• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Ruminansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Ruminansia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Wilayah

Menurut Natasamita dan Mudikdjo (1979), untuk memperhitungkan potensi suatu wilayah untuk pengembangan ternak secara teknik maka, perlu dilihat populasi ternak yang ada di wilayah tersebut dihubungkan dengan potensi makanan ternak yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan. Untuk memperhitungkan potensi wilayah untuk produksi ternak herbivora (pemakan hijauan) maka perhitungan kepadatan ternak teknis yang diperlukan adalah jumlah satuan ternak herbivora saja. Menghitung satuan ternak dari populasi ternak haruslah diketahui komposisi ternak herbivora tersebut menurut golongan umurnya. Semakin rendah angka kepadatan teknisnya maka berarti wilayah tersebut mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan ternak herbivora.

Dari angka kepadatan teknis kita baru mendapatkan gambaran kasar tentang potensi suatu wilayah untuk pengembangan ternak, potensi yang sesungguhnya akan ditentukan oleh tingkat produksi hijauan makanan ternak di wilayah yang bersangkutan. Untuk memperhitungkan potensi yang sesungguhnya, maka hanya tanah-tanah yang potensial untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang diperhitungkan, misalnya tanah pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Disamping kepadatan teknis, dikenal pula kepadatan ekonomis. Angka kepadatan ternak ekonomis menggambarkan apakah suatu wilayah merupakan daerah produsen ataukah konsumen hijauan. Semakin tinggi nilai kepadatan ternak ekonomis, maka daerah tersebut akan lebih mengarah ke daerah konsumen hijauan.

Ternak Ruminansia Sapi

Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1979) bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, Ordo Artiodactyla, famili Bovidae, genus Bos, spesies Bos taurus, Bos indicus, Bos sondaicus.

(2)

Sapi Brahman merupakan bangsa sapi yang dibentuk di Amerika Serikat dari hasil persilangan empat bangsa sapi India, yaitu Nellore Ongole, Kankrey, Krishna Valley, dan Gir (Hardjosubroto dan Astuti, 1993). Menurut Ensminger (1991) ciri fisik sapi Brahman ditandai dengan adanya kelasa yang cukup besar melampaui bahu, kulit yang menggantung di bawah kerongkongan dan gelambir yang panjang, serta mempunyai kaki panjang dan telinga menggantung.

Bangsa-bangsa sapi yang sudah lama ada di Indonesia dan telah dianggap sebagai sapi lokal adalah sapi bali (termasuk Bos sondaicus), sapi ongole (termasuk Bos indicus) serta peranakan ongole, sapi madura, sapi jawa, sapi sumatra, dan sapi aceh yang semuanya dianggap sebagai keturunan sapi Bos sondaicus dan Bos indicus.

Domba

Domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Menurut Blakely dan Bade (1991), domba dapat diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries.

Domba asli Indonesia disebut dengan bangsa domba lokal. Ternak domba lokal memiliki beberapa keunggulan dan nilai ekonomis yang beragam diantaranya: 1) daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan (termasuk terhadap pakan yang berkualitas rendah), 2) menyukai hidup berkoloni sehingga memudahkan pengawasan, 3) memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi, 4) produk sampingan berupa kulit, bulu, tulang, dan kotoran ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri (Abidin dan Sodiq, 2002).

Kambing

Kambing dapat diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Capra, dan spesies Capra hircus. Ternak kambing di daerah tropis seperti Indonesia merupakan sumber utama produksi protein hewani bilamana adaptasi teknologi dan program pemuliaan ternak yang terarah dapat dilaksanakan (Martojo, 1976). Dasgupta dan Guka (1978) mengemukakan perlunya diusahakan pengembangan dan peningkatan produktivitas

(3)

peternakan rakyat yang banyak dilakukan secara kecil – kecilan di daerah pedesaan dimana tingkat kehidupan sosial ekonomi peternak masih rendah. Susanto (1977) menjelaskan bahwa ternak kambing mempunyai arti yang penting terutama di Negara berkembang karena memiliki potensi untuk berkembang dalam waktu yang relatif pendek dan dengan biaya yang relatif murah.

Makanan adalah faktor yang penting untuk pertumbuhan karena dengan pemberian makanan yang bekualitas dan cukup maka berat badan ternak akan meningkatkan, begitu juga dengan kualitas karkasnya (Newman dan Snapp, 1969). Pakan kambing yang utama adalah hijauan yang terdiri dari rumput dan daun – daun. Apabila menginginkan produksi lebih baik sesuai dengan tujuan komersil disamping rumput dan daun – daun juga harus diberikan makanan penguat seperti dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, dan lainya.

Pada umumnya peternak memelihara kambing secara tradisional sehingga mengakibatkan produktivitas kambing rendah. Menurut Handiwirawan et al (1996) rendahnya produktivitas kambing terutama berkaitan dengan rendahnya laju pertambahan bobot badan, panjangnya selang beranak, dan tingginya laju mortalitas.

Kambing kacang biasanya berwarna hitam, kadang-kadang ada beberapa bercak putih, tanduknya berbentuk pedang melengkung ke atas dan ke belakang. Umumnya telinga pendek dan tegak. Janggut selalu terdapat pada hewan jantan dan sangat jarang ditemui pada hewan betina. Persilangan kambing kacang mirip sekali dengan induknya yang kambing kacang, tetapi warna lebih beragam seperti warna hitam, coklat, atau putih atau campuran warna tersebut (Devendra dan Burns, 1983).

Menurut Hardjosubroto (1994) kambing PE atau peranakan etawa memiliki sifat antara kambing kacang dan kambing etawah, yaitu tubuh berukuran besar, muka cembung, daun telinga panjang, dan terkulai ke bawah. Di daerah belakang paha, ekor, dan dagu berbulu panjang. Tanduk pendek dan kecil serta rahang bawah lebih menonjol daripada rahang atasnya.

Pola Penyediaan Hijauan Pakan

Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1979) sistem penggembalaan memiliki arti sebagian besar atau seluruh makanan ternak diperoleh dari lapangan

(4)

penggembalaan. Cukup atau tidaknya makanan yang diperoleh di lapangan penggembalaan akan dicerminkan oleh kondisi badan sapi. Yang perlu diperhatikan ialah pada waktu musim kemarau, sehingga perlu memberikan makanan tambahan, mengurangi populasi sapi jika persediaan makanan tidak ada, garam atau mineral juga perlu diberikan, dan air minum harus tersedian di lapangan penggembalaan. Sedangkan sistem penggembalaan cut and carry memiliki arti makanan diaritkan dan diberikan di kandang. Baik jumlah maupun kualitas makanan perlu mendapat perhatian sesuai dengan fase fisiologis, bobot dan tujuan produksi.

Hijauan Pakan Rumput

a. Cynodon dactylon L. Pers.

Kaffka (2009) menyatakan bahwa Cynodon dactylon L. Pers telah berhasil dibudidayakan di tanah yang salin di Califonia’s Central Valley dan dapat tumbuh meski mendapat irigasi berupa air yang salin dan dapat digunakan sebagai makanan ternak. Menurut Hameed dan Ashraf (2007) jumlah daun dan berat kering tanaman pada Cynodon dactylon L. Pers akan menurun beranding terbalik dengan peningkatan salinitas tanah. Menurut Sukla et al. (2011), Cynodon dactylon L. Pers. ditemukan di habitat yang beragam. Cynodon dactylon L. Pers. dapat tumbuh dengan baik pada tanah salin, mengindikasikan Cynodon dactylon L. Pers. toleransi terhadap cekaman garam.

b. Panicum repens L.

Pier (1999) mengatakan bahwa Panicum repens L. tumbuh di tanah yang lembab seperti pada tanah pasir di sepanjang pantai, dipinggir laguna, danau, kolam dan sungai di daerah tropis dan subtropics di seluruh dunia. Panicum repens L. secara cepat berkembang menjadi monokultur di habitatnya menggeser kehadiran rumput yang lain. Secara spesifik, Panicum repens L. adalah rumput yang sangat kompetitif dalam penyerapan air dan dapat menurunkan produksi rumput bermuda Cynodon dactylon L. Pers. hingga 40 % dalam dua tahun.

(5)

Kacangan

a. Gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp.)

Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini, di Indonesia lebih dikenal dengan nama gamal. Daun gamal dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak yang memiliki kandungan nutrien yaitu protein kasar (PK) 24,7 %, neutral detergent fibre (NDF) 31, 8%, dan acid detergent fibre (ADF) 20,4%. Daun gamal memiliki zat antinutrisi berupa saponin, tanin, kumarin, dan asam fenolat (Duke, 1983).

b. Lamtoro (Leucaena leucocephala Lamk.)

Lamtoro dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis. Lamtoro memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Apabila mimosin diberikan pada ruminansia dalam kadar yang tinggi dapat menjadi racun bagi mikroba rumen sehingga dapat pula menurunkan produksi asam amino (McDonald et al., 2002). Lamtoro mengandung PK 24, 3%, ADF 21,5%. NDF 31,8%, dan tannin 14,8 mg/g BK (Baba et al., 2002).

c. Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn)

Palmer et al. (1995) menunjukan bahwa daun Calliandra calothyrsus memiliki nilai pakan yang tinggi untuk ternak, khususnya sebagai sumber protein. Kaliandra memenuhi kurang lebih 30% kebutuhan kambing, biri-biri, dan ternak lainnya. Ternak akan tumbuh lebih baik bila disuplementasi dengan kaliandra dibandingkan hanya diberi rumput. Tingkat suplementasi yang baik adalah 30% dari total ransum karena pemberian yang lebih tinggi akan merugikan.

Rumbah

Berdasarkan komunikasi pribadi dengan Ir. M. Agus Setiana, MS pada tanggal 1 Agustus 2012, rumbah merupakan hijauan makanan ternak selain rumput maupun kacangan. Rumbah dapat berupa dedaunan yang memiliki kandungan serat dan protein yang cukup tinggi sebagai suplementasi atau pengganti rumput dan kacagan ketika ketersediaannya berkurang. Contoh rumbah adalah daun singkong, daun waru, daun angsana.

(6)

Potensi Jerami Padi untuk Pakan Sapi

Menurut Natasamita dan Mudikdjo (1979) dengan memiliki persediaan jerami padi kering, peternak tidak perlu lagi mencari rumput atau membeli hijauan segar untu pakan sapi. Hampir semua limbah pertanian tanaman pangan dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan sapi. Walaupun hampir semua limbah pertanian itu mengandung serat kasar tinggi, tapi dengan sentuhan teknologi sederhana limbah itu dapat diubah menjadi pakan bergizi dan sumber energy bagi ternak. Kandungan nutrisi jerami padi, diantaranya protein 4,5-5,5%, lemak 1,4-1,7%, serat kasar 31,5-46,5%, abu 19,9-22,9%, dan BETN 27,8-39,9%. Dengan demikian karakteristik jerami sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah. Selain kandungan nutrisinya yang rendah jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya sangat tinggi. Daya cerna yang rendah itu terutaman disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi. Selaian adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami juga disebabkan oleh tingginya kandungan silikat.

Dengan rendahnya kandungan nutrisi jerami padi dan sulitnya daya cerna jerami maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu diefektifkan. Salah satu caranya dengan penambahan suplemen agar kandunga nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan. Untuk meningkatkan daya cerna jerami padi sebagai pakan ruminansia diperlukan perlakuan khusus. Antara lain dengan perlakuan akali, urea, UMB (Urea Molases Blok) dan pakan tambahan.

Herbarium

Herbarium adalah tumbuhan yang telah dikeringkan dengan suatu proses tertentu. Selain itu herbarium dapat diartikan sebagai koleksi kering spesimen tumbuhan yang digunakan dalam penelitian maupun sebagai museum tumbuhan. Spesimen tumbuhan yang telah dikeringkan ini menjadi sarana yang sangat penting untuk studi tumbuhan dimasa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang bagi para ahli taksonomi tumbuhan. Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen tumbuhan yang diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informasi dasar untuk para ahli

(7)

taksonomi sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum (Balai Taman Nasional Baluran, 2004).

Salinitas

Kadar garam (salinitas) tanah dipengaruhi oleh kadar mineral garam-garaman dan dapat diukur dari konduktivitas listrik dari ekstrak tanah yang jenuh. Pertumbuhan tanaman akan terganggu jika konduktivitas listrik dari ekstrak tanah tersebut melebihi 4 desi Siemens per meter (4 dS/m). Untuk mencegah akumulasi konsentrasi garam yang berbahaya, dan mengurangi akumulasi kadar garam, dapat dilakukan dengan pemberian air secara berlebih. Kadar garam ini tercuci oleh air ke lapisan tanah bagian bawah dan ikut melalui aliran sungai (Wild, 1993).

Harjadi dan Yahya (1988) mengungkapkan bahwa stres garam merupakan salah-satu dari antara enam bentuk stres tanaman yaitu stres suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia dan stres angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui kelayakan kualitas air selama pemeliharaan pada lahan bekas galian batu merah, (2) menganalisis laju

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri

Guna dapat menjadi sebuah perangkat preventive maintenance mesin diesel, maka pada sistem akuisisi data dikembangkan juga analisis sinyal akustik yang menghasilkan

Cara melakukan pencurian password adalah dengan mencari hash password tersebut, kemudian pwdump melakukan pemetaan karakter yang kemudian disimpan dalam bentuk format

By opposition, the combined interval analysis and homotopy continuation technique calibration obtained by continuous deformation of the function mapping the

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah

Media pembelajaran trainer kit motor listrik berbasis kontaktor pada mata kuliah mesin listrik yang di kembangkan dapat dinyatakan layak atau digunakan dalam