadap berat telur (Tabel 1). Perlakuan P0 yang memiliki nilai paling rendah (62,67±1,06 g/butir) diakibatkan karena pakan tidak ada penambahan sari belimbing wuluh, sedangkan pada perlakuan P1, P2, P3 mengalami peningkatan berat telur. Peningkatan ini dikarenakan adanya penambahan sari belimbing wuluh yang memiliki kandungan asam organik. Menurut Soltan (2008) pemberian asam asetat sebagai asam organik dengan takaran 780 ppm

pada ayam petelur dapat memperbaiki bobot badan, secara berkala dapat menambah berat telur, feed conversion ratio (FCR), konsentrasi protein dan kalsium dalam darah pada umur 54–70 minggu (Soltan, 2008). Kandungan protein dan lemak dalam pakan akan mempengaruhi berat telur, tetapi kandungan protein yang hampir sama pada setiap perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap setiap perlakuan (Juliambarwati, Tristiarti dan Mangisah, 2012). 4

Pengaruh Perlakuan terhadap berat kerabang telur

Penambahan sari belimbing wuluh memberikan perbedaan sangat nyata (P≤0,01) terhadapberat kerabang telur, hal ini dikarenakan kandungan asam organic yang terdapat pada buah blimbing wuluh. MenurutPenelitian terdahulu menyebutkan beberapa percobaan telah menunjukkan bahwa asam organik dapat memiliki efek

(5)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 38 positif pada kinerja peletakan dan kualitas

cangkang (Taman et al, 2002; Yesilbag dan Colpan, 2006; Sengor et al, 2007; Soltan, 2008). Kandungan dari asam organik dari buah belimbing wuluh berupa asam sitrat, asam laktat, asam propionat, asam asetat, dan kombinasi asam organik dengan zat makanan lain (Hui, 1992). Sedangkan menurut NRC (1994) kandungan kalsium yang terdapat pada pakan masih dalam rentang kebutuhan yaitu berkisar 3,4-4,0%. Amrullah (2003) menyatakan bahwa berat kerabang telur secara kuantitatif adalah 10% dari total berat telurnya, berat kerabang telur sangat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, berat telur, dan umur ayam. Enseminger (1992) dan Wahyu (1985) menyatakan bahwa kandungan kalsium dan fosfor dalam pakan berpengaruh terhadap kualitas kerabang telur, sepeti ketebalan, berat, dan stukstur kerabang telur.

Pengaruh Perlakuan terhadap ketebalan kerabang telur

Hasil rata-rata pada Tabel 1 menunjukan level penambahan sari belimbing wuluh memberikan perbedaan nyata (P≤0,05) terhadapketebalan kerabang telur, hal ini dikarenakan kandungan asam organik yang terdapat pada buah belimbing wuluh. Rahadianto, Sjofjan dan Djunaidi (2013) menyatakan bahwa perbedaan tebal kerabang telur

selain disebabkan kandungan kalsium dalam pakan, tetapi juga oleh disebabkan kemampuan ternak dalam mengabsorbsi kalsium dalam pakan. Wijayakusuma dan Dalimartha (2006) menyatakan bahwa kandungan kimia yang dimiliki buah belimbing wuluh mengandung flavonoid, steroid atau triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Muharlien, Vitra dan Natsir (2011) menyatakan bahwa kekurangan kalsium dan phosfor dalam pakan menghasilkan kerabang telur yang tipis mengakibatkan telur mudah retak dan menyebabkan bakteri masuk ke bagian dalam telur.Rahadianto, Sjofjan dan Djunaidi (2013) menyatakan bahwa tebal kerabang juga dipengaruhi oleh jenis ternak, strain dan suhu lingkungan tempat penelitian. Tebal kerabang juga dipengaruhi oleh vitamin D. Kadar vitamin D yang cukup diperlukan untuk mengabsorpsi kalsium dalam proses pembentukan tebal kerabang. Kerabang telur merupakan bagian terluar dari telur dan penting untuk diperhatikan kualitasnya, karena kerabang telur berfungsi melindungi isi telur dari masuknya bakteri penyebab kerusakan isi telur yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas telur (Amo, Saerang, Najoan dan Keintjem, 2013).

Pengaruh Perlakuan terhadap indeks telur

(6)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 39 Penambahan sari belimbing wuluh

memberikan perbedaan sangat nyata (P≤0,01) terhadapindekstelur,

hal ini dikarenakan kandungan asam organik yang terdapat pada buah blimbing wuluh. Kandungan kimia dari buah belimbing wuluh mengandung flavonoid, steroid atau triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C (Wijayakusuma dan Dalimartha 2006). Sandi, Miksusanti, Sahara dan Lubis (2013) menyatakan bahwa indeks telur merupakan ekspresi dari kandungan protein pakan. Protein pakan akan mempengaruhi kualitas internal telur yang selanjutnya dapat mempengaruhi indeks telur. Zainuddin dan Jannah (2008) menyatakan indeks telur digunakan sebagai indikasi untuk mengukur tingkat kelonjongan atau bulatnya telur, dimana semakin tinggi indeks telur maka semakin lonjong bentuk telur yang akan berpengaruh pula terhadap persyaratan telur tetas yang tidak boleh terlalu lonjong atau bulat tetapi harus dalam bentuk bulat oval. Hasil penelitian Wardiny (2012) menyatakan bahwa telur yang bulat oval memiliki indeks bentuk telur 74% memiliki daya tetas 70-75%, sedangkan telur yang bentuknya lebih bulat atau lonjong memiliki daya tetas 30-35%.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian pengaruh penambahan sari belimbing wuluh dalam pakan ayam petelur adalah penambahan sari belimbing wuluh pada pakan ayam petelur mampu meningkatkan kualitas eksternal telur, hal ini ditunjukan pada berat telur (68,00±2,72g/butir), berat kerabang (8,29±0,25g/butir), ketebalan kerabang telur (0,95±0,12mm/butir) dan indeks bentuk telur (80,97±1,78/butir) serta perlakuan terbaik dalam penelitian adalah perlakuan P2 yaitu dengan penambahan 3% sari blimbing wuluh dalam pakan ayam petelur.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan blimbing wuluh dan kandungan kimia dari telur.

DAFTAR PUSTAKA

Amo, M., J. L. P. Saerang, M. Najoan dan J. Keintjem. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcumadomestica val) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh (Cortunix-cortunix japonica). Jurnal Zootek. 33 (1): 48-57 ISSN 0852-2626.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi: Bogor.

(7)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 40 Bintang, I. A. K dan S. N, Jarmani. 2012.

Penggunaan Kencur

(Kaempferia galanga, L). Bawang Putih (Allium sativum, L) Dan Kombinasi Dalam Pakan Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing.www.Balitnak.Litbang. Deptan.go.id/index.php?option =com. Diakses 20 oktober 2014

Hui, Y. H. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology.Vol 2.A Wiley Interscience Publication.John Wiley and Sons.Inc. New York

Hyden, M. 2000. Protected Acid Additives. Feed International. Juliambarwati, M., A. Ratriyanto dan A.

Hanifa.2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Limbah Udang dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik. Jornal Sains Peternakan 10 (1) : 1-6. 6 Muharlien, Vitra dan M. H. Natsir. 2011.

Efek Penambahan Tepung Kulit Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) dalam Pakan terhadap Jumlah Telur dan Kualitas Telur Itik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 6 (2): 5-14.

NRC (National Research Council), 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ninth Revised

Edition. National Academy Press. Washington D.C. Rahadianto, A., O. Sjofjan dan I. H.

Djunaidi. 2013. Efek Penambahan Beberapa Sumber Kalsium dalam Pakan terhadap Kualitas Eksternal Telur Ayam Petelur. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Malang. Sandi, S., Miksusanti, E. Sahara and F.

N.L. Lubis. 2013. The Influence of Fermented Feed to the Exterior and Interior Quality of Pegagan Duck Eggs. International Journal of Chemcal Engineering and Applications 4 (2) : 54-98. Soltan, M. A. 2008. Effect of Dietary

Organic Acid Supplementation on Egg Production, Egg Quality and Some Blood serum Parameters in Laying Hens, Int. J Poult, Sci. 7 (6) : 613-621.

Subhadrabandhu, S. 2001. Under-Utilized Tropical Fruits of Thailand, http://http.fao.org/. diakses tanggal 24 juni 2014.

Wardiny, T. M. 2012. Evaluasi Hubungan antara Indeks Bentuk Telur dengan Presentase yang Menetas pada Ayam Kampung Galur Arab. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi 3 (2) : 12-53.

(8)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 34-41 41 Yamin, A.A, Ahmad, R. P. N dan Andi, P.

2009.Pemanaatan Tanaman Herbal Sebagai Feed Additive Pada Peternakan Bloiler. Program kreatif mahasiswa artikel ilmiah (PKM-Ai) Dp2m Dikti 2009. http://Alimy-ameen.Blogspot.Com/2010/11/

PemanfaatanTanaman-HerbalSebagaiFeed.Html.

(diakses 20 Oktober 2014) Yesilbag, D and I. Colpan. 2006. Effects

Of Organic Acid

Supplemented Diets On Growth Performance Egg Production And Quality And On Serum Parameters In Laying Hens. Revue de Medicine Veterinaire. 157 (2) :280 –284.

Zainuddin, D dan I. R. Jannah. 2008. Suplementasi Asam Amino dalam Ransum Basal untuk Ayam Kampung Petelur Terhadap Bobot Telur, Indeks Telur, Daya Tunas, Daya Tetas serta Kolerasinya. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak jauh berbeda dengan kelompok aplikasi gel ekstrak belimbing wuluh Aceh, pada kelompok aplikasi gel ekstrak belimbing wuluh Bogor, peningkatan nilai ∆E* setelah 7

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengasaman langsung menggunakan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap karakteristik fisikokimia keju

Penggunaan limbah kangkung dalam pakan dapat meningkatkan berat telur dan tebal kerabang, tetapi tidak meningkatkan indeks telur dan specific gravity.. Penggunaan

Rasa asam pada sirup yang dihasilkan berasal dari buah belimbing wuluh yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sirup memiliki nilai pH sebesar 4,05

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh untuk mengetahui kualitas fisik daging dada ayam petelur afkir yang direndam dengan kombinasi ekstrak

Dari hasil penelitian perasan daun belimbing wuluh yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perasan daun belimbing wuluh mempunyai pengaruh terhadap

Rasa asam pada sirup yang dihasilkan berasal dari buah belimbing wuluh yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sirup memiliki nilai pH sebesar 4,05

Gambar 1.Hubungan antara ekstrak belimbing wuluh dengan rendemen keju Mozzarella yang dihasilkan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap rendemen keju