• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Manajemen Pemberian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Manajemen Pemberian"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

615.328

Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat

p Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Pedoman manajemen pemberian taburia.

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2012. ISBN 978-602-235-210-5

Cetakan Pertama Tahun 2012 Cetakan Kedua Tahun 2013

(3)

DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI

2 0 1 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN

MANAJEMEN PEMBERIAN

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

615.328

Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat

p Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Pedoman manajemen pemberian taburia.

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2012. ISBN 978-602-235-210-5

1.Judul I. VITAMIN

Cetakan Pertama Tahun 2012 Cetakan Kedua Tahun 2013

(4)
(5)

Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa balita merupakan periode yang sangat penting. Pada periode ini diperlukan Vitamin dan Mineral dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Untuk mencegah terjadinya kekurangan Vitamin dan Mineral pada balita, pemerintah dalam hal ini Direktorat Bina Gizi telah mengeluarkan kebijakan program pemberian Vitamin dan Mineral dalam bentuk bubuk tabur gizi yang disebut Taburia.

Pemberian Taburia kepada balita memerlukan proses yang diawali dari perencanaan sampai dengan evaluasi, karena itu mekanisme pengelolaan yang jelas diatur dalam buku panduan ini.

Buku ini merupakan panduan tentang manajemen pemberian Taburia bagi pengelola program gizi dan lintas program terkait agar dapat melakukan pengelolaan Taburia dengan baik dan benar.

Semoga buku ini bermanfaat.

Jakarta, November 2012 Direktur Bina Gizi,

DR. Minarto, MPS

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Definisi Operasional ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Sasaran Pengguna Panduan ... 2

BAB II PEMBERIAN TABURIA 2.1. Pengertian dan Manfaat Taburia ... 3

2.2. Kandungan Zat Gizi Mikro dalam Taburia ... 3

2.3. Sasaran Pemberian ... 5

2.4. Jumlah Pemberian ... 5

2.5. Cara Pemberian ... 6

2.6. Hal yang Perlu Diketahui Selama Anak Makan Taburia ... 6

BAB III MANAJEMEN KEGIATAN PEMBERIAN TABURIA 3.1. Perencanaan Kebutuhan ... 7

3.2. Mekanisme Penyediaan ... 8

3.3. Penyimpanan dan Pendistribusian ... 9

BAB IV SOSIALISASI TABURIA 4.1. Tujuan ... 13

4.2. Sasaran ... 13

4.3. Pelaksanaan ... 13

4.4. Pendekatan ... 14

(8)

BAB V PENCATATAN dan PELAPORAN

5.1. Posyandu ... 15

5.2. Kelurahan/Desa ... 15

5.3. Puskesmas ... 15

5.4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... 15

5.4. Dinas Kesehatan Provinsi ... 15

5.6. Cakupan Distribusi Taburia dan Tingkat Kepatuhan ... 16

BAB VI PEMANTAUAN dan EVALUASI TABURIA 6.1. Pemantauan ... 19 6.2. Evaluasi ... 19 6.3. Tujuan ... 19 6.4. Kegiatan Pemantauan ... 20 LAMPIRAN Form 1 Taburia ... 23 Form 2 Taburia ... 24 Rek 1 Taburia ... 25 Rek 2 Taburia ... 26 Rek 3 Taburia ... 27 Rek 4 Taburia ... 28

(9)

DEFINISI OPERASIONAL

Taburia Tambahan multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita usia 6 - 59 bulan dengan prioritas untuk balita 6 - 24 bulan.

Zat gizi mikro Zat gizi berupa vitamin dan mineral yang merupakan komponen penting yang harus didapatkan oleh seorang anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Defisiensi zat Defisiensi zat gizi mikro biasanya terjadi pada anak karena kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan pola gizi seimbang. Kasus Defisiensi Zat Gizi Mikro yang banyak terjadi pada anak adalah kurangnya asupan zat besi yang bisa menyebabkan anemia. Anak yang mengalami kekurangan zat besi biasanya kurang konsentrasi, lemah; tubuh terasa lesu dan apatis.

Vitamin suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh agar dapat melakukan aktifitas hidup. Kekurangan vitamin dapat memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

Mineral Mineral adalah suatu zat gizi an organik yang merupakan abu bahan biologi yang tersisa setelah pembakaran bahan-bahan organik dari makanan atau jaringan tubuh dalam bentuk ion-ion. Secara umum klasifikasi mineral dikelompokkan atas dua, yaitu :

1. Makromineral, adalah mineral yang ditemukan dalam jumlah banyak dalam tubuh, misalnya Calcium (Ca), Phosphor (P), Kalium (K), Cl (Chlor), Mg (Magnesium), Sulfur (S).

2. Mikromineral adalah mineral yang ditemukan dalam jumlah sedikit didalam tubuh, tapi sangat penting dalam proses metabolisme tubuh, misalnya : Fe (Ferum), Cu (Cuprum), Co (Cobalt), Mn (Mangan), Zn (Zink), dan I ( Iodium), Se (Selenium).

(10)

Baduta Anak-anak usia di bawah dua tahun

Manajemen suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemim-pinan, dan pengendalian upaya tenaga kesehatan dan menggunakan semua sumber daya kesehatan untuk mencapai tujuan pemberian Taburia.

Sasaran Anak balita usia 6-59 bulan dengan prioritas pada anak usia 6-24 bulan.

Sosialisasi Penyebarluasan informasi khusus tentang Taburia dengan tujuan meningkatkan pemahaman masyarakat dengan melibatkan unsur masyarakat termasuk ibu balita.

Pemantauan Merupakan proses manajemen yang sistematik dan berkesinambungan, mencakup pengumpulan dan analisis data kegiatan dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang sedang berlangsung.

Evaluasi Merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan informasi yang dipercaya tentang kinerja sehingga dapat digunakan untuk perbaikan dan keberlangsungan kegiatan.

Kelompok Gizi Kader masyarakat yang terbentuk untuk menangani masalah gizi di daerahnya

pemberian Taburia

Masyarakat (KGM)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya Kementerian Kesehatan untuk mencapai target penurunan angka stunting dan perbaikan status gizi anak baduta gakin di Indonesia adalah dengan memenuhi kebutuan zat gizi mikro masyarakat. Masalah gizi mikro pada anak baduta dari hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi anemia gizi besi sebesar 26,3% (Susilowati, 2006). Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2010 menunjukkan bahwa asupan bahan makanan lokal yang dikonsumsi masyarakat miskin masih rendah akan kandungan zat gizi mikro sehingga ASI yang dihasilkan ibu kurang mengandung zat gizi mikro. Hal ini berdampak pada bayi dan akan menderita defisiensi zat gizi mikro.

Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan zat gizi mikro pada bayi usia di atas 6 bulan yaitu melalui pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik lokal maupun pabrikan. Namun ada beberapa kendala yang menyebabkan pemberian MP-ASI menjadi tidak optimal karena MP-ASI lokal yang dibuat di rumah ternyata kurang bervariasi dalam jenis maupun jumlahnya, sedangkan MP-ASI pabrikan yang dijual bebas tidak terjangkau oleh keluarga miskin.

Oleh karena itu, diperlukan terobosan lain untuk mengatasi defisiensi zat gizi mikro pada anak usia 6-24 bulan. Karena pada usia tersebut merupakan periode emas (Golden Period) dalam memperbaiki status zat gizi mikro. Terobosan ini dilakukan melalui pemberian multivitamin dan mineral dalam bentuk bubuk tabur gizi yang disebut Taburia yang ditambahkan pada makanannya.

Sejak tahun 2006 Pemerintah Repubik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengembangkan Taburia yang merupakan multi zat gizi mikro berisi 12 (dua belas) macam vitamin dan 4 (empat) jenis mineral yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita dan mencegah

(12)

terjadinya anemia. Pemberian Taburia tidak mengubah kebiasaan makan anak, di samping itu penyiapan, penggunaan, serta penyimpanannya lebih praktis.

Oleh karena itu perlu disusun buku Panduan Manajemen Pemberian Taburia sebagai acuan para Pengelola Program Gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam membuat perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi pemberian Taburia agar tercapai tujuan yang diharapkan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum:

Memberikan panduan tentang manajemen pemberian Taburia bagi tenaga kesehatan.

1.2.2. Tujuan khusus:

a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan tentang kegiatan pemberian Taburia

b. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan tentang tahapan sosialisasi kegiatan pemberian Taburia

c. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan dalam membuat perencanaan kebutuhan, distribusi, penyimpanan dan pemberian Taburia

d. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan tentang pemantauan dan evaluasi kegiatan pemberian Taburia

1.3. Sasaran Pengguna Panduan

Sasaran pengguna dari panduan ini adalah tenaga kesehatan yang terkait dengan pemberian taburia di semua tingkatan administrasi.

(13)

BAB II

PEMBERIAN TABURIA

2.1 Pengertian dan Manfaat Taburia

Taburia adalah tambahan multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita usia 6-59 bulan dengan prioritas balita usia 6-24 bulan.

Manfaat Taburia:

Nafsu makan anak meningkat.

Anak tidak mudah sakit.

Anak tumbuh dan berkembang sesuai umur.

Anak tidak kurang darah sehingga lebih cerdas dan ceria.

2.2. Kandungan Zat Gizi Mikro dalam Taburia

Taburia mengandung 12 macam vitamin dan 4 macam mineral yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak balita dan mencegah terjadinya Anemia (kurang darah).

2.2.1 Vitamin a. Vitamin A

Memelihara kesehatan mata, kekebalan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan anak.

b. Vitamin B1

Meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan, fungsi pencernaan dan saraf.

c. Vitamin B2

Memelihara kesehatan kulit, fungsi penglihatan, mencegah pecah-pecah pada sudut bibir dan pertumbuhan.

(14)

d. Vitamin B3

Meningkatkan nafsu makan, kesehatan kulit, dan daya ingat.

e. Vitamin B6

Membantu pembentukan sel darah merah, pertumbuhan, dan mencegah gangguan fungsi otak.

f. Vitamin B12

Meningkatkan nafsu makan, fungsi saraf, pembentukan sel darah merah, dan mencegah gangguan mental.

g. Vitamin D

Membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta mencegah gangguan gigi rapuh.

h. Vitamin E

Membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah gangguan bicara dan penglihatan.

i. Vitamin C

Mencegah sariawan dan perdarahan gusi, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mencegah kelesuan dan kurang darah.

j. Vitamin K

Membantu pembekuan darah, pembentukan dan perbaikan tulang.

k. Asam Folat

Membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah penyakit (infeksi) dan kelelahan.

l. Asam Pantotenat

(15)

2.2.2. Mineral a. Iodium

Membantu pertumbuhan dan perkembangan mental, serta mencegah kretin (anak cebol dan terbelakang mental).

b. Seng

Meningkatkan pertumbuhan, fungsi saraf dan otak, serta nafsu makan.

c. Selenium

Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan.

d. Zat Besi

Meningkatkan nafsu makan dan mencegah anemia (kurang darah) dengan gejala 5 L (letih, lemah, lesu, lelah dan lalai).

2.3. Sasaran pemberian Taburia

Sasaran taburia adalah semua balita usia 6-59 bulan dengan prioritas usia 6-24 bulan.

2.4. Jumlah Pemberian Taburia

Dalam satu bulan anak mendapat Taburia sebanyak 15 saset dengan

pemberian selama 4 bulan. Jadi, satu orang anak mendapatkan 60 saset untuk empat bulan.

Taburia diberikan pada anak setiap dua hari sekali sebanyak 1 (satu)

saset.

Satu saset taburia sebaiknya dihabiskan sekaligus pada saat makan

pagi.

Taburia tidak boleh diberikan kepada bayi di bawah usia

6 bulan, agar bayi tetap mendapat ASI Eksklusif

Makanan yang sudah dicampur Taburia harus segera

dimakan dan dihabiskan anak

(16)

2.5. Cara Pemberian Taburia

Sobek saset Taburia lalu taburkan pada makanan utama (nasi, bubur,

jagung, kentang, ubi, sagu dll) yang akan dimakan anak saat makan pagi;

Makanan yang sudah dicampur Taburia harus segera dimakan dan

dihabiskan oleh anak;

Taburia sebaiknya tidak boleh dicampur dengan makanan berair

(sayuran berkuah) dan minuman (air, teh, susu), karena akan mengubah warna makanan dan dikhawatirkan anak tidak dapat menghabiskan;

Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan panas karena akan

menimbulkan rasa dan bau yang kurang enak.

2.6. Hal yang perlu diketahui selama anak makan Taburia

Ada kemungkinan tinja anak berwarna hitam, yang disebabkan

adanya zat besi pada Taburia

Bila terjadi diare atau gangguan kesehatan lainnya, dianjurkan dirujuk

ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.

Apabila setelah dicampur Taburia, warna dan rasa

makanan sedikit berubah, tidak perlu dikhawatirkan

karena perubahan itu tidak mengurangi manfaat Taburia

Sebelum menyiapkan cuci tangan terlebih dahulu dengan

(17)

BAB III

MANAJEMEN PEMBERIAN TABURIA

Manajemen pemberian Taburia merupakan komponen penting dalam kegiatan pemberian Taburia. Kegiatan ini meliputi perencanaan kebutuhan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, pemantauan dan evaluasi.

3.1. Perencanaan Kebutuhan Taburia

Kebutuhan Taburia perlu dihitung dengan teliti karena akan menentukan proses pengadaan Taburia. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kebutuhan Taburia, yakni:

Perhitungan jumlah sasaran Puskesmas

Melakukan pendataan ulang atau pemutakhiran data sasaran balita

usia 6-24 bulan yang sudah tersedia di kelurahan/desa/posyandu oleh kader dengan dibantu bidan

Data sasaran balita usia 6-24 bulan merupakan sasaran riil di tingkat

kelurahan/desa

Puskesmas kecamatan yang membawahi puskesmas kelurahan/desa

melakukan rekapitulasi data sasaran puskesmas kelurahan/desa.

Data sasaran ini untuk mengajukan kebutuhan Taburia ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Untuk kebutuhan perencanaan penghitungan sasaran menggunakan

data proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Untuk pendistribusian Taburia menggunakan data sasaran yang

(18)

3.1.1 Perhitungan kebutuhan

Untuk menghitung kebutuhan Taburia bagi balita usia 6-24 bulan berdasarkan sasaran pendataan tahun lalu.

Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan sasaran Taburia:

Balita usia 6-24 bulan merupakan sasaran riil di tingkat

kelurahan/desa

Rekapitulasi data riil tingkat kelurahan/desa merupakan data

sasaran di tingkat puskesmas

Data yang sudah disepakati digunakan untuk mengajukan

kebutuhan Taburia ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3.2. Mekanisme penyediaan Taburia

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan distribusi.

3.2.1. Puskesmas

Permintaan Taburia menggunakan formulir khusus yaitu formulir

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Taburia sudah tersedia minimal 1 bulan sebelum pemberian

Taburia dilaksanakan.

3.2.2. Kabupaten/Kota

Penyediaan Taburia di Kabupaten/Kota diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan 100% sasaran.

Taburia harus sudah tersedia di Kabupaten/Kota minimal 2 bulan

sebelum pelaksanaan distribusi.

Pengelola program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

membuat rencana distribusi Taburia untuk Puskesmas dan disampaikan ke pengelola Gudang Farmasi Kabupaten/Kota

(19)

3.3. Penyimpanan dan Pendistribusian Taburia

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan distribusi Taburia.

3.3.1. Penyimpanan

Cara penyimpanan Taburia yang benar adalah:

a. Di Gudang/Instalasi Farmasi, sesuai dengan standar, antara lain:

Tempat penyimpanan harus bersih dan dilengkapi dengan

rak/palet

Hindarkan dari sinar matahari langsung;

Simpan di tempat sejuk, kering, dan tidak lembab;

Perhatikan tanggal kadaluarsa

Taburia yang masuk ke gudang lebih awal dikeluarkan

terlebih dahulu (First In First Out = FIFO)

Taburia yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan berita

acara penghapusan oleh penanggung jawab gudang/ instalasi farmasi.

Perhatikan tumpukan maksimal kardus, jarak kardus

dengan dinding serta bebas binatang pengerat.

b. Di Puskesmas

Tempat penyimpanan harus bersih, diletakkan di atas

palet/rak dan diusahakan tidak menempel dinding.

Hindarkan dari sinar matahari langsung

Simpan di tempat sejuk, kering, dan tidak lembab

(20)

Taburia yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan berita acara penghapusan oleh penanggung jawab pengelola program gizi dan KIA

3.3.2. Pendistribusian

a. Distribusi di tingkat puskesmas

Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum distribusi Taburia :

Pastikan Taburia tersedia cukup sesuai dengan kebutuhan.

Menggerakkan anggota masyarakat agar mendukung

kegiatan pemberian Taburia.

- Pastikan masyarakat memperoleh informasi tentang

tempat dan tanggal pelaksanaan pemberian taburia dan membawa KMS/Buku KIA.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada hari pemberian

Taburia:

Melaksanakan pencatatan sesuai dengan formulir balita

penerima taburia (form F1/Taburia).

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah pemberian Taburia

Melaksanakan evaluasi kegiatan pemberian Taburia.

Melaksanakan supervisi kegiatan pemberian Taburia.

b. Distribusi di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Taburia sudah tersedia di gudang minimal 2 bulan sebelum

Taburia dinyatakan rusak apabila saset

berlubang/sobek, warna berubah atau

(21)

Memastikan ketersediaan Taburia di seluruh Puskesmas minimal 1 bulan sebelum pelaksanaan distribusi

Pendistribusian Taburia ke Puskesmas mengikuti mekanisme

yang berlaku di daerah.

Untuk daerah yang terpencil, perbatasan, dan kepulauan

(DTPK) mekanisme pendistribusian mengikuti sistem pelayanan kesehatan yang ada, mempersiapkan dan melakukan pengiriman Taburia lebih awal.

Kegiatan pemberian Taburia dilakukan

terintegrasi dengan pelayanan gizi dan

kesehatan lainnya seperti pemantauan

pertumbuhan, imunisasi, konseling MP-ASI, dll.

Pada setiap pemberian Taburia di posyandu

disertai dengan praktik pemberian taburia pada

(22)
(23)

BAB IV

SOSIALISASI TABURIA

Sosialisasi merupakan bagian yang sangat penting untuk meningkatkan cakupan pemberian taburia. Sosialisasi perlu dilakukan dalam rangka menggerakkan seluruh lapisan masyarakat agar mendukung kegiatan pemberian taburia.

4.1 Tujuan sosialisasi

a. Menyebarluaskan informasi tentang taburia

b. Memperoleh dukungan dari lintas program dan lintas sektor terkait c. Memperoleh dukungan dari organisasi kemasyarakatan (TOMA,

TOGA, PKK, dll) dan organisasi profesi

d. Menggalang kemitraan intensif dengan media masa dan kelompok potensial

e. Menggalang kepedulian pengelola Program Gizi dan KIA f. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat

4.2. Sasaran Sosialisasi

Sasaran langsung: Ibu yang mempunyai anak usia 6-59 bulan.

Sasaran tidak langsung: TOMA, TOGA, organisasi masyarakat, kader

pemegang kebijakan dan pengelola Program Gizi dan KIA

4.3. Pelaksanaan Sosialisasi

penyebaran informasi secara formal dan informal seperti melalui

pelatihan, seminar, atau penyuluhan

Penyebaran media KIE seperti buku saku, poster, leaflet, radio dan TV

spot.

(24)

4.4. Pendekatan Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan individu melalui konseling;

2. Pendekatan kelompok melalui penyuluhan

3. Pendekatan massa, melalui penyebarluasan informasi yang dapat menjangkau masyarakat luas, seperti: radio dan TV spot, dan lain-lain sesuai kondisi daerah.

4.5. Pelaksana Sosialisasi

Di tingkat Kabupaten/Kota: pengelola Program Promosi Kesehatan,

pengelola Program Gizi dan KIA, Pengelola Instalasi Farmasi.

Di tingkat puskesmas: penanggung jawab Promosi Kesehatan, Gizi

dan KIA, pengelola farmasi.

(25)

BAB V

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan Pelaporan dilakukan setiap bulan selama 4 bulan pemberian taburia secara berjenjang mulai dari posyandu sampai Provinsi.

5.1. Posyandu

Pencatatan dan pelaporan di Posyandu menggunakan :

Formulir Balita penerima taburia (Form F1/Taburia) terlampir

Formulir Pemantauan dan Evalausi Pemberian Taburia (Form F2/

Taburia) terlampir

5.2. Kelurahan/Desa

Pencatatan dan pelaporan di tingkat kelurahan/desa dilakukan menggunakan formulir Rekapitulasi Distribusi dan Pemantauan Pemberian Taburia (Rek 1/Taburia) terlampir.

5.3. Puskesmas

Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap bulan menggunakan formulir Rekapitulasi Pemantauan dan Evaluasi Pemberian Taburia (Rek 2/Taburia) terlampir.

5.4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap bulan menggunakan formulir Rekapitulasi Distribusi, Pemantauan, dan Evaluasi Pemberian Taburia (Rek 3/Taburia) terlampir.

5.5. Dinas Kesehatan Provinsi

Pencatatan dan pelaporan dilakukan menggunakan formulir Rekapitulasi Distribusi, Pemantauan, dan Evaluasi Pemberian Taburia (Rek 4/Taburia) terlampir.

(26)

5.6. Cakupan Distribusi Taburia dan Tingkat kepatuhan

5.6.1. Cakupan Distribusi Taburia

Rumusan Cakupan Distribusi Taburia pada anak usia 6-24 bulan :

5.6.2. Tingkat Keberhasilan Pemberian Taburia

Keterangan :

Jika cakupan distribusi Taburia ≥ 80% berarti dapat dikatakan tingkat

cakupan program dikategorikan tinggi

Jika tingkat keberhasilan pemberian taburia ≥ 80% berarti tingkat

keberhasilan pemberian taburia dikatagorikan tinggi.

Jumlah balita

usia 6-24 bulan yang mendapat Taburia x 100 %

Seluruh balita usia 6-24 bulan

Jumlah anak yang diberi taburia dan naik BB-nya x 100 %

Jumlah anak yang mendapatkan Taburia

(27)
(28)

Keterangan Alur Pelaporan :

1. Petugas kesehatan di tingkat kelurahan/desa merekapitulasi hasil pemberian Taburia dari tingkat Posyandu yang selanjutnya disampaikan ke tingkat Puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan.

2. Laporan kegiatan pemberian Taburia di tingkat Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan frekuensi pelaporan. 3. Laporan Kegiatan pemberian Taburia di tingkat kabupaten/kota

disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi sesuai dengan frekuensi pelaporan.

4. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil pelaporan pemberian Taburia ke Direktorat Bina Gizi sesuai dengan frekuensi pelaporan

5. Umpan balik hasil kegiatan pemberian Taburia disampaikan secara berjenjang dari Pusat ke Provinsi; Provinsi ke Kabupaten/Kota; dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas dan dari Puskesmas ke kelurahan/desa.

(29)

BAB VI

PEMANTAUAN DAN EVALUASI TABURIA

Kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk mengamati kegiatan pemberian Taburia kepada sasaran berjalan sesuai dengan rencana. Pemantauan dilakukan di setiap jenjang administrasi dari kelurahan/desa sampai Pusat, dengan fokus pada Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara terintegrasi dengan Program Gizi dan KIA. Hasilnya dilaporkan secara berjenjang dan disertai umpan balik.

6.1. Pemantauan

Pemantauan merupakan proses manajemen yang sistematik dan berkesinambungan yang dilakukan oleh pengelola program untuk melihat pelaksanaan program sesuai dengan yang direncanakan. Pemantauan dilakukan agar dapat menemukan dan memperbaiki masalah dalam pelaksanaan pemberian Taburia pada sasaran seawal mungkin.

6.2. Evaluasi

Evaluasi merupakan upaya untuk menilai pelayanan dan cakupan program. Penilaian hasil cakupan program dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian target sasaran.

6.3. Tujuan Pemantauan dan Evaluasi

Memastikan kegiatan distribusi Taburia berjalan sesuai dengan

rencana dan target yang diharapkan.

Mengidentifikasi puskesmas dan kelurahan/desa dengan cakupan

rendah.

Mengidentifikasi sasaran yang tidak mendapat Taburia dan mencari

penyebabnya.

Memberikan umpan balik kepada tenaga kesehatan

Memberikan informasi tentang keberhasilan kegiatan Taburia yang

telah dicapai oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.

(30)

6.4. Kegiatan Pemantauan

6.4.1. Sebelum pelaksanaan pemberian Taburia mencakup :

ketersediaan dan kelengkapan data sasaran

ketersediaan Taburia

kesiapan pendukung (dana, tenaga, pelatihan tenaga

kesehatan, sosialisasi dan mobilisasi sosial, formulir pencatatan dan pelaporan, tempat, bahan KIE, dll)

6.4.2. Pada saat pelaksanaan pemberian Taburia mencakup:

Penggerakan sasaran

Tempat pelaksanaan

Kader dan tenaga kesehatan yang mendampingi

Pemberian Taburia yang terintegrasi dengan pelayanan

kesehatan lain

Kegiatan pendidikan gizi menggunakan media KIE yang ada

Data anak yang tidak menghabiskan Taburia

Data anak yang tidak datang ke posyandu

Data keluhan masyarakat selama pemberian Taburia pada sasaran.

6.4.3. Evaluasi

Indikator yang digunakan dalam evaluasi meliputi: a. Input:

Logistik meliputi jumlah dan ketersediaan Taburia di setiap

pelayanan dan formulir pencatatan pelaporan.

Ketersediaan tenaga meliputi petugas promosi kesehatan,

pelaksana gizi dan KIA, petugas farmasi serta kader

Ketersediaan dana operasional

b. Proses

Ketepatan jadwal pelaksanaan pemberian taburia

Jumlah dan ketepatan sasaran

Ketepatan pencatatan dan pelaporan

(31)
(32)
(33)

Form F1/Taburia FORMULIR BALITA PENERIMA TABURIA TAHUN : ... Posyandu : ... Kelurahan/Desa : ... Puskesmas : ... Kecamatan : ... Kota/Kab. : ...

No. Nama Baduta

KADER POSYANDU

(...) Keterangan :

1. Kolom tanggal dan bulan terima Taburia diisi dengan misal 9 Juli = 9/7 diisi selama empat bulan pemberian.

2. Setiap bulan masing-masing Baduta menerima 15 saset Taburia 3. Kolom Alamat cukup diisi RT/RW

Alamat

I II III IV Ket. Nama Orang Tua Tanggal & Bulan TerimaTaburia Umur

(34)

For m F2/T abur ia FORMULIR PEM ANT AU AN D AN E VAL UASI PEMBERIAN TABURIA TAHUN : ... Kecama tan : ... Kota/K ab . : ... : ... asar an Baduta G ak in : ... esa : ... (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) A MA A N A MA OR ANG TUA TANGGAL LAHIR UMUR (BULAN) BB (KG) BB (KG) BB (KG) BB (KG) BB (KG) ST . GIZI PADA KMS (H/K/M) ST . GIZI PADA KMS (H/K/M) ST . GIZI PADA KMS (H/K/M) ST . GIZI PADA KMS (H/K/M) ST . GIZI PADA KMS (H/K/M)

JUMLAH TABURIA YG TDK DIM

AK

AN

JUMLAH TABURIA YG TDK DIM

AK

AN

JUMLAH TABURIA YG TDK DIM

AK

AN

JUMLAH TABURIA YG TDK DIM

AK AN TG L MULAI TABURIA D AT A A W AL BULAN KE 1 BULAN KE 2 BULAN KE 3 E V A L U A S I BULAN KE 4 ( AKHIR) K ADER POSY ANDU ( ... ) ta

tus Gizi I ber

dasar kan KMS, H ijau ( Gizi Baik), K uning ( Gizi K ur ang), M er ah (Balita G ar is M er ah) ima 15 saset Tabur ia ia y

ang sudah dibuk

a t

etapi tidak dimak

(35)

Rek 1/T abur ia REK APITUL ASI DISTRIBUSI D AN PEM ANT A U AN PEMBERIAN TABURIA TINGK AT PUSKESM AS KEL UR AHAN/DESA BULAN : ... TAHUN : ... ahan/D esa : ... tan : ... ab . : ... N o. RUKUN WAR GA (R W ) JUMLAH SASAR AN BADUT A ST ATUS GIZI H K M JUMLAH Y G NAIK BB JUMLAH BADUT A Y G DPT T ABURIA JUMLAH T ABURIA YG DI DISTRIBUSI (SASE T) JUMLAH T ABURIA YG TDK DIM AK AN (SASE T) E V A L U A S I KE TER ANGAN NA M A POSY ANDU PE

TUGAS GIZI PUSKESM

AS ( ... ) MENGE TAHUI, KEP AL A PUSKESM AS KEL. ... ( ... )

(36)

Rek 2/T

abur

ia

REK

APITUL

ASI DISTRIBUSI PEM

ANT AU AN D AN E VAL UASI PEMBERIAN TABURIA TINGK AT PUSKESM AN KEC AM AT AN BULAN : ... TAHUN : ... tan : ... . : ... KEL UR AHAN/ DESA JUMLAH SASAR AN BADUT A ST ATUS GIZI H K M JUMLAH Y G NAIK BB JUMLAH BADUT A Y G DPT T ABURIA JUMLAH T ABURIA YG DI DISTRIBUSI (SASE T) JUMLAH T ABURIA YG TDK DIM AK AN (SASE T) E V A L U A S I KE TER ANGAN PUSKESM AS PE

TUGAS GIZI PUSKESM

AS ( ... ) MENGE TAHUI, KEP AL A PUSKESM AS KEC. ... ( ... )

(37)

Rek 3/T

abur

ia

REK

APITUL

ASI DISTRIBUSI PEM

ANT AU AN D AN E VAL UASI PEMBERIAN TABURIA TINGK AT K O TA/K ABUP ATEN BULAN : ... TAHUN : ... ab . : ... N o. KEC A M AT AN JUMLAH SASAR AN BADUT A ST ATUS GIZI H K M JUMLAH Y G NAIK BB JUMLAH BADUT A Y G DPT T ABURIA JUMLAH T ABURIA YG DI DISTRIBUSI (SASE T) JUMLAH T ABURIA YG TDK DIM AK AN (SASE T) E V A L U A S I KE TER ANGAN NA M A PUSKESM AS KOORDINA TOR GIZI K O TA/K AB . ( ... ) MENGE TAHUI, KEP AL A SEKSI ... ( ... )

(38)

Rek 4/T

abur

ia

REK

APITUL

ASI DISTRIBUSI PEM

ANT AU AN D AN E VAL UASI PEMBERIAN TABURIA TINGK AT PR O VINSI BULAN : ... TAHUN : ... : ... KEP AL A SEKSI GIZI PR O VINSI ( ... ) MENGE TAHUI, KEP AL A DINAS/BID ANG ... ( ... ) KO TA / KABUP ATEN JUMLAH SASAR AN BADUT A ST ATUS GIZI H K M JUMLAH Y G NAIK BB JUMLAH BADUT A Y G DPT T ABURIA JUMLAH T ABURIA YG DI DISTRIBUSI (SASE T) JUMLAH T ABURIA YG TDK DIM AK AN (SASE T) E V A L U A S I KE TER ANGAN

(39)
(40)

Gambar

Gambar Alur Pelaporan dan Umpan Balik

Referensi

Dokumen terkait

Adanya buku panduan Kerja Praktek, Perancangan Sistem Industri dan Skripsi ini disusun dalam rangka memberikan acuan kepada semua mahasiswa Teknik Industri Program Studi

Pada kesempatan ini saya menyambut baik penerbitan buku “ Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik“ ini dan diharapkan dapat menjadi panduan dalam

Buku panduan ini disusun sebagai acuan penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi mahasiswa Prodi DIII kebidanan yang dapat membantu mahasiswi dan pembimbing didalam

Buku ini disusun sebagai pengantar materi Manajemen Mesin Pertanian dan dapat digunakan sebagai panduan atau literatur dalam memahami kuliah Manajemen Mesin

Buku panduan ini disusun agar dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan panitia dalam melaksanakan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) di

Buku panduan ini disusun dengan maksud untuk menghasilkan suatu dokumen panduan yang berisi muatan panduan substansial dan teknis sebagai acuan dan arahan teknis dalam

Buku Panduan Aplikasi Pengelola Inventaris Barang Heater (Pemanas)!. Buku Panduan Aplikasi Pengelola Inventaris Barang Heater

Buku ini disusun sebagai panduan tenaga kesehatan dalam mengendalikan penyakit hipertensi di Indonesia di puskesmas dan fasilitas kesehatan