• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Blora

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN LOKAKARYA Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Blora"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN LOKAKARYA

Perencanaan Bersama Program

Ketenagakerjaan di Kab. Blora

Blora, 19-20 Februari 2013

Disusun Oleh :

(2)

1

1.

Latar Belakang

Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran dan pengaruhnya seperti kemiskinan, merupakan permasalahan sosial yang kita hadapi bersama. Program penciptaan lapangan kerja produktif, yaitu lapangan kerja yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dan berkelanjutan, dibutuhkan untuk merespon permasalahan ini. Pemerintah telah melakukan upaya untuk membuat program dan memfasilitasi pelaksanaan program ketenagakerjaan. Namun demikian permasalahan ketenagakerjaan ini sangat kompleks. Pengetahuan dan kemampuan pemerintah untuk merancang, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi program ketenagakerjaan masih terbatas. Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat penting dalam mendukung pemecahan permasalahan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama adalah memahami dan melakukan diagnosa terhadap kondisi ketenagakerjaan yang ada, serta menyusun program dan prioritas untuk menyelesaikannya.

Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) adalah sebuah kegiatan untuk membantu proses perencanaan pembangunan yang lebih baik dengan mengedepankan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antara pemangku kepentingan yang terkait dengan isu ketenagakerjaan di tingkat daerah serta mendorong para pemangku kepentingan untuk ikut mengambil bagian dari perencanaan dan pelaksanaan program ketenagakerjaan.

Metodologi dalam Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini diperkenalkan oleh ILO (Badan Perburuhan Internasional) dan terus dikembangkan melalui kerjasama Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan masyarakat (PDPM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS Indonesia dan Stockholm School of Economics (SSE) Swedia, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bappenas, dengan bantuan pendanaan dari pemerintah Swedia melalui Swedish International Development Agency (SIDA).

2.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan PBPK ini adalah agar pemangku kepentingan permasalahan ketenagakerjaan (Pemerintah, swasta dan masyarakat):

a. Memiliki pemahaman lebih baik tentang permasalahan, tantangan dan peluang dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.

(3)

2 b. Bersama-sama melakukan analisa ketenagakerjaan, sehingga kualitas perencanaan program

ketenagakerjaan dapat lebih baik.

c. Berdialog untuk menciptakan forum diskusi di antara pemangku kepentingan sebagai wadah identifikasi permasalahan dan tantangan dalam menciptakan lapangan kerja produktif serta sarana pemberi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan terkait.

d. Memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam penyusunan kebijakan strategi pengembangan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Daerah.

e. Bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat dialog sosial antara pemerintah dan para pemangku kepentingan di Daerah.

Sedangkan manfaat / luaran PBPK adalah:

a. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang arah dan rencana pembangunan di daerah, termasuk permasalahan dan tantangannya.

b. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang konsep perencanaan bersama program ketenagakerjaan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan c. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)

pengembangan sumber daya produktif (SDM &SDA) serta kemampuannya untuk mendapatkan kerja dengan kesempatan yang setara di daerah

d. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi ekonomi, yang mencakup identifikasi permasalahan, tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi yang kondusif di daerah serta kesempatan yang adil yang berkelanjutan

e. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) kesetaraan dan keberlanjutan pembangunan sosial ekonomi di daerah.

f. Teridentifikasinya potensi sektor unggulan di daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan

g. Adanya rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk menindaklnajuti peluang dan menjawab permasalahan dan tantangan penciptaan lapangan kerja di daerah melalui sektor unggulan ini h. Adanya rekomendasi studi lanjut untuk mendukung hal-hal tersebut diatas.

Dalam kerangka untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Blora 2010-2015 yaitu: "Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju Masyarakat Blora yang Sejahtera".

(4)

3

3.

Definisi

Seperti tertulis dimuka, tujuan lokakarya ini adalah menyusun masukan alternatif arahan kebijakan dan program penciptaan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan. Berikut definisi dari terminologi diatas:

Lapangan kerja produktif: lapangan kerja yang mampu memberikan kesempatan kerja dengan penghasilan yang layak bagi seseorang untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, serta keluar dari garis kemiskinan. Untuk itu, lapangan kerja produktif erat kaitannya dengan pengurangan pengangguran dan pekerja miskin.

Inklusif: seluruh warga masyarakat, baik pria maupun wanita, baik di kota maupun di desa memiliki kesempatan yang samadalam memperoleh lapangan kerja produktif. Hal ini terkait erat dengan kesetaraan.

Berkelanjutan: lapangan kerja produktif yang memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga dapat tersedia tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi mendatang.

4.

Metodologi

Untuk mencapai tujuan diatas, kegiatan PBPK ini terdiri atas dua tahapan:

- Pra lokakarya, sebagai tahapan persiapan, untuk mengetahui APA karakteristik ketenagakerjaan dan tantangan yang dihadapi daerah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim ITS bersama dengan SSE dengan cara melakukan eksplorasi data statistik.

- Lokakarya, dengan tujuan mempresentasikan data ketenagerjaan dan tantangannya, melakukan konfirmasi temuan awal, serta mencari tahu MENGAPA permasalahan ketenagakerjaan dan kemiskinan dapat terjadi dan mencari masukan BAGAIMANA tantangan tersebut dapat diatasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama, yang difasilitasi oleh Bappeda setempat, dengan dukungan narasumber dan fasilitator dari ITS.

Kerangka berpikir tahapan analisa diagnostik mengacu pada pohon ketenagakerjaan (lihat Gambar 4.1). Gambar 4.1 Diagram ketenagakerjaan menunjukkan bahwa lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan mengakar pada 4 faktor pembangunan yaitu:

- Tersedianya sumber daya produktif (Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam) - Adanya dukungan faktor penggerak ekonomi

- Yang dilaksanakan dengan mengedepankan aspek kesetaraan

(5)

4

Gambar 4.1. Diagram Ketenagakerjaan

Kerangka diagnosa ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pembangunan yang berhasil berupa kegiatan ekonomi produktif, kemakmuran bagi masyarakat, kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan (Sisi kanan atas buah pohon ketenagakerjaan), sedangkan pembangunan yang tidak berhasil menyebabkan penangguran, kemiskinan dan kesenjangan sosial (sisi kiri atas buah pohon ketenagakerjaan).

Untuk itu, tahapan perancangan menjadi tahapan awal yang kritis. PBPK ini dilaksanakan dengan mengadopsi pola pembelajaran orang dewasa, yang bersifat partisipatoris, dan melibatkan para pemangku kepentingan lokal, yang meliputi pemerintah, swasta dan masyarkat. Karena merekalah yang memiliki pengetahuan sosial yang mungkin tidak terekam dalam data-data statistik yang ada.

5.

Agenda dan Peserta

Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 19-20 Februari 2013, dengan hasil diskusi pada satu sesi dijadikan masukan bagi sesi berikutnya, yaitu:

Hari 1: (a) Paparan visi dan misi Pemerintah Kab. Blora; (b) Penjelasan metodologi; (c) Strategi pembangunan Kab. Blora (d) Fakta pembangunan ekonomi di daerah (e) Fakta ketenagakerjaan di Kab. Blora (f) Keberlanjutan (g) Sumber daya produktif

(6)

5

Hari 2: (h) Mencapai tujuan pembangunan dengan keseteraan (i) Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan (j) Memilih sektor unggulan (k) Rekomendasi kebijakan (l) Rencana tindak lanjut

Materi lokakarya tersebut disusun dalam kerangka, seperti disajikan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Kerangka Lokakarya

Jadwal lengkap lokakarya ini dapat dilihat pada Lampiran A.

Lokakarya ini diikuti oleh 32 peserta, terdiri atas 18 pemerintah, 8 swasta dan 6 masyarakat, serta 91% ( 26 orang) laki laki dan 9 % ( 6 orang) perempuan. Daftar peserta lokakarya dapat dilihat pada Lampiran B. Gambaran awal tentang harapan peserta dapat dilihat di Lampiran C.

6.

Hasil Lokakarya

Hasil lokakarya ini disusun dalam 4 subbab, yaitu: Struktur Demografi, Dinamika ketengakerjaan yang meliputi ekonomi dan tenagakerja.

Sesi 1. Metodologi Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan

Sesi 2. Strategi Pembangunan Sesi 3.Fakta pembangunan Ekonomi di daerah Sesi 4.Fakta ketenagakerjaan di daerah Sesi 5.Fakta kesetaraaan & keberlanjutan

Tanya jawab : Pemahaman tentang Dinamika Ketenagakerjaan

Sesi 6.Paparan & Diskusi A Sumber Daya Produktif (SDM &

SDA)

Sesi 7.Paparan & Diskusi B Mencapai Tujuan Pembangunan dg

Kesetaraan

Sesi 8.Paparan & Diskusi C Mencapai Tujuan Pembangunan yang

berkelanjutan

Sesi 9.Paparan & Diskusi D Pemilihan sektor unggulan u/ lap kerja

yg inklusif & berkelanjutan

Sesi 10: Diskusi E Rekomendasi Kebijakan. Telaah ulang hasil diskusi A-D & menyusun rekomendasi kebijakan & RKA Sesi 11: Diskusi F

(7)

6

6.1.

Struktur Demografi

6.1.1.

Jumlah dan sebaran penduduk

Menurut BPS Kab. Blora (2012), Kabupaten Blora memiliki jumlah penduduk 833.768 jiwa dengan luas wilayah 1820,588 km2, sehingga kepadatan penduduk di Kabupaten Blora adalah 458 jiwa/km2. Kabupaten Blora terdiri atas 16 kecamatan dan 295 kelurahan dan desa. Sebagian besar penduduk tinggal di desa, yaitu 76,42% (sekitar 637.166 jiwa) dan penduduk yang tinggal di kota 23,58% (196.602 jiwa), seperti disajikan pada Gambar 6.1.

Sumber: Susenas Kab. Blora, 2011

Gambar 6.1. Distribusi Penduduk Desa/Kota di Kabupaten Blora

6.1.2.

Struktur penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin

Jumlah penduduk laki-laki Kab.Blora adalah 411.162 jiwa (49,31%) dan perempuan adalah 422.606 jiwa (50,69%). Struktur penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin didominasi usia produktif, seperti disajikan pada Gambar 6.2. Penduduk usia kerja produktif, yaitu berusia 15-64 tahun sekitar 628.534 jiwa (75,38%) dan sisanya 100.707 (31,6%) orang adalah penduduk usia dibawah 15 tahun dan usia lansia (usia 65 tahun ke atas.

Urban 23,58% Rural 76,42% 0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% Urban Rural 23,7% 76,3% 23,5% 76,5% Laki-laki Perempuan

(8)

7

Sumber: Blora dalam Angka 2012

Gambar 6.2.Piramida Penduduk Kabupaten Blora

6.2.

Dinamika Ketenagakerjaan

6.2.1.

Penduduk Angkatan Kerja

Jumlah penduduk angkatan kerja di Kab. Blora adalah 452.639 orang (54,29% dari total penduduk) dimana 58,84% (266.328 orang) memiliki pendidikan SD ke bawah. Angkatan kerja yang berpendidikan Perguruan Tinggi hanya 6,94% terdiri atas 2,66% adalah pendidikan Diploma/sederajat dan 4,28% berpendidikan S1/S2 (lihat Gambar 6.3). Gambar 6.3 juga menyajikan proporsi angkatan kerja antara laki-laki dan perempuan. Proporsi perempuan dalam partisipasinya di pendidikan perguruan tinggi lebih besar dibanding laki-laki.

a) Berdasarkan pendidikan b) Berdasarkan Pendidikan dan Jenis kelamin 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75 Ribuan Perempuan Laki-Laki 58,84% 17,59% 9,42% 7,20% 2,66% 4,28% ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas 0% 50% 100% ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas 55,35% 60,19% 66,98% 57,50% 42,83% 49,94% 44,65% 39,81% 33,02% 42,50% 57,17% 50,06% Laki-laki Perempuan

(9)

8

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Gambar 6.3. Penduduk Angkatan Kerja berdasarkan tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin

Penduduk usia kerja yang bekerja sekitar 424.989 orang dan pengangguran sekitar 27.650 orang (Lihat Tabel 6.1) dimana pengangguran yang berpendidikan SD sekitar 37,54% sedangkan pengangguran dengan pendidikan SLTP sekitar 26,60% dan sisanya berpendidikan SLTA ke atas (35,86%).

(10)

9

Tabel 6.1. Status penduduk angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Blora

Status Pendidikan yang ditamatkan Jumlah

SD ke bawah SLTP SLTA keatas

Angkatan Kerja 266.328 79.628 106.683 452.639 Bekerja 255.949 72.273 96.767 424.989 Penganggur 10.379 7.355 9.916 27.650 Bukan Angkatan Kerja *) *) *) 175.895

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

6.2.2.

Partisipasi Angkatan Kerja dan Defisit Tenaga Kerja Produktif

Tingkat partisipasi kerja secara umum cukup baik dimana perbandingan penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja 72,02%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat 27,98% penduduk yang tidak bekerja karena tidak bekerja/menganggur atau memang tidak aktif bekerja (ibu rumah tangga, sekolah dsb). Perbandingan penduduk yang bekerja terhadap penduduk usia kerja (employment rate) sekitar 67,62% (lihat Tabel 6.2).

Tabel 6.2. Prediksi Tingkat aktifitas Penduduk, Pekerja dan Pengangguran

Distribusi penduduk dalam usia kerja berdasarkan jenis kelamin - 2011

Laki-laki Perempuan Total

1 Total populasi 411.162 422.606 833.768 2 Penduduk usia kerja 15+ 305.478 323.056 628.534 3 Dalam angkatan kerja 257.501 195.138 452.639 4 Bekerja 246.788 178.201 424.989 5 Pengangguran 10.713 16.937 27.650

6 Tidak aktif 17.895

7 Rasio ketergantungan, berdasarkan usia (%) 47,51% 29,97% 61,91% 8 Activity rate (%) = [3]/[2]*100 84,29% 60,40% 72,02% 9 Employment rate (%) = [4]/[2] 80,79% 55,16% 67,62% 10 Unemployment rate (%) = [5]/[3] 4,16% 8,68% 6,11%

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Jumlah angkatan kerja sekitar 452.639 jiwa (72,02%) dimana 67,62% diantaranya adalah penduduk yang memiliki pekerjaan. Oleh karena itu masih terdapat pengangguran sekitar 6,11% (27.650 orang). Diantara penduduk yang bekerja, terdapat sekitar 69.018 orang merupakan pekerja tidak produktif. Prediksi defisit tenaga kerja yaitu jumlah penduduk yang menganggur ditambah dengan pekerja tidak produktif di Kabupaten Blora sekitar 96.668 orang (Lihat Gambar 6.4).

Dari segi pendidikan, kualitas penduduk angkatan kerja relatif rendah dimana angkatan kerja yang berpendidikan SD sekitar 10.379 orang adalah pengangguran, sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan SLTP yang menganggur adalah 7.355 orang dan SLTA ke atas yang menganggur

(11)

10 adalah 9.916 orang (Lihat Tabel 6.1). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Blora memiliki persoalan pengangguran yang serius yaitu pengangguran dengan pendidikan rendah.

Sumber: Blora dalam Angka 2012 dan BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Gambar 6.4. Prediksi Defisit Lapangan Kerja Produktif di Kabupaten Blora

6.2.3.

Sumber Daya Produktif

Menghasilkan ekonomi yang produktif tidak hanya melalui sumber daya manusia saja, namun juga melalui sumber daya alam yang produktif. Dengan adanya sumber daya produktif tersebut didukung dengan lingkungan yang baik maka akan menyebabkan pembangunan yang berkelanjutan dengan kesetaraan. Hal ini dapat mengatasi defisit tenaga kerja dan mengatasi kemiskinan. Oleh karena itu perlu diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari SDA dan SDM yang ada di Kab. Blora.

Hasil diskusi terkait sumber daya produktif di Kabupaten Blora dilakukan untuk mengetahui kekutan, kelemahan, peluang dan tantangan dari SDA dan SDM yang ada. Hasil diskusi disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 6.3 Hasil Diksusi Kelompok SDA

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Tantangan

Lahan pertanian tersedia

Masalah air yang kurang dan tanah tandus

Tingginya kebutuhan produk pertanian

Alih fungsi lahan SDM mudah didapatkan Keberadaan tengkulak

(12)

11 Mendatangkan investor

Sumber minyak dan gas tersedia

SDM migas tidak tersedia

Dana bagi hasil migas, CSR, multiplier effect

Tenaga ahli migas kurang Tersedia batuan galian C Pengelolaan migas yang tidak memperhatikan lingkungan Tingginya kebutuhan penggalian C

Belum adanya perda tentang penggalian C Batasnya lahan sehingga merusak ekosistem Tersedia tanaman palawija Tidak optimalnya pengelolaan hutan Tingginya kebutuhan palawija

Hama, air, cuaca dan penanganan pasca panen Tersedia potensi usaha pertenakan Pengelolaan ternak belum produktif Tingginya permintaan konsumsi daging

Pakan ternak terbatas Tersedia potensi

kehutanan

Regulasi belum ada sehingga tidak ada kontribusi bagi PAD

Peluang kebutuhan hasil hutan

Masih fanatik dengan kayu jati

Sedangkan berikut adalah hasil diksusi untuk SDM :

Tabel 6.4 Hasil Diksusi Kelompok SDM

Kekuatan Kelemahan Peluang Tantangan Jumlah penduduk angkatan kerja besar SDM yang kurang (keterampilan)

Berdirinya pabrik gula Menciptakan/mencetak tenaga kerja yang lebih terampil

Etos kerja yang kuat Kurang/rendah jiwa enterpreneur Berdirinya pabrik pakan ternak Perlunya membuka klaster-klaster baru dengan ide kreatif Ulet pekerja keras Lebih mengejar prestige daripada profit Berdirinya pabrik semen Ekonomi produktif berangkat dari ekonomi kreatif (perlunya pelatihan-pelatihan dan motivator Mau menerima masukan Memerlukan pendampingan Jumlah populasi ternak sapi tinggi

Perubahan pola hidup di masyakarat Akses pendidikan dasar & menengah terbuka luas Masyarakat yang masih memegang budaya adat Pembuatan kompas/biogas/energi Globalisasi membuat masyarakat hidup dengan standar iklan-iklan TV Pengolahan sampah Pembagian kerja di kelurahan dan kecamatan, sesuai cluster

(13)

12

6.2.4.

Penyerapan Tenaga Kerja Di Berbagai Sektor Ekonomi

Sektor pertanian yang terdiri dari sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja tertinggi dengan penyerapan tenaga kerja 206.732 orang dan sektor kedua adalah sektor perdagangan yang mampu menyerap 95.862 orang serta ketiga adalah jasa kemasyarakatan yang menyerap sekitar 58383 orang tenaga kerja (lihat Gambar 6.5).

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Gambar 6.5. Jumlah Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor di Kabupaten Blora Tahun 2011

Sektor pertanian, bangunan dan perdagangan dan angkutan lebih banyak didominasi oleh penduduk berpendidikan rendah (SD ke bawah). Tingkat pendidikan tenaga kerja yang terserap di sektor industri dan jasa hampir merata. Sementara itu sektor keuangan, listrik memiliki tenaga kerja yang berpendidikan lebih baik (lihat Gambar 6.6).

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa 206732 2671 16431 564 28853 95862 10136 5357 58383 0% 20% 40% 60% 80% 100% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa

(14)

13

Gambar 6.6. Tingkat Pendidikan Pekerja di Berbagai Sektor.

Pekerja sektor listrik, Gas dan Air didominasi oleh penduduk berpendidikan SLTA dengan gaji yang cukup rendah yaitu Rp. 375.000,-. Upah pekerja sektor pertanian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka upah yang didapatkan semakin besar. Sektor-sektor yang memberikan upah relative rendah adalah sektor listrik, gas dan air, perdagangan, bangunan, angkutan. Sektor yang bisa memberikan upah lebih baik di Kabupaten Blora adalah sektor pertambangan, jasa dan keuangan (lihat Tabel 6.3). Pekerja kabupaten Blora yang terserap dalam ketiga sekor tersebut masih sangat sedikit (Lihat Gambar 6.5).

Tabel 6.5. Rata-Rata Upah/Gaji Per Sektor Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja.

Pendidikan Lapangan Usaha

Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan ≤ SD 645.707 1.515.000 1.037.788 932.678 SMTP 779.308 4.375.000 349.782 729.471 SMTA Umum 1.312.483 2.425.000 1.130.177 735.487 SMTA Kejuruan 2.025.000 1.249.111 864.395 375.000 750.000 Diploma I/II/III/Akademi 6.025.000 Universitas 3.025.000 1.550.000

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Tabel 6.5. (lanjutan)

Pendidikan Lapangan Usaha Rata-rata

Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa

≤ SD 517.358 776.086 553.181 780.869 SMTP 459.620 553.391 737.980 1.830.066 978.892 SMTA Umum 722.233 955.000 1.825.000 1.144.060 1.071.407 SMTA Kejuruan 816.752 509.150 1.283.358 1.930.717 1.446.040 Diploma I/II/III/Akademi 300.000 875.039 2.598.002 2.311.584 Universitas 1.925.000 2.484.337 2.354.038 2.351.069

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

6.2.5.

Tantangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Blora

Kabupaten Blora memiliki defisit angkatan kerja produktif sekitar 96.668 orang terdiri dari 27.650 pengangguran dan 69.018 tenaga kerja tidak produktif. Persoalan ketenaga-kerjaan di Kabupaten Blora adalah rendahnya kualitas pendidikan angkatan kerja terutama untuk penduduk yang tinggal di pedesaan serta adanya pengangguran berpendidikan tinggi. Secara lebih detil, berdasarkan analisis data sekunder ditemukan berbagai persoalan ketenaga-kerjaan di Kabupaten Blora diantaranya adalah:

(15)

14  Ditinjau dari sisi pendidikan, kualitas tenaga kerja umumnya rendah karena paling banyak

berpendidikan SD ke bawah

 Dengan kualitas SDM yang rendah tersebut, sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja tertinggi. Sektor pertanian menyerap 206.732 tenaga kerja, sektor perdagangan menyerap 98.862 tenaga kerja dan sektor jasa kemasyarakatan menyerap sekitar 58.383 tenaga kerja)

 Rata-rata penghasilan persektor berbeda, terendah adalah di sektor pertanian, perdagangan dan jasa terutama untuk pekerja berpendidikan rendah (SD ke bawah).

 Proporsi angkatan kerja yang berpendidikan SD kebawah di dominasi oleh laki-laki demikian juga untuk pendidikan SLTP dan SLTA. Untuk angkatan kerja berpendidikan tinggi, proporsi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan hasil diskusi hal-hal penting yang terkait dengan persoalan ketenaga kerjaan adalah :  Rendahnya pendidikan angkatan kerja serta skill/keahlian yang mereka miliki.

 Tenaga kerja yang terserap tidak sesuai dengan bidang mereka.  Adanya pengangguran terdidik.

 Perlunya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia seperti pelatihan sesuai dengan tingkat pendidikan untuk melatih menjadi tenaga kerja siap pakai dan peningkatan wirausaha dengan pemberdayaan SDM.

 Lapangan pekerjaan khususnya untuk tenaga kerja berpendidikan rendah atau yang tidak memiliki skill sangat perlu untuk disediakan.

 Peningkatan nilai ekonomi di sektor pertanian diperlukan.

 Adanya urbanisasi yang tinggi dikabupaten Blora, jaminan iklim usaha yang kondusif serta kondisi investasi menjadi isu penting ketenagakerjaan yang terjadi di kabupaten Blora

6.3.

Ketidaksetaraan

6.3.1.

Ketidaksetaraan Penghasilan dan Kemiskinan

Kabupaten Blora masih meghadapi persoalan kemiskinan walaupun tingkat kemiskinan di Kabupaten Blora terus menurun menjadi 16,24%. Tingkat kemiskinan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional 12,36% (BPS, 2012). Tingkat kemiskinan ini erat kaitannya dengan ketidaksetaraan penghasilan di berbagai sektor atau jenis pekerjaan maupun di berbagai level tingkat pendidikan.

Sektor listrik, gas dan air memberikan upah tenaga kerja yang cukup rendah untuk pekerja dengan pendidikan SLTA. Sektor perdagangan dan bangunan juga memiliki rata-rata penghasilan yang lebih

(16)

15 rendah dari sektor yang lain untuk. Terjadi kesenjangan penghasilan yang cukup tinggi antar berbagai sektor. Tenaga kerja dengan pendidikan menengah memiliki upah yang rendah bahkan dibandingkan dengan pendidikan lebih rendah untuk di berbagai sektor. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan penduduk atau pemberantasan kemiskinan serta peningkatan kualitas SDM sesuai dengan kemampuan serta pendidikan sangat diperlukan. Jika pemerintah Kabupaten Blora mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi sektor-sektor yang memberikan penghasilan rendah terutama untuk pekerja dengan pendidikan rendah maka pemberantasa kemiskinan dapat tercapai serta melakukan pelatihan peningkatan kualitas SDM seperti pelatihan tenaga kerja siap pakai sesuai dengan bidangnya sehingga pemerataan penghasilan dapat dicapai.

6.3.2.

Kesetaraan Gender

Proporsi laki-laki dan perempuan untuk angkatan kerja yang berpendidikan rendah (SD ke bawah) didominasi oleh laki-laki demikian juga untuk angkatan kerja berpendidikan SLTP dan SLTA. Untuk angkatan kerja berpendidikan tinggi, proporsi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. (lihat Gambar 6.7).

Namun demikian tingkat partisipasi perempuan di Kabupaten Blora masih rendah , yaitu: 1) activity rate perempuan sebesar 60,40% sedangkan laki-laki yang mencapai lebih dari 84%., 2) employment rate (perbandingan penduduk yang bekerja dan penduduk usia kerja) untuk laki-laki 80,79% dan perempuan 55,16%. (Lihat Tabel 6.2).

a) Angkatan Kerja Menurut Pendidikan b) Penduduk yang Bekerja Menurut Sektor

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Gambar 6.7. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

0% 50% 100% ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas 55,35% 60,19% 66,98% 57,50% 42,83% 49,94% 44,65% 39,81% 33,02% 42,50% 57,17% 50,06% Laki-laki Perempuan 0 50 100 Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas … Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa Laki-laki Perempuan

(17)

16 Hasil diskusi terkait ketidaksetaraan gender di kabupaten Blora dilakukan untuk mengetahui penyebab, peluang, tantangan serta solusi yang dibutuhkan. Hasil diskusi disajikan pada Tabel 6.4.

Tabel 6.6. Ketidaksetaraan Gender dalam Ketenagakerjaan Kabupaten Blora FAKTA

KETIDAKSETARAAN PENYEBAB PELUANG TANTANGAN SOLUSI  Jumlah perempuan lebih

banyak

 SLTA laki-laki lebih tinggi

 D3 perempuan lebih banyak  S1 lebih banyak perempuan  Akses kesempatan kerja bagi wanita lebih kecil

 Pola pikir wanita lebih lemah dibanding pria  Budaya patriarki, dimana laki-laki lebih super power Masuknya investor Banyaknya media sebagai sumber informasi dan komunikasi Menciptakan lapangan pekerjaan untuk perempuan Era globalisasi Mendatangkan investor luar dan investor lokal

Membuat home industri, misalnya

One village one product

Lebih banyak pelatihan, setelah dilatih didampingi

Membuat industri yang padat karya karena selama ini industri yang masuk di Blora padat modal (pabrik besar tetapi tenaga kerja dari luar daerah), pabrik bulu mata di daerah tempel (jepon) hampir 2000 orang disetor ke banjarnegara (home industry) Gender di masing-masing bidang:  Di bidang pertanian: Laki-laki lebih banyak di bidang pertanian.

 Minyak dan Gas: tenaga laki-laki lebih banyak.

 Home industry: tenaga kerja lebih banyak perempuan

 Pabrik rokok: tenaga kerja lebih banyak perempuan

Ketersediaan lapangan pekerjaan yang variatif sesuai jenis [pekerjaan

Memaksimal-kan SDA yang ada Mengolah SDA menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran ekspor

Adapun hal lain yang dapat dipertimbangkan terkait kesetaraan gender berdasarkan hasil diskusi adalah pemerintah belum memikirkan mengenai sustainable mengenai one village one product sehingga bisa memberdayakan perempuan supaya tidak perlu menjadi TKW, perlu pemberdayaan produk lokal misalnya eggroll waluh; pemerintah perlu membenahi/membuat konsep untuk sinergisitas sehingga perlu ada pelatihan mengenai business plan, pemasaran.

(18)

17

6.3.3.

Ketidaksetaraan Desa-Kota

a) Proporsi angkatan kerja b) Tingkat pendidikan pengangguran

Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker

Gambar 6.8. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Desa-Kota

Tantangan untuk mengatasi defisit tenaga kerja produktif sekitar 96.668 orang yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Blora umumnya tinggal di pedesaan dan berpendidikan rendah. Dibutuhkan inovasi cerdas untuk dapat menyediakan lapangan kerja produktif bagi SDM dengan kondisi seperti itu.

Hasil diskusi terkait kesetaraan tenaga kerja di pedesaan dan perkotaan disajikan pada Tabel 6.5. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait hasil diskusi tersebut adalah pemanfaatan air sudah cukup merata di hampir keseluruhan kecamatan; tidak semua kebijakan yang telah dilakukan terkait masalah ini adalah salah karena sebenarnya sudah ada perbaikan; ketidaksetaraan pada sektor pariwisata sering terjadi di desa tetapi akses masih tertutup seperti akses infrastruktur; infrastruktur jalan di Kabupaten Blora sangat jelek, salah satunya disebabkan karena kontraktor buruk sehingga menyebabkan kualitas jalan juga jelek; adanya peluang sudetan air (sekitar Kecamatan Cepu) untuk diambil manfaatnya sebagai sumber air serta pemanfaatan pasir kuarsa di kabupaten Blora sebenarnya bisa dilaksanakan apabila ada sinergisitas antara investor lokal dan investor luar.

Tabel 6.7. Ketidaksetaraan Desa-Kota dalam Ketenagakerjaan Kabupaten Blora FAKTA

KETIDAKSETARAAN PENYEBAB PELUANG TANTANGAN SOLUSI

Pemanfaatan sumber air lebih banyak di kota (PDAM). Banyak sumber air yang masih

Kebijakan yang salah. Perlu adanya UU untuk penataan air. UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air:

 Kondusitivitas di daerah belum terjamin  Perluasan lapangan kerja dengan 96217 328772 6168 21482 Perkotaan Pedesaan Bekerja Pengangguran 0 5 10 15 ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Ribuan Perkotaan Pedesaan

(19)

18

belum termanfaatkan secara merata di desa, misalnya waduk lokasinya ada di desa tetapi tidak ada yang teralokasikan untuk pertanian. Sehingga terjadi ketimpangan karena pemanfaatan untuk pertanian dan kehutanan kurang.

Sampai saat ini Perda Irigasi belum dibahas sebagai pijakan dalam penataan penggunaan air air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk makhluk hidup, baik di desa maupun di kota. Perlunya investor yang masuk di desa untuk bersama-sama menata kelancaran ekonomi masyarakat desa. Perlunya ketegasan pemerintah melalui regulasi. RT/RW menjadi sebuah acuan dalam penataan lokasi-lokasi pertanian, pemukiman dsb.  Adanya perbedaan kepentingan antara masyarakat dengan pengusaha.  Belum ada sinergisitas peran antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat. keberadaan investor baik lokal maupun luar daerah.  Media sebagai media masyarakat seharusnya tidak memberitakan hal yang kontraproduktif supaya masyarakat juga mendapatkan informasi yang positif.  Adanya penambahan dana APBD yang dialokasikan untuk pemerataan pembangunan desa/ kota Pembangunan infrastruktur lebih banyak di kota. Infrastruktur menjadi masalah krusial di Blora, banyak jalan akses yang belum terbangun antara desa dan kota, sehingga perlu perimbangan akses infrastruktur.

Akses APBD tidak seimbang, mayoritas APBD hanya digunakan sebaga belanja pegawai negeri. Pemanfaatan galian C pengusaha luar daerah

Belum ada regulasi

Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan. Kebutuhan perumahan meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk Kebutuhan perumahan terus meningkat, kebutuhan lahan perumahan semakin tinggi Tingkat pendidikan

masyarakat desa yang rendah. Misalnya lulusan SD yang sudah tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi karena faktor ekonomi yang mengakibatkan SDM di desa sangat rendah Minat/ kemauan/ kemampuan masyarakat desa rendah Keberadaan universitas di Kab Blora, sehingga dapat diadakan kerjasama dengan universitas menggunakan dana dikti untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat desa Kesadaran masyarakat desa untuk mendapatkan pendidikan dan pemerataan pendidikan tidak hanya orang kota

Memberikan kemudahan dan keringanan di bidang pendidikan Dilaksanakan pendidikan keterampilan, kursus, dan sebagainya yang disertai dengan pendampingan

6.4.

Sektor Ekonomi dan Pemilihan Sektor Unggulan

Tingkat pertumbuhan ekonomi Blora mengalami penurunan pada tahun 2011. Di tahun 2011, tingkat pertumbuhan ekonomi Maros sebesar 2,7% sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten

(20)

19 Blora pada tahun 2010 sebesar 5,04%. Tingkat pengangguran mengalami peningkatan menjadi 6,11% pada tahun 2011 dan tingkat kemiskinan di kabupaten Blora lebih tinggi dari nasional.

Sumber; BPS Kabupaten Blora, 2011

Gambar 6.9. Perbandingan Distribusi PDRB dan Lapangan Pekerjaan Per Sektor

Dari sudut ekonomi, 49,93% PDRB disumbang oleh sektor pertanian, dilanjutkan sektor perdagangan (15,78%), keuangan (8,53%) dan jasa-jasa sebesar 8,29%. Namun kontribusi masing-masing sektor ini dalam penciptaan lapangan kerja tidak merata. Sektor pertanian menyediakan tenaga kerja hingga 48,64%; sektor perdagangan sebesar 22,56%; sektor keuangan hanya menyediakan lapangan kerja sebesar 1,26% dan sektor jasa mampu menyediakan 13,74%. Hal ini berarti terdapat ketimpangan produktivitas antara sektor yang satu dengan yang lain. Sektor keuangan serta pertambangan merupakan sektor yang paling produktif, karena jumah tenaga kerja sedikit, namun kontribusi ekonominya besar.

Untuk itu, pemilihan sektor yang dapat terus menyediakan pekerjaan yang layak perlu dipertimbang-kan. Pemilihan sektor perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

a. Menyerap tenaga kerja b. Memberi nilai tambah besar

c. Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect)

d. Memberikan peluang kerja yang setara antara desa dan kota serta laki-laki dan perempuan e. Dijamin keberlanjutannya terkait pasar, sosial dan lingkungan

f. Mudah diimplementasikan g. Biaya terjangkau 49,93% 48,64% 4,88% 0,63% 3,08% 6,79% 15,78% 22,56% 8,53% 1,26% 8,29% 13,74% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Distribusi PDRB Lapangan Pekerjaan

Jasa-jasa Keuangan Angkutan Perdagangan Bangunan

Listrik, Gas dan Air Industri

Pertambangan Pertanian

(21)

20 Terdapat 4 sektor potensial sebagai sektor unggulan berdasarkan kriteria diatas serta keunggulan komparatif wilayah, yaitu: perdagangan, industri besar, pertanian dan kerajinan.

Kerangka donat sistem pasar digunakan untuk memandu hal yang perlu diperbaiki untuk masing-masing sektor, yaitu dengan mengeksplorasi:

1) Permasalahan dalam menjaga rantai nilai di sektor ini;

2) Dukungan regulasi bagi penciptaan iklim usaha,

3) Ketersediaan fungsi pendukung yang dapat membuat sektor ini tumbuh.

7. Diskusi Upaya Pencapaian Target Lapangan Kerja Produktif di berbagai

sektor

Pemerintah Kabupaten Blora telah menyadari bahwa isu tentang ketenagakerjaan sangat penting dan merupakan tugas dan kewenangan utama bagi pemerintah Kabupaten Blora dalam mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahannya adalah bagaimana merencanakan dan melaksanankan penataan tentang ketenagakerjaan (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja) dengan melibatkan semua stakeholder unsur swasta, BUMN dan perusahaan daerah. Tingginya angka pengangguran cukup sulit untuk diatasi, namun setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Blora :

1. Memberikan pelatihan berbasis kompetensi ditempat kerjanya masing-masing 2. Mengadakan pelatihan kepada generasi muda untuk menjadi wirausaha baru 3. Memberikan keterampilan manajerial untuk para wirausaha baru

4. Meningkatkan daya saing UMKM dan jejaring pemasaran serta mengoptimalkan peran pasar tradisional

Sesuai dengan diskusi di bab sebelumnya, 2 sektor telah terpilih sebagai sektor unggulan masing-masing ada di kota dan di desa. Dari hasil diskusi diketahui bahwa perdagangan dan industri besar merupakan sektor unggulan di kota sedangkan untuk di desa sektor unggulannya adalah pertanian dan kerajinan. Untuk itu, sub bab berikut menggambarkan kondisi saat ini dari masing-masing sektor, usulan kebijakan dan indikator keberhasilannya.

1. RANTAI NILAI SEKTOR UTAMA

I

N

P

U

T

P

A

S

A

R

2. FUNGSI PENDUKUNG DAN LAYANAN USAHA

3. PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

(22)

21 Kriteria pemilihan dan rekomendasi program:

– Menyerap tenaga kerja

– Memberi nilai tambah besar

– Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect)

– Memberikan peluang kerja yang setara (desa vs kota, pria/wanita)

– Dijamin keberlanjutannya (pasar, sosial dan lingkungan)

– Mudah diimplementasikan

– Biaya terjangkau 7.1. Sektor Perdagangan

Sektor perdagangan dipilih menjadi salah satu sektor unggulan di desa karena dipercaya sebagai salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.

7.1.1. Resiko dan Rekomendasi

Suksesnya pembangunan di sektor perdagangan di kota dapat menimbulkan resiko sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai berikut :

Tabel 6.8. Resiko Sektor Perdagangan

Sosial Ekonomi Lingkungan

Urbanisasi Kesenjangan ekonomi Tanah Mahal

Mendorong masyarakat menjadi pelaku ekonomi dagang

Merangsang kebutuhan konsumtif

Disparatis desa dan kota (kesenjangan semakin lebar) Penduduk padat Biya hidup tinggi

Kemacetan Kriminalitas

Untuk mengatasi resiko-resiko diatas, maka diusulkan beberapa rekomendasi berikut:

Tabel 6.9. Rekomendasi untuk Sektor Perdagangan

Sosial Ekonomi Lingkungan

Kejelasan status tanah Pemerataan pembangunan Perdagangan TOGA

Pengaturan lalu lintas Meningkatkan kamtibmas Revitalisasi Bazda

7.2. Sektor Industri Besar

Sektor industri besar dipilih menjadi sektor unggulan lainnya di kota karena :  Menyerap tenaga kerja

(23)

22  Memberikan nilai tambah

 Memiliki keterkaitan dengan sektor yang lain  Memberikan lapangan kerja yang setara  Dijamin keberlanjutan

 Pasarnya besar  Tidak merusak alam 7.2.1. Resiko dan Rekomendasi

Suksesnya pembangunan di sektor industri besar di kota dapat menimbulkan resiko sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai berikut :

Tabel 6.10. Resiko Sektor Industri Besar

Sosial Ekonomi Lingkungan

Adanya urbanisasi Padat Modal Pencemaran lingkungan

Tumbuhnya penyakit masyarakat

Perusahaan pailit UMK yang rendah karena

pekerja yang dibayar murah

Untuk mengatasi resiko-resiko diatas, maka diusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

Tabel 6.11 Rekomendasi untuk Sektor Industri Besar

Sosial Ekonomi Lingkungan

Penciptaan lapangan kerja yang tidak padat modal

Pemasaran yang jelas Perlunya regulasi untuk mengatasi pencemaran lingkungan

Pengelolaan manajemen yang baik

Monitoring dan evaluasi Jaminan sostek

7.3 Sektor Pertanian

Sektor pertanian dipilih sebagai sektor unggulan di desa karena : - Punya nilai ekonomi yang tinggi

- Mendukung sub sektor yang lain - Pasarnya sangat besar

- Tanah di Blora banyak yang cocok untuk pertanian 7.3.1 Resiko dan Rekomendasi

Suksesnya pembangunan di sektor pertanian di desadapat menimbulkan resiko sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai berikut :

(24)

23

Tabel 6.12. Resiko Sektor Pertanian

Sosial Ekonomi Lingkungan

Produksi naik, kebutuhan konsumtif yang sekunder naik

Produksi naik, harga turun Kerusakan lahan pertanian akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida

Untuk mengatasi resiko-resiko diatas, maka diusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

Tabel 6.13. Rekomendasi untuk Sektor Pertanian

Sosial Ekonomi Lingkungan

Mendorong masyarakat untuk menabung, usaha produktif dan investasi

Penanganan pasca panen (penjualan setelah ada pengolahan, tidak langsung dijual)

Pertanian organik

7.4 Sektor Kerajinan

Sektor pertanian dipilih sebagai sektor unggulan di desa karena : - Berkelanjutan

- Dapat menyerap tenaga kerja yang tinggi yang berpendidikan tinggi maupun rendah - Mudah dimulai

- Tidak membutuhkan modal yang besar - Pasarnya luas/besar

- Memberikan peluang kerja setara 7.3.1 Resiko dan Rekomendasi

Suksesnya pembangunan di sektor kerajinan di desadapat menimbulkan resiko sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai berikut :

Tabel 6.12 Resiko Sektor Kerajinan

Sosial Ekonomi Lingkungan

Pengurangan tenaga kerja/ pengangguran

Permintaan pasar lesu sementara over product

Apabila bahan baku tidak dikelola dengan baik akan merusak lingkungan

Untuk mengatasi resiko-resiko diatas, maka diusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

Tabel 6.13 Rekomendasi untuk Sektor Kerajinan

Sosial Ekonomi Lingkungan

Melatih tenaga terampil (SDM) dengan pelatihan &

pendampingan

Menjalin kemitraan dari luar daerah

Merahibilitasi bahan baku

AMDAL pengelolaan bahan kimia

(25)

24

Lampiran A. Agenda lokakarya

HARI PERTAMA

No. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

1 09.00 - 09.30 Registrasi Peserta Panitia

2 09.30 - 09.45 Menyanyikan Lagu "INDONESIA RAYA" Petugas

3 09.45 - 10.00 Doa Petugas

4 10.00 - 10.15 Laporan Penyelenggaraan Lokakarya

Kabid Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

5 10.15 - 10.45 Sambutan Bupati Blora Bupati Blora

6 10.45 - 11.15 Pengenalan Lokakarya Tim ITS Surabaya

7 11.15 - 11.30 Pengenalan Metodologi Perencanaan Bersama

Program Ketenagakerjaan Tim ITS Surabaya

8 11.30 - 11.50 Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Bappeda Kab Blora 9 11.50 - 12.10 Fakta Pembangunan Daerah Kabupaten Bappeda Kab Blora

10 12.10 - 12.30 Tanya jawab

11 12.30 - 13.30 ISHOMA

12 13.30 - 13.40 Probing Tim ITS Surabaya

13 13.40 - 14.00 Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten/ Kota Tim ITS Surabaya 14 14.00 - 14.10 Fakta Kesetaraan dan Keberlanjutan Tim ITS Surabaya

15 14.10 - 14.30 Tanya jawab

16 14.30 - 14.50 Paparan Sumber Daya Produktif di Kabupaten/ Kota

(SDM dan SDA) Tim ITS Surabaya

17 14.50 - 15.10 Diskusi kelompok Tim ITS Surabaya

18 15.10 - 16.00 Presentasi kelompok Tim ITS Surabaya

19 16.00 - 16.30 Rangkuman hari pertama dan rencana diskusi hari ke-2 Tim ITS Surabaya

HARI KEDUA

No. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

1 08.30 - 08.45 Merangkum Lokakarya hati 1 : Pengenalan

kegiatan hari ke 2 dan ice breaking Peserta 2 08.45 - 09.05 Paparan: Mencapai Tujuan Pembangunan

Dengan Kesetaraan Tim ITS Surabaya

3 09.05 - 09.30 Diskusi kelompok Tim ITS Surabaya

(26)

25 5 10.00 - 10.20 Paparan: Mencapai Tujuan Pembangunan

yang berkelanjutan Tim ITS Surabaya

6 10.20 - 10.45 Diskusi kelompok Tim ITS Surabaya

7 10.45 - 11.15 Presentasi kelompok Tim ITS Surabaya

8 11.15 - 11.35 Pemilihan sektor unggulan untuk lapangan

kerja yang inklusif dan berkelanjutan Tim ITS Surabaya

9 11.35 - 12.00 Diskusi kelompok Tim ITS Surabaya

10 12.00 - 12.30 Presentasi kelompok Tim ITS Surabaya

11 12.30 - 13.15 ISHOMA Tim ITS Surabaya

12 13.15 - 13.30 Ice breaking Tim ITS Surabaya

13 13.30 - 14.00 Rekomendasi kebijakan dan RKA Tim ITS Surabaya

14 14.00 - 14.30 Diskusi kelompok Tim ITS Surabaya

15 14.30 - 15.00 Presentasi kelompok

16 15.00 - 16.00 Masukan dan studi lebih lanjut

17 16.00 - 16.30 Evaluasi dan Penutupan Lokakarya Tim ITS Surabaya dan Bappeda

Lampiran B. Daftar peserta lokakarya

PEMERINTAH

No.

Nama

Instansi

Jabatan

Telp/ HP/ Fax

1

Anex Fahcrian S. T

Dinas Kesehatan

Staf

085865259186

2

Christina Kus Dwi

Budiana

BLH

Kasubbag

Umum

081326662011

3

Sri Rahardjo

Bappeda

Kasubbid

081326188338

4

Mohammad Soleh

081326058905

5

Budi Sulistyorini

Deperindagkop

Kasubbag

085641779920

6

Sugeng

Pertanian

Kasubbag

081325555520

7

Sunardi

Dindikpora

Staf

085225851498

8

Sukirno

DPPKKI

08157646470

9

Sakdullah

Bappeda

IPW

10 Suharyanto

Bappeda

Staf

081325600040

11 Rudatiningsih

Bag.

Perekonomian

Kabag

08129884501

12 Zaini Miftah

BPS

Staf

081325507837

13 Mahbub Djunaedi

Bappeda

Litbang

087717398998

14 Nanik H.

Bappeda

Staf

082136880388

15 Ardian S

Bappeda

Staf

081393433584

16 Sutik

Pemkesra

Staf

081228261261

17 Hadi Praseno

Bappeda

Staf

081225138098

(27)

26

SWASTA

No.

Nama

Instansi

Jabatan

Telp/ HP/ Fax

19 Ny. Lilik

IWAPI

Ketua

08122809832

20 Musyarofah Waluyo

IWAPI

Bendahara

81326473233

21 Dodik Setiawan

Bravo

Supermarket

Operasional

087717057279

22 Tuhu Setiyono

Kadin

Waketua

81225542554

23 Untung T

Batik Blora

Ketua

087717152556

24 Soewardji

Gapoktan

Ketua

082136888255

25 Heri Dwisusanto

PT Unggul Jaya

Blora

Ka.

Personalia

085290093289

26 Sudarpo Said

Ikatan Pedagang

Kaki Lima

Ketua

081325661859

MASYARAKAT

No.

Nama

Instansi

Jabatan

Telp/ HP/ Fax

27 Edy Yulianto`

LSM YRPB

Ketua

81225129491

28 Winarno

Sekretaris

87717245562

29 Haryanto

HKTI

30 Yono

Jawa Pos

Reporter

81575127889

31 Moh. Soleh

Sekretaris

32 Dally M.

LPAW

8156546019

Lampiran C. Harapan, Kekhawatiran & Kontribusi lokakarya

Sebelum lokakarya dimulai, peserta diminta untuk menuliskan harapannya, kekhawatiran dan kontribusi yang akan diberikan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan adanya kesepamahaman harapan demi efektifnya lokakarya, dan mempertimbangkan ketidak efektifan lokakarya di masa lampau (jika ada) untuk menjadi lebih baik, serta mengajak peserta sebagai pelaku pembangunan untuk dapat berperan aktif sejak tahapan perencanaan pembangunan. Rangkuman harapan peserta dapat dilihat tabel berikut:

Harapan Kekhawatiran Kontribusi

Selama lokakarya (output)

 Mendapat informasi yang banyak

 Mampu mengidentifikasi masalah tenaga kerja serta mendapatkan teman baru  Semua unsur masyarakat

(pemerintah, pengusaha, NGO) bisa berperan dalam lokakarya

 Mendapat pemahaman baru, ilmu baru tentang ketenagakerjaan

 Tidak ditindaklanjuti

 Waktu molor sehingga proses tidak maksimal  Tidak jujur apa adanya  Masih rendahnya kualitas

SDM tenaga kerja

 Peserta mengantuk dan lelah

 Kurangnya data

 Semua materi tidak terserap dengan baik karena terbatasnya waktu  Urbanisasi tenaga kerja ke

• Cukup merubah ekonomi di wilayah Blora

• Memberikan informasi jasa usaha pada masyarakat

• Pemerintah membantu penanggulanan

• Hasil lokakarya hanya menjadi dokumen sampah

• Bisa memberikan masukan bagi pengampu kebijakan dalam menentukan akan

kebijakan bagi

(28)

27

 Dapat membuat

perencanaan yang

terintegrasi dengan melibatkan stakholde terkait (SKPD, LSM, masyarakat)

Pasca lokakarya (outcome)

 Menghasilkan kesimpulan yang dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam mengambil kebijakan ekonomi bagi Pemkab  Bisa bermanfaat bagi IWAPI

Blora baik anggota maupun masyarakat

 Ada tindak lanjut hasil lokakarya

 Meningkatkan

kesejahteraan tenaga kerja

 Adanya Program

ketenagakerjaan pro pedagang kaki lima

 Produksi rokok kretek tidak dibatasi dan permasalah ada kebebasan semua lini.

kota besar

 Tidak ada kepedulian dari dinas terkait

 Belum mengetahu

ketenagakerjaan di Blora dan sekitar

 Ketidakjelasan maksud pemerintah tentang rokok, mengakibatkan pekerja takut jadi pengangguran  Formalitas dan eksklusif  Kurang responsifnya

peserta lokakarya dalam mengikuti pelaksanaan lokakarya

 Adanya ketersediaan lapangan kerja yang dapat menampung tenaga kerja potensial

 Apakah hasil lokakarya ini dapat diterapkan?

 Waktu yang kurang untuk melaksanakan lokakarya sedangkan materinya banyak’

 Belum mengehui data sumber daya/ SDM di Kab Blora

 Tidak dapat memberi solusi dan realisasi tentang pengentasan masalah pengangguran

 Apabila tidak ada kesinergisan dengan legislatif

• Perencanaan proses pembangunan UU 25/ 2004

• Mendorong tenaga kerja potensial di bidang pertanian

• Dapat menyelesaikan permasalahan

ketenagakerjaan di tempat kerja

• Menyediakan peraturan (UU tentang tenaga kerja)

• Terciptanya peluang usaha dan tersedianya lapangan kerja

• Menyediakan data-data yang terkait dengan tema dan tupoksi

• Pentinngnya data untuk perencanaan dan evaluasi

• Menyumbangkan ilmu pertanian untuk diskusi

• SDM  IWAPI bisa membantu perempuan untuk meningkatkan SDM agar bisa punya usaha menambah penghasilan

• Peluang untuk daur ulang sampah yang dapat meningkatkan penghasilan masyarakat

• Meningkatkan ekonomi mandiri denga pendapatan yang seimbang

• Informasikan kepada investor untuk masuk Blora

• fakta-fakta pedagang kaki lima Blora

• Sosialisasi sekitar kita

• Memberikan informasi tentang pemilihan sekolah/ pendidikan anak

• Memimpin rekan-rekan pramuniaga dan SPG dalam bekerja

(29)

28

Lampiran D. UMPAN BALIK PENYELENGGARAAN LOKAKARYA

Berikut adalah hasil dari peta pemahaman peserta lokakarya:

Keterangan :

M1 : Strategi Pembangunan Daerah TK I/II

M2 : Fakta Pembangunan Ekonomi di Kabupaten/Kota M3 : Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten/kota M4 : Fakta Kesetaraan & Keberlanjutan

M5 : Sumber Daya Produktif di Kabupaten/Kota (SDM & SDA) M6 : Mencapai Tujuan Pembangunan Dengan Kesetaraan

M7 : Sektor Unggulan untuk Lapangan Kerja Eklusif & berkelanjutan M8 : Rekomendasi Kebijakan & RKA

Sedangkan berikut ini adalah hasil umpan balik dari penyelenggaraan lokakarya :

No. Pertanyaan Ya Bisa

Diperbaiki Tidak PERSIAPAN

1 Lokakarya diinformasikan jauh-jauh hari 12 2 6 2

Pemberian informasi di tempat lokakarya dan sebelum memulai lokakarya dengan jelas

6 4 8

3 Ada cukup waktu jeda sebelum dan

diantara setiap sesi 15 4 1

4 Peserta mengerti tujuan dan hasil yang

diharapkan dari lokakarya 20 - -

ISI DAN MATERI

5 Materi presentasi relevan dan berguna 18 2 -

6 Kelengkapan isi presentasi 16 4 -

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Aw al Ak h ir Aw al Ak h ir Aw al Ak h ir Awal Ak h ir Aw al Ak h ir Aw al Ak h ir Aw al Ak h ir Aw al Ak h ir Awal Ak h ir Aw al Ak h ir M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 0 - 25% 25% - 50% 50% - 75% 75% - 100%

(30)

29 7 Tidak ada informasi yang hilang dari proses

penerjemahan 11 4 1

PROSES DAN METODOLOGI

8 Instruksi pengerjaan tiap sesi dinformasikan

dengan jelas 19 1 -

9 Fasilitator memandu lokakarya dengan

efektif 18 2 -

10 Presentasi yang diberikan menarik dan

berguna untuk mencapai hasil lokakarya 18 2 - 11 Diskusi dan kerja kelompok yang dilakukan

berguna untuk mencapai hasil lokakarya 18 2 - 12 Metodologi yang diadopsi berguna untuk

mencapai hasil lokakarya 18 2 -

13 Durasi tiap sesi dan durasi lokakarya

mencukupi 10 7 3

14 Beban kerja dalam lokakarya tidak terlalu

berat 14 5 1

15 Ada cukup waktu yang disediakan untuk

diskusi kelompok dan tugas individu 8 11 -

16 Tata letak baik untuk membantu

produktivitas 13 4 3

17 metodologi lokakarya ini berguna untuk

masa yang akan datang 16 3 -

LOGISTIK

18

Lokasi lokakarya (termasuk ruangan dan fasilitasnya) mendukung produktivitas lokakarya

15 4 1

19 Hidangan yang disediakan baik dan bersih 16 4 - 20 Peralatan yang digunakan membantu

produktivitas lokakarya 17 3 -

LAIN-LAIN

21 Secara keseluruhan, apakah harapan anda

(31)

30

Lampiran E. Dokumentasi Lokakarya

Pembukaan Lokakarya

(32)

31

Proses Penyampaian Materi dan Diskusi

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi: Pusat Studi PDPM LPPM-ITS

Kampus ITS Sukolilo-Surabaya Telp. 031-5962271

Gambar

Gambar 4.1. Diagram Ketenagakerjaan
Gambar 5.1. Kerangka Lokakarya
Gambar 6.1.  Distribusi Penduduk Desa/Kota di Kabupaten Blora
Gambar 6.2. Piramida Penduduk Kabupaten Blora   6.2.  Dinamika Ketenagakerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuihubungan jenis sindrom koroner akut dengan kualitas hidup aspek seksual pasien pasca serangan jantung di RS PKU

Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan wilayah ekowisata mangrove, Wonorejo, Surabaya adalah strategi agresif, yakni posisi dimana kekuatan yang dimiliki dapat digunakan

Pada tahap ini proses dilasi dilakukan supaya beberapa objek karakter plat dapat tersambung atau tergabung menjadi satu bagian, sehingga dapat membentuk objek

NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEUANGAN, DAN MENTERI AGAMA TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU.. PEGAWAI

Perusahaan memiliki masalah yang sering timbul, yaitu kurangnya informasi yang tersedia, kurangnya pemanfaatan informasi yang dihasilkan, pelaksanaan sistem akuntansi yang

Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan meningkatnya kandungan BK merupakan indikator pertumbuhan yang utama yang paling sering digunakan, dimana BK merupakan akumulasi dari

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,

Gambar 4.63 Halaman Tambah Satuan Jika Data Kosong Tidak Diisikan