• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

RANCANGAN PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN …

TENTANG

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

I. UMUM

Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang dimulai sejak disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2003 telah membuktikan bahwa tindak pidana pencucian uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, namun juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada umumnya, pelaku tindak pidana pencucian uang berusaha agar harta kekayaan hasil tindak pidananya susah ditrasir oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah.

Dalam konsep anti pencucian uang, pelaku dan hasil tindak pidana dapat diketahui melalui pentrasiran untuk selanjutnya hasil tindak pidana tersebut dirampas untuk negara. Apabila harta kekayaan hasil tindak pidana yang dikuasai oleh pelaku atau organisasi kejahatan dapat disita atau dirampas, maka dengan sendirinya dapat menurunkan tingkat kriminalitas. Untuk itu upaya penegakan hukum di bidang tindak pidana pencucian uang perlu dilaksanakan secara efektif.

(2)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pentrasiran harta kekayaan hasil tindak pidana pada umumnya dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan melalui mekanisme baku yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk dapat melakukan hal ini, lembaga-lembaga keuangan memiliki peranan penting khususnya dalam menerapkan prinsip-prinsip mengenali pengguna jasa dan melaporkan transaksi tertentu kepada otoritas (financial intelligence unit) sebagai bahan analisis yang untuk selanjutnya disampaikan kepada aparat penegak hukum untuk proses hukum lebih lanjut.

Berkaitan dengan hal itu, lembaga-lembaga keuangan bukan hanya berperan dalam membantu penegakan hukum tetapi juga menjaga dirinya dari berbagai resiko yaitu resiko operasional, hukum, terkonsentrasinya transaksi, dan reputasi karena tidak lagi digunakan sebagai sarana dan sasaran oleh pelaku tindak pidana untuk mencuci uang hasil tindak pidana. Dengan pengelolaan risiko yang baik, lembaga-lembaga keuangan akan mampu melaksanakan fungsinya secara baik sehingga pada gilirannya sistem keuangan menjadi lebih stabil dan terpercaya.

Dalam perkembangannya, tindak pidana pencucian uang semakin kompleks dengan modus yang semakin meluas karena sudah memanfaatkan lembaga-lembaga di luar sistem keuangan bahkan telah merambah ke berbagai sektor baik yang formal maupun non formal. Untuk mengantisipasi hal ini, Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) telah mengeluarkan standar internasional yang menjadi ukuran bagi setiap negara dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang yang dikenal dengan Revised 40

recommendations dan 9 special recommendations (revised 40+9 FATF), antara lain mengenai perluasan pihak pelapor (reporting parties) yang mencakup profesi advokat, notaris, akuntan, pedagang permata, pedagang mobil dan sebagainya.

(3)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Penanganan tindak pidana pencucian uang di Indonesia menunjukkan arah yang positif, hal ini tercermin dengan meningkatnya kesadaran dari pelaksana Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang seperti Penyedia Jasa Keuangan dalam pelaksanaan kewajiban pelaporan, regulator dalam pembuatan peraturan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam kegiatan analisis, dan penegak hukum dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga penjatuhan hukuman.

Namun demikian, upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal antara lain karena peraturan perundang-undangan yang ada dirasakan masih memberikan ruang untuk adanya penafsiran yang berbeda-beda, adanya ”loophole”, kurang tegasnya pemberian sanksi, belum adanya hukum acara mengenai pembalikan beban pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari para pelaksana undang-undang.

Untuk memenuhi kepentingan nasional dan menyesuaikan dengan standar internasional sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu disusun Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai penyempurnaan dan pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2003. Adapun materi muatan yang diatur dalam Undang-Undang ini antara lain:

1. Redefinisi pengertian dari istilah-istilah dalam tindak pidana pencucian uang seperti definisi pencucian uang, transaksi keuangan mengcurigakan, transaksi keuangan tunai;

(4)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi administrasi;

4. Perluasan pihak pelapor (reporting parties);

5. Penetapan mengenai jenis pelaporan untuk profesi dan penyedia barang dan jasa;

6. Pengukuhan penerapan prinsip mengenali nasabah (Know Your Customer);

7. Penataan mengenai pengawasan atau audit kepatuhan;

8. Pemberian kewenangan kepada Pihak Pelapor untuk menunda mutasi atau pengalihan harta kekayaan;

9. Perluasan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pembawaan uang tunai kedalam dan keluar daerah pabean;

10. Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk menyidik dugaan tindak pidana pencucian uang (multi investigator);

11. Penataan kembali kelembagaan dan perluasan kewenangan PPATK;

12. Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana pencucian uang termasuk pengaturan mengenai pembalikan beban pembuktian secara perdata terhadap harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana; dan

13. Pengaturan mengenai penyitaan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana termasuk “asset sharing”.

(5)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Ayat (1)

Berdasarkan ketentuan bahwa “tindak pidana yang dilakukan di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia”, maka Undang-Undang ini dalam menentukan Hasil Tindak Pidana menganut asas kriminalitas ganda(double criminality).

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 3

Terhadap Harta Kekayaan yang diduga merupakan hasil tindak pidana tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya, untuk dapat dimulainya pemeriksaan tindak pidana pencucian uang.

Pasal 4

Cukup jelas. Pasal 5

(6)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 6 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Personil Pengendali Korporasi” adalah pihak yang ikut mengendalikan dan menyebabkan korporasi melakukan tindak pidana pencucian uang.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Kelebihan hasil penjualan atas Harta Kekayaan yang dirampas, dikembalikan kepada korporasi yang bersangkutan.

Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

(7)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 12 Ayat (1)

Ketentuan ini termasuk sebagai ketentuan mengenai rahasia jabatan.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “kepentingan umum” adalah kepentingan bangsa dan negara.

Pasal 13

Ayat (1)

Ketentuan ini dikenal sebagai “anti-tipping off”. Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar pengguna jasa tidak memindahkan Harta Kekayaannya sehingga mempersulit penegak hukum untuk melakukan pelacakan terhadap pengguna jasa dan Harta Kekayaan yang bersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Ketentuan ”anti-tipping off” berlaku pula bagi pejabat atau pegawai PPATK serta penyelidik/penyidik untuk mencegah pengguna jasa yang diduga sebagai pelaku kejahatan melarikan diri dan harta kekayaan yang bersangkutan dialihkan sehingga mempersulit proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.

Ayat (4)

(8)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Huruf a

Termasuk dalam pengertian Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangan baik secara formal maupun non formal. Huruf b

Yang dimaksud dengan “Advokat” adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Yang dimaksud dengan “Notaris” adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Yang dimaksud dengan “transaksi untuk dan atas nama kliennya” antara lain jual beli real estate dan properti, pengelolaan uang, surat berharga, atau harta kekayaan lainnya dari klien, pengelolaan rekening bank dan perusahaan efek, keikutsertaan di dalam pembentukan, pengelolaan perusahaan, pembentukan

(9)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

dan pengelolaan badan hukum, serta jual beli perusahaan.

Huruf c

Cukup jelas. Ayat (2)

Kewenangan dimaksud mencakup kewenangan untuk menentukan kriteria Pihak Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan pengumpulan dana sosial, yayasan atau charity. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20

Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” antara lain hubungan rekening koran.

Pasal 21

Ayat (1)

Huruf a.

Pada dasarnya Transaksi Keuangan Mencurigakan tidak memiliki ciri-ciri yang baku, karena hal tersebut

(10)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

dipengaruhi oleh variasi dan perkembangan jasa dan instrumen keuangan yang ada. Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri umum dari Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dapat dijadikan acuan antara lain sebagai berikut:

1) tidak memiliki tujuan ekonomis dan bisnis yang jelas;

2) menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar dan/atau dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran; atau

3) aktivitas transaksi nasabah di luar kebiasaan dan kewajaran. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “transaksi lain” adalah transaksi-transaksi yang dikecualikan yang sesuai dengan karakteristiknya selalu dilakukan dalam bentuk tunai dan dalam jumlah yang besar, misalnya setoran rutin oleh pengelola jalan tol atau pengelola supermarket.

Selain berdasarkan jenis transaksi, Kepala PPATK menetapkan transaksi lainnya yang dikecualikan berdasarkan besarnya jumlah transaksi, bentuk Penyedia Jasa Keuangan tertentu, atau wilayah kerja Penyedia Jasa Keuangan tertentu. Pemberlakuan pengecualian tersebut dapat

(11)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

dilakukan baik untuk waktu yang tidak terbatas (permanen) maupun untuk waktu tertentu (temporer).

Ayat (6)

Ketentuan ini dimaksudkan agar Penyedia Jasa Keuangan dapat sesegera mungkin melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan agar Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana dan pelaku pencucian uang dapat segera dilacak.

Unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d.

Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas. Ayat (9) Cukup jelas. Ayat (10)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar data atau informasi mengenai transaksi yang dikecualikan tersebut dapat diteliti atau diperiksa oleh PPATK untuk keperluan analisis.

Rincian daftar transaksi yang wajib dibuat dan disimpan pada dasarnya sama dengan transaksi tunai yang seharusnya dilaporkan kepada PPATK. Daftar dapat dibuat dalam bentuk elektronik sepanjang dapat dijamin bahwa data atau informasi tersebut tidak mudah hilang atau rusak.

Ayat (11)

(12)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Ayat (12) Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27

Yang dimaksud dengan “dituntut secara perdata” antara lain adalah tuntutan ganti rugi.

Yang dimaksud dengan “dituntut secara pidana” antara lain tuntutan pencemaran nama baik.

Pasal 28

Cukup jelas. Pasal 29

(13)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “membawa” adalah termasuk juga pengiriman uang tunai melalui jasa titipan atau kargo. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “melakukan segala bentuk campur tangan” adalah perbuatan atau tindakan dari pihak manapun

(14)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

yang mengakibatkan berkurangnya kebebasan PPATK untuk dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya.

Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40

Yang dimaksud dengan “menyelenggarakan sistem informasi” antara lain meliputi:

a. membangun, mengembangkan dan memelihara sistem aplikasi;

b. membangun, mengembangkan dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data;

c. mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik;

d. menyimpan, memelihara data dan informasi ke dalam basis data;

e. menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis;

f. memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait baik dalam negeri atau luar negeri; dan

(15)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

g. melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada Pihak Pelapor. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44

Yang dilaporkan adalah transaksi keuangan yang dilakukan oleh profesi tersebut untuk dan atas nama kliennya.

Yang dimaksud “kerahasiaan” antara lain rahasia bank, rahasia non-bank dan sebagainya.

Pasal 45

Ketentuan ini dimaksudkan agar PPATK dapat menetapkan ketentuan sesuai dengan perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, antara lain ketentuan mengenai perluasan Pihak Pelapor.

Pasal 46

(16)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Cukup jelas. Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52 Cukup jelas. Pasal 53 Cukup jelas. Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas.

(17)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 57 Cukup jelas. Pasal 58 Cukup jelas. Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 Cukup jelas. Pasal 61 Cukup jelas. Pasal 62 Cukup jelas. Pasal 63 Cukup jelas. Pasal 64 Cukup jelas. Pasal 65 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Pemblokiran” adalah segala upaya untuk tidak mengalihkan kepemilikan, memindahkan,

(18)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

menukarkan terhadap harta kekayaan seperti penghentian mutasi atau pengalihan harta kekayaan.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 66 Cukup jelas. Pasal 67 Cukup jelas. Pasal 68 Cukup jelas Pasal 69 Cukup jelas. Pasal 70

PPATK dalam ketentuan ini sebagai yang mewakili negara dalam perkara keperdataan.

Pasal 71

(19)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 72 Ayat (1)

Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakim sesuai dengan tahap pemeriksaan, yakni pada tahap penyidikan kewenangan pada penyidik, pada tahap penuntutan kewenangan pada penuntut umum, dan kewenangan hakim pada tahap pemeriksaan di sidang pengadilan.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 73 Cukup jelas. Pasal 74 Cukup jelas. Pasal 75 Ayat (1) Cukup jelas.

(20)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Ayat (2)

Ketentuan ini merupakan pengecualian dari ketentuan rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-undang yang mengatur mengenai rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya.

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Dalam hal Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Kepala Kepolisian Daerah, atau pimpinan instansi atau lembaga atau komisi, atau Jaksa Agung Republik Indonesia atau Kepala Kejaksaan Tinggi berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 76 Ayat (1) Huruf a Cukup Jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan “penyelidik tindak pidana asal” adalah penyelidik yang diatur oleh undang-undang lain.

Ayat (2)

(21)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 77 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana pencucian uang.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 78 Cukup jelas. Pasal 79

Yang dimaksud dengan “penyidik tindak pidana asal” adalah pejabat dari instansi yang oleh Undang-Undang diberi wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana asal.

Ketentuan ini dimaksudkan agar penyidikan tindak pidana pencucian uang dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tindak pidana asalnya.

Pasal 80

Cukup jelas. Pasal 81

(22)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 82 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Satuan Tugas Gabungan” adalah tim khusus yang beranggotakan wakil-wakil dari instansi-instansi terkait dan dibentuk untuk mendukung penyidikan tindak pidana pencucian uang.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 83 Cukup jelas. Pasal 84 Cukup jelas. Pasal 85 Cukup jelas. Pasal 86 Ayat (1)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dalam pelaksanaan peradilannya dapat berjalan dengan lancar, maka sekalipun terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir di sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, perkara tersebut tetap diperiksa tanpa kehadiran terdakwa.

Ayat (2)

(23)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)

Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk mencegah agar ahli waris dari terdakwa menguasai atau memiliki Harta Kekayaan yang berasal dari tindak pidana. Disamping itu sebagai usaha untuk mengembalikan kekayaan negara dalam hal tindak pidana tersebut telah merugikan keuangan negara. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 87 Cukup jelas. Pasal 88 Cukup jelas. Pasal 89 Cukup jelas. Pasal 90 Ayat (1)

Ketentuan ini telah diterapkan di beberapa negara dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja penegakan hukum. Ayat (2)

(24)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 91 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “PPATK” dalam ayat ini adalah Kepala, Wakil Kepala, Deputi dan seluruh pegawai di lingkungan PPATK.

Yang dimaksud dengan “pelapor” adalah setiap orang yang beritikad baik dan secara sukarela menyampaikan laporan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 92 Cukup jelas. Pasal 93 Cukup jelas. Pasal 94 Cukup jelas. Pasal 95 Cukup jelas. Pasal 96 Cukup jelas. Pasal 97 Ayat (1)

(25)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Yang dimaksud dengan “kerja sama formal” adalah Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 98 Cukup jelas. Pasal 99 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan, adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 100 Cukup jelas. Pasal 101 Cukup jelas. Pasal 102 Cukup jelas. Pasal 103 Cukup jelas.

(26)

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

ww

w.

leg

ali

ta

s.o

rg

Pasal 104 Cukup jelas. Pasal 105 Cukup jelas. Pasal 106 Cukup jelas. Pasal 107 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

PT Kusumahadi Santosa adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pertekstilan. Salah satu kegiatan yang paling pokok adalah pengadaan, baik

Mengingat banyaknya kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga dan anggota-anggotanya, maka dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang merupakan kebutuhan

Dari hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat melalui Program KKNN Daring yang telah dilakukan oleh peneliti tentang produk pembuatan masker kain bahwa masyarakat

Karakteristik utama dari pengasuhan anak di Jepang antara lain, (1) besarnya peran ibu, (2) ayah tidak terlalu banyak terlibat dalam pengasuhan anak, (3)

wawancara merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang bertujuan untuk mendapatkan sebuah informasi yang valid, dilakukan dengan cara percakapan oleh dua belah pihak,

Jabatan itu sengaja diberikan pada masyarakat agar sebagai anggota DPRD yang terlibat pembahasan APBD nantinya diharapkan ikut memperjuangkan hasil yang

Perbuatan Gagasan.. Ary Ginanjar dalam bukunya ESQ mengatakan bahwa pembentukan karakter tidak hanya sebatas menetapkan visi dan misi saja akan tetap aktualisasi dari

Ada satu kegiatan esktrakurikuler pendidikan agama Islam yang diprogramkan pada SMAN 1 Pelaihari dan SMA PGRI yaitu kegiatan pengajian, meskipun