• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BINTAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI BINTAN

NOMOR 18 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)

KABUPATEN BINTAN TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BINTAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, perlu menetapkan Peraturan Bupati

tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten

Bintan Tahun 2016.

Mengingat

: 1.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan

Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Daerah Provinsi

Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3896);

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan

Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4237);

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4287);

(2)

4.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

6.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006 tentang

Perubahan Nama Kabupaten Kepulauan Riau Menjadi

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4605);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4816);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara

dan Tahapan Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

11.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(3)

12.

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 (Berita Daerah

Kabupaten Bintan Tahun 2013 Nomor 2);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN BUPATI BINTAN TENTANG RENCANA KERJA

PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2016

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

2010-2015, yang selanjutnya disingkat RPJMD 2010-2015,

adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk

periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai

dengan tahun 2015;

2.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2016, yang

selanjutnya disingkat RKPD 2016, adalah dokumen

perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yaitu tahun

2016;

Pasal 2

1.

RKPD 2016 merupakan penjabaran dari RPJMD 2010-2015

yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas

pembangunan Daerah, rencana kerja dan pendanaannya,

baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah Daerah

maupun dengan mendorong partisipasi masyarakat;

2.

RKPD 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah tahun 2016;

3.

RKPD 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan

dalam Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah (RKA-SKPD) tahun 2016.

Pasal 3

Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah mengendalikan

pelaksanaan RKPD 2016.

(4)

Pasal 4

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Bintan menghimpun dan menganalisa hasil pemantauan dan

pelaksanaan RKPD 2016 dari masing-masing pimpinan Satuan

Kerja

Perangkat

Daerah

sesuai

dengan

tugas

dan

kewenangannya.

Pasal 5

RKPD 2016 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum

dalam Lampiran ini dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 6

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya

dalam Berita Daerah Kabupaten Bintan.

Ditetapkan di Bandar Seri Bentan

pada tanggal 1 Juni 2015

BUPATI BINTAN

ANSAR AHMAD

Diundangkan di Bandar Seri Bentan

pada tanggal Juni 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015 NOMOR

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN BINTAN

(5)

  i    DAFTAR ISI        DAFTAR ISI  ...    

DAFTAR TABEL ...   iii   

BAB I   PENDAHULUAN ...   I‐1    1.1  Latar Belakang ...   I‐1    1.2  Dasar Hukum Penyusunan ...   I‐3    1.3  Hubungan Antar Dokumen ……….  I‐4    1.4  Sistematika Dokumen RKPD ...   I‐5    1.5  Maksud dan Tujuan ...   I‐6   

BAB II  Evaluasi  Hasil  Pelaksanaan  RKPD  Tahun  2014  dan  Capaian  Kinerja  Penyelenggaraan Pemerintahan ...   II‐1    2.1  Visi dan Misi RPJMD ...   II‐1    2.2  Gambaran Umum Kondisi Daerah ...   II‐2      2.2.1 Kondisi Geografis dan Demografis Wilayah ...   II‐2 

    2.2.2 Gambaran Kesejahteraan Masyarakat ...   II‐6 

    2.2.3 Gambaran Pelayanan Umum ...   II‐12 

    2.2.4 Gambaran Daya Saing Daerah ...   II‐20    2.3  Evaluasi Pelaksanaan dan Realisasi RPJMD ...   II‐28    2.4   Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan ...   II‐45   

BAB III  Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah Dan Kebijakan Keuangan Daerah ..   III‐1    3.1   Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ...   III‐1      3.1.1 Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 ...   III‐6 

    3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah  

          Tahun 2015 dan 2016   ...   III‐10 

     

  3.2   Arah Kebijakan Keuangan Daerah ...   III‐17      3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan ...   III‐17 

    3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ...   III‐19 

    3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah ...   III‐25 

    3.2.4 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ...   III‐26 

 

BAB IV  Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah ...   IV‐1    4.1   Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...   IV‐1    4.2  Prioritas Pembangunan ...   IV‐5    4.3  Penjelasan Program Pembangunan Daerah Tahun  2016 ...   IV‐31   

BAB V  Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah ...   V‐1    1.01.01 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga ...   4    1.02.01 Dinas Kesehatan ...   20 

(6)

 

ii   

  1.03.01 Dinas Pekerjaan Umum ...   29 

  1.06.01 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ...   49 

  1.07.01 Dinas Perhubungan ...   55 

  1.08.02 Badan Lingkungan Hidup ...   61 

  1.08.04 Dinas Kebersihan dan Pertamanan ...   65 

  1.10.01 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ...   71 

  1.13.01 Dinas Sosial ...   75 

  1.14.01 Dinas Tenaga Kerja ...   80 

  1.15.01 Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian dan Perdagangan ...   85 

  1.16.02 Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah  ...   91 

  1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ...   96 

  1.19.01 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat...   101 

  1.19.03 Satuan Polisi Pamong Praja ...   108 

  1.19.03 Badan Penanggulangan Bencana Daerah ………..   112 

  1.20.03 Sekretariat Daerah ...   116 

  1.20.04 Sekretariat DPRD ...   126 

  1.20.05 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan daerah ...   131 

  1.20.06 Badan Kepegawaian Daerah ...   140 

  1.20.07 Inspektorat Daerah ...   145 

  1.20.09 Kecamatan Bintan Timur ...   149 

  1.20.10 Kecamatan Gunung Kijang ...   153 

  1.20.11 Kecamatan Teluk Bintan ...   157 

  1.20.12 Kecamatan Bintan Utara ...   161 

  1.20.13 Kecamatan Teluk Sebong ...   165 

  1.20.14 Kecamatan Tambelan ...   169 

  1.20.15 Kecamatan Seri Kuala Lobam ...   173 

  1.20.16 Kecamatan Toapaya ...   177 

  1.20.17 Kecamatan Bintan Pesisir ...   181 

  1.20.18 Kecamatan Mantang ...   185 

  1.21.01 Badan pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan ...   189 

  1.22.01 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan            Keluarga Berencana ...   194 

  1.24.01 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah ...   201 

  2.01.01 Dinas Pertanian dan Kehutanan  ...   205 

  2.03.01 Dinas Pertambangan dan Energi ...   212 

  2.05.01 Dinas Kelautan dan Perikanan ...      218     BAB VI  Penutup ...   VI‐1           

(7)

 

iii   

DAFTAR TABEL   

Tabel 2.1  Jumlah penduduk Laki‐laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 

2014...   II‐4 

Tabel 2.2  Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di  

  Kabupaten Bintan, Tahun 2013 dan 2014 ...   II‐5 

Tabel 2.3  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga 

Konstan Tahun 2000  Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ...   II‐7 

Tabel 2.4  Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga 

Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ...   II‐8 

Tabel 2.5  Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Bintan Menurut Lapangan Usaha Tahun 

2013‐2014...   II‐9 

Tabel 2.6  Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK  Kota Tanjungpinang) Tahun 

Dasar 2007, Tahun 2013‐2014 ...   II‐9 

Tabel 2.7  Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang) Tahun 

Dasar 2007, Tahun 2014 (Semester I dan II) ...   II‐10 

Tabel 2.8  Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga 

Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ...   II‐11 

Tabel 2.9  Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga 

Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 ...   II‐11 

Tabel 2.10  Perkembangan Rata‐rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan di Kabupaten 

  Bintan Tahun 2013‐2014 ...   II‐13 

Tabel 2.11  Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf dan Buta Huruf di 

Kabupaten Bintan pada Tahun 2013‐2014 ...   II‐14 

Tabel 2.12  Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di Kabupaten Bintan 

Tahun 2013‐2014 ...   II‐15 

Tabel 2.13  Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ...   II‐17 

Tabel 2.14  Proporsi Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan, Tahun 

2003‐2014...   II‐19 

Tabel 2.15  Jumlah  Anggaran  Penangulanggan  Kemiskinan  dirinci  berdasarkan  sumber 

Pembiayaan Tahun 2013‐2014 ...   II‐19 

Tabel 2.16  Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan 

(8)

 

iv   

Tabel 2.17  Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ...   II‐25 

Tabel 2.18  Pendapatan  Riil  Perkapita  dan  Indeks  Daya  Beli  Masyarakat  Kabupaten 

Bintan,Tahun 2013‐2014 ...   II‐26  Tabel 2.19  Kawasan Produktif di Kabupaten Bintan ...   II‐27 

Tabel 2.20  Capaian Misi RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010 ‐ 2015 Sampai Dengan Tahun 

2014….. ...   II‐31 

Tabel 3.1  Kontribusi PDRB Kabupaten Bintan Tahun  2014 dan Proyeksi  Tahun 2015 

Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 ...   III‐7 

Tabel 3.2  Indikator Makro Ekonomi Kabupaten BintanTahun 2014 – 2016 ...   III‐17 

Tabel 3.3  Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 s.d 

tahun 2017……… ...   III‐18 

Tabel 3.4  Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2016 ...   III‐23 

Tabel 3.5  Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2011 s.d. Tahun 2016 ...   III‐28 

Tabel 4.1  Tujuan dan Sasaran Pembangunan ...   IV‐1 

Tabel 4.2  Jumlah Program Pembangunan dan Anggaran Pemerintah Kabupaten Bintan 

dalam Mendukung Sasaran Pokok Nasional Tahun 2016 ...   IV‐7 

Tabel 4.3  Arah Kebijakan dan Strategi terkait Pro Growth, Pro Job, Pro Poor, dan Pro 

Environment. ...   IV‐8 

Tabel 4.4  Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2016 Menurut RPJMD 

  dan RKPD 2016……… .   IV‐9 

Tabel 4.5   Program Pembangunan dan Target Capaian tahun 2016………..   IV‐31 

Tabel 5.1   Rekapitulasi Belanja Langsung Tahun 2016 ...   V‐1 

                       

(9)

 

v   

DAFTAR GRAFIK   

Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di 

Kabupaten Bintan, Tahun 2013‐2014 ...   II‐5 

Grafik 2.2 :  Indek Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ...   II‐14 

Grafik 2.3   :  Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ………   II‐14 

Grafik 2.4   : Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ...   II‐15 

Grafik 2.5 : Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bintan Tahun 

2013‐2014………...   II‐17 

Grafik 2.6 : Indeks Daya Beli Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 ………   II‐26 

Grafik 2.7 : Capaian  Misi  RPJMD  Kabupaten  Bintan  Sampai  Dengan  Tahun 

2014……… ...   II‐45 

   

(10)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐1

BAB

 

I

 

Pendahuluan

 

    1.1  Latar Belakang 

Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan 

Pembangunan Nasional dan Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 2015 tentang 

Pemerintahan  Daerah,  mengamanatkan  bahwa  dalam  rangka 

penyelenggaraan  pemerintahan,  pemerintah  daerah  berkewajiban 

menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem 

perencanaan pembangunan nasional. Sesuai dengan amanat tersebut, maka 

setiap pemerintah daerah diharuskan menyusun rencana pembangunan 

yang  sistematis,  terarah,  terpadu  dan  berkelanjutan  dengan 

mempertimbangkan  keunggulan  komparatif  wilayah  dan  kemampuan 

sumberdaya keuangan daerah. 

Perencanaan pembangunan daerah yang harus disusun oleh setiap 

daerah di Indonesia adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). 

RKPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu 

(1) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada 

RKP Nasional dan RKPD Provinsi. RKPD memuat kerangka ekonomi Daerah, 

prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik 

yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun bersama partisipasi 

masyarakat.  Sebagai  suatu  dokumen  resmi  rencana  daerah,  RKPD 

mempunyai  kedudukan  yang  strategis,  yaitu  menjembatani  antara 

perencanaan  strategis  jangka  menengah  dengan  perencanaan  dan 

penganggaran tahunan.  

Periode pembangunan berdasarkan RPJMD Kabupaten Bintan tahun 

2010‐2015 akan berakhir pada tahun 2015, berdasarkan pedoman transisi 

dan kaidah pelaksanaan yang diatur dalam Bab X RPJMD Kabupaten Bintan 

tahun 2010‐2015 disebutkan bahwa dalam rangka menjaga kesinambungan 

(11)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐2

RPJMD 2010‐2015 menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun 

pertama di bawah kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah 

terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode 

berikutnya (2015‐2020). Selanjutnya RKPD masa transisi merupakan tahun 

pertama dan bagian yang tidak terpisahkan dari RPJMD kepala daerah dan 

wakil kepala daerah terpilih hasil pemilukada pada periode berikutnya. 

Melalui  pedoman  transisi  ini,  maka  diharapkan  masalah‐masalah 

pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan akhir 

periode RPJMD dan masalah‐masalah pembangunan yang akan dihadapi 

dalam tahun pertama masa pemerintahan baru dapat terselesaikan. 

Penyusunan RKPD tahun 2016 dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu 

penyusunan Rancangan Awal RKPD, penyusunan Rancangan RKPD dan 

penyusunan Perbup RKPD dengan menggunakan pendekatan teknokratik, 

partisipatif, bottom‐up dan top‐down. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin 

terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar wilayah, antar 

ruang, antar waktu, serta antar urusan pemerintahan. 

Proses penyusunan RKPD Kabupaten Bintan tahun 2016 mengacu 

pada amanat PP No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, 

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan 

Permendagri 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah 

Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian 

dan  Evaluasi  Pelaksanaan  Rencana  Pembangunan  Daerah,  dengan 

melaksanakan tahap‐tahap sebagai berikut:  

1. Bappeda menyusun rancangan awal RKPD berdasarkan hasil evaluasi 

pembangunan tahun 2014, rancangan awal rencana kerja SKPD, RPJMD 

Kabupaten Bintan tahun 2010‐2016, rancangan RKPD Provinsi Kepulauan 

Riau tahun 2016 dan rancangan RKP Nasional tahun 2016; 

2. Rancangan RKPD menjadi bahan musrenbang RKPD yang dilaksanakan 

untuk keterpaduan rancangan Renja SKPD dan Rencana Pembangunan 

(12)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐3

3. Bappeda  merumuskan  rancangan  akhir  RKPD  berdasarkan  hasil 

musrenbang RKPD;  

4. Bappeda  menyusun  rancangan  akhir  RKPD  yang  dilengkapi  dengan 

pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju;  

5. RKPD Kabupaten Bintan ditetapkan dengan Peraturan Bupati Bintan.   

1.2   Dasar Hukum Penyusunan 

1. Undang‐Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia,‐ 

2. Undang‐Undang Nomor : 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah 

Otonom  Kabupaten  Dalam  Lingkungan  Daerah  Propinsi  Sumatera 

Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25),‐ 

3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 

4. Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan 

Pembangunan Nasional; 

5. Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan 

Keuangan Daerah; 

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara 

Penyusunan,  Pengendalian  dan  Evaluasi  Pelaksanaan  Rencana 

Pembangunan Daerah; 

8. Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  59  Tahun  2007  tentang 

Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 

9. Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  54  Tahun  2010  tentang 

Pelaksanaan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  8  tahun  2008  tentang 

Tahapan,  Tata  Cara  Penyusunan,  Pengendalian  dan  Evaluasi 

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor  27 Tahun 

2014  Tentang  Pedoman  Penyusunan,  Pengendalian  Dan  Evaluasi 

(13)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐4

11. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2013 tentang 

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bintan 

Tahun 2010‐2015.   

1.3   Hubungan Antar Dokumen 

RKPD merupakan dokumen perencanaan daerah untuk satu tahun 

yang merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RPJP. RKPD 

memuat  rancangan  kerangka  ekonomi  daerah,  program  prioritas 

pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan 

maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif. 

Keterkaitan antara RPJPD dengan  RPJMD  dan dijabarkan dalam RKPD 

bertujuan untuk mewujudkan perencanaan dan penganggaran terpadu. 

Dimana pengambilan keputusan penetapan program dan kegiatan yang 

direncanakan,  merupakan  satu  kesatuan  proses  perencanaan  dan 

penganggaran yang terintegrasi, konsisten dan mengikat untuk menjamin 

tercapainya  tujuan  dan  sasaran  program  dan  kegiatan  pembangunan 

daerah. 

Dalam  proses  penyusunan  RKPD  Kabupaten  Bintan  terdapat 

beberapa prinsip yang dipegang sampai akhir penyusunan RKPD, sehingga 

menghasilkan program dan kegiatan prioritas :   Kombinasi Top Down dan Bottom Up Planning:  

Penyusunan  RKPD  mengintegrasikan  kebijakan  pemerintah  daerah 

dengan  aspirasi  dari  masyarakat  yang  berkaitan  dengan  upaya 

pencapaian visi dan misi Kabupaten Bintan melalui forum SKPD.    Keadilan dan Sinergitas  

Penyusunan RKPD memperhatikan prinsip keadilan guna mengurangi 

kesenjangan dan menciptakan sinergitas.    Pertimbangan kemampuan fiskal daerah 

(14)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐5

Penyusunan  RKPD  mempertimbangkan  kemampuan  keuangan 

pemerintah daerah dan menggali potensi pendanaan dari masyarakat 

dalam penentuan prioritas program dan kegiatan pembangunan.    Perencanaan partisipatif  

Penyusunan  RKPD  dilaksanakan  dengan  prinsip  perencanaan 

partisipatif yang melibatkan  stakeholder  pembangunan  baik  unsur 

pemerintah daerah maupun masyarakat (Musrenbang Desa/Kelurahan, 

Musrenbang Kecamatan, dan Musrenbang Kabupaten).   

1.4  Sistematika Dokumen RKPD 

Sistematika dokumen RKPD sebagai berikut : 

BAB I :   Pendahuluan, menjelaskan (1) Latar Belakang yang menguraikan 

mengenai  pengertian,  proses  penyusunan,  kedudukan  dan 

keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan 

lainnya, (2) Dasar Hukum, (3) Hubungan Antar Dokumen, (4) 

Sistematika  Dokumen  RKPD,  serta  (5)  Maksud  dan  Tujuan 

Penyusunan. 

BAB II :   Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2014 dan Capaian Kinerja 

Penyelenggaraan Pemerintahan yang meliputi penjelasan tentang 

(1) Visi dan Misi RPJMD Kab. Bintan, (2) Gambaran Umum Kondisi 

Daerah, (3) Evaluasi Pelaksanaan dan Realisasi RPJMD, dan (4) Isu 

Strategis dan Masalah Mendesak yang harus diselesaikan pada 

tahun 2016. 

BAB III :   Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan 

Daerah, memuat (1) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah, (2) Arah 

Kebijakan Keuangan Daerah. 

BAB IV :   Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah, memuat (1)Tujuan 

dan Sasaran Pembangunan, dan (2) Prioritas Pembangunan. 

BAB V :   Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah, memuat rincian 

(15)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐6

pelaksana/SKPD, indikator capaian masing‐masing program dan 

kegiatan serta pagu indikatifnya. 

BAB VI :    Penutup   

1.5  Maksud dan Tujuan 

RKPD tahun 2016 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam 

penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan PPA Sementara 

yang akan disampaikan kepada Panitia Anggaran DPRD untuk dibahas, 

disepakati dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan KUA dan PPA antara 

Bupati dan Pimpinan DPRD. Selanjutnya akan dijabarkan dalam RKA SKPD 

sebagai  lampiran  Ranperda  APBD  untuk  dibahas  dan  memperoleh 

persetujuan DPRD. 

Adapun  tujuannya  adalah  untuk  mewujudkan  program 

pembangunan Kabupaten Bintan yang terintegrasi dan berkelanjutan sesuai 

dengan visi, misi, dan amanat RPJMD yang dilaksanakan dengan : 

1.   Menciptakan kepastian kebijakan sebagai komitmen Pemerintah dalam 

penyelenggaran  urusan  Pemerintahan  melalui  penjabaran  rencana 

strategis ke dalam rencana operasional dan memelihara konsistensi 

antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah dengan 

tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah; 

2.   Memberikan gambaran mengenai proyeksi Rencana Kerangka Ekonomi 

Daerah  tahun  2016  sebagai  patokan  dalam  penyusunan  rencana 

pendapatan  yang  akan  digunakan  untuk  membiayai  belanja  dan 

pembiayaan pembangunan daerah; 

3.   Memberikan  arah  bagi  seluruh  stakeholder  pembangunan  daerah 

dalam merumuskan dan menyusun perencanaan serta partisipasi dalam 

pembangunan daerah tahun 2016; 

4.   Menyatukan tujuan kegiatan semua SKPD melalui penetapan target 

Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam rangka pencapaian visi dan misi 

(16)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 I‐7

dalam menyusun Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ), 

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dan Laporan 

Kinerja Pemerintah Daerah (LKPD); 

5.  Menetapkan  program  prioritas  untuk  masing‐masing  urusan 

pemerintahan dalam rangka pencapaian target Indikator Kinerja Utama 

(IKU) yang ditetapkan.   

 

(17)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐1 

BAB

 

II

 

Evaluasi

 

Hasil

 

Pelaksanaan

 

RKPD

 

Tahun

 

2014

 

dan

 

Capaian

 

Kinerja

 

Penyelenggaraan

 

Pemerintahan

 

   

2.1  Visi dan Misi RPJMD 

Visi Kabupaten Bintan Tahun 2010‐2015 adalah sebagai berikut :  “Menuju Bintan Yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya”   

Bintan 

Yang Maju 

:  Bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasa dilandasi  dengan  keinginan  bersama  untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik didukung oleh sumberdaya manusia yang unggul. Maju juga diarahkan pada  terbentuknya  daerah  yang  mandiri  berbasis 

pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan beserta  segenap  potensinya  secara  berkelanjutan, namun tetap mengedepankan pentingnya kerjasama dan sinergitas. 

  Sejahtera

   

:  Menunjukkan kondisi kemakmuran masyarakat Bintan 

yang  terpenuhi  kebutuhan  ekonomi  (materiil)  dan 

spiritualnya. 

Berbudaya  :  Perwujudan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai 

budaya  yang  harus  dijaga  kelestariannya  sebagai 

pedoman  pengembangan  masyarakat.  Perwujudan 

masyarakat yang memiliki sifat dan sikap yang terpuji 

dalam kehidupan sosial ekonomi, memiliki moral yang 

tinggi  serta  menjunjung  norma‐norma  agama  dan 

norma‐norma adat yang berlaku.   

(18)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐2  Misi Kabupaten Bintan  

Misi pemerintah daerah dalam periode 2010 – 2015 diarahkan untuk 

mewujudkan Bintan yang lebih maju, sejahtera dan berbudaya. Usaha‐usaha 

perwujudan  visi  Kabupaten  Bintan  2015  akan  dijabarkan  dalam  misi 

pembangunan Bintan tahun 2010 – 2015 sebagai berikut : 

1. Melanjutkan  upaya  peningkatan  kualitas sumber daya manusia yang 

cerdas, sehat, berdaya saing, berbudaya serta beriman dan bertaqwa 

kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

2. Mewujudkan pembangunan perekonomian daerah yang berbasis pada 

pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan. 

3. Melanjutkan pengembangan potensi pariwisata dan agribisnis. 

4. Melanjutkan upaya penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik 

(good  governance),  demokratis  dan  bertanggung  jawab  didukung 

dengan kepastian hukum dan penegakan HAM. 

5. Melanjutkan pembangunan yang adil dan merata melalui peningkatan 

kualitas  dan  kuantitas  prasarana  dan  sarana  yang  menunjang 

perkembangan di seluruh wilayah Kabupaten Bintan. 

6. Melanjutkan upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat 

dengan mengedepankan kearifan lokal dan pengarusutamaan gender. 

7. Mewujudkan  pembangunan  yang  berkelanjutan   dan  berwawasan 

lingkungan (Sustainable Development).   

2.2  Gambaran Umum Kondisi Daerah 

2.2.1 Kondisi Geografis dan Demografis Wilayah    Kondisi Geografis 

  Kabupaten Bintan secara geografis terletak antara 006’17”‐134’52” 

Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat‐10802’27” Bujur 

Timur di sebelah Timur, dengan batas‐batas sebagai berikut :   Sebelah Utara  :  Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia.   Sebelah Selatan :  Kabupaten Lingga. 

(19)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐3   Sebelah Barat  :  Kota Batam dan Kota Tanjungpinang. 

 Sebelah Timur  :  Provinsi Kalimantan Barat   

  Secara  keseluruhan  luas  wilayah  Kabupaten  Bintan  seluruhnya 

mencapai  87.717,84  Km2, luas daratannya hanya 1,50%  atau sebesar 

1.319,51 Km2 saja dan luas lautnya 86.398,33 Km2 (98,50%). Kecamatan 

terluas daratannya adalah Kecamatan Gunung Kijang dengan luas 503,12 

Km2 dan Kecamatan terkecil adalah Tambelan yaitu 169,42 Km2. Kabupaten 

Bintan saat ini terdiri dari 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah 

diantaranya  yang  sudah  dihuni,  sedangkan  sisanya  walaupun  belum 

berpenghuni  sebagian  sudah  dimanfaatkan  untuk  kegiatan  pertanian, 

khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau‐pulau di 

Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan 

rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa‐rawa. 

  Wilayah  Kabupaten  Bintan  merupakan  bagian  dari  paparan 

kontinental yang terkenal dengan nama Paparan kontinental yang dibebut 

Paparan Sunda. Morfologi pulau Bintan tidak memiliki perbedaan ketinggian 

yang menyolok yaitu antara 0‐350 meter dari muka laut. Penonjolan puncak‐

puncak bukit antara lain Gunung Bintan 348 meter, Gunung Bintan Kecil 196 

meter.  Bukit‐bukit  lainnya  merupakan  bukit‐bukit  dengan  ketinggian 

dibawah 100 meter. Bukit‐bukit tersebut merupakan daerah hulu‐hulu 

sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola 

sub paralel, sedangkan pola anak‐anak sungainya berpola sub radial. Sungai‐

sungai  itu  umumnya  pendek‐pendek,  dangkal  dan  tidak  lebar.  Pada 

umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Pada tahun 2013di 

wilayah Kabupaten Bintan temperatur rata‐rata terendah sebesar 24 derajat 

celcius dan tertinggi rata‐ratasebesar 30derajat celcius dengan kelembaban 

nisbi rata‐rata tercatat sekitar 72‐96%. Kecepatan arah angin rata‐rata 

18km/jam dengan arah angin cenderung ke Timur Laut.   

(20)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐4  Gambaran Demografis 

  Penduduk  Kabupaten  Bintan  berdasarkan  estimasi  tahun  2014 

berjumlah sebesar 151.123 jiwa terdiri dari 38.882 rumah tangga (KK). 

Jumlah penduduk laki‐laki sebesar 77.909 jiwa (51,15%) dan penduduk 

perempuan sebesar 73.214 jiwa (48,44%). Perbandingan antara jumlah 

penduduk laki‐laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 105.71. Artinya 

setiap 100 perempuan berbanding dengan 105 penduduk laki‐laki, jumlah 

penduduk  laki‐laki  2.71%lebih  banyak  dibandingkan  jumlah  penduduk 

perempuan. Persentase ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan 

dari tahun sebelumnya. Kecamatan yang terpadat penduduknya masih 

tercatat kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk tertinggi 41.150 

jiwa (27,22%), sedangkan yang terendah adalah dikecamatan Mantang 

sebanyak 4,168 jiwa (2,75%).   

Tabel 2.1 : Jumlah penduduk Laki‐laki dan Perempuan di Kabupaten 

Bintan Tahun 2014   

Kecamatan  Penduduk  Jumlah  Laki‐laki  Perempuan 

1. Bintan Timur  21.343 19.807  41.150

2. Gunung Kijang  7.159 5.968  13.127

3. Teluk Bintan  4.850 4.301  9.151

4. Toapaya  6.057 5.226  11.283

5. Teluk Sebong  9.331 8.265  17.596

6. Seri Kuala Lobam  8.500 10.257  18.757

7. Bintan Utara  11.236 11.234  22.470

8. Tambelan  2.611 2.470  5.081

9. Mantang  2.267 1.901  4.168

10. Bintan Pesisir  4.555 3.785  8.340

KABUPATEN BINTAN  77.909 73.214  151.123

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

         

(21)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐5 

  Tabel 2.2     : Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2014 

No  Kelompok Umur  Tahun  2013  2014  1.  0‐4 16.170 16.350  2.  5‐9  16.351 16.566  3.  10‐14  13.866 14.085  4.  15‐19  10.009 10.159  5.  20‐24 10.500 10.595  6.  25‐29  15.087 15.235  7.  30‐34  15.856 16.022  8.  35‐39  13.753 13.914  9.  40‐44 10.992 11.141  10.  45‐49  8.295 8.437  11.  50‐54  5.834 5.944  12.  55‐59  4.332 4.419  13.  60‐64 3.201 3.270  14.  65‐69  2.237 2.288  15.  70‐75  1.408 1.442  16.  75+ 1.229 1.256  Jumlah  149.120 151.123  Dependency Rasio  52,38 52,44    Sumber  : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

 

Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency 

Rasio di Kabupaten Bintan, Tahun 2013‐2014                     

Sumber  : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015      0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Laki‐laki Perempuan Jumlah

JU

MLAH

PEN

D

(22)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐6    Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan 

antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif 

lagi (usia 0‐14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan 

penduduk usia produktif (usia 15‐64 tahun) Kabupaten Bintan menunjukkan 

peningkatan dari tahun 2013 sampai tahun 2014. Kabupaten Bintan pada 

tahun 2013 Dependency Ratio nya mencapai 52.38 sedangkan tahun 2014 

yaitu 52,44. Artinya bahwa pada tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk usia 

produktif  di  Kabupaten  Bintan  menanggung  sekitar  52  penduduk  usia 

belum/tidak produktif.   

2.2.2 Gambaran Kesejahteraan Masyarakat 

Pertumbuhan Ekonomi/PDRB 

Pengembangan  ekonomi  wilayah  tidak  hanya  ditujukan  untuk 

meningkatkan  pertumbuhan  ekonomi  tetapi  juga  harus  mampu 

meningkatkan  kesejahteraan  penduduk  dan  mampu  menciptakan 

pemerataan  pendapatan.  Tingkat  kesejahteraan  penduduk  dapat 

ditunjukkan dengan PDRB per kapita, meskipun angka ini tidak menjelaskan 

adanya tingkat distribusi pendapatan penduduk. 

Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), 

PDRB Kabupaten Bintan pada tahun 2014 atas Dasar Harga konstan tercatat 

sebesar  Rp3,96  trilyun,‐  meningkat  daripada  tahun  2013  yang hanya 

tercatat sebesar Rp3,74 trilyun,‐ yang diukur dari sembilan sektor lapangan 

usaha  yaitu sektor pertanian; pertambangan  dan penggalian;  industri 

pengolahan listrik, gas dan air bersih; bangunan/konstruksi; perdagangan, 

hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan 

dan jasa perusahaan dan jasa‐jasa.   

     

(23)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐7  Tabel 2.3 :  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan 

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000  Menurut Lapangan Usaha,  

Tahun 2013‐2014   

Lapangan Usaha 2013 2014  SEKTOR PRIMER  595.457,57 617.361,28 

  1.   Pertanian  214.524,80 230.145,87 

  2.   Pertambangan & penggalian  380.932,77 387.215,40 

SEKTOR SEKUNDER  2.100.414,70 2.226.604,53 

  3.   Industri pengolahan  1.943.145,74 2.057.948,13 

  4.   Listrik,gas dan air bersih  9.955,93 10.632,74 

  5.   B a n g u n a n  147.313,04 158.023,67 

SEKTOR TERSIER  1.049.874,81 1.121.407,43 

  6.   Perdagangan, hotel dan 

restoran  748.230,29 798.061,52 

  7.   Pengangkutan dan 

komunikasi  135.349,63 143.765,09 

  8.   Keuangan, persewaan dan jasa  57.287,60 61.780,93 

  9.   J a s a  ‐  j a s a  109.007,29 117.799,88 

PDRB  3.745.747,08 3.965.373,24 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015   

  Sektor‐sektor yang memiliki nilai kontribusi besar terhadap PDRB adalah 

sektor Industri Pengolahan sebesar 50,53%, sektor Perdagangan, Hotel dan 

Restoran sebesar 20,76%, sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 

9,94%  dan  sektor  Pertanian  sebesar  5,78%,  sektor  Pengangkutan  dan 

Komunikasi sebesar 3,80%, sektor Bangunan 4,58%, sedangkan sektor lain 

seperti Listrik, Gas dan Air Bersih Keuangan, Persewaan dan Jasa, masing‐

masing memberikan kontribusi kurang dari 3,00%. Untuk lebih jelasnya dapat 

dilihat pada tabel berikut.   

     

(24)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐8  Tabel 2.4 : Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan 

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014   

 

LAPANGAN USAHA  TAHUN  2013  2014  SEKTOR PRIMER  16,36 15,72 

  1.   Pertanian, petenakan, 

kehutanan, perikanan  5,74 5,78 

  2.   Pertambangan & penggalian  10,62 9,94 

SEKTOR SEKUNDER   55,98 55,43 

  3.   Industri pengolahan  51,13 50,53 

  4.   Listrik, gas dan air bersih  0,30 0,32 

  5.   B a n g u n a n  4,55 4,58 

SEKTOR TERSIER  27,67 38,85 

  6.   Perdagangan, hotel dan 

restoran  19,96 20,76 

  7.   Pengangkutan dan 

komunikasi  3,72 3,80 

  8.   Keuangan, persewaan dan 

jasa   1,40 1,48 

  9.   J a s a  ‐  j a s a  2,59 2,81 

PDRB  100,00 100,00 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015   

  Laju  Pertumbuhan  Ekonomi  (LPE)  yang  diukur  dari  kenaikan  PDRB 

(Produk Domestik Regional Bruto) berdasarkan harga konstan pada tahun 

2013 LPE mencapai 6,24% namun pada tahun 2014 menurun menjadi 5,86%. 

Penurunan LPE di Kabupten Bintan pada tahun 2014 disinyalir imbas dari 

kondisi makro perekonomian di tingkat regional, nasional serta dunia masih 

labil  dan  fluktuatif,  pelarangan  ekspor  bahan  mentah  pertambangan 

menurunkan aktifitas pertambangan yang turut berimbas pada pertumbuhan 

sektor Pertambangan dan Penggalian. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak 

subsidi, kenaikan Tarif Dasar Listrik, isu stabilitas ekonomi nasional menjelang 

dan pasca pemilu legislatif dan presiden juga turut mempengaruhi Laju 

Pertumbuhan Ekonomi sepanjang Tahun 2014.   

(25)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐9  Tabel 2.5 :  Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Bintan Menurut 

Lapangan Usaha Tahun 2013‐2014   

Lapangan Usaha  Laju Pertumbuhan Sektor (%)  2013  2014  SEKTOR PRIMER  5,62 3,68 

  1.   Pertanian  6,44 7,28 

  2.   Pertambangan & penggalian 5,17 1,65 

SEKTOR SEKUNDER   6,23 6,01 

  3.   Industri pengolahan  6,11 5,91 

  4.   Listrik,gas dan air bersih 5,81 6,80 

  5.   B a n g u n a n  7,98 7,27 

SEKTOR TERSIER  6,61 6,81 

  6.   Perdagangan, hotel dan restoran  6,81 6,66 

  7.   Pengangkutan dan komunikasi 6,81 6,22 

  8.   Keuangan, persewaan dan jasa   5,53 7,84 

  9.   J a s a  ‐  j a s a  5,50 8,07 

PDRB  6,24 5,86 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015   

Tingkat Kestabilan Harga (Inflasi) 

  Tingkat kestabilan harga (inflasi) juga merupakan salah satu ukuran 

kinerja perekonomian Pemerintah  Daerah  dalam mengendalikan gejolak 

harga terutama untuk komoditi yang strategis yang diukur dengan mengukur 

Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan inflasi 

tahun 2013 (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang) Laju inflasi tahun kalender 

(Januari–Desember) / ‘year on year’   Tahun 2014 di Kota Tanjungpinang 

sebesar 7,49%, mengalami penurunan menjadi 7,49%.   

Tabel 2.6 :  Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK  Kota 

Tanjungpinang) Tahun Dasar 2007, Tahun 2013‐2014    No  Kebutuhan Pokok  2013  2014  1.  Bahan Makanan  13,31  6,18  2.  Makanan Jadi  11,30  5,97  3.  Perumahan  6,51  7,77  4.  Sandang  0,26  6,92 

(26)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐10  No  Kebutuhan Pokok  2013  2014  5.  Kesehatan  5,34  3,51  6.  Pendidikan  2,97  7,14  7.  Transport  14,26  12,40  UMUM  10,09  7,49 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015

 

  Pada semester I tahun 2014, komponen yang paling tinggi inflasinya 

yaitu sandang yang mencapai 4,64% diikuti dengan makanan jadi, minuman, 

rokok dan tembakau yang mencapai 2,15%. Sedangkan pada semester II 

terjadi kenaikan inflasi hampir di semua komponen mengalami inflasi. Inflasi 

tertinggi adalah transport, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 

11,01% sedangkan bahan makanan mencapai 8,00%, dan Perumahan, Air, 

Listrik, Gas dan Bahan Bakar 6,56%. Sehingga Indeks Harga Konsumen (IHK) 

Kota Tanjungpinang pada tahun 2014 (Januari–Desember) pembentukan 

inflasi selama periode itu yakni pada kelompok transportasi sebesar 12,40%, 

kelompok perumahan sebesar 7,77%. Secara umum kenaikan inflasi ini 

disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar 

Minyak  bersubsidi  sehingga  secara  langsung  berpengaruh  terhadap 

kenaikan biaya transportasi dan produksi.    

Tabel 2.7 : Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota 

Tanjungpinang) Tahun Dasar 2007, Tahun 2014 (Semester I dan II)   

No  Kebutuhan Pokok  Semester I (Jan‐ Jun)  Semester II (Jul‐ Des)  1.  Bahan Makanan  ‐1,69 8,00  2.  Makanan Jadi 2,15 3,74  3.  Perumahan  1,13 6,56  4.  Sandang  4,64 2,18  5.  Kesehatan  8,38 1,60  6.  Pendidikan  0,31 6,30  7.  Transport  0,55 11,01  UMUM  0,89 6,54 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

(27)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐11  PDRB per Kapita 

  Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik 

Regional Bruto adalah PDRB perkapita. Angka PDRB perkapita Kabupaten 

Bintan memperlihatkan rata‐rata pendapatan yang diterima oleh masing‐

masing  penduduk  dan  dapat  merepresentasikan  tingkat  kesejahteraan 

masyarakat di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel berikut :   

Tabel 2.8 : Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan 

Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014   

NO  RINCIAN  TAHUN 

2013  2014 

1.  Produk  Domestik  Regional  Bruto 

Atas  Dasar  Harga  Pasar  (Juta 

Rupiah) 

3.745.747,08 3.965.373,24

2.  Penyusutan  Barang  Modal  (Juta 

Rupiah)  168.597,57 178.483,04

3.  Produk  Domestik  Regional  Netto 

Atas  Dasar  Harga  Pasar  (Juta 

Rupiah) 

3.577.149,51 3.786.890,20

4.  Pajak  Tak  Langsung  Netto  (Juta 

Rupiah)  221.388,26 223.819,98

5.  Produk  Domestik  Regional  Netto 

Atas  Dasar  Harga  Faktor  (Juta 

Rupiah) 

3.355.761,25 3.563.070,22

7.  Per  Kapita  Produk  Domestik 

Regional Bruto (Juta Rupiah)  25.119.012,10 26.239.376,12

8.  Per  Kapita  Pendapatan  Regional 

(Juta Rupiah)  22.503.763,74 23.577.286,20

Sumber:BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015

 

Tabel 2.9  : Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan 

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014   

NO  RINCIAN  TAHUN 

2013  2014 

1.  Produk Domestik Regional Bruto 

Atas Dasar Harga Pasar (Juta 

Rupiah) 

5.822.931,36 6.274.389,20 

2.  Penyusutan Barang Modal (Milyar 

(28)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐12 

NO  RINCIAN  TAHUN 

2013  2014 

3.  Produk Domestik Regional Netto 

Atas Dasar Harga Pasar (Juta 

Rupiah) 

5.560.838,89 5.991.976,44 

4.  Pajak Tak Langsung Netto (Milyar 

Rupiah)  344.157,95 354.149,18 

5.  Produk Domestik Regional Netto 

Atas Dasar Harga Faktor (Juta 

Rupiah) 

5.216.680,93 5.637.827,26 

7.  Per Kapita Produk Domestik 

Regional Bruto (Juta Rupiah)  39.048.627,65 41.518.426,74 

8.  Per Kapita Pendapatan Regional 

(Juta Rupiah)  34.983.107,12 37.306.215,86 

Sumber  : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015

 

  Selama ini Produk Domestik Regional Bruto pendapatan per kapita 

masih tetap dipakai sebagai salah satu tolok ukur kemajuan pembangunan 

suatu daerah. PDRB per kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku 

dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun 

terakhir ini PDRB per kapita Kabupaten Bintan atas dasar harga berlaku 

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 ini mencapai 

Rp34,98 juta sampai pada tahun 2014 menjadi Rp37,30 Juta   

2.2.3 Gambaran Pelayanan Umum 

Pendidikan 

  Tolok ukur bidang pendidikan adalah indikator mutu pendidikan yang 

dapat dilihat dari tingginya angka partisipasi. Angka partisipasi tersebut terdiri 

atas angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM). Dari 

hasil evaluasi kinerja Wajib Belajar Dikdas 9 tahun diketahui bahwa APM 

pendidikan SD 97,91% pada tahun 2013 dan 94,11% pada tahun 2014. Artinya 

pada tahun 2014 ada sebanyak 94,11% penduduk yang berusia 7‐12 tahun 

telah tertampung di SD. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk 

pendidikan SD pada tahun 2013 menjadi 105,48% meningkat pada tahun 2014 

menjadi sebesar 105,63&. Untuk APK jenjang SMP/MTs pada tahun 2013 

(29)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐13 

Pada tahun 2013 APM SMP/MTs sebesar 85,59%, sedangkan pada tahun 2014 

menunjukkan angka 71,18%. Untuk APK jenjang SMA tahun 2013 mencapai 

82,23% sedangkan  pada  tahun  2014  meningkat hingga  94,73%,  hal ini 

menunjukan bahwa pada tahun 2014 terdapat peningkatan sebesar 12,5%. 

Sedangkan APM jenjang SMA pada tahun 2013 menunjukkan angka 67,42% 

dan terus menurun hingga pada tahun 2014 mencapai 62,20%. 

  Jika dilihat berdasarkan komponennya peningkatan capaian angka IPM 

Kabupaten Bintan dewasa ini merupakan kontribusi terbesar dari Indeks 

Pendidikan yang semakin baik. Menurut data BPS tahun 2013 capaian Indeks 

Pendidikan pada tahun 2013 Indeks Pendidikan Kabupaten Bintan mencapai 

84,9 dengan rata‐rata lama sekolah 9,01 tahun. Sedangkan pada tahun 2014 

Indeks Pendidikan mencapai 85,3 dengan rata‐rata lama sekolah 9,06. Dengan 

telah dicapainya angka 9 tahun untuk rata‐rata lama sekolah maka Kabupaten 

Bintan dapat Program Wajib Belajar 9 Tahun telah terwujud. Di sisi lain juga 

menunjukkan bahwa penurunan angka drop out yang cukup signifikan dari 

tahun ke tahun sehingga mampu menunjang pencapaian rata‐rata lama 

sekolah yang membanggakan.   

Tabel 2.10 : Perkembangan Rata‐Rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan 

di Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 

 

No.  Tahun  Rata‐Rata Lama Sekolah  Indeks Pendidikan 

1.  2013  9,01 

84,9 

2.  2014  9,06  85,3 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

         

(30)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐14  Grafik 2.2 : Indek Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 

 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

  Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan diperoleh gambaran capaian 

Persentase Melek Huruf (AMH) penduduk 15 tahun ke atas mencapai 97,32% 

pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 pada angka 97,68%. 

Sehingga persentase Buta Huruf juga dapat ditekan dari 2,68% di tahun 2013 

menjadi 2,32% ditahun 2014. 

 

Tabel 2.11 :  Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf 

dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan pada Tahun 2013‐2014 

 

No.  Tahun  Melek Huruf(%)  Buta Huruf(%) 

1.  2013  97,32  2,68 

2.  2014  97,68  2,32 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, 2015

 

Grafik 2.3   : Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 

 

Sumber :BPS Kabupaten Bintan, 2015 

83.21 83.35 84.9 85.3 82 82.5 83 83.5 84 84.5 85 85.5 2013 2014 Target RPJMD Realisasi 97.32 97.68 97.1 97.2 97.3 97.4 97.5 97.6 97.7 97.8 2013 2014 IN D E KS PENDID IK AN

(31)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐15  Kesehatan 

  Pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bintan dari tahun 

2013 sampai tahun 2014 menunjukkan peningkatan. Perkembangan positif ini 

sangat  mempengaruhi  angka  Indeks  Kesehatan  (IK)  Kabupaten  Bintan. 

Menurut data BPS Kabupaten Bintan capaian AHH Kabupaten Bintan tahun 

2013 AHH mencapai 69,91 dengan IK sebesar 74,9. Tahun 2014 AHH mencapai 

69,98 dengan IK mencapai 75,0. Angka Harapan Hidup (AHH) dipengaruhi oleh 

berbagai faktor antara lain Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup 

(AMH). Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bintan berusaha keras untuk 

menekan Angka Kematian Bayi maupun Angka Kematian Ibu saat melahirkan 

setiap tahunnya dalam rangka membantu mendorong Angka Harapan Hidup.  

 

Tabel 2.12 : Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di 

Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014   

No  Tahun  Angka Harapan Hidup  Indeks Kesehatan 

1. 2013  69,91 74,9 

2.  2014  69,98  75,0 

Sumber: BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

 

Grafik 2.4     : Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014 

 

Sumber: BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2015   

  Terkait dengan usaha peningkatan pelayanan kesehatan terutama 

bagi masyarakat miskin, Pemerintah Kabupaten Bintan sangat proaktif dalam 

mendukung implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sejak tahun 2012 

74.9 75 74.85 74.9 74.95 75 75.05 2013 2014

(32)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐16 

telah terdaftar sebanyak 29.210 jiwa peserta Jamkesmas dan pada tahun 

2014  program  Jaminan  Kesehatan  Nasional  mulai  dilaksanakan  dengan 

peserta awal yang berasal dari Jamkesmas, Askes dan TNI‐Polri.  

  Sebagai tahap awal pada tahun 2015 ini program Jamkesda Bintan 

secara bertahap akan terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional yang 

menggunakan  data  dari  Tim  Nasional  Percepatan  Penanggulangan 

Kemiskinan KBS  Kesehatan. Proses pengintegrasian tersebut akan  terus 

dilakukan khususnya bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota 

BPJS Kesehatan dan bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS 

namun memiliki Kartu Bintan Sejahtera masih tetap dapat memanfaatkan 

pelayanan kesehatan.  

  Selanjutnya, bagi masyarakat miskin yang belum menjadi anggota BPJS 

maupun yang tidak memiliki KBS Kesehatan diberikan kesempatan untuk 

menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang diterbitkan oleh 

Desa/Kelurahan  untuk  dapat  memanfaatkan  pelayanan  kesehatan  yang 

berlaku selama 3 bulan. Selain mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan, 

Pemerintah  Kabupaten  Bintan  juga  memberikan  bantuan  transportasi, 

akomodasi dan konsumsi bagi masyarakat miskin yang menjadi peserta BPJS 

PBI maupun yang menggunakan KBS dan SKTM yang dirujuk ke luar daerah 

Kabupaten Bintan. 

  Berkaitan  dengan  itu  pula,  Pemerintah  Kabupaten  Bintan  telah 

menyiapkan 2 unit rumah singgah untuk memfasilitasi pasien yang dirujuk ke 

Jakarta dan Kalimantan Barat untuk pasien dari Kecamatan Tambelan. Selain 

itu, telah dilakukan kerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 

Rumah Sakit Kanker Darmais, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita dan Rumah 

Sakit  Islam  Cempaka  Putih  di  Jakarta.  Sedangkan  di  Kalimantan  Barat 

dilakukan  kerja  sama  dengan  Rumah  Sakit  Umum  Daerah  Abdul  Aziz 

Singkawang.    

(33)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐17   Indeks Pembangunan Manusia 

  Untuk mengukur  kualitas sumberdaya manusia  digunakan Indeks 

Pembangunan  Manusia  (IPM)  yang  merupakan  indeks  komposit  yang 

mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang paling mendasar dilihat 

dari kulitas fisik  dan non  fisik yang meliputi indeks pendidikan,  indeks 

kesehatan, dan indeks ekonomi. Pada tahun 2013 IPM Kabupaten Bintan 

mencapai 75,99% dan tahun 2014 yaitu 76,51% yang telah melampaui target 

akhir RPJMD yang ditargetkan yaitu hanya sebesar 76,06%.   

Tabel 2.13 : Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014   

No.  Tahun  Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 

Target  Realisasi 

1.  2013 75,63 75,99 

2.  2014  75,82  76,51 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015   

Grafik 2.5 :  Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 

Kabupaten Bintan Tahun 2013‐2014   

 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

75.63 75.82 75.99 76.51 75 75.2 75.4 75.6 75.8 76 76.2 76.4 76.6 2013 2014 Target RPJMD Realisasi IN D E KS P E M B AN G U NA N M A N U S IA

(34)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐18  Penanggulangan Kemiskinan 

  Pemerintah Kabupaten Bintan sangat komitmen untuk mempercepat 

pembangunan manusia dan memberantas kemiskinan seperti yang telah 

dicanangkan melalui deklarasi milenium atau yang lebih dikenal dengan 

Millenium Development Goals (MDGs).  

  Dari 8 tujuan MDGs yang disepakati kewajiban pemerintah daerah  

hanya  memiliki  7  tujuan  MDGs  yakni  menanggulangi  kemiskinan  dan 

kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan 

gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, 

meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit 

menular lainnya dan memastikan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan 

pencapaian  tujuan  membangun  kemitraan  global  untuk  pembangunan 

dilaksanakan oleh pemerintah pusat. 

  Pencapaian target MDGs tersebut telah diimplementasikan dengan 

mengintegrasikannya ke dalam program dan kegiatan yang kita rencanakan 

dan tetapkan bersama. Secara garis besar pencapaian MDGs dapat saya 

gambarkan, : dari tujuh tujuan MDGs yang pencapaiannya diukur dengan 49 

indikator, 43 indikator atau 87,76% pada tahun 2014 targetnya telah berhasil 

dicapai, 6 indikator atau 12,24% pencapaian targetnya on track dan akan 

tercapai pada tahun 2015. Sedangkan target indikator yang perlu dicapai 

dengan kerja keras tidak ditemukan lagi. 

  Dari  berbagai  upaya  pelaksanaan  program  dan  kegiatan 

pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan telah menunjukkan 

manfaat (outcome) yang menggembirakan, angka kemiskinan dapat ditekan 

menjadi 6,32% atau sebesar 9.600 jiwa pada tahun 2014. 

  Selanjutnya  Pemerintah  Kabupaten  Bintan  bersama  Provinsi 

Kepulauan Riau maupaun Pemerintah Pusat terus berupaya  dalam menekan 

angka kemiskinan  melalui program‐program percepatan penanggulangan 

kemiskinan  yang  dilakukan  dengan  (1)  Mengurangi  beban  pengeluaran 

(35)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐19 

masyarakat miskin; (3) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha 

Mikro dan Kecil; (4) Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan 

kemiskinan.   

Tabel 2.14 : Proporsi Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk 

Kabupaten Bintan, Tahun 2003‐2014    Tahun  Jumlah  Penduduk  (Jiwa)  Laju Pertumb.  Penduduk (%)  Jumlah  Penduduk  Miskin (Jiwa)  Persentase  Penduduk Miskin  2013  149.120  1,30  9.325  6,23  2014  151.123  1,34  9.600  6,32 

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015 

   

   Pada tahun 2014 Kabupaten Bintan telah mengalokasikan dana untuk 

program pengentasan kemiskinan sharing dana Provinsi Kepulauan Riau 

sebesar Rp12,627,834,085,‐ dikuti dengan Provinsi Kepulaan Riau sebesar 

Rp25,255,668,171,‐  dengan  total  keselurahan  mencapai      

Rp37,883,502,256,‐ jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu  

sebesar Rp34.458.296.242,‐.    

Tabel 2.15 : Jumlah Anggaran Penangulanggan Kemiskinan dirinci 

berdasarkan sumber Pembiayaan Tahun 2013‐2014   

No Tahun  Sumber Dana  Jumlah 

APBD I  APBD II 

1  2014  25,255,668,171  12,627,834,085  37,883,502,256 

2  2013  22.804.823.011  11.653.473.231  34.458.296.242 

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2014   

Pada tahun 2014 telah diberikan bantuan rehabilitasi Rumah Tidak 

Layak Huni sebanyak 508 unit meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 455 

unit. Pada tahun 2014 penganggaran rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni 

(36)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐20 

anggaran sebesar Rp 600 juta dan 448 unit rumah melalui cost sharing 

dengan APBD Propinsi Kepulauan Riau yakni sebesar Rp600 juta dan sebesar 

Rp300 juta melalui APBD Kabupaten Bintan.   

2.2.4 Gambaran Daya Saing Daerah 

Salah  satu  indikator  kinerja  pembangunan  suatu  daerah  diukur 

melalui indikator‐indikator makro ekonomi. Pencapaian perekonomian suatu 

daerah  merupakan gambaran dari prestasi pemerintahan daerah  dalam 

memanfaatkan potensi yang ada di daerah tersebut, serta usaha dalam 

mengatasi  kendala‐kendala  yang  ada  di  daerah.  Beberapa  indikator 

pencapaian pembangunan ekonomi adalah: Produk Domestik Regional Bruto 

(PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan tingkat inflasi. Sektor yang 

memiliki  kontribusi  terbesar  terhadap  Produk  Domestik Regional  Bruto 

(PDRB) Kabupaten Bintan tidak terlepas dari potensi  yang dimiliki oleh 

Kabupaten Bintan yaitu Industri, Pariwisata dan Pertanian, dengan uraian 

sebagai berikut :   

Potensi Unggulan Daerah 

  Salah satu stimulan peningkatan potensi unggulan daerah Kabupaten 

Bintan adalah dengan ditetapkannya Kabupaten Bintan sebagai salah satu 

Kawasan Free Trade Zone. Pembentukan Free Trade Zone di Kabupaten Bintan 

berdasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan 

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Adapun daerah yang termasuk 

dalam Free Trade Zone Bintan adalah kawasan Bintan Utara dengan liputan 

wilayah hampir setengah Pulau Bintan. Terdapat 5 lokasi lain yang berupa  enclave yaitu kawasan Anak Lobam, kawasan Maritim Bintan Timur, kawasan 

galang Batang, kawasan Galang Batang, kawasan Senggarang dan kawasan 

Industri Dompak Barat. Dengan adanya pemekaran wilayah, maka Kota 

Tanjungpinang menjadi suatu wilayah administratif  yang berdiri sendiri. 

(37)

RKPD Kabupaten Bintan 2016 II‐21 

termasuk ke dalam Free Trade Zone Bintan wilayah kota Tanjungpinang. 

Kawasan Industri Lobam termasuk dalam lingkup Kawasan Bintan Bagian 

Utara. 

Free Trade Zone Bintan dengan luas 62.017,20 Ha tersebut saat ini 23.000 Ha 

merupakan kawasan wisata internasional Lagoi yang dikelola sendiri oleh 

Penanam Modal Asing dengan core wisata pantai dan golf. Sedangkan seluas 

4.000 Ha merupakan kawasan industri Lobam. 

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2011 tentang Rencana Tata 

Ruang kawasan Batam, Bintan dan Karimun maka kawasan Free Trade Zone 

Batam Bintan Karimun mecakup 26 Kecamatan yang 7 kecamatan diantaranya 

termasuk sebagian  wilayah  Kabupaten Bintan. Adapun Strukutur Ruang 

Kawasan Free Trade Zone Bintan terdiri dari sistem pusat kegiatan (PK) Primer 

yaitu: 

1. Pusat Kegiatan Berorientasi Ekspor, yaitu kawasan industri Galang Batang 

Kecamatan Gunung Kijang, Kawasan Industri Lobam di Kecamatan Seri 

Kuala Lobam, Kawasan Maritim Bintan Timur di Kecamatan Bintan Timur. 

Fungsi  utama  Pusat  Kegiatan  Berorientasi  Ekspor  ini  adalah 

pengembangan industri skala besar. Sedangkan fungsi pendukungnya 

sebagai simpul transportasi, pemukiman karyawan, perdagangan dan 

jasa lokal. 

2. Pusat Kegiatan Pariwisata Mancanegara dan Domestik, yaitu Kawasan 

Wisata Internasional Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong, Kawasan Wisata 

Penghujan‐Kuala Sempang di Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kawasan 

Wisata Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, dan Kawasan Wisata Sakera 

di Kecamatan Bintan Utara. Fungsi utama Pusat Kegiatan Pariwisata 

Mancanegara dan Domestik ini adalah pengembangan kepariwisataan. 

Sedangkan  fungsi  pendukungnya  sebagai  pemukiman  dan  simpul 

transportasi penumpang. 

3. Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa, yaitu Pusat Kegiatan Perdagangan 

Gambar

Tabel 2.1 : Jumlah penduduk Laki‐laki dan Perempuan di Kabupaten  Bintan Tahun 2014 
Grafik  2.1  :  Jumlah  Penduduk  Menurut  Kelompok  Umur  dan  Dependency  Rasio di Kabupaten Bintan, Tahun 2013‐2014                      Sumber  : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2015     051015202530354045
Tabel 2.7 : Laju Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota  Tanjungpinang) Tahun Dasar 2007, Tahun 2014 (Semester I dan II) 
Tabel 2.8 : Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan  Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2013‐2014 
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, ketentuan Pasal 263

hal penggandaan buku. Melalui lisensi, pengusaha memberikan izin kepada suatu pihak untuk membuat produk tersebut diberikan dengan cuma-cuma, sebagai imbalan dari

Prasarana dan sarana praktikum yang ada pada mata diklat menetaskan telur di SMK Negeri 1 Cikalongkulon pada kenyataannya belum optimal dalam menunjang kegiatan

Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya rencana Pemerintah Kabupaten Tana Toraja untuk merubah status Kawasan Hutan Lindung Nanggala menjadi kawasan konservasi dengan kategori

Dengan terjadinya kemacetan lalu lintas dalam satu ruas jalan mengakibatkan adanya tambahan waktu perjalanan, yang juga berdampak pada kehilangan biaya transportasi

Penjelasan tersebut sesungguhnya telah dinyatakan sejak awal dalam Menimbang butir (b) yang berbunyi: "bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 33 ayat (3) Peraturan

Penguatan identitas kultural di lembaga LPTK tidak hanya dapat dilakukan dosen pada saat pemilihan model dan pembawaan mata kuliah di kelas. Strategi dan pemberian tugas