• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ACIDIFIER DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PETELUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ACIDIFIER DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PETELUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SEBAGAI ACIDIFIER DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI

AYAM PETELUR

Jeffi Adam Prahadi1, Eko Widodo2 dan Irfan H. Djunaidi2

1)Mahasiswa Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

2)Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

ABSTRAK

Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sari belimbing wuluh dengan konsentrasi yang berbeda terhadap penampilan produksi yang meliputi konsumsi pakan, Hen Day Production, konversi pakan dan Income Over Feed Cost. Materi penelitian adalah 120 ayam petelur Lohmann Brown dengan umur 52 minggu . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan . Perlakuan dengan tanpa penambahan sari belimbing wuluh ( P0 ) , penambahan sari belimbing wuluh 1,5 % ( P1 ) ; 3 % ( P2 ) ; 4,5 % ( P3 ) jika diperoleh hasil yang berbeda atau signifikan, kemudian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sari belimbing wuluh tidak berpengaruh nyata terhadap konversi pakan (P > 0,05) pakan tetapi berpengaruh nyata (P < 0,05) dengan meningkatnya kosumsi pakan, Hen Day Production, dan IOFC.

Kata kunci: Sari belimbing wuluh , Lohmann Brown, Penampilan produksi, Acidifier

EFFECT OF ADDITION Averrhoa bilimbi JUICE AS AN ACIDIFIER UTILIZATION IN FEED OF LAYING HENS PERFORMANCES

Jeffi Adam Prahadi1, Eko Widodo2 and Irfan H. Djunaidi2

1)Student of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang.

2)Lecturer of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang

email: Jeffiadamp@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of Averrhoa bilimbi juice with different concentrations on production performances in terms of feed intake, Hen Day Production, feed conversion and Income Over Feed Cost. The research materials were 120 Lohmann Brown laying hens of 52 weeks old. The method used in this study was experiment in a Completely Randomized Design with 4 treatments 6 replications. The treatments included feed without addition of Averrhoa bilimbi juice (P0), addition of Averrhoa bilimbi juice of 1.5 % (P1); 3 % (P2); 4.5 % (P3). Obtained different results or significant, then followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the additional of Averrhoa bilimbi juice no significantly effect (P>0,05) feed conversion but significantly (P<0,05) increasing feed intake, Hen Day Production, and Income Over Feed Cost of laying hens.

(2)

PENDAHULUAN

Telur merupakan salah satu produk ternak unggas yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh selain daging. Telur juga sangat diminati oleh masyarakat sebagai bahan pangan sumber protein hewani yang murah. Menurut data dari Badan Statistik Indonesia, produksi telur ayam di Provinsi Jawa Timur mengalami perkembangan yaitu pada tahun 2011 yaitu mencapai 235.832 ton, tahun 2012 sebesar 270.700 ton, dan tahun 2013 sebesar 281.528 ton.

Peningkatan produksi telur ayam di Jawa Timur tersebut berarti memperlihatkan bahwa minat konsumsi telur masyarakat Jawa Timur sangat tinggi. Produktivitas telur tersebut sangat bergantung pada ketersediaan pakan. Hampir 70 % biaya produksi didapat dari biaya pakan. Ketergantungan peternak akan pakan complete feed yang berasal dari pabrik akan menimbulkan masalah tersendiri yaitu biaya pengeluaran yang semakin besar sehingga keuntungan yang didapat peternak tidak maksimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya pakan salah satunya yaitu dengan manipulasi formula pakan yaitu dengan menambahkan zat aditif.

Penambahan zat aditif ada beberapa macam yaitu diantaranya dengan

probiotik, prebiotik dan acidifier. Penambahan acidifier dalam pakan dipakai untuk memaksimalkan penyerapan pakan dalam tubuh ternak sehingga produktivitas ternak akan meningkat dengan jumlah pakan yang sama karena lebih efisien dicerna untuk produksi ternak.

Bahan alami dipilih untuk ditambahkan dalam pakan karena tidak mengandung residu bahan sintetik yang kurang baik jika dikonsumsi oleh manusia. Salah satu bahan alami yang dipilih yaitu sari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Tumbuhan ini mudah ditemui disekitar lingkungan dan memiliki produksi buah yang cukup banyak karena tumbuhan ini sangat baik tumbuh didaerah tropis seperti Indonesia, serta kurangnya pemanfaatan dari buah ini sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penggunaannya.

Penambahan sari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat berperan sebagai acidifier alami karena memiliki kandungan asam organik yang tinggi khususnya asam sitrat yang mencapai 92-133 meq asam/100 gr total padatan. Kandungan vitamin C yang tinggi dapat berperan sebagai antioksidan sehingga ayam menjadi lebih sehat dan dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya. Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka perlu dilaksanakan penelitian mengenai penggunaan sari belimbing

(3)

wuluh dalam pakan yang diharapkan dapat meningkatkan penampilan produksi ayam petelur.

MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur dengan jenis Lohmann Brown berumur 52 minggu yang berjumlah 120 ekor produksi PT. Wonokoyo Jaya Corporindo Pakan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah jagung 50%, konsentrat 30%, dedak halus 20%. Pakan yang diberikan adalah 140 g/ ekor/ hari. Materi yang digunakan penelitian ini adalah belimbing wuluh yang sudah cukup besar dengan panjang berkisar 3-5 cm dengan warna buah hijau tua.

Belimbing wuluh tersebut di potong kecil-kecil lalu di pisahkan sari dengan ampas dengan juicer untuk diambil sarinya dalam bentuk cair. Sari belimbing wuluh tersebut dibuat setiap hari agar kondisinya tetap segar dan tidak mempengaruhi kandungan nutrisi didalamnya. Penambahan sari belimbing wuluh diberikan dengan cara dicampur dengan pakan dengan cara disemprot dalam bentuk cair kedalam pakan secara merata agar menghindari terjadinya penggumpalan, lalu pakan diaduk rata dengan taraf penggunaan sari belimbing wuluh berturut-turut 1,5 %, 3 %, dan 4,5

% dalam bentuk cair. Pemberian airminum pada ayam dilakukan secara ad libitum.

Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan yang masing-masing perlakuan akan diulang sebanyak 6 kali, sehingga terdapat 24 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam sehingga ayam yang digunakan adalah 120 ekor. Rancangan percobaan berdasarkan Steel dan Torrie (1993). Perlakuan selengkapnya adalah sebagai berikut:

P0 = Pakan basal,

P1 = Pakan basal + 1,5 % SBW P2 = Pakan basal + 3 % SBW P3 = Pakan basal + 4,5 % SBW

Variabel yang diamati meliputi Konsumsi Pakan, HDP (Hen Day Production), Konversi Pakan, dan IOFC. Data ditabulasi dengan program Excel. Data analisis statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s (Steel and Torrie, 1992).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan sari belimbing wuluh dalam pakan sebesar 1,5

(4)

%, 3 %, dan 4,5 % memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan (g/ekor/hari), Hen Day Production (%) dan Income Over Feed Cost (Rp/butir/hari), serta tidak

memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Rata-rata konsumsi pakan (g/ekor/hari), HDP (%), konversi pakan dan IOFC (Rp/butir/hari) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata konsumsi pakan, HDP (%), konversi pakan dan IOFC (Rp/butir/hari) Variabel yang

diamati

Perlakuan Konsumsi pakan HDP Konversi Pakan IOFC

P0 137,16 ± 0,75a 82,59 ± 6,91a 2,54 ± 0,18 208,02 ± 57,60a

P1 137,97 ± 0,65ab 91,07 ± 2,66b 2,34 ± 0,06 273,74 ± 22,16b

P2 138,34 ± 0,65b 91,55 ± 6,15b 2,31 ± 0,15 288,43 ± 56,81b

P3 138,63 ± 1,02b 90,00 ± 5,86b 2,39 ± 0,18 268,47 ± 50,51b

Keterangan: Notasi superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

Konsumsi Pakan

Berdasarkan data hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa secara berturut-turut konsumsi pakan mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah pada perlakuan P0 (137,16 ± 0,75), P2 (13834 ± 0,65), P1 (137,97 ± 0,65) dan P3 (138,63 ± 1,02 g/ekor/hari). perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan. Perbedaan nilai konsumsi tersebut diduga karena beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi pakan yaitu diantaranya faktor kondisi pakan yang basah akibat kandungan air yang tinggi dalam sari belimbing wuluh sehingga dapat meningkatkan palatabilitas ternak. Hasil analisis statistik yang menunjukkan perlakuan memberikan perbedaan

pengaruh yang nyata disebabkan palatabilitas yang meningkat terhadap pakan yang dikonsumsi oleh ayam petelur. Ayam petelur lebih suka mengkonsumsi pakan yang cenderung lebih basah dengan penambahan sari belimbing wuluh. Hal ini sejalan dengan pernyataan Folorunso dan Onibi (2012) menunjukkan bahwa pakan basah secara signifikan meningkatkan pertambahan bobot badan per pakan yang diserap dari saluran pencernaan.

Awojobi, Oluwole Adekunmisi dan Buraimo (2009) mengamati bahwa performa yang lebih baik diperoleh pada ayam pedaging yang diberi pakan basah meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Pakan dalam bentuk basah ternyata dapat meningkatkan palatabilitas ayam petelur karena tekstur dan bentuk dari pakan lebih

(5)

disukai ayam petelur. Konsumsi pakan semakin meningkat dan nilai tertinggi adalah pada perlakuan P3 (138.63 ± 1.02 g/ekor/hari). Hal tersebut diduga karena kandungan air yang paling tinggi pada pencampuaran sari belimbing wuluh dalam pakan dibanding dengan perlakuan lain. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sapoetra, Suthama dan Mahfudz (2013) menambahkan bahwa ukuran dan kekerasan dari partikel pakan mempengaruhi keseluruhan sensori dan mempunyai dampak terhadap perilaku konsumsi pakan.

Asam organik tidak berpengaruh secara langsung, tetapi asam organik tertentu seperti asam askorbat, asam asetat dan campuran asam lain yang terkandung didalam sari belimbing wuluh dapat mengurangi heat stress pada ayam petelur sehingga ayam lebih optimal mengkonsumsi pakan dari pada mengkonsumsi air minum. Kondisi heat stress adalah kondisi tubuh ternak yang mengalami kepanasan sehingga ternak akan menstabilkan suhu tubuh dengan meminum air, jika kondisi tersebut terjadi maka ternak akan cenderung mengalami penurunan konsumsi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Świątkiewicz, Koreleski, dan Arczewska (2010) yang menyatakan bahwa pada penelitian ayam petelur dengan penambahan asam asetat memiliki efek positif pada kondisi heat stress.

Hen Day Production

Data hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa secara berturut-turut Hen Day Production mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah pada perlakuan P0 (82,59 ± 6,91), P3 (90,00 ± 5,86), P1 (91,07 ± 2,66) dan P2 (91,55 ± 6,15 %). Pengaruh perlakuan terhadap Hen Day Production diketahui lebih lanjut dengan melakukan analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap Hen Day Production. perlakuan memberikan perbedaan yang nyata (P < 0,05) terhadap Hen Day Production.

Hasil analisis statistik yang menunjukkan perbedaan nyata tersebut diduga karena pengaruh peningkatan penyerapan pakan setelah penambahan perlakuan pada pakan sehingga berpengaruh pada peningkatan nilai Hen Day Production. Asam organik memiliki pengaruh pada peningkatan Hen Day Production, hal tersebut diduga karena adanya kandungan asam sitrat dan asam-asam lain yang dapat menurunkan pH usus pada sistem pencernaan dan dapat meningkatkan aktivitas enzimatik sehingga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi dalam pakan. Peningkatan penyerapan pakan dapat memaksimalkan produksi sehingga produksi telur dapat meningkat

(6)

dan berproduksi secara maksimal. Asam organik yang terkandung didalam sari belimbing wuluh berperan sebagai acidifier yang berguna untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi seperti protein, kalsium, phosphor dan nutrisi lain yang merupakan kandungan bahan dalam telur sehingga proses produksi telur dapat berjalan maksimal. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Yesilbag dan Colpan (2006), asam organik asam memiliki efek positif pada produksi telur pada ayam petelur. Soltan (2008) menyatakan bahwa penambahan asam organik pada ayam petelur dapat memperbaiki produksi telur, serta asam-asam organik juga dapat meningkatkan kelarutan bahan pakan, pencernaan dan penyerapan nutrisi. Diamati bahwa kualitas kulit telur telah meningkat dengan penambahan asam organik yang merupakan akibat dari penyerapan mineral dan protein yang meningkat

Campuran asam organik dalam sari belimbing wuluh juga dapat menekan jumlah bakteri patogen sehingga tidak dapat berkembang dengan kondisi pH rendah yang menyebabkan penyerapan pakan akan lebih maksimal. Saputra, Suthama dan Mahfudz (2014) menjelaskan bahwa Asam sitrat mampu menurunkan pH saluran pencernaan (tembolok, ventrikulus dan usus), menekan pertumbuhan bakteri patogen serta

meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) yang memberikan kontribusi terhadap proses pencernaan sehingga pemanfaatan protein menjadi lebih baik.

Konversi Pakan

Data hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa secara berturut-turut konversi pakan mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah perlakuan P2 (2,31 ± 0,15), P1 (2,34 ± 0,06), P3 (2,39 ± 0,18) dan P0 (2,54 ± 0,18). Pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan dapat diketahui dengan melakukan analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan. Perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Konversi pakan menunjukkan nilai yang baik dengan penambahan sari belimbing wuluh sampai pada level 3%. Nilai konversi pakan pada penelitian ini mengalami peningkatan seiring dengan penambahan sari belimbing wuluh dalam pakan sampai level 3%, nilai konversi pakan terbaik yaitu pada perlakuan P2 (2,31 ± 0.15) adalah perlakuan dengan penggunaan sari belimbing wuluh sebesar 3% diduga karena adanya kandungan asam sitrat dan asam-asam lain yang dapat menurunkan pH usus pada sistem pencernaan dan dapat meningkatkan aktivitas enzimatik sehingga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi dalam

(7)

pakan. Peningkatan penyerapan pakan dapat memaksimalkan produksi dari ayam serta mengurangi jumlah pakan yang terbuang sehingga pakan lebih efisien dan menguntungkan. Hasil tersebut memiliki kesamaan dengan pernyataan Wahidin, Sjofjan, Widodo, dan Achmanu (2013) yang menyatakan bahwa penurunan nilai viskositas akibat dari penambahan total asam jeruk nipis sampai level 0,8% mengindikasikan terjadinya penurunan pH dan meningkatnya aktivitas pencernaan enzimatis baik oleh enzim endogen maupun eksogen untuk bereaksi dengan substrat sehingga memungkinkan terjadi peningkatan laju difusi zat makanan serta penyerapan oleh villi ileum.

Menurut Hyden (2000) bahwa penggunaan acidifier berupa asam sitrat mempunyai efek menurunkan pH pada daerah usus halus dan usus besar. Usus halus merupakan tempat utama pencernaan dan absorbsi zat makanan. Boling-Frankenbach et al (2001) menambahkan bahwa penggunaan asam sitrat 4-6 % dalam pakan ayam dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan meningkatkan kadar abu tulang tibia serta meningkakan nilai ketersediaan fosfor tetapi tidak mempunyai efek terhdap ketersediaan kalsium. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan nilai konversi pakan adalah faktor mikroba dalam saluran pencernaan ayam. Hal ini karena dengan

penambahan sari belimbing wuluh pada ayam dapat berperan sebagai acidifier karena dapat masuk kedalam saluran pencernaan ayam. Penelitian Emma, dkk (2013) menjelaskan bahwa Penambahan total asam jeruk nipis pada level 0,8% mampu menurunkan pH digesta usus halus ayam pedaging atau penambahan total asam jeruk nipis dimungkinkan tidak terdegradasi sebelum mencapai usus halus dan berfungsi sebagai acidifier. Hismiogullari, Sahin, Toksoy, Yenice dan Karasartova (2008) menambahkan bahwa molekul asam dapat masuk kedalam dinding sel bakteri gram negative tertentu, pada kondisi asam, bakteri ini juga tidak dapat berkembang dan akan mati.

IOFC

Data hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa penggunaan sari belimbing wuluh dalam pakan memberikan efek positif terhadap nilai Income Over Feed Cost. Nilai Income Over Feed Cost cenderung meningkat dengan penambahan sari belimbing wuluh. Secara berturut-turut IOFC mulai dari yang terendah hingga tertinggi adalah perlakuan P0 (208,02 ± 57,60), P3 (268,47 ± 50,51), P1 (273,74 ± 22,16) dan P2 (288,43 ± 56,81 Rp/butir/hari).

Perlakuan memberikan perbedaan pengaruh nyata (P > 0,05) terhadap nilai

(8)

Income Over Feed Cost. Perlakuan yang paling tinggi adalah pada perlakuan P3 yaitu sebesar Rp. 4545/kg dan yang paling rendah adalah pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp. 4500/kg. Hal ini dikarenakan nilai dari konsumsi pakan dan HDP yang juga semakin meningkat pada masing-masing perlakuan. Nilai Income Over Feed Cost selain dipengaruhi oleh konsumsi dan HDP juga dipengaruhi oleh harga telur di pasaran, dimana nilai Income Over Feed Cost didapat dari produksi telur dikalikan dengan harga telur dikurangi dengan konsumsi dikalikan dengan harga pakan. Berdasarkan perhitungan nilai Income Over Feed Cost tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan sari belimbing wuluh 3% memberikan nilai Income Over Feed Cost tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Peningkatan ini diduga karena pengoptimalan penyerapan pakan sehingga produksi telur ayam lebih bagus dengan pakan yang cukup. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai konversi pakan yang mengalami peningkatan dengan perlakuan sampai level 3 %. Pernyataan ini memiliki kemiripan dengan pendapat Saputra dkk (2014) bahwa asam sitrat membantu asam lambung melakukan pencernaan secara kimiawi dan menekan bakteri patogen, sehingga bakteri menguntungkan (BAL) berkembang lebih baik, akhirnya saluran pencernaan lebih sehat serta bermuara pada peningkatan pemanfaatan protein.

Penurunan protein pakan tidak mengurangi asupan protein untuk pembentukan karkas, sehingga bobot karkas yang dihasilkan sama. Peningkatan efisiensi penggunaan protein memberikan kontribusi terhadap pembentukan otot dan tulang yang merupakan komponen karkas sehingga bobot karkas menjadi lebih tinggi. Asam sitrat berkontribusi 78,98% terhadap peningkatan IOFC.

Harga pakan perlakuan juga berpengaruh pada nilai Income Over Feed Cost karena harga pakan mempunyai pengaruh 60-70 % dari keseluruhan biaya produksi. Harga untuk buah belimbing wuluh sangat terjangkau sehingga dalam penggunaannya dalam perlakuan tidak terlalu berpengaruh. Biaya belimbing wuluh untuk 1 kg pakan hanya mengeluarkan biaya seharga Rp 45,- , sehingga terhitung tidak berpengaruh secara signifikan pada biaya pakan secara keseluruhan. Pernyataan tersebut didukung oleh Saputra dkk (2014) bahwa pakan berkontribusi paling besar (60-70%) dari total biaya produksi. Peningkatan IOFC sampai 38 % akibat penurunan harga (biaya) pakan, meskipun pertambahan bobot badan dan karkasnya tidak berbeda dengan kontrol.

Kesimpulan

Penggunaan sari belimbing wuluh dalam pakan dapat meningkatkan

(9)

konsumsi pakan, memperbaiki konversi dan Hen Day Production, serta mampu meningkatkan Income Over Feed Cost. Penggunaan sari belimbing wuluh 3 % dalam pakan memberikan hasil yang terbaik dalam hal konversi pakan, Hen Day Production, dan Income Over Feed Cost.

Saran

Pembuatan sari belimmbing wuluh didalam refrigerator dapat dilakukan agar lebih mudah, efisiensi waktu dan tidak mempengaruhi kualitas dari bahan.

DAFTAR PUSTAKA

Awojobi H.A., Oluwole B.O., Adekunmisi A.A. and Buraimo R.A. 2009. Performance of Finisher Broilers Fed Wet Mash with or Without Drinking Water During Wet Season in the Tropics. Journal of Poultry Science 8 (6): 592-594.

Bolling, S.D.,C.M. Parson and D.H.

Baker. 1998. Citric Acid Improves Phytate Phosphorus Utilization in Broiler Chickens Fed Corn-soybean Meal Diets. Poult. Sci. 77. S31.

Emma W.M.S.M.E. Sjofjan O., Widodo E. dan Achmanu. 2013. Karakteristik Usus Halus Ayam Pedaging yang Diberikan Asam Jeruk Nipis dalam Pakan. J. Ilmu Peternakan Universitas Brawijaya. Jurnal Veteriner 14 (1): 105-110.

Folorunso O. R. and Onibi G.E. 2012. Effect of diets of different protein levels fed on dry or wet forms on

the performance and carcass characteristics of broiler chicken finishers. AgriScience. 2(6): 538-545.

Hismiogullari S.E, Hismiogullari A.A, Sahin F., Oner T.E., Yenice S., Karasartova D. 2008. Investigation of Antibacterial and Cytotoxic Effect of Organic Acid Including Ascorbic Acid, Lactic Acid Acetic Acids on Mammalian cell. Journal of Animal and Veteranary Advances 7 (6): 681-684.

Hyden, M. 2000. Protected Acid

Additives. Feed International. 7 : 14-16.

Sapoetra. Suthama dan Mahfudz L. D. 2013. Pemberian kombinasi pakan double step down dan asam sitrat sebagai upaya peningkatan efisiensi usaha peternakan broiler. Nutrisi dan Makanan Ternak 10 (1): 1411-1417.

Świątkiewicz S., Koreleski J., Arczewska A. 2010. Laying performance and eggshell quality in laying hens fed diets supplemented with prebiotics and organic acids. Czech J. Anim. Sci., 55 (7): 294–306.

Yesilbag and Colpan. 2006. Effects of Organic Acid Supplemented Diets on Growth Performance, Egg Production and Quality and on Serum Parameters in Laying Hens. Revue Med. Vet, 157 (5) 280-284.

Referensi

Dokumen terkait

Terima kasih juga tertuju kepada Nurul Huda dan Retno (LKiS), yang bersedia menerima lemparan naskah ini untuk diterbitkan. Juga kepada penerbit LKiS yang bersedia menerbitkan

Yang terhormat Pimpinan Sidang. Yang terhormat Saudara Menleri Pendidikan dan Kebudayaan .. Yang terhormat para Anggota Dewan, dan hadirin yang kami muliakan. Terlebih

Pengetahuan responden tentang periaran lebak lebung mencakup manfaat secara ekonomi dan ekologis serta pelestarian perairan lebak lebung. Pengetahuan responden dikelompokkan

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi di Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Pelaksanaan yang telah dilakukan meliputi menginformasikan tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu, menjelaskan tentang ketidaknyamanan trimester III, menginformasikan

Tingkat defoliasi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar meliputi parameter jumlah daun, panjang daun, intersepsi cahaya, berat umbi dan

Bagaimana pertimbangkan hakim dalam menjatuhkan tindak pidana terhadap kelalaian lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang dalam kasus putusan nomor

The research result was recorded Nepenthes or pitcher plants found growing in Region Hulu Air Lempur Kecamatan Gunung Raya Kerinci that is Nepenthes ampullaria