• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMAS HAERINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMAS HAERINA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Baregbeg)

IMAS HAERINA

e-mail: imas.haerina@student.ac.id Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran langsung. Selain itu untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran konstruktivisme. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen. Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes pemahaman matematik peserta didik dan angket sikap. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji perbedaan dua rata-rata. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji angket sikap skala likert yaitu dengan membandingkan rata-rata skor subjek dengan nilai tengah dari skor jawaban. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh simpulan bahwa peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarnnya mengunakan model pembelajaran konstruktivisme lebih baik dari peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung. Sikap peserta didik menujukan sikap positif terhadap model pembelajaran konstruktivisme. Kata Kunci: Pembelajaran Konstruktivisme, Pembelajaran Langsung, Pemahaman

Matematik, Sikap

ABSTRACT

IMAS HAERINA. 2013. Improvement of Mathematical Understanding Through Students Constructivism Learning Model (Research on Eighth Grade Students of SMP Negeri 1 Year Lessons Baregbeg 2012/2013). Mathematics Education Program. Faculty of Teacher Training and Education. Siliwangi University.

This reasearch is aim to kwon at icreasing of mathematical understanding student between the model of the taching used contructivism learning better than the model of the teaching used direct instruction. Beside that, to know the behaviour of student on mathematic’s studies which is using contructivism learning. This method of the research is eksperiment method. The instrument used are tes of understanding mathematic and questionnaire attitude. Technical analysis of the data done the understanding mathematic with different test average. While technical analysis of the quastioner is compared between the average subject score with median from the score of respone. Based on the result and analysis of the data obtained a conclusion that at

(2)

icreasing of mathematical understanding student between the model of the taching used constructivism learning better than the model of the teaching used direct instruction. The student showed a positif attitude to constructivism learning

Key word: Constructivism, Direct Instruction, Understanding Mathematic, Behavior

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah, baik itu sekolah dasar, menengah, maupun lanjutan, matematika berfungsi untuk melatih kemampuan berfikir peserta didik. Berkaitan dengan pentingnya matematika di sekolah, guru matematika sangat berperan dalam peningkatan pemahaman dan kemapuan matematik peserta didik. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan sangat ditunjang oleh penguasaan terhadap matematika. Salah satu kekuatan yang harus diperhatikan yaitu pemahaman matematik peserta didik.

Pemahaman berasal dari kata paham. Purwanto, M.Ngalim (Supriatna, Tatang, 2012:90) menyatakan “pemahaman atau komprehensi yang mengharapkan testee tidak hanya hafal fakta yang dikrtahuinnya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal dalam verbalitas, tetapi memahami konsep yang diketaahuinya atau fakta yang ditanyakan”. Indikator pemahaman matematik peserta didik menurut Pollatsek (Sumarmo, Utari, 2010:4) “menggolongkan pemahaman menjadi dua jenis yaitu pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional”

Setelah dilakukan observasi peneliti memperoleh data hasil ujian nasional SMPN 1 Baregbeg tahun pelajaran 2011/2012 dimana matematika menempati posisi kedua sebagai mata pelajaran yang rata-rata hasil ujiannya rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain yaitu sebesar 5,53. Karena dalam soal ujian tersebut memuat soal-soal pemahaman matematik, sehingga jika melihat hal tersebut dapat diakibatkan oleh rendahnnya pemahaman matematik peserta didik.

Dilihat dari rendahnya pemahaman matematik tersebut, slah satunya dikarenakan selama ini proses pembelajaran yang digunakan cenderung menempatkan peserta didik dalam posisi pasif. Peserta didik hanya menerima informasi, mencatat, mengerakan soal kemudian menghafal rumus. Hal ini dapat pula menyebabkan kurangnnya penguasaan peserta didik terhadap konsep matematika yang dipealajarinnya.

(3)

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, model pembelajaran konstruktivisme sebagai salah satu alternatif untuk solusi dari permasalahan tersebut guna membangkitkan keaktifan peserta didik dalam belajar. Karena dalam pembelajaran konstruktivisme menuntut peserta didik membangun sendiri pengetahuanya dalam menyelesaikan suatu permasalaan. Sehingga pembelajaran yang mereka lakukan menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan teori kontruktivisme yang dikemukakan oleh Cobb (Tim MKPBM, 2001:71).”Belajar matematika merupakan proses dimana peserta didik secara aktif mengkontruksi pengetahuan matematika”.

Selain itu pula dalam model pembelajaran konstruktivisme menurut Horsley (Widaningsih, Dedeh, 2011b:66) “secara umum pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme meliputi empat tahap yaitu tahap persiapan (mengungkapkan konsep awal dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik), tahap eksplorasi, tahap diskusi dan penjelasan konsep, tahap pengembangan dan aplikasi konsep.” Sehingga dengan digunakannya model pembelajaran konstruktivisme akan diperoleh suatu peningkatan pemahaman matematik peserta didik.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung. Sealin itu pula untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika.

Menurut Ar., Erman. S., (2003:187) “ pengertian sikap itu sendiri berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau objek-objek tertentu”. Dalam hal ini sikap yang ditunjukan peserta didik terhadap model pembelajaran konstruktivisme setelah pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme berlangsung. Sikap yang ditunjukan dapat berupa sikap positif maupun sikap negatif.. Arifin, Zaenal (2009:160) Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni:

a. Komponen kognisi berkenaan kepercayaan atau keyakinan peserta didik tentang objek

b. Komponen afeksi berkenaan dengan perasaan yang dimiliki oleh peserta didik terhadap suatu objek

c. Komponen konasi berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap objek.

(4)

Penelitian yang menggunakan pembelajaran konstruktivisme dilaporkan oleh Fuadah, Tsamrotul (2012) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme.” Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh simpulan Peningkatan kemampuan komunikasi matematik peserta didik melalui model pembelajaran konstruktivisme lebih baik daripada melalui model pembelajaran langsung. Sikap peserta didik terhadap model pembelajaran konstruktivisme menunjukan sikap positif.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain kelompok kontrolnya yaitu pretes dan postes. Untuk mengetahui peningkatan yang diperoleh, maka kedua sampel diberikan pretes dan postes Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Baregbeg tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah 294 peserta didik. Sampel dipih secara acak menurut kelas dan terpilih dua kelas yaitu kelas VIII B sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pmbelajaran langsung.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melaksanakan tes pemahaman matematik berupa pretes dan postes Data dalam penelitian ini diperoleh dari nilai gain skor pretes dan postes pemahaman matematik peserta didik yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai gain ini bertujuan untuk melihat peningkatan pemahaman matematik peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal yang diberikan berupa soal uraian tes pemahaman matematik mengenai Teorema Phytagoras sebanyak 6 soal dengan Skor Maksimal Ideal (SMI) yaitu 24.

Peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang diperoleh dapat dilihat dari nilai gain dengan rumus:

Gain Ternormalisasi =

Hake, R. R (Meltzer, 2002:3)

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji perbedaan dua rata-rata. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji angket sikap skala likert

(5)

yaitu dengan membandingkan rata-rata skor subjek dengan nilai tengah dari skor jawaban.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari pretes dan postes pemahaman matematik peserta didik, pengisian skala sikap terhadap penggunaan model pembelajaran konstruktivisme berupa angket. Data hasil pretes dan postes pada Gambar 1.

Gambar 1. Data Skor Pretes dan Postes Pemahaman Metemetik Peserta Didik Di kelompok eksperimen, pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran konstruktivisme. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata pretes kelompok eksperimen sebesar 2,97 dan rata-rata postes kelompok eksperimen 17,88, sedangkan rata-rata normal gainnya sebesar 0,75. Di kelompok kontrol, pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran langsung. Rata-rata pretes kelompok kontrol sebesar 2,28 dan rata-rata postes kelompok kontrol 15,13, sedangkan rata-rata normal gainnya sebesar 0,59.

Pengujian Hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik yang lebih baik antara yang pembelajarannya

0 5 10 15 20 25 30 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 Skor Subjek Pre Test Kelompok Eksperimen Post Test Eksperimen Pre Test Kelompok Kontrol Post Test Kelompok Kontrol

(6)

menggunakan model pembelajaran kentekstual dan peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung. Dari hasil perhitungan dengan diperoleh dan ( )( ) . Ternyata

( )( ) , maka ditolak dan diterima. Artinya

pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme lebih baik dari peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung.

Angket yang diberikan terdiri dari 22 pernyataan dimana terdapat pernyataan positif dan pernyataan negatif, yang terdiri dari 3 komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Analisis data untuk sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran konstruktivisme yaitu dengan membadingkan rerata skor subjek dengan nilai tengah dari skor jawaban.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan terhadap peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Baregbeg pada sub materi pokok Theorema Phytagoras. Pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran konstruktivisme sedangkan pada kelompok kontol menggunakan model pembelajaran langsung. Pembelajaran dilaksanakan pada masing-masing kelompok sebanyak 9 kali pertemuan, 7 kali pertemuan untuk tatap muka pambahasann materi dan 2 kali pertemuan untuk melaksanakan tes pemahaman matematik berupa pretes dan postes. Pretes diberikan kepada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai, soal-soal yang digunakan baik di kelompok eksperimen maupun di kelompok kotrol yaitu tes pemahaman matematik. Soal yang sama diberikan kepada peserta didik dalam postes yang dilaksanakan setelah seluruh proses pembelajaran selesai.

Kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajarannya, kelompok yang menggunakan model pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahap. Tahap apersepsi yaitu guru berusaha mengungkapkan konsep awal dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Pada tahap eksplorasi peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplor pengetahuaannya melalui bahan ajar. Selanjutnya tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengemukakan konsep yang mereka temukan pada bahan ajar sehingga terjadi interaksi berupa tanya jawab. Terakhir tahap

(7)

pengembangan dan aplikasi, peserta didik diberi LKPD untuk dikerjakan bersama kelompoknya sehingga konsep yang mereka temukan dapat mereka aplikasikan melalui soal yang diberikan pada LKPD.

Kelompok kontrol merupakan kelompok yang pembelajarnnya menggunakan model pembelajaran langsung. Terdapat lima fase dalam pembelajaran langsung yaitu fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, fase pelatihan terbimbing, fase umpan balik, serta fase latihan dan penerapan konsep.

Data dari hasil penelitian yang digunakan untuk menganalisis peningkatan pemahaman matematika peserta didik baik di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diperoleh dari hasil pretes dan postes pemahaman matematika peserta didik. Data yang diolah yaitu normal gain yang merupakan selisih antara postes dan pretes pemahaman matematik peserta didik dibandingkan dengan selisih antara skor maksimum dengan pretes.

Hasil penelitian data pretes dan postes untuk kelas eksperimen dan kelompok kontrol ditunjukan pada Gambar 1. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata pretes kelompok eksperimen sebesar 2,97 dan rata-rata pretes kelompok kontrol sebesar 2,28. . Sedangkan rata-rata postes kelompok eksperimen yaitu 17,88 dan rata-rata postes kelompok kontrol 15,13.

Dari Gambar 1 dapat dilihat skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol . Jika dikaitkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan yaitu sebasar 70 (skor 17), skor postes kelompok eksperimen tercapai sebesar 66,67% yaitu sebanyak 22 orang peserta didik mencapai KKM dan 11 orang peserta didik (33,33%) masih di bawah KKM. Sedangkan untuk kelompok kontrol sebesar 40,63% peserta didik mampu mencapai KKM yaitu sebanyak 13 orang peserta didik dan 19 orang peserta didik (59,37%) masih di bawah KKM. Selain itu nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 17,88 menujukan ketercapaian KKM yang telah di tentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor postes kelompok eksprimen lebih daik dari skor postes kelompok kontrol.

Dari hasil pengolahan data normal gain diperoleh rata-rata normal gain kelompok eksperimen 0,71 sedangkan rata-rata kelompok kontrol sebesar 0,59. Peningkatan pemahaman matematik peserta didik kelompok eksperimen yang

(8)

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme menunjukan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung. Untuk melihat perbedaaan rata-rata gain ternormalisasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Rata-rata Gain ternormalisasi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat diinterpretasikan dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah sesuai dengan klasifiasi gain menurut Hake,R.R (2000:1) sehingga dapat terlihat perbedaan frekuensi pada masing-masing klasifikasi. Klasifikasi gain kelompok eksperimen disajikan pada Tabel 2

Tabel 2

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Indeks Gain

Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol

Interpretasi Frekuensi Frekuensi Komulatif (%) Frekuensi Frekuensi Komulatif (%) 20 60,60 10 31,25 Tinggi 12 36,37 19 59,38 Sedang 1 3,03 3 9,37 Rendah Jumlah 33 100,00 32 100,00

Dari Tabel 2 terlihat perbedaan jumlah frekuensi pada masing-masing kelompok. Peserta didik yang termasuk pada klasifikasi gain tinggi pada kelompok eksperimen sebanyak 60,60% sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 31,25%. Hal tersebut menunjukan klasifikasi gain tinggi pada kelompok eksperimen lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol.

0 0.2 0.4 0.6 0.8

Rerata Gain ternormalisasi

kelompok ekspeimen kelompok kontrol 0,59

(9)

Hal ini terjadi karena selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme peserta didik diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Brunner (Suyono dan Hariyanto, 2011:88) bahwa guru harus memandu para peserta didiknya sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena dipelajari melalui memorisasi hafalan. Jadi penekanannya adalah pada pandangan bahwa mengetahui itu suatu proses dan bukan suatu produk. Selain itu pula dengan adanya diskusi kelompok belajar mereka bebas mengemukakan ide mereka tanpa ragu. Hal tersebur sejalan dengan yang dikatakan Leo Semenovich Vygotsky (Sanjaya, Wina, 2011:120) “pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain”. Sehingga guru hanya sebagai fasilitator agar tidak terjadi salah penafsiran konsep.

Lain halnya dengan model pembelajaran langsung yang lebih berpusat pada guru. Dimana guru secara langsung mentransfer pengetahuannya kepada peserta didik, tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan konsep barunya. Sehingga mereka mengalami kejenuhan dalam belajar dan belajar menjadi tidak bermakna. Dengan demikian hasil perolehan data serta hasil pngujian hipotesis menunjukan bahwa peningkatan pemahaman metematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme lebih baik dari peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunkan model pembelajaran langsung.

Setelah seluruh proses pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme selesai dilaksanakan, peserta didik diberikan angket penilaian sikap skala Likert. Sikap peserta didik yang ditunjukan setelah penggunaan model pembelajaran konstruktivisme merupakan interpretasi peserta didik yang ditunjukan terhadap suatu perlakuan atau objek. Menurut Ar., Erman. S., (2003:187) menyatakan “ pengertian sikap itu sendiri berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau objek-objek tertentu”. Sehingga sikap peserta didik tersebut dapat bersifat positif atau bersifat negatif. Dari hasil pengujian ternyata = 4,2 lebih besar dari nilai tengah yaitu 3 maka disimpulkan sikap peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran

(10)

konstruktivisme positif. Pada saat pembelajaran berlangsung, antusiasme peserta didik juga menunjukan ketertarikan terhadap model pembelajaran konstruktivisme

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pengolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan simpulan bahwa Peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran langsung. Sikap peserta didik positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.

Berdasarkan simpulan penelitian, peneliti menyarankan baik itu kepada kepala sekolah, guru atau peneliti selanjutnya. Adapun saran bagi kepada sekolah diharapkan memberi dukungan berupa sarana dan prasarana kepada guru mata pelajaran matematika untuk menunjang palaksanaan proses pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme. Bagi guru matematika disarankan untuk mencoba menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. karena dengan menggunakan model ini peserta didik menjadi lebih aktif dan antusias dalam menerima pelajaran. Selain itu pembelajaran yang diterima oleh peserta didik lebih bermakna. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti pengunaan model pembelajaran konstruktivisme pada materi dan kemampuan lainnya seperti: kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi matematik.

DAFTAR PUSTAKA

Ar, Erman S. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI Arifin, Zaenal (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fuadah, Tsamrotul (2012). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta

Didik melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme. Skripsi UNSIL. Tasikmalaya: Tidak diterbitkan

Hake, R. R. (2000). Analyzing Change/ Gain Scores. [online]. Tersedia: http//www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf/. [12 Desember 2012]

(11)

Meltzer, David.E (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics. [online]. Tersedia: http://www.physicseducation.net/docs/addendum_on_normalized_gain. [12 Desember 2012]

Rusman. (2012). Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok. Pt Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina (2011). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: KENCANA Prenada Media Group.

Supriatna, Tatang (2012). “Meningkatkan Pemahaman Matematik Peserta Didik Melalui Penerapan Pendekatan Matematika Realistik.” Makalah Disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Universitas Siliwangi. Tasikmalaya: Tidak diterbitkan

Suyono dan Hariyanto (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Tim MKPBM (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Widaningsih, Dedeh (2011b). Perencanaan Pembelajaran Matematika. Bandung: RIZQI pres.

Gambar

Gambar 1. Data Skor Pretes dan Postes Pemahaman Metemetik Peserta Didik
Gambar  4.6  Rata-rata  Gain  ternormalisasi  Kelompok  Eksperimen  dan  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Langkah pertama yang dilakukan untuk memulai proses terapi adalah melakukan pendekatan kepada konseli. Peneliti dibantu oleh bu Moerbudi selaku guru bimbingan konseling yang ada

dalam melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut diperlukan terobosan hukum, persepsi, pola pikir dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan

Studi kepustakaan mengenai perubahan konsepsi, strategi konflik kognitif, dan miskonsepsi siswa, dan analisa materi pedagogis pada pembelajaran ikatan ionik secara

Sesuai dengan penelitian sebelumnya maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Koja

Sistem informasi manajemen merupakan serangkaian sub bab informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga

pembuatan drum shell, maka semakin lama waktu pengempaan akan semakin baik karena menyebabkan kadar air dalam kayu lapis akan berkurang, berat jenis meningkat, dan

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

HAFISZ TOHIR DAERAH PEMILIHAN SUMATERA SELATAN I.. Oleh karena itu Anggota DPR RI berkewajiban untuk selalu mengunjungi ke daerah pemilihan telah ditetapkan sesuai dengan