• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS

PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

(2)

DAFTAR ISI

BAGIAN I

: SISTEM DRAINASE

BAGIAN II

: RENCANA INDUK

BAGIAN III

: STUDI KELAYAKAN

BAGIAN IV

: KONSTRUKSI DAN KELENGKAPANNYA

BAGIAN V

: POMPA DAN WADUK

BAGIAN VI

: BANGUNAN RESAPAN AIR

BAGIAN VII

: PEMELIHARAAN PRASARANA DRAINASE

BAGIAN VIII

: KELEMBAGAAN

BAGIAN IX

: PERAN SERTA MASYARAKAT

BAGIAN X

: CONTOH DISAIN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Buku Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan ini disusun sebagai panduan bagi para pengelola prasarana drainase perkotaan agar dapat memahami, menangani atau melaksanakan masalah drainase perkotaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Buku panduan ini diharapkan mampu untuk menunjang prioritas tujuan program drainase kota yaitu mengurangi kerusakan dan kerugian akibat genangan atau banjir yang terjadi di dalam kota atau daerah urban. Sehingga untuk pembangunan sistem drainase, yang diutamakan adalah mengoptimalkan saluran yang telah ada, melalui program rehabilitasi.

Harapan bahwa buku ini dapat memberikan konstribusi positip bagi pengelolaan drainase perkotaan, maka segala kritik dan saran membangun sangat dibutuhkan guna penyempurnaan penyusunan buku panduan ini.

Jakarta, Nopember 2003

(5)

(1)

Pengertian

Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK Menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah : jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang melintas didalam kota.

Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut diperlihatkan beberapa pengertian pokok tentang ‘drainase’ :

Kolam Retensi

1. Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air

permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. 2. Drainase perkotaan: adalah sistem drainase dalam wilayah

administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan didaerah pemukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan hidup manusia.

Gambar : Drainase Perkotaan

POLDER SYSTEM Pengendali Banjir Saluran Primer Saluran Sekunder

(6)

3. Drainase berwawasan lingkungan: pengelolaan drainase yang

tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat 2 pola yang dipakai:

a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan

membuat kolam penampungan.

b. Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat

sumur resapan, saluran resapan, bidang resapan atau kolam resapan.

4. Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi

muka air agar tidak terjadi limpasan dan atau genangan yang menimbulkan kerugian.

5. Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang

menerima aliran dari sistim drainase perkotaan.

Gambar : Tandon / Kolam Penampungan

(7)

Produk Pengaturan mengenai drainase yang sudah ada :

o SK SNI T-06-1990-F, tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur

Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.

o SK SNI S-14-1990-F, tentang Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk

Lahan Pekarangan.

o SK SNI T-07-1990-F, tentang Cara Perencanaan Umum Drainase

Perkotaan

(8)

(2)

Fungsi dan Pembagian Sistem Drainase

2.1 Fungsi drainase perkotaan :

ƒ Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

ƒ Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat secepatnya.

ƒ Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

ƒ Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).

(9)

2.2 Berdasarkan fungsi pelayanan, sistem drainase kota dibagi menjadi

dua bagian pokok yaitu:

a. Sistem drainase lokal:

Yang termasuk dalam sitem drainase lokal adalah sistem saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Sistim ini melayani area kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainya.

b. Sistem drainase utama:

Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.

c. Pengendalian banjir (Flood Control):

Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan pengendalian banjir merupakan tanggung jawab dinas pengairan.(sumber daya air)

Sistem Drainase Lokal Sistem Drainase Utama Pengendali Banjir Flood Control

Gambar : Sistem Drainase Perkotaan (1)

(10)

2.3 Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer,

sekunder, tersier dst.

a. Sistem saluran primer :

Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan pemerima air.

b. Sistem saluran sekunder :

Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.

c. Sistem saluran tersier :

Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal. Pengendali Banjir Saluran Primer Saluran Sekunder Saluran Tersier

Gambar : Sistem Drainase Perkotaan (2)

(11)

2.4 Hubungan Drainase dengan Pengendalian Banjir

Menurut definisi, banjir adalah sejumlah besar air yang menutupi wilayah lahan yang biasanya sering, sebagai hasil dari aliran air sungai atau laut yang melebihi diatas batas umumnya, rusaknya bendungan, gelombang pasang surut, atau angin kencang yang menimbulkan ombak besar di sekitar pulau.

Penggenangan adalah kata kerja transitif dari banjir atau tindakan menggenangi. Penggenangan lebih berhubungan dengan

besarnya banjir, sebagai contoh kedalaman penggenangan atau luas areal penggenangan.

Suatu sistem pengendalian banjir adalah suatu sistem drainase yang memanfaatkan keseluruhan drainase dari suatu area

(kota). Pekerjaan ini pada umumnya dibangun untuk mengurangi banjir di wilayah perkotaan yang ada dan dapat meliputi suatu saluran terbuka, saluran pembuangan air hujan, fasilitas peresapan air hujan, fasilitas penampungan air hujan (kolam/waduk), dan / atau stasiun pompa drainase atau suatu kombinasi dari komponen sistem ini.

Aliran air permukaan WADUK KANAL POLDER LAUT Peresapan

Gambar : SIKLUS HIDROLOGI dan SISTEM PENGENDALI BANJIR

(12)

Cara penanggulangan banjir dapat dilakukan dengan cara :

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I -

9

Gambar : Tandon / Waduk

Pengendali Banjir

• Pembuatan waduk / situ pengendali banjir untuk menampung air sewaktu hujan dan melepas air selang beberapa waktu kemudian.

SALURAN PEMBUANG POMPA

• Pembuatan kanal untuk membelokkan air permukaan agar tidak mengalir ke kota.

SUNGAI LAUT

TANDON / POLDER

• Pembuatan polder ( kolam pengendali banjir ) pada daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pembuangan air dapat dilakukan dengan katup pintu atau pompa.

(13)

2.5 Drainase Daerah Rendah

Teknik drainase daerah rendah bisa dilakukan dengan salah satu atau lebih cara-cara berikut ini :

a. Pembangunan tanggul pasang disekeliling daerah rendah tersebut b. Pembangunan tanggul sepanjang sungai dan saluran drainase yang

melewati daerah rendah tersebut

c. Pembangunan polder ( atau kompartemen ) yang masing-masing ditangguli dan mempunyai keluaran individual ke system drainasenya. d. Penggunaan pintu pengendali di keluaran dari kompartemen untuk

mencegah aliran balik pada saat pasang naik dan / atau saat limpasan air tinggi. Pintu pengendali bisa otomatis atau pintu gerak , atau yang dioperasikan secara manual, yakni pintu geser.

e. Penggunaan peralatan pompa

f. Penyediaan suatu cekungan penahan yang volumenya cukup dan kapasitas pintu keluar disetiap keluaran kompartemen untuk menyimpan sementara air limpasan dari hujan badai yang kritis sampai air tersebut dapat dilimpahkan pada suatu periode yang cocok dari daur pasang (Kolam detensi).

POLDER SISTEM

(14)

(3)

Tahapan Perencanaan

Untuk mewujudkan fungsi drainase perkotaan yang optimal, perencanaan drainase perkotaan harus dilakukan secara menyeluruh dan terarah, melalui pembuatan rencana induk (master plan), study kelayakan dan perencanaan teknis.

3.1 Rencana Induk (Master Plan)

Rencana Induk Sistem Drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh sistem drainase pada satu perkotaan, untuk waktu perencanaan 25 tahun. Lingkupnya adalah sistem drainase utama saja yang berada dalam satu daerah administrasi kota/perkotaan.

Rencana Induk Drainase disiapkan untuk metropolitan / kota

besar atau kota besar yang strategis dimana pengembangan drainase benar-benar diperlukan. Rencana ini adalah suatu

perencanaan yang dirumuskan oleh engineer/designer/planner untuk mengatur run-off air hujan

kota untuk proyek atau area drainase tertentu.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I -

11

Gambar : Contoh Gambar Rencana Induk Drainase Perkotaan

(15)

3.2 Study Kelayakan

Study Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan adalah perencanaan sistem drainase pada satu atau lebih daerah pengaliran air, untuk waktu perencanaan 5 atau 10 tahun. Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan dalam Rencana Induk Drainase Perkotaan. Kajian yang dilakukan meliputi kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, serta kelayakan lingkungan.

Studi Kelayakan mengikuti perkembangan dari sebuah Master

Drainage Plan sebagai tahap berikutnya dari perencanaan drainase kota. Studi ini meliputi suatu evaluasi yang diolah dari rencana manajemen curah hujan terpilih yang mencakup rencana rancang-bangun persiapan untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan, evaluasi ekonomi terperinci, penilaian dampak lingkungan, dan kebutuhan untuk O&M, survei dan pengaturan kelembagaan. Sebagai tambahannya, kriteria desain dan jadwal implementasi juga dikembangkan.

(16)

3.3. Perencanaan Teknis

Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai study kelayakan atau rencana kerangka (Outline Plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun. Rencana teknis harus memuat persyaratan teknis dan gambar teknis, kriteria perencanaan dan langkah-langkah perencanaan konstruksi sistem drainase didaerah perkotaan.

Kriteria Drainase adalah parameter kebijakan bagi sistem drainase

yang dikembangkan, dirancang dan dibangun agar dapat memberikan perlindungan terhadap banjir sesuai dengan yang diharapkan. Parameter-parameter ini dapat juga meliputi yang kriteria desain yang pada umumnya dijelaskan pada Master Drainage Plan, laporan Studi Kelayakan atau Outline Plan dan memberikan bimbingan kepada engineer/designer untuk menyelesaikan perancangan detil komponen sistem drainase.

(17)

(4)

Prinsip-prinsip Utama

Beberapa prinsip utama yang harus diletakkan sebagai dasar pembangunan sistem drainase perkotaan, antara lain :

4.1 Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang dialirkan kebadan penerima air (laut, sungai)

atau yang diserapkan kedalam tanah. Bilamana kapasitas tidak mencukupi, maka sistem akan menemui kegagalan, dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk mencapai kapasitas sistem yang memadai, dilakukan berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.

4.2 Tata letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam

pelaksanaannya harus diperhatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lain.

4.3 Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan

pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip struktural yang harus dipenuhi, termasuk bentuk struktur yang memudahkan operasi dan pemeliharaan.

(18)

4.4 Mengalirkan secara gravitasi, sistem drainase perkotaan sedapat mungkin menggunakan sistem pengaliran secara

gravitasi, mengingat cara ini lebih ekonomis dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Penggunaan system pompa hanya pada situasi-situasi khusus yang keadaan medannya memang tidak memungkinkan untuk diterapkan system gravitasi.

4.5 Minimalisasi pembebasan tanah, pengembangan sistem drainase perkotaan harus diusahakan mencari jalur

terpendek kebadan penerima air. Hal ini agar pembebasan tanah dapat ditekan sekecil mungkin.

Sedapat mungkin hindari penggunaan pompa

(19)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I -

16

Saluran Tersier Saluran Sekunder Saluran Primer Pengendali Banjir Saluran Primer Pintu Air Pintu Air

Gambar : Drainase Perkotaan Kolam

Retensi

POLDER SYSTEM

(20)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I -

17

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I -

17

(21)
(22)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II -

1

(23)

Contoh : Peta Rencana Induk Drainase Kota Jakarta

6

Rencana Induk (Master Plan)

Sistem Drainase Perkotaan

adalah :

a. Arahan pembangunan sistem drainase perkotaan

(Fungsi Rencana Induk : mengkoordinasikan keseluruhan jaringan drainase)

b. Merupakan perencanaan menyeluruh sistem drainase pada satu perkotaan, untuk waktu perencanaan 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan dengan keperluan.

2

4

3

5

(24)

URUTAN PENYUSUNAN :

1. mengetahui tata guna lahan kota,

2. mengetahui kondisi fisik wilayah dari peta topografi dan survey pendahuluan untuk menetapkan koefisen limpasan yang alami dan lebar daerah pemilikan.

3. menentukan :

a. kapasitas prasarana yang ada

b. tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan c. gambaran priorita daerah secara garis besar d. gambaran alternatif penylesaian masalah

4. mengevaluasi berbagai alternatif-alternatif penanggulangan masalah drainase, dari segi teknis, ekonomi, social dan lingkungan.

5. menentukan urutan priorita pembangunan berdasarkan analisis iaya dan manfaat.

orita pembangunan berdasarkan analisis iaya dan manfaat. b b 6. menyusun rencana induk system drainase yang terdiri dari : 6. menyusun rencana induk system drainase yang terdiri dari :

a. usulan sub-sub proyek a. usulan sub-sub proyek

b. rencana biaya pembangunan b. rencana biaya pembangunan c. urutan priorita pembangunan c. urutan priorita pembangunan

d. sarana pekerjaan lanjutan ( data untuk perencanaan detail ) d. sarana pekerjaan lanjutan ( data untuk perencanaan detail )

TUJUAN PENYUSUNAN :

1. Untuk mengurangi bahaya banjir, melindungi kota dari limpasan banjir sungai yang melewati kota.

2. Untuk menetapkan kerangka utama dari drainase kota.

3. Untuk menetapkan upaya pemperkecil dampak system

drainase kota bagi daerah yang terletak disebelah hilirnya.

4. Untuk mendapatkan suatu keadaan hidrolis yang efisien,

efektif sesuai dengan biaya dan aman.

(25)

INFORMASI

yang diperlukan :

1. Informasi Teknis ( data dan rumus yang dipakai, standar bangunan, kriteria disain)

2. Informasi Ekonomis (data dasar harga dan kecenderungan)

3. Informasi Sosial ( kependudukan, informasi mengenai lahan yang akan dilalui saluran).

4. Informasi Lingkungan (pelestarian dan memanfaatkan sumber daya air)

5. Informasi pengaturan kelembagaan dan peraturan yang diperlukan ( keterkaitan lembaga-lembaga yang berkepentingan : sumber dana, prasarana, dll )

(26)

PENYESUAIAN (revisi) Rencana Induk

Agar Rencana Induk mudah disesuaikan, maka ada beberapa hal yang perlu dipahami :

a. Pentahapan program pembangunan.

Pentahapan pembangunan sebaiknya dibuat per 5 tahunan,

Setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan Rencana Lima Tahunan Pengembangan Wilayah perkotaan. b. Sistem pelayanan bertahap

c. Sistem drainase dan arah aliran harus diupayakan agar ada keterkaitan antara rencana pengendalian banjir dan jaringan utama

d. Keterbatasan Sumber Daya ( manusia, alam dan dana ) e. Pengelompokan daerah pelayanan, berdasarkan

pertimbangan ekonomi dan kemudahan pengawasan.

PERLUNYA

memperbaharui Rencana Induk ( Master Plan )

Karena struktur dan perilaku masyarakat yang dilayani beserta lingkungannya berubah secara berkesinambungan, maka MP itu secara

berkala harus dievaluasi kembali, dibenahi dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada.

(27)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II -

6

KRITERIA DISAIN TEKNIS SISTEM DRAINASE

A.

Kriteria Pelayanan

Tipe drain Periode Ulang Rencana

a. Saluran hujan didaerah perumahan 2 tahunan b. Saluran hujan di daerah perdagangan dan industri 5 tahunan c. Saluran yang melayani daerah tadah > 100 Ha 20 tahunan d. Sungai-sungai besar 20-50 tahunan

B.

Kriteria Keamanan

Keamanan adalah pertimabngan penting dalam pendesainan system drainase daerah perkotaan dan pengembangan perkotaan pada dataran banjir dari suatu sungai.

Kriteria keamanan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan terali pengaman dimuka “inlet” dan saluran drainase yang panjang dan tertutup. b. Menggunakan penutup yang kuat dan aman dipasang bila penutup itu dipakai untuk jalan. c. Menggunakan pagar terali ditepi bangunan yang terletak diatas air yang mengalir cepat, atau salurannya dalam dan umum mudah mencapainya.

(28)

Langkah-2 Utama Pembuatan Rencana Induk

1. Pengumpulan dan pengecekan data

2. Analisa hidrologi dan hidrolika

3. Identifikasi kekurang mampuan system yang ada

4. Pembuatan berbagai konsep cara penanggulangan kekurang-mampuan tersebut

5. Memformulasikan rencana induk

Ad.1 Data Tata Guna Tanah

( dari Rencana Induk Tata Guna Tanah untuk rencana pengembangan ) Kondisi Fisik daerah,( Peta kontour dan survey penunjang )

Data hidrologi, ( Data hujan, Catatan banjir, studi-studi terdahulu,pengenalan medan)

Ad 3 Berkaitan dengan kriteria desain teknik dan penggunaan lahan yang diusulkan..

Ad 4 Kenali konsep pemecahan masalah yang bisa menanggulangi ketidak-mampuan system drainase yang ada.

Jenis penyelesaian dasar Contoh

1. Peningkatan Pengubahan suatu alur alami

menjadi saluran drainase yang permukaannya dilapisi pasangan. 2. Penahanan Cekungan atau ceruk penahan

bendungan pengurangan atau pengendalian banjir

3. Pengalihan / Pembelokan Pengalihan / pembelokan sebagian/

Pembagian tadahan ke saluran lain, pembelokan aliran yang berlebihan

4. Pompa Pembuatan stasion Pompa pengendali banjir

(29)

PENG-EVALUASIA-AN BERBAGAI ALTERNATIF,

dengan pertimbangan faktor-faktor : a. Biaya (investasi, operasi dan biaya) b. Sosial ( penyediaan lahan )

c. Lingkungan ( dampaknya didaerah hilir)

Alternatif yang terpilih seyogyanya yang termurah yang bisa diterima secara sosial dan memenuhi persyaratan lingkungan. Beberapa dampak negatif yang mungkin timbul dari suatu system drainase perkotaan pada lingkungan dan cara penanggulangannya :

Dampak negatif pada lingkungan Cara Penanggulangan

1. Pencemaran Perbaiki program pengelolaan sampah

2. Bertambahnya aliran puncak Pembelokan arah aliran yang berlebihan / Penahanan aliran / Meningkatkan saluran hilir 3. Pengendapan selama fase pembangunan Penampung endapan / Tanggul

perkotaan Tepi/Pentahapan pembangunan yang seksama.

(30)

PERUMUSAN RENCANA INDUK

Penetapan komponen-komponen rencana induk : 1. Penentuan lebar lahan peruntukan

2. Penentuan perbaikan-perbaikan terhadap saluran yang ada ( dimensi, pengaturan lereng, penyediaan lahan )

3. Penentuan cara mengurangi banjir atau pengendalian banjir melalui pembatasan daerah apabila sungai melewati kota. 4. Penentuan secara jelas dimana system drainase perkotaan akhirnya melimpahkan alirannya, bangunan-bangunan apa yang diperlukan,

Sebelum rencana induk drainase disyahkan, dianjurkan agar suatu cek akhir dilakukan agar diyakini keterpaduannya dengan rencana induk prasarana lainnya.

.

(31)

6

2

4

3

5

1

PANDU

10

AN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN CONTOH : MAPPING II -

(32)
(33)

Penyusunan studi kelayakan drainase dilakukan berdasarkan prioritas zona yang telah ditentukan dalam Rencana Induk (Master Plan) Sistem Drainase.

Penyusunan studi kelayakan drainase ditinjau dari 3 (tiga) aspek pokok : (1). Kelayakan Teknis

(2). Kelayakan Ekonomis (3). Kelayakan Lingkungan

Tahap awal dalam penyusunan studi kelayakan drainase adalah melakukan pengumpulan data dan informasi serta penyusunan usulan kegiatan proyek.

(34)
(35)

III -

3

1. Umum :

a. Rencana induk;

b. Studi-studi yang terkait;

c. Datadata kependuduk, sosial -ekonomi.

PENGUMPULAN DATA dan INFORMASI

2. Teknis :

a. inventarisasi sistem drainase yang ada, b. data hidrologi,

c. data hidraulik,

d.

data kapasitas dan

truktur bangunan pelengkap.

3. Sosial-Ekonomi :

a.data aspek sosial ekonomi

b.data kerugian langsung yang diakibatkan oleh genangan c.data kerugian tidak langsung yang ditimbulkan karena adanya

genangan, gangguan kesehatan dan terganggunya aktifitas ekonomi; d.data partisipasi masyarakat

e.

data harga tanah

4. Lingkungan:

A. data lingkungan,

B. data lingkungan pada lokasi pembebasan tanah,

c. C. data lingkungan pada tempat penampungan (pemukiman) penduduk yang terkena proyek.

(36)

1. Analisis Permasalahan :

a. lakukan evaluasi terhadap kapasitas sistem saluran berdasarkan data primer dan sekunder yang tersedia, b. lakukan evaluasi permasalahan:

• frekuensi genangan,

• tinggi, lamanya genangan serta luasnya genangan,

• kapasitas saluran yang tidak memadai,

• sedimentasi,

• bangunan pelengkap yang tidak berfungsi,

pemeliharaan yang tidak memadai

2. Analisis Kebutuhan :

a. tentukan lokasi prioritas yang akan ditangani, berdasarkan arah perkembangan kota dan permasalahan yang ada,

b. buat rencana perbaikan dan pemeliharaan yang disesuaikan dengan kondisi setempat,

c. buat rencana pembangunan baru sistem drainase yang dibutuhkan, d. hitung debit rencana untuk masing-masing sistem saluran dan

bangunan pelengkapnya,

e. hitung besaran penampang saluran dan besaran fasilitas bangunan pelengkapnya,

f. buat kebutuhan pembebasan lahan yang diperlukan,

g. lakukan kajian teknis terhadap rencana kegiatan dan tentukan kelayakannya berdasarkan kriteria kelayakan teknis, h. tentukan rencana teknik untuk masing-masing saluran

dan bangunan pelengkapnya, dengan prioritas produksi dalam negeri,

i.

buat rencana kerja pembangunan masing-masing usulan.

(37)

Perhitungan hidrologi dan hidrolika dilakukan untuk mendapat debit rencana dan dimensi saluran

dengan memperhatikan ketentuan;

a tinggi jagaan disesuaikan dengan besaran debit, dan jenis material tanggul,

b debit maksimum bangunan perlintasan (gorong-gorong) = 1,5 kali debit maksimum saluran, c Kecepatan aliran maksimum dalam saluran Vmak = 1,5 m/detik, dan minimum = 0,3 m/detik.

Usulan pembangunan sistem drainase harus dibuat minimal 2 alternatif dengan ketentuan:

a. meminimalkan pembebasan tanah;

b. semaksimal mungkin memakai sistem drainase aliran gravitasi

kelayakan teknis

a. memenuhi persyaratan kekuatan struktur,

b. kemudahan mendpatkan material yang dibutuhkan

c. dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada (tenaga, peralatan), d. operasi dan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Kelayakan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. buat klasifikasi kegiatan yang memerlukan Amdal dan yang tidak memerlukan Amdal; b. buat RKL dan RPL untuk kegiatan yang memerlukan kegiatan Amdal (sesuai dengan

ketentuan yang berlaku);

c.

buat UPL dan UKL untuk kegiatan yang tidak memerlukan Amdal (sesuai dengan tata cara penyusunan UKL dan UPL drainase perkotaan);

d.

buat Amdal untuk kegiatan yang memerlukan Amdal.

Kelayakan ekonomi dilaksanakan sebagai berikut :

a. hitung biaya kerugian akibat banjir atau genangan,

b. hitung rencana biaya pembangunan operasi dan pemeliharaan, c. buat analisis ekonomi dan keuangan (besaran EIRR, NPV, dan BCR); d. tentukan kelayakan proyek berdasarkan kriteria yang berlaku, e. tentukan sumber pembiayaan untuk pembangunan,

(38)

Analisis biaya

Analisa biaya dilakukan dengan memperhatikan pengaruh langsung dan tidak langsung, biaya pembangunan serta biaya operasi dan pemeliharaan :

1. manfaat proyek dihitung dari pengaruh langsung dan tidak langsung

2. biaya proyek dihitung dari biaya pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan, 3. pengaruh langsung, terdiri dari:

a pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan sistem drainase yang rusak,

b pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan prasarana dan sarana kota lainnya yang rusak, c pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan bangunan dan rumah-rumah yang rusak, d pengurangan biaya penanggulangan akibat genangan,

e biaya harga tanah.

4. pengaruh tidak langsung terdiri dari:

a pengurangan biaya sosial akibat bencana banjir, seperti : kesehatan, pendidikan dan lingkungan, b pengurangan biaya ekonomi yang harus ditanggung

masyarakat akibat banjir, seperti: produktifitas, perdagangan, jasa pelayanan,

c kenaikan harga tanah.

(39)

Usulan biaya pembangunan terdiri dari:

i biaya dasar konstruksi untuk pekerjaan baru maupun perbaikan; ii biaya pembebasan tanah;

iii biaya pembuatan rencana teknik dan pengawasan; iv biaya administrasi;

v biaya pajak;

vi biaya tidak terduga yang tidak lebih dari 10% biaya konstruksi.

Usulan biaya operasi dan pemeliharaan meliputi:

i peralatan; ii upah; iii material;

iv administrasi dan umum; v penyusutan.

Kriteria kelayakan ekonomi dan keuangan :

i Net Present Value (NPV) > 0

ii Economic Internal Rate of Return (EIRR) > tingkat bunga berlaku iii Benefit Cost Ratio >1

(40)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III -

8

USULAN

KEGIATAN

PROYEK

a.

kegiatan persiapan

b.

kegiatan pembebasan tanah

c.

kegiatan rencana detail

d.

kegiatan pengadaan jasa pemborong

e.

kegiatan konstruksi

f.

kegiatan uji coba

(41)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III -

9

USULAN

PRIORITAS

PROGRAM

(42)

Pengurutan Prioritas Program

a. Sudut Pandang Ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi dikenal beberapa cara menilai priorotas suatu proyek, antara lain cara biaya terendah ( least cost method ), analisis ratio biaya dan manfaat, analisis kemampuan proyek mengendalikan dana. Pada tahap evaluasi awal cara yang lazim dilakukan adalah cara biaya terendah.

Pertama – tama ditinjau jumlah bangunan yang akan dibangun pada program drainasi tersebut. Daerah – daerah yang belum dikembangkan tidak dimasukan di dalam kategori bangunan yang akan dihitung, meskipun kemungkinan pengembanganya telah dimasukan di dlam Rencana Induk.

b. Sudut Pandang Sosial

Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam mengurutkan priorita menurut pertimbangan perbaikan sosial adalah : • berkurangnya kejadian banjir / frekuensi banjir di daerah

• manfaat yang akan di dapatkan dengan berkurangnya banjir

Untuk melakukan pengurutan tersebut dibuat suatu sistem scoring. Scoring ini dibuat berdasarkan perbandingan manfaat yang di dapatkan dari masing – masing program. Manfaat yang di dapatkan dihitung dari jumlah bangunan yang diamankan disebabkan atas berkurangnya kejadian banjir. Caranya adalah sebagai berikut ini.

Manfaat dihitung melalui jumlah bangunan yang dibebaskan dari kebanjiran. Bisa dibuat dengan per m2 luasan banguna, ataupun per m2 luasan tanahnya. Masing – masing bangunan / tanah dihargai menurut harga bangunan / tanahnya.

(43)

Kemudian diurutkan, yang termahal mendapat urutan nomer satu dan seterusnya.

Cara yang lain adalah dengan menghitung berkurangnya kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya banjir. Sedangkan pengurutan yang disusun berdasarkan atas pengurangan frekuensi banjir dilakukan

dengan cara membandingkan besar pengurangan frekuensi yang bisa dilakukan oleh adanya program tersebut. Sebagai contoh skoring, dapat diambil perhitungan berikut :

Tingkat pengaruh program : 0 : bila tidak ada pengaruh

1 : bila manfaat yang di dapatkan akan kecil 2 : bila manfaat yang di dapatkan sedang 3 : bila manfaat yang di dapatkan cukup besar 4 : bila manfaat yang di dapatkan besar 5 : bila manfaat yang di dapatkan besar sekali

c. Sudut Pandang Lingkungan

Kriteria potensi pengaruh program pada lingkungan diberi score. Kriteria tersebut dikelompokan atas beberapa katagori sebagai berikut ini. Katagori kriteria potensi pengaruh program terhadap lingkungan.

0 = tak ada 1 = kecil 2 = sedang 3 = besar

4 = sangat besar

Sedangkan program itu sendiri dibobot sesuai dengan kemampuanya memberikan keindahan pada lingkungan. Pembobotan yang diberikan kepada masing – masing kemampuan adalah sebagai berikut :

(44)

3 = mampu menghilangkan penggenangan 2 = mampu menghilangkan kebecekan 1 = mampu memberikan keindahan.

Pengurutan Terpadu

Setelah pengurutan ditinjau dari masing – masing aspek tersebut telah didapatkan maka langkah berikutnya adalah memadukan hasilnya agar didapatkan hasil yang optimum ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Caranya hanyalah dengan sekedar menjumlahkan urutan yang telah didapat oleh setiap program pada setiap peninjauan.

Pemaduan Perhitungan Prioritas dengan Program Prasarana Lain.

Yang amat perlu dipertimbangkan di dalam mengalokasikan priorita pembangunan program – program tersebut, di dalam sangkutanya dengan penyediaan prasarana kota terpada adalah :

a. Kebijaksanaan pembangunan pemerintah yang berlaku b. Program – program prasarana lain.

Kebijaksanaan Pembangunan

Kebijaksanaan pembangunan setiap awal lima tahun rencana pembangunan merupakan suatu acuan yang selalu PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III -

12

(45)

perlu di ikuti. Oleh karena itu walaupun secara pendekatan ekonomi, sosial dan lingkungan telah kita dapatkan suatu urutan priorita, namun urutan tersebut masih perlu disesuaikan dengan program pemerintah.

Misalnya di dalam kebijaksanaan tersebut tercantum bahwa yang perlu diprioritaskan lama pengerjaan dan biaya perlu mendapatkan bobot yang terbesar. Sehingga pengurutan prioritas tersebut masih perlu ditambah dengan pengurutan menurut lama pembangunan yang diperlukan oleh setiap program.

Kemudian seringkali ada pengarahan sebagai berikut : bahwa yang perlu diprioritaskan adalah program yang terletak di daerah dimana masyaraktnya mampu berpartisipasi terhadap pembangunan. Apabila demikian halnya, maka perlu di studi lagi bentuk keterlibatan masyarakat di dalam program tersebut, dan apakah sudah ada indikasi yang menunjukan keterlibatanya.

Misalnya partisipasi berbentuk mampu membayar kembali. Maka yang perlu diurutkan adalah pendapatan rata – rata penduduk di daerah yang bersangkutan. Apabila partisipasi berbentuk kemampuan / kemauan memperbaiki lingkungannya sendiri, maka yang perlun di indikasikan adalah bentuk – bentuk perbaikan lingkungan swadaya yang telah dilakukan.

Kemudian pengarahan tersebut juga sering diprioritaskan adalah program perbaikan / rehabilitasi atau yang diteruskan ( bukan program baru ). Dengan demikian maka program – program tersebut perlu dikelompokan menjadi program baru dan program rehabilitasi atau program yang diteruskan.

Prioritas Prasarana Lainnya

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III -

13

Untuk menjaga keterpaduan pembangunan prasarana perkotaan seringkali lebih baik apabila pembangunan drainase disesuaikan dengan program pembangunan prasarana lainnya. Dengan demikian diharapkan agar pembangunan prasarana lainya. Dengan demikian diharapkan agar pembangunan yang bongkar pasang tidak

(46)

terjadi.

(47)
(48)

1. Fungsi Drainase Perkotaan

Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase

sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep berwawasan lingkungan Fungsi drainase perkotaan :

a). Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

b). Mengalirkan air permukaan kebadan air terdekat secepatnya

c). Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

d). Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah. Berdasarkan fungsi pelayanan,

a). Sitem drainase lokal b). Sistiem drainase utama

c). Pengendalian banjir (Flood Control)

Berdasarkan fisiknya :

a). Sistem saluran primer b). Sistem saluran sekunder c). Sistem saluran tersier

(49)

a). Sitem drainase lokal

b).Sistiem drainase utama c). Pengendalian banjir

(Flood Control)

Gambar

SISTEM DRAINASE KOTA

Sungai

d). Sistem saluran primer

e). Sistem saluran sekunder

f). Sistem saluran tersier

(50)

2. Bentuk-bentuk

Saluran

Bentuk tipe saluran drainase terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Saluran Terbuka 2. Saluran Tertutup

2.1.1 Saluran terbuka

Saluran terbuka umumnya digunakan pada daerah yang :

Saluran Bentuk Trapesium - Lahannya masih memungkinkan (luas)

- Lalu lintas pejalan kaki

- Baban dikiri dan kanan saluran relatif ringan a). Bentuk Trapesium

Umumnya digunakan pada daerah yang masih mempunyai lahan cukup luas, dan harga lahan murah, umumnya

digunakan untuk saluran yang relatif besar. b). Bentuk segi empat

Umumnya digunakan pada daerah yang lahannya tidak terlalu lebar, dan harga lahan mahal.

Umumnya digunakan untuk saluran

yang relatif besar dan sedang. Saluran Bentuk Segi Empat

(51)

c). Bentuk setengah lingkaran

Umumnya digunakan pada saluran di lingkungan permukiman berupa saluran sekunder dan tersier d). Bentuk segi tiga

Umumnya digunakan pada daerah permukiman sebagai saluran tersier.

Keuntungannya dapat mengalirkan air pada debit yang kecil. Kerugiannya sulit dalam perawatan.

Saluran Bentuk Setengah Lingkaran

Saluran Bentuk Segi Tiga e) Bentuk Kombinasi

Bentuk kombinasi umumnya digunakan agar dapat menampung dan mengalirkan debit air yang besar dan dapat pula mengalirkan debit air yang kecil (debit minimum).

e.1. Kombinasi trapesium dengan segi empat.

e.2 Kombinasi trapesium dengan setengah lingkaran. e.3 Kombinasi trapesium dengan trapesium.

e.4 Kombinasi trapesium dengan segi tiga. e.5 Kombinasi segi empat dengan segi empat.

e.6 Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran. e.7 Kombinasi segi empat dengan segi tiga.

Salah satu Contoh Saluran Bentuk Kombinasi Trapesium dengan Segi Empat

(52)

2.1.2 Saluran tertutup

Saluran tertutup umumnya dipakai pada :

¾ Daerah yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan)

¾ Daerah yang lalu lintas pejalan kaki padat

¾ Lahan yang dipakai untuk lapangan parkir a). Bentuk lingkaran

Keuntungannya :

- Mudah dalam menyiapkan cetakan.

- Mudah dalam menghitung ukuran yang dibutuhkan oleh debit air yang ada.

Kerugiannya :

harus menyiapkan perletakan yang sesuai b). Bentuk persegi empat

Keuntungannya :

Saluran Tertutup Bentuk Lingkaran

- Mudah dalam mengubah ukuran. - Mudah menyiapkan cetakan

- Mudah menghitung besar ukuran yang dibutuhkan

Saluran Tertutup Bentuk Persegi Empat

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV -

5

oleh debit air yang tersedia.

(53)

Saluran Tertutup Bentuk Tapal Kuda c). Bentuk tapal kuda

Keuntungannya :

- Ekonomis untuk ukuran saluran yang besar. Kerugiannya :

- Sulit dalam pelaksanaan.

- Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan.

d). Bentuk bulat telur Keuntungannya :

- Sangat baik untuk debit aliran yang kecil Kerugiannya :

- Mahal.

- Sukar dalam penyetelan di lapangan

Saluran Tertutup Bentuk Bulat Telur

(54)

3.

Material Konstruksi

Berdasarkan material konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan ats beberapa macam, yaitu :

1. Saluran tanah

2. Saluran pasang batu 3. Saluran beton

4. Saluran dengan perkuatan kayu

3.1.1 Saluran Tanah

Saluran tanah umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai tekstur tanah yang relatif keras dan topografi yang baik (tidak terlalu curam dan tidak terlalu datar) hal iniuntuk menghindari terjadinya erosi dan sedimentasi dan tumbuhnya tanaman air. Saluran tanah umumnya berpenampang trapesium, hal ini untuk menghindari longsornya talud.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan saluran tanah adalah :

- Air dapat mengalir secara grafitasi.

- Kecepatan air sesuai dengan yang diizinkan.

- Jenis material (bahan tanah) yang membentuk saluran relatif padat.

(55)

Saluran tanah dapat dibagi atas 2 (dua) macam : a). Saluran tanah asli

b). Saluran tanah yang dipadatkan secara mekanis.

Saluran Tanah Yang Dipadatkan Secara Mekanis

3.2 Saluran Pasangan Batu

Saluran pasangan batu umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan saluran pasangan batu :

- Kecepatan aliran yang diizinkan. - Kemiringan saluran yang diizinkan.

- Kekuatan tanah pendukung badan saluran. Saluran pasangan batu dapat terbagi atas :

a). Pasangan batu pada dasar dan talud saluran.

b). Kombinasi antara pasangan batu untuk talud, dengan yang dipadatkan secara mekanis untuk dasar saluran.

c). Kombinasi antara pasangan batu untuk talud, dengan tanah asli untuk dasar saluran.

(56)

3.3 Saluran beton (yang diberi lapisan)

Saluran beton (yang dilapisi) umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas. Lapisan saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran dari erosi, serta untuk memudahkan pengaliran pada volume air yang kecil.

Faktor yang harus dipertimbangkan : - Kecepatan aliran yang diizinkan. - Kemiringan saluran yang diizinkan.

Saluran Pasangan Beton Bertulang Pada Dasar dan Talud Saluran - Kekuatan tanah pendukung badan salura.

Saluran Kombinasi Pasangan Beton Bertulang Untuk Talud dan Tanah yang Dipadatkan

Pada Dasar Saluran a). Pasangan beton bertulang pada dasar dan talud saluran.

b). Kombinasi pasangan beton bertulang untuk talud, dan tanah yang dipadatkan untuk dasar saluran.

Besar tulangan melintang ataupun mamanjang disesuaikan dengan besar beban (debit) yang dipikul oleh saluran.

(57)

3.4 Saluran dengan perkuataan kayu

Saluran dengan perkuatan kayu umumnya digunakan pada daerah yang mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi pergeseran (tanah bergerak).

Faktor yang perlu diperhatikan : - Daya tahan kayu terhadap air.

- Tersedianya bahan baku dilapangan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV -

10

Saluran dengan perkuatan kayu dapat terdiri atas :

a). Saluran dengan dinding tegak. b). Saluran dengan dinding miring.

(58)

4. Bangunan Pelengkap

Disamping fungsi, bentuk dan jenis material saluran seperti diuraikan diatas, saluran drainase berhubungan erat dengan

bangunan pelengkapnya diantaranya :

a) Gorong-gorong b) Bangunan pintu air

c) Pompa dan rumah pompa

d) Kolam tandon atau kolam penampungan sementara e) Bangunan terjunan

f) Bangunan penyaringan sampah

g) Bangunan lubang pemeriksaan atau manhole h) Resapan Air

(59)

a). Gorong-gorong

Gorong-gorong merupakan suatu konstruksi yang dibangun akibat adanya persimpangan antara jalan atau jalan kereta api dengan saluran. Bentuk gorong-gorong umumnya lingkaran (buis beton) atau persegi empat (beton bertulang).

Ukuran gorong-gorong minimum sama dan sebangun dengan tampang saluran inletnya. Bangunan pada inlet gorong-gorong harus memperhatikan pola aliran yang streamline, tidak bergejolak akibat benturan dari pertemuan dua atau lebih saluran.

PROFIL KONSTRUKSI PADA INLET GORONG-GORONG

BENAR

Gorong-gorong Kekecilan Ideal : Tampang Gorong-gorong Sama dengan Tampang Saluran

SALAH

(60)

b). Bangunan Pintu Air

Bangunan pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengatur keluar atau masuknya aliran dari saluran atau polder ke badan air. Pintu air biasanya dibangun pada daerah pasang surut, untuk mengatur aliran dalam saluran.

a). Pintu air bentuk putaran.

b). Pintu aiir bentuk klep (aotomatis).

Pintu Air Bentuk

Putaran

Laut

Air Laut Surut

Pintu Air Membuka Air Laut Pasang Pintu Air Menutup

(61)

c). Pompa dan Rumah Pompa

Pompa adalah suatu alaat yang berfungsi untuk memindahkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.

Pompa biasanya dibutuhkan pada :

- Daerah pasang surut, atau daerah muara sungai. - Elevansi saluran lebih rendah dari badan

penerima air (daerah cekungan)

Pompa Centrifugal

Pompa Ulir / Screw Pump

Desain Kurang Baik : Pompa sukar untuk

diperbaiki

Desain Sangat Baik : Pompa rusak bisa diangkat

keatas

POMPA CELUP / BENAM POMPA AXIAL SUMBU TETAP

Katrol

(62)

d). Kolam Tandon

Kolam tandon adalah kolam penampung air sementara. Dalam hal tertentu kolam tandon dapat berfungsi sebagai : - Kolam yang menampung air untuk memberi kesempatan

air meresap ke dalam tanah

- Sebagai penampung air sementara agar tidak banjir.

- Sebagai kolam pengumpul untuk menaikkan tinggi muka air minimum yang dibutuhkan pompa.

(63)

e). Bagunan Terjunan

Bangunan terjunan digunakan untuk mengurangi kecepatan aliran agar tidak merusak saluran bangunan lain, disamping ini juga berfungsi untuk menurunkan muka air. Bangunan terjunan juga diperlukan jika kemiringan saluran terlalu curam sehingga mengakibatkan kecepatan aliran yang tinggi.

Bangunan terjunan tegak

Bangunan terjunan terdiri dari atas : - Bangunan terjunan tegak - Bangunan terjunan miring

Bangunan terjunan juga dapat dibuat secara bertangga ( cascade ).

Hubungan kemiringan saluran ( i % ) dengan jarak antara

bangunan terjunan / pematah arus (L) Bangunan terjunan miring

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV -

16

i %

6

7

8

9

6

8

7

10

16

L (m)

10

i % Cascade system

L

(64)

f). Bangunan Penyaring Sampah

Bangunan penyaring sampah merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk menyingkirkan sampah dari aliran, biasanya konstruksinya diletakkan di muka inlet gorong-gorong / bangunan pelengkap lainnya.

Lay-out Bangunan Penyaring Sampah

g). Bangunan Lubang Pemeriksaan (Man- Hole)

Bangunan lubang pemeriksaan merupakan suatu konstruksi yang dibangun pada suatu saluran tertutup, berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang terbawa air dalam saluran tersebut.

Lubang Pemeriksaan

(65)

h). Peresapan Air

Sumur Resapan Peresapan air merupakan suatu upaya untuk melestarikan air tanah

agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan antara lain : instruksi air laut ke darat, penurunan permukaan tanah, dan menurunnya permukaan air.

Sistem resapan air hujan atau aliran permukaan terdiri atas 2 (dua) jenis :

1. Sistem On-site, contohnya : sumur resapan dipekarangan rumah 2. Sistem Off-site, contoh : kolam retensi, tandon / waduk

Peresapan air dapat pula dilakukan melalui : - Reboisasi

- Terasering

- Mengurangi penutupan permukaan tanah di pekarangan - Saluran resapan

- Bidang resapan pada lahan parkir, taman, dll

Gambar : Kolam Retensi

(66)

Pengertian-2

Yang dimaksud dengan :

1) Drainase perkotaan adalah drainase diwilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,

sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. 2) Bentuk saluran adalah bentuk profil atau potongan melintang saluran.

3) Saluran terbuka adalah saluran yang sisi bagian atasnya terbuka.

4) Saluran tertutup adalah saluran yang seluruh sisinya tertutup.

5) Saluran tanah adalah saluran terbuka yang seluruh material konstruksinya menggunakan tanah.

6) Saluran tanah yang dipadatkan adalah saluran terbuka yang seluruh material konstruksinya menggunakan tanah

yang dipadatkan secara mekanis.

7) Saluran pasangan batu adalah saluran yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan potongan batu kali

atau batu gunung tanpa diberi pembesian.

(67)

8) Saluran beton adalah saluran terbuka atau tertutup yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan

campuran beton dengan pembesian.

9) Saluran dengan perkuatan kayu adalah saluran terbuka yang ketiga sisinya diberi lapisan papan yang diberi

perkuatan.

10) Gorong-gorong adalah suatu konstruksi yang dibangun akibat adanya persilangan antara jalan atau jalan kereta api

dengan saluran.

11) Bangunan pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengatur keluar atau masuknya aliran air dari saluran

atau polder ke badan penerima air.

12) Pompa adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahklan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih

tinggi.

13) Kolam tandon adalah kolam atau tempat penampungan air sementara.

14) Bangunan terjunan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengurangi kemiringan saluran dan kecepatan aliran

air.

15) Bangunan Penyaring sampah adalah suatu konstruksi yang dibagun di bagian muka gorong-gorong yang berfungsi

untuk menyaring sampah dari saluran air.

(68)

16) Lubang pemeriksaan adalah sebuah konstruksi yang dibangun pada saluran tertutup yang berfungsi untuk mengetahui

kotoran yang terbawa air didalam saluran, dan untuk jalan masuk dan keluarnya pekerja pemeriksa saluran.

17) Bangunan penangkap pasir adalah suatu konstruksi pada sistem saluran yang berfungsi untuk mengendapkan partikel

pasir yang ikut di dalam aliran air.

18) Erosi adalah proses lepasnya butiran tanah yang terjadi pada saluran akibat aliran air.

19) Sedimentasi adalah terjadinya timbunan lumpur di dalam suatu saluran.

20) Talud adalah dinding saluran.

21) Kemiringan talud (m) adalah kemiringan dinding saluran yang dihitung dari perbandingan antara arah vertikal dan

horizontal.

22) Kecepatan aliran adalah kecepatan air mengalir dalam saluran.

23) Kemiringan dasar saluran adalah kemiringan arah memanjang saluran yang diatur untuk mendapatkan kecepatan

aliran yang diizinkan.

24) Riprap adalah kumpulan batu tanpa perekat yang diatur sedemikian yang berfungsi untuk melindungi dasar saluran

dari gerusan air.

(69)

25) Tinggi jagaan (F) adalah batas tinggi maksimum permukaan air pada suatu penampang saluran dengan puncak

tanggul.

26) Badan penerima air adalah pembuangan akhir saluran drainase dapat berupa sungai, danau dan laut serta di bawah

permukiman tanah berupa air tanah di dalam akifer.

(70)
(71)

PERANCANGAN WADUK

Pada dasarnya pembangunan waduk, tandon, atau polder untuk menangani banjir, bukanlah suatu keharusan, bahkan sebaiknya jika bisa untuk dihindari, karena waduk untuk menangani banjir biasanya harus dilengkapi dengan pompa yang rumit / sulit serta mahal biaya investasi, operasi dan pemeliharaannya.

Pilihan membangun waduk untuk menangani banjir harus dilakukan apabila saluran drainase utama harus bermuara pada lokasi yang sulit, seperti;

• ke laut, dimana memiliki kondisi pasang yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan aliran air untuk langsung dibuang ke laut, karena akan ada efek back water (arus balik).

• ke sungai, dimana memiliki muka banjir yang lebih tinggi dari saluran drainase utama, sehingga tidak memungkinkan air langsung dibuang ke sungai tersebut, karena juga akan ada efek back water (arus balik).

Pada kondisi-kondisi tersebut di atas akan terjadi efek back water, ditambah lagi bila debit puncak pada saluran drainase bersamaan dengan pasang air laut, atau pasang/banjir sungai, hal ini akan mengakibatkan terjadinya banjir (gambar a).

(72)

Pada keadaan ini untuk menurunkan muka air akibat back water dapat dibuat tandon (waduk) banjir di muara sungai, bila perlu dibuat pintu air dan pompa untuk memompa air tandon langsung ke-laut atau sungai besar pada saat air pasang (Gambar 2).

Tetapi pembangunan tandon bukan merupakan suatu keharusan. Dapat juga dilakukan normalisasi sungai (dilebarkan dan/atau diperdalam).

Gambar 1 Keadaan sebelum dibangun tandon/waduk Gambar 2 Keadaan setelah dibangun tandon/waduk

(73)

PERHITUNGAN TANDON/WADUK

UNTUK MENANGANI BANJIR

Berikut ini akan dijelaskan suatu perhitungan tandon banjir yang dilengkapi dengan fasilitas pompa.

GAMBAR - 3.

Denah Daerah Aliran Drainase KLMNO

(74)

GAMBAR - 4.

Gambar Waduk 3D

(75)

CONTOH PERHITUNGAN

Diketahui suatu daerah seperti yang ada di Gambar - 3. Suatu areal di kota besar luas A=50 ha merupakan daerah aliran drainase KLMNO dengan koefisien pengaliran 0.8, waktu pengaliran di sepanjang saluran (td)=60 menit. Sedangkan waktu konsentrasi (tc)=70 menit. Keadaan tata guna lahan yang mengakibatkan angka pengaliran (c)=0.8, muka air (MA) saluran 3.50 meter lebih rendah dari MA tertinggi pada badan air penerima.

Kondisi intensitas hujan dapat dilihat pada Gambar- 5

Penyelesaian : Langkah 1

Mencari desain optimal antara besaran waduk dan pompa a. Asumsi perhitungan

• Total inflow – total outflow = storage penampungan pada waktu (t)

• Bentuk hydrograf aliran masuk (inflow) yang digunakan sesuai bagi penggunaan rumus modifikasi rasional

• Rate dari flow dianggap konstan

• Pada permulaan hujan (t=0) waduk dalam keadaan kosong.

Asumsi grafik intensitas hujan dengan periode 2, 5, dan 10 tahun telah diperoleh (Gambar W5). b. Prosedur perhitungan

(1)Debit maksimum aliran masuk pada titik K

7

.

0

60

)

70

2

(

70

2

=

+

×

2

2

=

×

+

=

td

tc

tc

Cs

(76)

Kota besar dengan A=500 ha, periode ulang yang digunakan adalah 5 tahunan, maka menurut Gambar - 5, tc=70 Æ I=180 liter/detik-ha

Perhitungan Debit puncak (Qp).

ik ik I det 180 500 8 . 0 7 . 0 m liter A C Cs Qp det / 4 , 50 / 50400 ) ( 3 = = × × × = × × × =

(2)Gambaran hydrograf aliran masuk pada peta K dapat di lihat pada Gambar - 2

(3)Hitungan kumulatif aliran masuk di titik K sesuai total kumulatif flow di arahkan dalam Tabel W1

(4)Hitungan kapasitas inflow kritis dengan sistem coba-coba dengan menggunakan model hydrograf yang waktu kritisnya lebih dari waktu konsentrasinya (tkritis>tkonsentrasi atau te>tc) dari saluran tersebut.

Untuk ini dicoba nilai te=100 menit Æ I=125 liter/detik-ha

77

,

0

60

)

100

2

(

100

2

=

+

×

2

2

=

×

+

=

td

te

te

Cs

ik m liter I A C Cs Qp det / 5 , 38 det / 38500 1 3 = = ik 125 500 8 . 0 77 . 0 × × × = × × × =

Gambaran hydrograf waktu krisis dapat dilihat pada Gambar - 3

(5)Hitungan pertambahan kumulatif volume inflow krisis pada Tabel W2

(77)

(6)Hasil kumulatif tabel W1 dan W2 di plot pada grafik kumulatif aliran pada Gambar - 4. Terlihat bahwa tidak terjadi aliran krisis pada kondisi daerah aliran tersebut yang lebih besar dari perencanaan aliran berdasarkan waktu konsentrasi, maka dasar hydrograf yang diambil adalah yang sesuai dengan waktu konsentrasi (time of

consentration).

(7)Mencoba memplot outflow untuk beberapa kapasitas pompa 5m3/detik, 10m3/detik, 15m3/detik, 20m3/detik. Terdapat kombinasi-kombinasi sebagai berikut :

1. Untuk pompa 5m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 90.000 m3. 2. Untuk pompa 10m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 135.000 m3. 3. Untuk pompa 15m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 180.000 m3. 4. Untuk pompa 20m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 240.000 m3. Kombinasi yang diambil adalah kombinasi yang termasuk dalam :

Kategori luas area yang akan dijadikan waduk dan jumlah pompa yang akan digunakan yang akan mempengaruhi biaya operasi dan pemeliharaan pompa.

CARA PERHITUNGAN TABEL W1 DAN W2:

Kolom 1

Waktu kumulatif – untuk soal ini diasumsikan berselang setiap 20 menit.

Kolom 2

Nilai kolom ini pada Tabel W1 diperoleh dengan cara mengeplotnya pada Gambar - 6 (lihat garis merah), bila waktu kumulatif=40 menit Æ maka Aliran masuk=28,8

(78)

Nilai kolom ini pada Tabel W2 diperoleh dengan cara mengeplotnya pada Gambar - 7 (lihat garis biru), bila waktu kumulatif=40 menit Æ maka Aliran masuk=22

Kolom 3

Nilai pada kolom ini diperoleh dengan cara merata-ratakan nilai aliran masuk. Contoh :

Pada Tabel W1 Æ Untuk memperoleh nilai pada kolom 3 Æ (14,4 + 28,8)/2=21,6 Pada Tabel W2 caranya sama.

Kolom 4

Nilai pada kolom ini merupakan nilai selang waktu dari kolom 1. Nilai selang waktunya adalah 20 menit = 20 x 60 = 1200 detik.

Kolom 5

Nilai pada kolom ini diperoleh dengan : Rata-rata nilai Aliran masuk x At

Contoh :

Pada Tabel W1 Æ 21,6 x 1200 = 25920

Kolom 6

Diperoleh dengan menjumlahkan nilai volume. Contoh :

Pada Tabel W1 baris ke-3Æ Diperoleh dari: 0 + 8640 + 25920 = 34560

(79)

CARA MEMPEROLEH VOLUME WADUK

(CARA MEMPEROLEH GRAFIK W8)

‰ Setelah memperoleh nilai-nilai kumulatif volume dari Tabel W1 dan Tabel W2, kemudian buatlah grafik hubungan

antara kumulatif waktu dengan kumulatif volume. (Lihat Gambar - 8 garis melengkung berwarna biru tua dan ungu. Garis biru tua menerangkan kumulatif QP yang diperoleh dari Tabel W1, dan garis ungu menerangkan kumulatif QP1 yang diperoleh dari Tabel W2).

‰ Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai kumulatif volume terbesar adalah grafik kumulatif QP yang

berwarna biru tua. Sehingga untuk memperoleh kapasitas waduk, grafik ini yang akan digunakan, karena memiliki nilai kumulatif tertinggi)

‰ Setelah memperoleh grafik kumulatif waktu dengan kumulatif volume, tentukan jenis-jenis pompa yang akan

digunakan (ditentukan pompa yang akan digunakan antara lain berkapasitas 5 m3/detik, 10 m3/detik, 15 m3/detik, 20 m3/detik).

‰ Hitunglah besar volume air yang dapat di pompa per satuan waktu.

Volume = Kapasitas Pompa x Waktu

Contoh a:

Untuk pompa 5 m3/detik, hitung volume untuk 20 menit (20 menit = 20 x 60 detik = 1200 detik) Volume = 5 m3/detik x 1200 detik = 6000 m3

Contoh b:

Untuk pompa 10 m3/detik, hitung volume untuk 40 menit (40 menit = 40 x 60 detik = 2400 detik) Volume = 10 m3/detik x 2400 detik = 24000 m3

Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel W3, untuk masing-masing kapasitas pompa.

‰ Hasil perhitungan pada Tabel W3, diplot pada Gambar W8 (lihat garis putus-putus pada Gambar W8)

(80)

‰ Karena kumulatif volume tertinggi adalag grafik kumulatif QP, maka untuk mencari volume waduk dilakukan

dengan mencari jarak terjauh antara grafik Kumulatif QP dengan grafik volume masing-masing pompa. Contoh :

Berapa besar volume waduk yang bila kapasitas pompa yang digunakan adalah 5m3/detik?

Maka besar volume waduk diperoleh dengan cara mencari “garis tegak lurus terhadap sumbu datar” terpanjang – antara grafik Kumulatif QP dengan grafik volume pompa berkapasitas 5m3/detik. (ingat: cari garis tegak lurus terpanjang antara grafik kumulatif QP dengan volume pompa berkapasitas 5m3/detik).

Dari garis terpanjang tersebut membentang sejajar sumbu tegak antara volume 180.000 m3 sampai 270.000 m3. Sehingga dapat dilihat besarnya volume waduk bila kapasitas pompa 5m3/detik adalah :

Volume waduk = 270.000 m3 – 180.000 m3 = 90.000 m3.

(81)

Kumulatif Waktu (menit)

Aliran Masuk (m3/detik)

Rata-rata Aliran Masuk

(m3/detik) At (detik) Volume (m

3 ) Kumulatif Volume (m3) [1] [2] [3] [4] [5] [6] 0 0 0 20 14.4 7.2 1200 8640 8640 40 28.8 21.6 1200 25920 34560 60 43.2 36 1200 43200 77760 80 46.522 44.861 1200 53833.2 131593.2 100 38.768 42.645 1200 51174 182767.2 120 31.014 34.891 1200 41869.2 224636.4 140 23.26 27.137 1200 32564.4 257200.8 160 15.506 19.383 1200 23259.6 280460.4 180 7.752 11.629 1200 13954.8 294415.2 200 0 3.876 1200 4651.2 299066.4

TABEL W1. Kumulatif Aliran Masuk QP Durasi Tc

(82)

TABEL W2. Kumulatif Aliran Masuk QP1 Durasi te

Kumulatif Waktu (menit)

Aliran Masuk (m3/detik)

Rata-rata Aliran Masuk

(m3/detik) At (detik) Volume (m

3 ) Kumulatif Volume (m3) [1] [2] [3] [4] [5] [6] 0 0 0 20 11 5.5 1200 6600 6600 40 22 16.5 1200 19800 26400 60 33 27.5 1200 33000 59400 80 38.5 35.75 1200 42900 102300 100 38.5 38.5 1200 46200 148500 120 32.571 35.5355 1200 42642.6 191142.6 140 26.647 29.609 1200 35530.8 226673.4 160 20.723 23.685 1200 28422 255095.4 180 14.799 17.761 1200 21313.2 276408.6 200 8.875 11.837 1200 14204.4 290613 220 2.951 5.913 1200 7095.6 297708.6 230 0 1.4755 1200 1770.6 299479.2

(83)

Debit Pompa

Kumulatif Waktu (menit)

5 m3/detik 10 m3/detik 15 m3/detik 20 m3/detik

0 0 0 0 0 20 6000 12000 18000 24000 40 12000 24000 36000 48000 60 18000 36000 54000 72000 80 24000 48000 72000 96000 100 30000 60000 90000 120000 120 36000 72000 108000 144000 140 42000 84000 126000 168000 160 48000 96000 144000 192000 180 54000 108000 162000 216000 200 60000 120000 180000 240000 220 66000 132000 198000 264000 230 69000 138000 207000 276000

TABEL W3. Kumulatif Debit Pompa

(84)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130

Waktu Konsentrasi Hujan (menit)

Intensitas (mm/jam) 140 150 160 170 180

Series1

10 tahunan 5 tahunan 2 tahunan 200 250 300 350 400 450 500 550 600 100

GAMBAR - 5. Kurva Intensitas Hujan

(85)

0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 1 Waktu (menit)

Debit Masuk (m^3/detik)

50 160 170 180 190 200 210

tc tc+td

GAMBAR - 6. Hydrograf Aliran Masuk Di Titik K

tc = 70 menit td = 60 menit

(86)

GAMBAR W7.

Hydrograf Bila Terjadi Waktu Kritis

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 Waktu (menit)

Debit Masuk (m^3/detik)

18 0 19 0 20 0 21 0 22 0 23 0 24 0 25 0 tc = 70 menit td = 60 menit te = 100 menit tc te tc+td

(87)

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 110000 120000 130000 140000 150000 160000 170000 180000 190000 200000 210000 220000 230000 240000 250000 260000 270000 280000 290000 300000 310000 320000

Kum ulatif Waktu (m enit)

Kumulatif Aliran (m^3) Kumulatif QP Kumulatif QP1 Pompa 5 m^3/detik Pompa 10 m^3/detik Pompa 15 m^3/detik Pompa 20 m^3/detik 90.000 m 3 135.000 m 3 180.000 m 3 240.000 m 3

GAMBAR - 8. Kumulatif Aliran

(88)

PEMILIHAN POMPA

Fungsi pompa dalam system drainase perkotaan adalah untuk melayani aliran banjir yang cukup besar. Ciri khas pompa drainase adalah keperluan head tekan yang rendah dengan debit yang besar.

Jenis – jenis Pompa

Ada dua jenis dasar pompa yang biasa digunakan untuk system drainase, yaitu : a. Archemidian Screw

b. Rotodynamic Pumps

Pompa jenis Archemidian screw jarang digunakan, karena hanya sesuai bila kapasitas alirannya tertentu dan tidak berubah secara drastic ( lebih kurang tetap ).

Pompa Ulir / Screw Pump

(89)

Pompa Rotodynamic terdiri atas 2 jenis :

1. Pompa Centrifugal ( aliran radial ) : umumnya bercirikan kapasitas aliran sedang dengan kuatan desak yang cukup tinggi

2. Pompa Axial : memiliki kapasitas besar dengan tinggi desak (tekan) yang rendah sampai sedang.

Pompa Centrifugal

Desain Kurang Baik :

Pompa sukar untuk

diperbaiki

Desain Sangat Baik :

Pompa rusak bisa

diangkat keatas POMPA CELUP / BENAM POMPA AXIAL SUMBU TETAP

Katrol

Gambar

Gambar :  Drainase Perkotaan POLDER SYSTEM Pengendali Banjir  Saluran Primer Saluran   Sekunder
Gambar :  Tandon / Kolam Penampungan
Gambar :  Sistem Drainase Perkotaan  (1)
Gambar :  Sistem Drainase Perkotaan  (2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan drainase di Kota Palopo yang menerapkan sistem jebakan sampah telah mendapat penghargaan dari menteri dalam negeri dibidang inovasi manajemen perkotaan.. Tentunya

Oleh karena itu perlu disusun buku Panduan Manajemen Pemberian Taburia sebagai acuan para Pengelola Program Gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam membuat

Petunjuk teknis ini disusun untuk memudahkan pengelola perpustakaan dalam menyiapkan informasi hasil penelitian yang dihasilkan oleh setiap unit kerja lingkup Badan

Petunjuk Praktis Pengaturan Lalu-Lintas pada Zona Kerja di Jalan memberikan panduan dasar yang mudah untuk diikuti oleh para pemilik proyek, kontraktor dan konsultan dalam hal

Buku Panduan ini disusun dengan tujuan sebagai pedoman/petunjuk bagi para peserta Pelatihan Sistem Informasi Geografis Berbasis Ponsel Metode Pembelajaran Jarak

Panduan praktis ini disusun oleh Tim Safeguards dari PNPM Support Facility dengan tujuan untuk mendukung diseminasi dan sosialisasi Panduan Kebijakan Pengamanan Sosial

Petunjuk Teknis Pengelolaan Pengaduan Masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dimaksudkan sebagai panduan dalam mengelola dan menangani pengaduan (informatif atau

Buku ini menjadi panduan bagi pengelola Rumah DataKu dalam menjalankan pengoperasian Aplikasi Rumah DataKu serta pendaftaran dan pembaharuan data RDK di Aplikasi New