BUPATI BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PERATURAN BUPATI BINTAN
NOMOR 18 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BINTAN,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, perlu menetapkan Peraturan Bupati
tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Bintan Tahun 2016.
Mengingat
: 1.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Daerah Provinsi
Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3896);
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4237);
3.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4287);
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
6.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Perubahan Nama Kabupaten Kepulauan Riau Menjadi
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4605);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4816);
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara
dan Tahapan Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);
11.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
12.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 (Berita Daerah
Kabupaten Bintan Tahun 2013 Nomor 2);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN BUPATI BINTAN TENTANG RENCANA KERJA
PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2016
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
2010-2015, yang selanjutnya disingkat RPJMD 2010-2015,
adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai
dengan tahun 2015;
2.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2016, yang
selanjutnya disingkat RKPD 2016, adalah dokumen
perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yaitu tahun
2016;
Pasal 2
1.
RKPD 2016 merupakan penjabaran dari RPJMD 2010-2015
yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja dan pendanaannya,
baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah Daerah
maupun dengan mendorong partisipasi masyarakat;
2.
RKPD 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah tahun 2016;
3.
RKPD 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan
dalam Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) tahun 2016.
Pasal 3
Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah mengendalikan
pelaksanaan RKPD 2016.
Pasal 4
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Bintan menghimpun dan menganalisa hasil pemantauan dan
pelaksanaan RKPD 2016 dari masing-masing pimpinan Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
sesuai
dengan
tugas
dan
kewenangannya.
Pasal 5
RKPD 2016 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum
dalam Lampiran ini dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 6
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Bintan.
Ditetapkan di Bandar Seri Bentan
pada tanggal 1 Juni 2015
BUPATI BINTAN
ANSAR AHMAD
Diundangkan di Bandar Seri Bentan
pada tanggal Juni 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015 NOMOR
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BINTAN
i DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... I‐1 1.1 Latar Belakang ... I‐1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan ... I‐3 1.3 Hubungan Antar Dokumen ………. I‐4 1.4 Sistematika Dokumen RKPD ... I‐5 1.5 Maksud dan Tujuan ... I‐6
BAB II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2014 dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan ... II‐1 2.1 Visi dan Misi RPJMD ... II‐1 2.2 Gambaran Umum Kondisi Daerah ... II‐2 2.2.1 Kondisi Geografis dan Demografis Wilayah ... II‐2
2.2.2 Gambaran Kesejahteraan Masyarakat ... II‐6
2.2.3 Gambaran Pelayanan Umum ... II‐12
2.2.4 Gambaran Daya Saing Daerah ... II‐20 2.3 Evaluasi Pelaksanaan dan Realisasi RPJMD ... II‐28 2.4 Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan ... II‐45
BAB III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan Daerah .. III‐1 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... III‐1 3.1.1 Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 ... III‐6
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Tahun 2015 dan 2016 ... III‐10
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... III‐17 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan ... III‐17
3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ... III‐19
3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah ... III‐25
3.2.4 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ... III‐26
BAB IV Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah ... IV‐1 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan ... IV‐1 4.2 Prioritas Pembangunan ... IV‐5 4.3 Penjelasan Program Pembangunan Daerah Tahun 2016 ... IV‐31
BAB V Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah ... V‐1 1.01.01 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga ... 4 1.02.01 Dinas Kesehatan ... 20
ii
1.03.01 Dinas Pekerjaan Umum ... 29
1.06.01 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ... 49
1.07.01 Dinas Perhubungan ... 55
1.08.02 Badan Lingkungan Hidup ... 61
1.08.04 Dinas Kebersihan dan Pertamanan ... 65
1.10.01 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ... 71
1.13.01 Dinas Sosial ... 75
1.14.01 Dinas Tenaga Kerja ... 80
1.15.01 Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian dan Perdagangan ... 85
1.16.02 Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah ... 91
1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ... 96
1.19.01 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat... 101
1.19.03 Satuan Polisi Pamong Praja ... 108
1.19.03 Badan Penanggulangan Bencana Daerah ……….. 112
1.20.03 Sekretariat Daerah ... 116
1.20.04 Sekretariat DPRD ... 126
1.20.05 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan daerah ... 131
1.20.06 Badan Kepegawaian Daerah ... 140
1.20.07 Inspektorat Daerah ... 145
1.20.09 Kecamatan Bintan Timur ... 149
1.20.10 Kecamatan Gunung Kijang ... 153
1.20.11 Kecamatan Teluk Bintan ... 157
1.20.12 Kecamatan Bintan Utara ... 161
1.20.13 Kecamatan Teluk Sebong ... 165
1.20.14 Kecamatan Tambelan ... 169
1.20.15 Kecamatan Seri Kuala Lobam ... 173
1.20.16 Kecamatan Toapaya ... 177
1.20.17 Kecamatan Bintan Pesisir ... 181
1.20.18 Kecamatan Mantang ... 185
1.21.01 Badan pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan ... 189
1.22.01 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana ... 194
1.24.01 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah ... 201
2.01.01 Dinas Pertanian dan Kehutanan ... 205
2.03.01 Dinas Pertambangan dan Energi ... 212
2.05.01 Dinas Kelautan dan Perikanan ... 218 BAB VI Penutup ... VI‐1
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah penduduk Laki‐laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun
2014... II‐4
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di
Kabupaten Bintan, Tahun 2013 dan 2014 ... II‐5
Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ... II‐7
Tabel 2.4 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ... II‐8
Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Bintan Menurut Lapangan Usaha Tahun
2013‐2014... II‐9
Tabel 2.6 Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang) Tahun
Dasar 2007, Tahun 2013‐2014 ... II‐9
Tabel 2.7 Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang) Tahun
Dasar 2007, Tahun 2014 (Semester I dan II) ... II‐10
Tabel 2.8 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ... II‐11
Tabel 2.9 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ... II‐11
Tabel 2.10 Perkembangan Rata‐rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan di Kabupaten
Bintan Tahun 2013‐2014 ... II‐13
Tabel 2.11 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf dan Buta Huruf di
Kabupaten Bintan pada Tahun 2013‐2014 ... II‐14
Tabel 2.12 Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di Kabupaten Bintan
Tahun 2013‐2014 ... II‐15
Tabel 2.13 Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ... II‐17
Tabel 2.14 Proporsi Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan, Tahun
2003‐2014... II‐19
Tabel 2.15 Jumlah Anggaran Penangulanggan Kemiskinan dirinci berdasarkan sumber
Pembiayaan Tahun 2013‐2014 ... II‐19
Tabel 2.16 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan
iv
Tabel 2.17 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ... II‐25
Tabel 2.18 Pendapatan Riil Perkapita dan Indeks Daya Beli Masyarakat Kabupaten
Bintan,Tahun 2013‐2014 ... II‐26 Tabel 2.19 Kawasan Produktif di Kabupaten Bintan ... II‐27
Tabel 2.20 Capaian Misi RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010 ‐ 2015 Sampai Dengan Tahun
2014….. ... II‐31
Tabel 3.1 Kontribusi PDRB Kabupaten Bintan Tahun 2014 dan Proyeksi Tahun 2015
Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 ... III‐7
Tabel 3.2 Indikator Makro Ekonomi Kabupaten BintanTahun 2014 – 2016 ... III‐17
Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 s.d
tahun 2017……… ... III‐18
Tabel 3.4 Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2016 ... III‐23
Tabel 3.5 Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2011 s.d. Tahun 2016 ... III‐28
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan ... IV‐1
Tabel 4.2 Jumlah Program Pembangunan dan Anggaran Pemerintah Kabupaten Bintan
dalam Mendukung Sasaran Pokok Nasional Tahun 2016 ... IV‐7
Tabel 4.3 Arah Kebijakan dan Strategi terkait Pro Growth, Pro Job, Pro Poor, dan Pro
Environment. ... IV‐8
Tabel 4.4 Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2016 Menurut RPJMD
dan RKPD 2016……… . IV‐9
Tabel 4.5 Program Pembangunan dan Target Capaian tahun 2016……….. IV‐31
Tabel 5.1 Rekapitulasi Belanja Langsung Tahun 2016 ... V‐1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di
Kabupaten Bintan, Tahun 2013‐2014 ... II‐5
Grafik 2.2 : Indek Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ... II‐14
Grafik 2.3 : Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ……… II‐14
Grafik 2.4 : Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ... II‐15
Grafik 2.5 : Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bintan Tahun
2013‐2014………... II‐17
Grafik 2.6 : Indeks Daya Beli Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ……… II‐26
Grafik 2.7 : Capaian Misi RPJMD Kabupaten Bintan Sampai Dengan Tahun
2014……… ... II‐45
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐1
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah, mengamanatkan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah berkewajiban
menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem
perencanaan pembangunan nasional. Sesuai dengan amanat tersebut, maka
setiap pemerintah daerah diharuskan menyusun rencana pembangunan
yang sistematis, terarah, terpadu dan berkelanjutan dengan
mempertimbangkan keunggulan komparatif wilayah dan kemampuan
sumberdaya keuangan daerah.
Perencanaan pembangunan daerah yang harus disusun oleh setiap
daerah di Indonesia adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
RKPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu
(1) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada
RKP Nasional dan RKPD Provinsi. RKPD memuat kerangka ekonomi Daerah,
prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun bersama partisipasi
masyarakat. Sebagai suatu dokumen resmi rencana daerah, RKPD
mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu menjembatani antara
perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan
penganggaran tahunan.
Periode pembangunan berdasarkan RPJMD Kabupaten Bintan tahun
2010‐2015 akan berakhir pada tahun 2015, berdasarkan pedoman transisi
dan kaidah pelaksanaan yang diatur dalam Bab X RPJMD Kabupaten Bintan
tahun 2010‐2015 disebutkan bahwa dalam rangka menjaga kesinambungan
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐2
RPJMD 2010‐2015 menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun
pertama di bawah kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode
berikutnya (2015‐2020). Selanjutnya RKPD masa transisi merupakan tahun
pertama dan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJMD kepala daerah dan
wakil kepala daerah terpilih hasil pemilukada pada periode berikutnya.
Melalui pedoman transisi ini, maka diharapkan masalah‐masalah
pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir
periode RPJMD dan masalah‐masalah pembangunan yang akan dihadapi
dalam tahun pertama masa pemerintahan baru dapat terselesaikan.
Penyusunan RKPD tahun 2016 dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu
penyusunan Rancangan Awal RKPD, penyusunan Rancangan RKPD dan
penyusunan Perbup RKPD dengan menggunakan pendekatan teknokratik,
partisipatif, bottom‐up dan top‐down. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar wilayah, antar
ruang, antar waktu, serta antar urusan pemerintahan.
Proses penyusunan RKPD Kabupaten Bintan tahun 2016 mengacu
pada amanat PP No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan
Permendagri 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan
melaksanakan tahap‐tahap sebagai berikut:
1. Bappeda menyusun rancangan awal RKPD berdasarkan hasil evaluasi
pembangunan tahun 2014, rancangan awal rencana kerja SKPD, RPJMD
Kabupaten Bintan tahun 2010‐2016, rancangan RKPD Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2016 dan rancangan RKP Nasional tahun 2016;
2. Rancangan RKPD menjadi bahan musrenbang RKPD yang dilaksanakan
untuk keterpaduan rancangan Renja SKPD dan Rencana Pembangunan
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐3
3. Bappeda merumuskan rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil
musrenbang RKPD;
4. Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD yang dilengkapi dengan
pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju;
5. RKPD Kabupaten Bintan ditetapkan dengan Peraturan Bupati Bintan.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1. Undang‐Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia,‐
2. Undang‐Undang Nomor : 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera
Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25),‐
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
5. Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2014 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐4
11. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bintan
Tahun 2010‐2015.
1.3 Hubungan Antar Dokumen
RKPD merupakan dokumen perencanaan daerah untuk satu tahun
yang merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RPJP. RKPD
memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan
maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif.
Keterkaitan antara RPJPD dengan RPJMD dan dijabarkan dalam RKPD
bertujuan untuk mewujudkan perencanaan dan penganggaran terpadu.
Dimana pengambilan keputusan penetapan program dan kegiatan yang
direncanakan, merupakan satu kesatuan proses perencanaan dan
penganggaran yang terintegrasi, konsisten dan mengikat untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran program dan kegiatan pembangunan
daerah.
Dalam proses penyusunan RKPD Kabupaten Bintan terdapat
beberapa prinsip yang dipegang sampai akhir penyusunan RKPD, sehingga
menghasilkan program dan kegiatan prioritas : Kombinasi Top Down dan Bottom Up Planning:
Penyusunan RKPD mengintegrasikan kebijakan pemerintah daerah
dengan aspirasi dari masyarakat yang berkaitan dengan upaya
pencapaian visi dan misi Kabupaten Bintan melalui forum SKPD. Keadilan dan Sinergitas
Penyusunan RKPD memperhatikan prinsip keadilan guna mengurangi
kesenjangan dan menciptakan sinergitas. Pertimbangan kemampuan fiskal daerah
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐5
Penyusunan RKPD mempertimbangkan kemampuan keuangan
pemerintah daerah dan menggali potensi pendanaan dari masyarakat
dalam penentuan prioritas program dan kegiatan pembangunan. Perencanaan partisipatif
Penyusunan RKPD dilaksanakan dengan prinsip perencanaan
partisipatif yang melibatkan stakeholder pembangunan baik unsur
pemerintah daerah maupun masyarakat (Musrenbang Desa/Kelurahan,
Musrenbang Kecamatan, dan Musrenbang Kabupaten).
1.4 Sistematika Dokumen RKPD
Sistematika dokumen RKPD sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan (1) Latar Belakang yang menguraikan
mengenai pengertian, proses penyusunan, kedudukan dan
keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan
lainnya, (2) Dasar Hukum, (3) Hubungan Antar Dokumen, (4)
Sistematika Dokumen RKPD, serta (5) Maksud dan Tujuan
Penyusunan.
BAB II : Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2014 dan Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan yang meliputi penjelasan tentang
(1) Visi dan Misi RPJMD Kab. Bintan, (2) Gambaran Umum Kondisi
Daerah, (3) Evaluasi Pelaksanaan dan Realisasi RPJMD, dan (4) Isu
Strategis dan Masalah Mendesak yang harus diselesaikan pada
tahun 2016.
BAB III : Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan
Daerah, memuat (1) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah, (2) Arah
Kebijakan Keuangan Daerah.
BAB IV : Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah, memuat (1)Tujuan
dan Sasaran Pembangunan, dan (2) Prioritas Pembangunan.
BAB V : Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah, memuat rincian
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐6
pelaksana/SKPD, indikator capaian masing‐masing program dan
kegiatan serta pagu indikatifnya.
BAB VI : Penutup
1.5 Maksud dan Tujuan
RKPD tahun 2016 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam
penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan PPA Sementara
yang akan disampaikan kepada Panitia Anggaran DPRD untuk dibahas,
disepakati dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan KUA dan PPA antara
Bupati dan Pimpinan DPRD. Selanjutnya akan dijabarkan dalam RKA SKPD
sebagai lampiran Ranperda APBD untuk dibahas dan memperoleh
persetujuan DPRD.
Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan program
pembangunan Kabupaten Bintan yang terintegrasi dan berkelanjutan sesuai
dengan visi, misi, dan amanat RPJMD yang dilaksanakan dengan :
1. Menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen Pemerintah dalam
penyelenggaran urusan Pemerintahan melalui penjabaran rencana
strategis ke dalam rencana operasional dan memelihara konsistensi
antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah dengan
tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah;
2. Memberikan gambaran mengenai proyeksi Rencana Kerangka Ekonomi
Daerah tahun 2016 sebagai patokan dalam penyusunan rencana
pendapatan yang akan digunakan untuk membiayai belanja dan
pembiayaan pembangunan daerah;
3. Memberikan arah bagi seluruh stakeholder pembangunan daerah
dalam merumuskan dan menyusun perencanaan serta partisipasi dalam
pembangunan daerah tahun 2016;
4. Menyatukan tujuan kegiatan semua SKPD melalui penetapan target
Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam rangka pencapaian visi dan misi
RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐7
dalam menyusun Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ),
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dan Laporan
Kinerja Pemerintah Daerah (LKPD);
5. Menetapkan program prioritas untuk masing‐masing urusan
pemerintahan dalam rangka pencapaian target Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang ditetapkan.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐1
BAB
II
Evaluasi
Hasil
Pelaksanaan
RKPD
Tahun
2014
dan
Capaian
Kinerja
Penyelenggaraan
Pemerintahan
2.1 Visi dan Misi RPJMD
Visi Kabupaten Bintan Tahun 2010‐2015 adalah sebagai berikut : “Menuju Bintan Yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya”
Bintan
Yang Maju
: Bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasa dilandasi dengan keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik didukung oleh sumberdaya manusia yang unggul. Maju juga diarahkan pada terbentuknya daerah yang mandiri berbasis
pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan beserta segenap potensinya secara berkelanjutan, namun tetap mengedepankan pentingnya kerjasama dan sinergitas.
Sejahtera
: Menunjukkan kondisi kemakmuran masyarakat Bintan
yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) dan
spiritualnya.
Berbudaya : Perwujudan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai
budaya yang harus dijaga kelestariannya sebagai
pedoman pengembangan masyarakat. Perwujudan
masyarakat yang memiliki sifat dan sikap yang terpuji
dalam kehidupan sosial ekonomi, memiliki moral yang
tinggi serta menjunjung norma‐norma agama dan
norma‐norma adat yang berlaku.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐2 Misi Kabupaten Bintan
Misi pemerintah daerah dalam periode 2010 – 2015 diarahkan untuk
mewujudkan Bintan yang lebih maju, sejahtera dan berbudaya. Usaha‐usaha
perwujudan visi Kabupaten Bintan 2015 akan dijabarkan dalam misi
pembangunan Bintan tahun 2010 – 2015 sebagai berikut :
1. Melanjutkan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
cerdas, sehat, berdaya saing, berbudaya serta beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mewujudkan pembangunan perekonomian daerah yang berbasis pada
pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan.
3. Melanjutkan pengembangan potensi pariwisata dan agribisnis.
4. Melanjutkan upaya penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik
(good governance), demokratis dan bertanggung jawab didukung
dengan kepastian hukum dan penegakan HAM.
5. Melanjutkan pembangunan yang adil dan merata melalui peningkatan
kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang menunjang
perkembangan di seluruh wilayah Kabupaten Bintan.
6. Melanjutkan upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
dengan mengedepankan kearifan lokal dan pengarusutamaan gender.
7. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan (Sustainable Development).
2.2 Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.2.1 Kondisi Geografis dan Demografis Wilayah Kondisi Geografis
Kabupaten Bintan secara geografis terletak antara 006’17”‐134’52”
Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat‐10802’27” Bujur
Timur di sebelah Timur, dengan batas‐batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia. Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐3 Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.
Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat
Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan seluruhnya
mencapai 87.717,84 Km2, luas daratannya hanya 1,50% atau sebesar
1.319,51 Km2 saja dan luas lautnya 86.398,33 Km2 (98,50%). Kecamatan
terluas daratannya adalah Kecamatan Gunung Kijang dengan luas 503,12
Km2 dan Kecamatan terkecil adalah Tambelan yaitu 169,42 Km2. Kabupaten
Bintan saat ini terdiri dari 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah
diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum
berpenghuni sebagian sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian,
khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau‐pulau di
Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan
rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa‐rawa.
Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan
kontinental yang terkenal dengan nama Paparan kontinental yang dibebut
Paparan Sunda. Morfologi pulau Bintan tidak memiliki perbedaan ketinggian
yang menyolok yaitu antara 0‐350 meter dari muka laut. Penonjolan puncak‐
puncak bukit antara lain Gunung Bintan 348 meter, Gunung Bintan Kecil 196
meter. Bukit‐bukit lainnya merupakan bukit‐bukit dengan ketinggian
dibawah 100 meter. Bukit‐bukit tersebut merupakan daerah hulu‐hulu
sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola
sub paralel, sedangkan pola anak‐anak sungainya berpola sub radial. Sungai‐
sungai itu umumnya pendek‐pendek, dangkal dan tidak lebar. Pada
umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Pada tahun 2013di
wilayah Kabupaten Bintan temperatur rata‐rata terendah sebesar 24 derajat
celcius dan tertinggi rata‐ratasebesar 30derajat celcius dengan kelembaban
nisbi rata‐rata tercatat sekitar 72‐96%. Kecepatan arah angin rata‐rata
18km/jam dengan arah angin cenderung ke Timur Laut.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐4 Gambaran Demografis
Penduduk Kabupaten Bintan berdasarkan estimasi tahun 2014
berjumlah sebesar 151.123 jiwa terdiri dari 38.882 rumah tangga (KK).
Jumlah penduduk laki‐laki sebesar 77.909 jiwa (51,15%) dan penduduk
perempuan sebesar 73.214 jiwa (48,44%). Perbandingan antara jumlah
penduduk laki‐laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 105.71. Artinya
setiap 100 perempuan berbanding dengan 105 penduduk laki‐laki, jumlah
penduduk laki‐laki 2.71%lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Persentase ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan
dari tahun sebelumnya. Kecamatan yang terpadat penduduknya masih
tercatat kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk tertinggi 41.150
jiwa (27,22%), sedangkan yang terendah adalah dikecamatan Mantang
sebanyak 4,168 jiwa (2,75%).
Tabel 2.1 : Jumlah penduduk Laki‐laki dan Perempuan di Kabupaten
Bintan Tahun 2014
Kecamatan Penduduk Jumlah Laki‐laki Perempuan
1. Bintan Timur 21.343 19.807 41.150
2. Gunung Kijang 7.159 5.968 13.127
3. Teluk Bintan 4.850 4.301 9.151
4. Toapaya 6.057 5.226 11.283
5. Teluk Sebong 9.331 8.265 17.596
6. Seri Kuala Lobam 8.500 10.257 18.757
7. Bintan Utara 11.236 11.234 22.470
8. Tambelan 2.611 2.470 5.081
9. Mantang 2.267 1.901 4.168
10. Bintan Pesisir 4.555 3.785 8.340
KABUPATEN BINTAN 77.909 73.214 151.123
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐5
Tabel 2.2 : Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2014
No Kelompok Umur Tahun 2013 2014 1. 0‐4 16.170 16.350 2. 5‐9 16.351 16.566 3. 10‐14 13.866 14.085 4. 15‐19 10.009 10.159 5. 20‐24 10.500 10.595 6. 25‐29 15.087 15.235 7. 30‐34 15.856 16.022 8. 35‐39 13.753 13.914 9. 40‐44 10.992 11.141 10. 45‐49 8.295 8.437 11. 50‐54 5.834 5.944 12. 55‐59 4.332 4.419 13. 60‐64 3.201 3.270 14. 65‐69 2.237 2.288 15. 70‐75 1.408 1.442 16. 75+ 1.229 1.256 Jumlah 149.120 151.123 Dependency Rasio 52,38 52,44 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency
Rasio di Kabupaten Bintan, Tahun 2013‐2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Laki‐laki Perempuan Jumlah
JU
MLAH
PEN
D
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐6 Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan
antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif
lagi (usia 0‐14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan
penduduk usia produktif (usia 15‐64 tahun) Kabupaten Bintan menunjukkan
peningkatan dari tahun 2013 sampai tahun 2014. Kabupaten Bintan pada
tahun 2013 Dependency Ratio nya mencapai 52.38 sedangkan tahun 2014
yaitu 52,44. Artinya bahwa pada tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk usia
produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 52 penduduk usia
belum/tidak produktif.
2.2.2 Gambaran Kesejahteraan Masyarakat
Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Pengembangan ekonomi wilayah tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga harus mampu
meningkatkan kesejahteraan penduduk dan mampu menciptakan
pemerataan pendapatan. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat
ditunjukkan dengan PDRB per kapita, meskipun angka ini tidak menjelaskan
adanya tingkat distribusi pendapatan penduduk.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS),
PDRB Kabupaten Bintan pada tahun 2014 atas Dasar Harga konstan tercatat
sebesar Rp3,96 trilyun,‐ meningkat daripada tahun 2013 yang hanya
tercatat sebesar Rp3,74 trilyun,‐ yang diukur dari sembilan sektor lapangan
usaha yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan listrik, gas dan air bersih; bangunan/konstruksi; perdagangan,
hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan dan jasa‐jasa.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐7 Tabel 2.3 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha,
Tahun 2013‐2014
Lapangan Usaha 2013 2014 SEKTOR PRIMER 595.457,57 617.361,28
1. Pertanian 214.524,80 230.145,87
2. Pertambangan & penggalian 380.932,77 387.215,40
SEKTOR SEKUNDER 2.100.414,70 2.226.604,53
3. Industri pengolahan 1.943.145,74 2.057.948,13
4. Listrik,gas dan air bersih 9.955,93 10.632,74
5. B a n g u n a n 147.313,04 158.023,67
SEKTOR TERSIER 1.049.874,81 1.121.407,43
6. Perdagangan, hotel dan
restoran 748.230,29 798.061,52
7. Pengangkutan dan
komunikasi 135.349,63 143.765,09
8. Keuangan, persewaan dan jasa 57.287,60 61.780,93
9. J a s a ‐ j a s a 109.007,29 117.799,88
PDRB 3.745.747,08 3.965.373,24
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Sektor‐sektor yang memiliki nilai kontribusi besar terhadap PDRB adalah
sektor Industri Pengolahan sebesar 50,53%, sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran sebesar 20,76%, sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar
9,94% dan sektor Pertanian sebesar 5,78%, sektor Pengangkutan dan
Komunikasi sebesar 3,80%, sektor Bangunan 4,58%, sedangkan sektor lain
seperti Listrik, Gas dan Air Bersih Keuangan, Persewaan dan Jasa, masing‐
masing memberikan kontribusi kurang dari 3,00%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐8 Tabel 2.4 : Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014
LAPANGAN USAHA TAHUN 2013 2014 SEKTOR PRIMER 16,36 15,72
1. Pertanian, petenakan,
kehutanan, perikanan 5,74 5,78
2. Pertambangan & penggalian 10,62 9,94
SEKTOR SEKUNDER 55,98 55,43
3. Industri pengolahan 51,13 50,53
4. Listrik, gas dan air bersih 0,30 0,32
5. B a n g u n a n 4,55 4,58
SEKTOR TERSIER 27,67 38,85
6. Perdagangan, hotel dan
restoran 19,96 20,76
7. Pengangkutan dan
komunikasi 3,72 3,80
8. Keuangan, persewaan dan
jasa 1,40 1,48
9. J a s a ‐ j a s a 2,59 2,81
PDRB 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang diukur dari kenaikan PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) berdasarkan harga konstan pada tahun
2013 LPE mencapai 6,24% namun pada tahun 2014 menurun menjadi 5,86%.
Penurunan LPE di Kabupten Bintan pada tahun 2014 disinyalir imbas dari
kondisi makro perekonomian di tingkat regional, nasional serta dunia masih
labil dan fluktuatif, pelarangan ekspor bahan mentah pertambangan
menurunkan aktifitas pertambangan yang turut berimbas pada pertumbuhan
sektor Pertambangan dan Penggalian. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
subsidi, kenaikan Tarif Dasar Listrik, isu stabilitas ekonomi nasional menjelang
dan pasca pemilu legislatif dan presiden juga turut mempengaruhi Laju
Pertumbuhan Ekonomi sepanjang Tahun 2014.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐9 Tabel 2.5 : Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Bintan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2013‐2014
Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Sektor (%) 2013 2014 SEKTOR PRIMER 5,62 3,68
1. Pertanian 6,44 7,28
2. Pertambangan & penggalian 5,17 1,65
SEKTOR SEKUNDER 6,23 6,01
3. Industri pengolahan 6,11 5,91
4. Listrik,gas dan air bersih 5,81 6,80
5. B a n g u n a n 7,98 7,27
SEKTOR TERSIER 6,61 6,81
6. Perdagangan, hotel dan restoran 6,81 6,66
7. Pengangkutan dan komunikasi 6,81 6,22
8. Keuangan, persewaan dan jasa 5,53 7,84
9. J a s a ‐ j a s a 5,50 8,07
PDRB 6,24 5,86
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Tingkat Kestabilan Harga (Inflasi)
Tingkat kestabilan harga (inflasi) juga merupakan salah satu ukuran
kinerja perekonomian Pemerintah Daerah dalam mengendalikan gejolak
harga terutama untuk komoditi yang strategis yang diukur dengan mengukur
Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan inflasi
tahun 2013 (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang) Laju inflasi tahun kalender
(Januari–Desember) / ‘year on year’ Tahun 2014 di Kota Tanjungpinang
sebesar 7,49%, mengalami penurunan menjadi 7,49%.
Tabel 2.6 : Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota
Tanjungpinang) Tahun Dasar 2007, Tahun 2013‐2014 No Kebutuhan Pokok 2013 2014 1. Bahan Makanan 13,31 6,18 2. Makanan Jadi 11,30 5,97 3. Perumahan 6,51 7,77 4. Sandang 0,26 6,92
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐10 No Kebutuhan Pokok 2013 2014 5. Kesehatan 5,34 3,51 6. Pendidikan 2,97 7,14 7. Transport 14,26 12,40 UMUM 10,09 7,49
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Pada semester I tahun 2014, komponen yang paling tinggi inflasinya
yaitu sandang yang mencapai 4,64% diikuti dengan makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau yang mencapai 2,15%. Sedangkan pada semester II
terjadi kenaikan inflasi hampir di semua komponen mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi adalah transport, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai
11,01% sedangkan bahan makanan mencapai 8,00%, dan Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar 6,56%. Sehingga Indeks Harga Konsumen (IHK)
Kota Tanjungpinang pada tahun 2014 (Januari–Desember) pembentukan
inflasi selama periode itu yakni pada kelompok transportasi sebesar 12,40%,
kelompok perumahan sebesar 7,77%. Secara umum kenaikan inflasi ini
disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar
Minyak bersubsidi sehingga secara langsung berpengaruh terhadap
kenaikan biaya transportasi dan produksi.
Tabel 2.7 : Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota
Tanjungpinang) Tahun Dasar 2007, Tahun 2014 (Semester I dan II)
No Kebutuhan Pokok Semester I (Jan‐ Jun) Semester II (Jul‐ Des) 1. Bahan Makanan ‐1,69 8,00 2. Makanan Jadi 2,15 3,74 3. Perumahan 1,13 6,56 4. Sandang 4,64 2,18 5. Kesehatan 8,38 1,60 6. Pendidikan 0,31 6,30 7. Transport 0,55 11,01 UMUM 0,89 6,54
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐11 PDRB per Kapita
Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik
Regional Bruto adalah PDRB perkapita. Angka PDRB perkapita Kabupaten
Bintan memperlihatkan rata‐rata pendapatan yang diterima oleh masing‐
masing penduduk dan dapat merepresentasikan tingkat kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.8 : Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan
Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014
NO RINCIAN TAHUN
2013 2014
1. Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Pasar (Juta
Rupiah)
3.745.747,08 3.965.373,24
2. Penyusutan Barang Modal (Juta
Rupiah) 168.597,57 178.483,04
3. Produk Domestik Regional Netto
Atas Dasar Harga Pasar (Juta
Rupiah)
3.577.149,51 3.786.890,20
4. Pajak Tak Langsung Netto (Juta
Rupiah) 221.388,26 223.819,98
5. Produk Domestik Regional Netto
Atas Dasar Harga Faktor (Juta
Rupiah)
3.355.761,25 3.563.070,22
7. Per Kapita Produk Domestik
Regional Bruto (Juta Rupiah) 25.119.012,10 26.239.376,12
8. Per Kapita Pendapatan Regional
(Juta Rupiah) 22.503.763,74 23.577.286,20
Sumber:BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Tabel 2.9 : Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014
NO RINCIAN TAHUN
2013 2014
1. Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Pasar (Juta
Rupiah)
5.822.931,36 6.274.389,20
2. Penyusutan Barang Modal (Milyar
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐12
NO RINCIAN TAHUN
2013 2014
3. Produk Domestik Regional Netto
Atas Dasar Harga Pasar (Juta
Rupiah)
5.560.838,89 5.991.976,44
4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar
Rupiah) 344.157,95 354.149,18
5. Produk Domestik Regional Netto
Atas Dasar Harga Faktor (Juta
Rupiah)
5.216.680,93 5.637.827,26
7. Per Kapita Produk Domestik
Regional Bruto (Juta Rupiah) 39.048.627,65 41.518.426,74
8. Per Kapita Pendapatan Regional
(Juta Rupiah) 34.983.107,12 37.306.215,86
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Selama ini Produk Domestik Regional Bruto pendapatan per kapita
masih tetap dipakai sebagai salah satu tolok ukur kemajuan pembangunan
suatu daerah. PDRB per kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun
terakhir ini PDRB per kapita Kabupaten Bintan atas dasar harga berlaku
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 ini mencapai
Rp34,98 juta sampai pada tahun 2014 menjadi Rp37,30 Juta
2.2.3 Gambaran Pelayanan Umum
Pendidikan
Tolok ukur bidang pendidikan adalah indikator mutu pendidikan yang
dapat dilihat dari tingginya angka partisipasi. Angka partisipasi tersebut terdiri
atas angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM). Dari
hasil evaluasi kinerja Wajib Belajar Dikdas 9 tahun diketahui bahwa APM
pendidikan SD 97,91% pada tahun 2013 dan 94,11% pada tahun 2014. Artinya
pada tahun 2014 ada sebanyak 94,11% penduduk yang berusia 7‐12 tahun
telah tertampung di SD. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk
pendidikan SD pada tahun 2013 menjadi 105,48% meningkat pada tahun 2014
menjadi sebesar 105,63&. Untuk APK jenjang SMP/MTs pada tahun 2013
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐13
Pada tahun 2013 APM SMP/MTs sebesar 85,59%, sedangkan pada tahun 2014
menunjukkan angka 71,18%. Untuk APK jenjang SMA tahun 2013 mencapai
82,23% sedangkan pada tahun 2014 meningkat hingga 94,73%, hal ini
menunjukan bahwa pada tahun 2014 terdapat peningkatan sebesar 12,5%.
Sedangkan APM jenjang SMA pada tahun 2013 menunjukkan angka 67,42%
dan terus menurun hingga pada tahun 2014 mencapai 62,20%.
Jika dilihat berdasarkan komponennya peningkatan capaian angka IPM
Kabupaten Bintan dewasa ini merupakan kontribusi terbesar dari Indeks
Pendidikan yang semakin baik. Menurut data BPS tahun 2013 capaian Indeks
Pendidikan pada tahun 2013 Indeks Pendidikan Kabupaten Bintan mencapai
84,9 dengan rata‐rata lama sekolah 9,01 tahun. Sedangkan pada tahun 2014
Indeks Pendidikan mencapai 85,3 dengan rata‐rata lama sekolah 9,06. Dengan
telah dicapainya angka 9 tahun untuk rata‐rata lama sekolah maka Kabupaten
Bintan dapat Program Wajib Belajar 9 Tahun telah terwujud. Di sisi lain juga
menunjukkan bahwa penurunan angka drop out yang cukup signifikan dari
tahun ke tahun sehingga mampu menunjang pencapaian rata‐rata lama
sekolah yang membanggakan.
Tabel 2.10 : Perkembangan Rata‐Rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan
di Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
No. Tahun Rata‐Rata Lama Sekolah Indeks Pendidikan
1. 2013 9,01
84,9
2. 2014 9,06 85,3
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐14 Grafik 2.2 : Indek Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan diperoleh gambaran capaian
Persentase Melek Huruf (AMH) penduduk 15 tahun ke atas mencapai 97,32%
pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 pada angka 97,68%.
Sehingga persentase Buta Huruf juga dapat ditekan dari 2,68% di tahun 2013
menjadi 2,32% ditahun 2014.
Tabel 2.11 : Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf
dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan pada Tahun 2013‐2014
No. Tahun Melek Huruf(%) Buta Huruf(%)
1. 2013 97,32 2,68
2. 2014 97,68 2,32
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, 2015
Grafik 2.3 : Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
Sumber :BPS Kabupaten Bintan, 2015
83.21 83.35 84.9 85.3 82 82.5 83 83.5 84 84.5 85 85.5 2013 2014 Target RPJMD Realisasi 97.32 97.68 97.1 97.2 97.3 97.4 97.5 97.6 97.7 97.8 2013 2014 IN D E KS PENDID IK AN
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐15 Kesehatan
Pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bintan dari tahun
2013 sampai tahun 2014 menunjukkan peningkatan. Perkembangan positif ini
sangat mempengaruhi angka Indeks Kesehatan (IK) Kabupaten Bintan.
Menurut data BPS Kabupaten Bintan capaian AHH Kabupaten Bintan tahun
2013 AHH mencapai 69,91 dengan IK sebesar 74,9. Tahun 2014 AHH mencapai
69,98 dengan IK mencapai 75,0. Angka Harapan Hidup (AHH) dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH). Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bintan berusaha keras untuk
menekan Angka Kematian Bayi maupun Angka Kematian Ibu saat melahirkan
setiap tahunnya dalam rangka membantu mendorong Angka Harapan Hidup.
Tabel 2.12 : Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di
Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
No Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kesehatan
1. 2013 69,91 74,9
2. 2014 69,98 75,0
Sumber: BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Grafik 2.4 : Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
Sumber: BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Terkait dengan usaha peningkatan pelayanan kesehatan terutama
bagi masyarakat miskin, Pemerintah Kabupaten Bintan sangat proaktif dalam
mendukung implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sejak tahun 2012
74.9 75 74.85 74.9 74.95 75 75.05 2013 2014
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐16
telah terdaftar sebanyak 29.210 jiwa peserta Jamkesmas dan pada tahun
2014 program Jaminan Kesehatan Nasional mulai dilaksanakan dengan
peserta awal yang berasal dari Jamkesmas, Askes dan TNI‐Polri.
Sebagai tahap awal pada tahun 2015 ini program Jamkesda Bintan
secara bertahap akan terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional yang
menggunakan data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan KBS Kesehatan. Proses pengintegrasian tersebut akan terus
dilakukan khususnya bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota
BPJS Kesehatan dan bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS
namun memiliki Kartu Bintan Sejahtera masih tetap dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
Selanjutnya, bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS
maupun yang tidak memiliki KBS Kesehatan diberikan kesempatan untuk
menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang diterbitkan oleh
Desa/Kelurahan untuk dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
berlaku selama 3 bulan. Selain mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
Pemerintah Kabupaten Bintan juga memberikan bantuan transportasi,
akomodasi dan konsumsi bagi masyarakat miskin yang menjadi peserta BPJS
PBI maupun yang menggunakan KBS dan SKTM yang dirujuk ke luar daerah
Kabupaten Bintan.
Berkaitan dengan itu pula, Pemerintah Kabupaten Bintan telah
menyiapkan 2 unit rumah singgah untuk memfasilitasi pasien yang dirujuk ke
Jakarta dan Kalimantan Barat untuk pasien dari Kecamatan Tambelan. Selain
itu, telah dilakukan kerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Rumah Sakit Kanker Darmais, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita dan Rumah
Sakit Islam Cempaka Putih di Jakarta. Sedangkan di Kalimantan Barat
dilakukan kerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Aziz
Singkawang.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐17 Indeks Pembangunan Manusia
Untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia digunakan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit yang
mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang paling mendasar dilihat
dari kulitas fisik dan non fisik yang meliputi indeks pendidikan, indeks
kesehatan, dan indeks ekonomi. Pada tahun 2013 IPM Kabupaten Bintan
mencapai 75,99% dan tahun 2014 yaitu 76,51% yang telah melampaui target
akhir RPJMD yang ditargetkan yaitu hanya sebesar 76,06%.
Tabel 2.13 : Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
No. Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Target Realisasi
1. 2013 75,63 75,99
2. 2014 75,82 76,51
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Grafik 2.5 : Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
75.63 75.82 75.99 76.51 75 75.2 75.4 75.6 75.8 76 76.2 76.4 76.6 2013 2014 Target RPJMD Realisasi IN D E KS P E M B AN G U NA N M A N U S IA
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐18 Penanggulangan Kemiskinan
Pemerintah Kabupaten Bintan sangat komitmen untuk mempercepat
pembangunan manusia dan memberantas kemiskinan seperti yang telah
dicanangkan melalui deklarasi milenium atau yang lebih dikenal dengan
Millenium Development Goals (MDGs).
Dari 8 tujuan MDGs yang disepakati kewajiban pemerintah daerah
hanya memiliki 7 tujuan MDGs yakni menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit
menular lainnya dan memastikan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
pencapaian tujuan membangun kemitraan global untuk pembangunan
dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Pencapaian target MDGs tersebut telah diimplementasikan dengan
mengintegrasikannya ke dalam program dan kegiatan yang kita rencanakan
dan tetapkan bersama. Secara garis besar pencapaian MDGs dapat saya
gambarkan, : dari tujuh tujuan MDGs yang pencapaiannya diukur dengan 49
indikator, 43 indikator atau 87,76% pada tahun 2014 targetnya telah berhasil
dicapai, 6 indikator atau 12,24% pencapaian targetnya on track dan akan
tercapai pada tahun 2015. Sedangkan target indikator yang perlu dicapai
dengan kerja keras tidak ditemukan lagi.
Dari berbagai upaya pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan telah menunjukkan
manfaat (outcome) yang menggembirakan, angka kemiskinan dapat ditekan
menjadi 6,32% atau sebesar 9.600 jiwa pada tahun 2014.
Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Bintan bersama Provinsi
Kepulauan Riau maupaun Pemerintah Pusat terus berupaya dalam menekan
angka kemiskinan melalui program‐program percepatan penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan dengan (1) Mengurangi beban pengeluaran
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐19
masyarakat miskin; (3) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha
Mikro dan Kecil; (4) Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan.
Tabel 2.14 : Proporsi Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk
Kabupaten Bintan, Tahun 2003‐2014 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumb. Penduduk (%) Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin 2013 149.120 1,30 9.325 6,23 2014 151.123 1,34 9.600 6,32
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015
Pada tahun 2014 Kabupaten Bintan telah mengalokasikan dana untuk
program pengentasan kemiskinan sharing dana Provinsi Kepulauan Riau
sebesar Rp12,627,834,085,‐ dikuti dengan Provinsi Kepulaan Riau sebesar
Rp25,255,668,171,‐ dengan total keselurahan mencapai
Rp37,883,502,256,‐ jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu
sebesar Rp34.458.296.242,‐.
Tabel 2.15 : Jumlah Anggaran Penangulanggan Kemiskinan dirinci
berdasarkan sumber Pembiayaan Tahun 2013‐2014
No Tahun Sumber Dana Jumlah
APBD I APBD II
1 2014 25,255,668,171 12,627,834,085 37,883,502,256
2 2013 22.804.823.011 11.653.473.231 34.458.296.242
Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2014
Pada tahun 2014 telah diberikan bantuan rehabilitasi Rumah Tidak
Layak Huni sebanyak 508 unit meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 455
unit. Pada tahun 2014 penganggaran rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐20
anggaran sebesar Rp 600 juta dan 448 unit rumah melalui cost sharing
dengan APBD Propinsi Kepulauan Riau yakni sebesar Rp600 juta dan sebesar
Rp300 juta melalui APBD Kabupaten Bintan.
2.2.4 Gambaran Daya Saing Daerah
Salah satu indikator kinerja pembangunan suatu daerah diukur
melalui indikator‐indikator makro ekonomi. Pencapaian perekonomian suatu
daerah merupakan gambaran dari prestasi pemerintahan daerah dalam
memanfaatkan potensi yang ada di daerah tersebut, serta usaha dalam
mengatasi kendala‐kendala yang ada di daerah. Beberapa indikator
pencapaian pembangunan ekonomi adalah: Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan tingkat inflasi. Sektor yang
memiliki kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Bintan tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh
Kabupaten Bintan yaitu Industri, Pariwisata dan Pertanian, dengan uraian
sebagai berikut :
Potensi Unggulan Daerah
Salah satu stimulan peningkatan potensi unggulan daerah Kabupaten
Bintan adalah dengan ditetapkannya Kabupaten Bintan sebagai salah satu
Kawasan Free Trade Zone. Pembentukan Free Trade Zone di Kabupaten Bintan
berdasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Adapun daerah yang termasuk
dalam Free Trade Zone Bintan adalah kawasan Bintan Utara dengan liputan
wilayah hampir setengah Pulau Bintan. Terdapat 5 lokasi lain yang berupa enclave yaitu kawasan Anak Lobam, kawasan Maritim Bintan Timur, kawasan
galang Batang, kawasan Galang Batang, kawasan Senggarang dan kawasan
Industri Dompak Barat. Dengan adanya pemekaran wilayah, maka Kota
Tanjungpinang menjadi suatu wilayah administratif yang berdiri sendiri.
RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐21
termasuk ke dalam Free Trade Zone Bintan wilayah kota Tanjungpinang.
Kawasan Industri Lobam termasuk dalam lingkup Kawasan Bintan Bagian
Utara.
Free Trade Zone Bintan dengan luas 62.017,20 Ha tersebut saat ini 23.000 Ha
merupakan kawasan wisata internasional Lagoi yang dikelola sendiri oleh
Penanam Modal Asing dengan core wisata pantai dan golf. Sedangkan seluas
4.000 Ha merupakan kawasan industri Lobam.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang kawasan Batam, Bintan dan Karimun maka kawasan Free Trade Zone
Batam Bintan Karimun mecakup 26 Kecamatan yang 7 kecamatan diantaranya
termasuk sebagian wilayah Kabupaten Bintan. Adapun Strukutur Ruang
Kawasan Free Trade Zone Bintan terdiri dari sistem pusat kegiatan (PK) Primer
yaitu:
1. Pusat Kegiatan Berorientasi Ekspor, yaitu kawasan industri Galang Batang
Kecamatan Gunung Kijang, Kawasan Industri Lobam di Kecamatan Seri
Kuala Lobam, Kawasan Maritim Bintan Timur di Kecamatan Bintan Timur.
Fungsi utama Pusat Kegiatan Berorientasi Ekspor ini adalah
pengembangan industri skala besar. Sedangkan fungsi pendukungnya
sebagai simpul transportasi, pemukiman karyawan, perdagangan dan
jasa lokal.
2. Pusat Kegiatan Pariwisata Mancanegara dan Domestik, yaitu Kawasan
Wisata Internasional Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong, Kawasan Wisata
Penghujan‐Kuala Sempang di Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kawasan
Wisata Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, dan Kawasan Wisata Sakera
di Kecamatan Bintan Utara. Fungsi utama Pusat Kegiatan Pariwisata
Mancanegara dan Domestik ini adalah pengembangan kepariwisataan.
Sedangkan fungsi pendukungnya sebagai pemukiman dan simpul
transportasi penumpang.
3. Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa, yaitu Pusat Kegiatan Perdagangan