LAPORAN LOKAKARYA
PerencanaanBersama Program
Ketenagakerjaan di Kab. Bangka Tengah
Bangka Tengah, 15-16 Maret 2013
Disusun Oleh :
1
1.
Latar Belakang
Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran dan dampaknya berupa kemiskinan, merupakan permasalahan sosial yang kita hadapi bersama. Program penciptaan lapangan kerja produktif, yaitu lapangan kerja yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dan dapat berkelanjutan, sangatlah dibutuhkan untuk merespon hal ini. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk membuat program dan memfasilitasi pelaksanaan program ketenagakerjaan. Namun, program ketenagakerjaan ini sangatlah kompleks. Pengetahuan dan kemampuan pemerintah untuk merancang, melaksanakan, memonitor serta mengevaluasi program terbatas. Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama adalah memahami dan melakukan diagnosa terhadap masalah ketenagakerjaan yang ada, serta menyusun program dan prioritas untuk mengatasinya.
Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) adalah sebuah kegiatan untuk membantu proses perencanaan pembangunan yang lebih baik dengan mengedepankan prinsip berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antara pemangku kepentingan yang terkait dengan isu ketenagakerjaan di tingkat daerah serta mendorong para pemangku kepentingan untuk ikut mengambil bagian dari perencanaan dan pelaksanaan program ketenagakerjaan.
Metodologi dalam Lokakarya PBPK ini diperkenalkan oleh ILO (Badan Perburuhan Internasional) dan terus dikembangkan melalui kerjasama Pusat Potensi Daerah dan Pemberdayaan masyarakat (PDPM) ITS Indonesia dan Stockholm School of Economics (SSE) Swedia, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bappenas, dengan bantuan pendanaan dari pemerintah Swedia melalui Swedish International Development Agency (SIDA).
2.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Lokakarya PBPK ini adalah agar pemangku kepentingan permasalahan ketenagakerjaan (pemerintah, swasta, dan masyarakat):
a. Memiliki pemahaman lebih baik tentang permasalahan, tantangan dan peluang dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
b. Bersama-sama melakukan analisa ketenagakerjaan sehingga kualitas perencanaan program ketenagakerjaan dapat lebih baik.
2 c. Berdialog untuk menciptakan forum diskusi di antara pemangku kepentingan sebagai wadah identifikasi permasalahan dan tantangan dalam menciptakan lapangan kerja produktif serta sarana pemberi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan terkait.
d. Memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam penyusunan kebijakan strategi pengembangan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Daerah.
e. Bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat dialog sosial antara pemerintah dan para pemangku kepentingan di Daerah.
Sedangkan manfaat / luaran dari Lokakarya PBPK ini adalah:
a. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang arah dan rencana pembangunan di daerah, termasuk permasalahan dan tantangannya.
b. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang konsep perencanaan bersama program ketenagakerjaan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan. c. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)
pengembangan sumber daya produktif (SDM &SDA) serta kemampuanSDM untuk mendapatkan kerja dengan kesempatan yang setara di daerah.
d. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi ekonomi, yang mencakup identifikasi permasalahan, tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi yang kondusif di daerah serta kesempatan yang adil yang berkelanjutan.
e. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) kesetaraan dan keberlanjutan pembangunan sosial ekonomi di daerah.
f. Teridentifikasinya potensi sektor unggulan di daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan.
g. Adanya rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk menindaklanjuti peluang dan menjawab permasalahan dan tantangan penciptaan lapangan kerja di daerah melalui sektor unggulan ini. h. Adanya rekomendasi studi lanjut untuk mendukung hal-hal tersebut diatas.
Dalam kerangka untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Bangka Tengah 2010-2015 yaitu: “Terwujudnya Negeri Selawang Segantang yang sejahtera melalui pemerintahan yang amanah, bersih, berwibawa, berbasis IPTEK dan IMTAQ, berorientasi ekonomi masyarakat serta berwawasan lingkungan“.
3
3.
Definisi
Seperti tertulis dimuka, tujuan lokakarya ini adalah menyusun masukan alternatif arahan kebijakan dan program penciptaan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan. Berikut definisi dari terminologi diatas:
Lapangan kerja produktif: lapangan kerja yang mampu memberikan kesempatan kerja dengan penghasilan yang layak bagi seseorang untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, serta keluar dari garis kemiskinan. Untuk itu, lapangan kerja produktif erat kaitannya dengan pengurangan pengangguran dan pekerja miskin.
Inklusif: seluruh warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, baik di kota maupun di desa, memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh lapangan kerja produktif. Hal ini terkait erat dengan kesetaraan.
Berkelanjutan: lapangan kerja produktif yang memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga dapat tersedia tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi mendatang.
4.
Metodologi
Untuk mencapai tujuan diatas, kegiatan Lokakarya PBPK ini terdiri dari dua tahapan:
- Pra Lokakarya, sebagai tahapan persiapan, untuk mengetahui APA karakteristik ketenagakerjaan dan tantangan yang dihadapi daerah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim ITS bersama dengan SSE dengan cara melakukan eksplorasi data statistik.
- Lokakarya, dengan tujuan mempresentasikan data ketenagerjaan dan tantangannya, melakukan konfirmasi temuan awal, serta mencari tahu MENGAPA permasalahan ketenagakerjaan dan kemiskinan dapat terjadi dan mencari masukan BAGAIMANA tantangan tersebut dapat diatasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama, yang difasilitasi oleh Bappeda setempat, dengan dukungan narasumber dan fasilitator dari ITS.
Kerangka berpikir dari tahapan analisa diagnostik mengacu pada diagram ketenagakerjaan (lihat Gambar 4.1). Gambar 4.1 Kerangka Diagnosa Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan mengakar pada 4 faktor pembangunan yaitu:
- Tersedianya sumber daya produktif (Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam) - Adanya dukungan faktor penggerak ekonomi
- Yang dilaksanakan dengan mengedepankan aspek kesetaraan - Dijalankan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan
4 Gambar 4.1. Kerangka Diagnosa Ketenagakerjaan
Kerangka Diagnosa Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja berdasarkan pada dua sumber daya produktif, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Keduanya perlu diberdayakan dalam kerangka ekonomi produktif, yang mempertimbangkan kesetaraan dan keberlanjutan, dengan melibatkan 3 unsur pembangunan, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Jika hal ini dijalankan maka pembangunan berkelanjutan dengan kesetaraan diharapkan dapat mengatasi defisit kesempatan kerja produktif serta kemiskinan.
Untuk itu, tahapan perencanaan menjadi tahapan awal yang kritis, dan Lokakarya PBPK ini ditujukan sebagai sarana perencanaan bersama dan diskusi dengan mengacu kepada konsep diatas.
5.
Agenda dan Peserta
Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 08-09 Maret 2013, dengan hasil diskusi pada satu sesi dijadikan masukan bagi sesi berikutnya, yaitu:
Hari 1: (a) Paparan visi dan misi pemerintah Kab. Bangka Tengah; (b) Penjelasan metodologi; (c) Dinamika ketenagakerjaan Kab. Bangka Tengah serta (d) Analisa diagnosa ekonomi dan keberlanjutan
Hari 2: (e) Analisis diagnosa sumber daya manusia dan sumber daya produktif lainnya, dilanjutkan dengan diskusi (f) Ke(tidak)setaraan dan rangkuman rekomendasi bagi pemerintah daerah.
5 Jadwal lengkap lokakarya ini dapat dilihat pada Lampiran A.
Kerangka lokakarya dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1.Kerangka Lokakarya
Lokakarya ini diikuti oleh 27 peserta, terdiri dari 18 orang dari kalangan pemerintah, 7 pengusaha swasta, dan 2 anggota masyarakat dari berbagai latar belakang. Dari jumlah tersebut, 14 orang (52%) adalah laki laki dan 13 orang (48%) adalah perempuan. Daftar peserta lokakarya dapat dilihat pada Lampiran B.
6.
Hasil Lokakarya
Laporan ini disusun sesuai proses lokakarya, dan terdiri dari 4 bagian, yaitu: gambaran tentang Kabupaten Bangka Tengah, dilanjutkan dengan Analisa Diagnostik 1 tentang sumber daya manusia dan sumber daya produktif lainnya, Analisa Diagnostik 2 tentang aspek ekonomi, Analisa Diagnostik 3 tentang aspek kesetaraan dan Analisa Diagnostik 4 tentang aspek keberlanjutan. Laporan diakhiri dengan masukan kebijakan dan program.
Sesi 1. Metodologi Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan
Sesi 2. Strategi Pembangunan Sesi 3.Fakta pembangunan Ekonomi di daerah Sesi 4.Fakta ketenagakerjaan di daerah Sesi 5.Fakta kesetaraaan & keberlanjutan
Tanya jawab : Pemahaman tentang Dinamika Ketenagakerjaan
Sesi 6.Paparan & Diskusi A Sumber Daya Produktif (SDM &
SDA)
Sesi 7.Paparan & Diskusi B Mencapai Tujuan Pembangunan dg
Kesetaraan
Sesi 8.Paparan & Diskusi C Mencapai Tujuan Pembangunan yang
berkelanjutan
Sesi 9.Paparan & Diskusi D Pemilihan sektor unggulan u/ lap kerja
yg inklusif & berkelanjutan
Sesi 10: Diskusi E Rekomendasi Kebijakan. Telaah ulang hasil diskusi A-D & menyusun rekomendasi kebijakan & RKA Sesi 11: Diskusi F
6
6.1.
Struktur Demografi
6.1.1.
Jumlah dan sebaran penduduk
Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas wilayah 2.126,36 km2. Kabupaten ini terdiri dari 6 kecamatan dan 57 desa/kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Tengah di tahun 2011 adalah sebanyak 166.294 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 78 orang/km2, yang tersebar 75,63% di kota dan 24,37% di kota.
Sumber: Susenas Kab. Bangka Tengah, 2011
Gambar6.1 Distribusi Penduduk Desa/Kota di Kabupaten Bangka Tengah
6.1.2.
Struktur penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 6.2. Penduduk Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari 47,64% perempuan dan 52,36% laki-laki. Sebagian besar penduduk usia paska produktif yaitu diatas 65 tahun adalah perempuan. Jumlah penduduk laki-laki usia produktif terutama pada usia 15-29 tahun lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka, 2012
Gambar 6.2.Piramida Penduduk Kabupaten Bangka Tengah
15 10 5 5 10 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 + Ribuan Perempuan Laki-laki 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Pedesaan Perkotaan 24,16 75,84 24,58 75,42 P e rsent ase Laki-laki Perempuan
7
6.2.
Dinamika Ketenagakerjaan
6.2.1.
Penduduk Angkatan Kerja
Berdasarkan tingkatan pendidikan, profil angkatan kerja Kabupaten Bangka Tengah masih berpendidikan rendah, yaitu 64,67% berpendidikan ≤ SD dan 11,72% berpendidikan SLTP. Jumlah total yang berpendidikan SLTA ke bawah adalah sebesar 86,39%.
Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker
a) Berdasarkan pendidikan b) Berdasarkan Pendidikan dan Jenis kelamin
Gambar 6.3. Penduduk Angkatan Kerja berdasarkan tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Komposisi pencapaian pendidikanpun tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja laki-laki selalu lebih banyak dari perempuan hampir di seluruh tingkatan pendidikan, kecuali di tingkat pendidikan tinggi, (D3, D4 dan S1). Sebanyak 56,79% angkatan kerja yang berpendidikan perguruan tinggi adalah angkatan kerja berjenis kelamin perempuan.
6.2.2.
Partisipasi Angkatan Kerja dan Defisit Tenaga Kerja Produktif
Tabel 6.1. Prediksi Tingkat aktifitas Penduduk, Pekerja dan Pengangguran Distribusipendudukdalamusiakerjaberdasarkanjeniskelamin - 2011
Laki-laki Perempuan Total
1 Populasi* 87.077 79.217 166.294 2 Pendudukusiakerja 15+* 60.597 54.261 114.858 3 Dalamangkatankerja** 53.836 27.282 81.118 4 Bekerja 52.528 25.986 78.514 5 Pengangguran 1.308 1.296 2.604 6 Tidakaktif 33.740
7 Rasio ketergantungan, berdasarkanusia 49,71% 53,71% 51,59%
8 Activity rate (%) = [3]/[2]*100 88,84% 50,28% 70,62% 9 Employment rate (%) = [4]/[2]*100 86,68% 47,89% 68,36% 64,67% 11,72% 10,55% 8,11% 1,70% 3,26% ≤ SD SMTP
SMTA Umum SMTA Kejuruan
Diploma I/II/III/Akademi Universitas 0 20 40 60
≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Ribuan Laki-laki Perempuan
8
10 Unemployment rate (%) = [5]/[3]*100 2,43% 4,75% 3,21%
Sumber: Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker
Tingkat partisipasi kerja secara umum masih belum merata. Hal tersebut diukur dari tingkat kegiatan, yaitu perbandingan penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Tingkat kegiatan penduduk usia kerja di Kab. Bangka Tengah adalah 70,62%, artinya terdapat 29,38% penduduk yang tdak bekerja karena menganggur atau memang tidak aktif bekerja (ibu rumah tangga, sekolah dsb). Jika dilihat lebih jauh, ternyata, tingkatan kegiatan laki-laki mencapai hampir 88,84% sedangkan perempuan hanya 50,28%. Sedangkan tingkat bekerja di Kabupaten Bangka Tengah, yaitu perbandingan penduduk yang bekerja dibandingkan penduduk usia kerja adalah sebesar 68,36% (lihat Tabel 6.1).
Jumlah angkatan kerja sebanyak 81.118 jiwa, 78.514 jiwa diantaranya adalah penduduk yang bekerja, sehingga pengangguran terbuka sebesar 2.604 jiwa (tingkat pengangguran sebesar 3,21%). Tingkat kemiskinan di Kabupaten Bangka Tengah sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan Provinsi Bangka Belitung. Tingkat pengangguran tidak dapat dijadikan indikator tunggal dalam defisit lapangan kerja produktif di Kabupaten Bangka Tengah. Dengan tingkat kemiskinan 6,42% di tahun 2011, maka perkiraan jumlah pekerja miskin adalah sebanyak 5.041 jiwa, yang menjadikan Bangka Tengah memiliki defisit lapangan kerja produktif (kekurangan lapangan kerja yang layak, baik bagi penganggur maupun pekerja miskin) sebanyak 7.645 jiwa.
Populasi 166.294 Penduduk Usia Kerja (15+) 11.4858 Non PUK (<15) 51.436 Angkatan Kerja 81.118 Tidak Aktif 33.740 Bekerja 78.514 (96,79%) Pengangguran 2.604 (3,21%) Pekerja Produktif ± 73.473 Pekerja Miskin ± 5.041 Pengangguran tidak miskin Pengangguran Miskin PERKIRAAN DEFISIT LAPANGAN KERJA PRODUKTIF 7.645
9
Sumber: * Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka, 2012, ** BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker
Gambar 6.4. Prediksi Defisit Lapangan Kerja Produktif di Kabupaten Bangka Tengah
Dari segi usia, pengangguran di Kabupaten Bangka Tengah ini meliputi pekerja yang berada pada usia yang sangat produktif, yaitu 15 hingga 30 tahun, dimana 31,91% berpendidikan SMP dan 50,84% berpendidikan SMA baik itu SMA Umum maupun Kejuruan.
Sumber : BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker
Gambar 6.5.DistribusiAngkatanKerja Menurut Usia di Kabupaten Bangka Tengah
6.2.3.
Penyerapan Tenaga Kerja di Berbagai Sektor Ekonomi
Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bangka Tengah terfokus pada 4 sektor, yaitu pertambangan dan penggalian (dengan jumlah pekerja di sektor ini sebesar 35,63%% dari total pekerja), diikuti sektor pertanian (jumlah pekerja sektor ini sebesar 26,69% dari total pekerja), kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran (jumlah pekerja sektor ini sebesar 15,30%) dan sektor jasa-jasa dimana jumlah pekerja di sektor ini sebanyak 12,33% dari total pekerja.
6.2.4.
Tantangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Bangka Tengah
Secara singkat, Kabupaten Bangka Tengah memiliki defisit angkatan kerja produktif sekitar 7.645 orang yang terdiri dari 2.604 pengangguran dan 5.041 pekerja miskin.
Tantangan ketenaga-kerjaan di Kabupaten Bangka Tengah meliputi:
- Sebanyak lebih dari 75% penduduk Kab. Bangka Tengah hanya lulusan SMP ke bawah
0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 ≥ 65 Bekerja Pengangguran
10 - Pengangguran di pedesaan banyak yang berpendidikan rendah
- Jumlah pekerja miskin lebih banyak dibanding pengangguran Sedangkan diskusi selama lokakarya menghasilkan temuan bahwa:
- Mangacu pada konsep perhitungan PDRB yang dihitung dari penjumlahan penduduk yang tinggal di daerah tersebut lebih dari 6 bulan, nilai tambah dari PDRB Kabupaten Bangka Tengah bisa jadi dirasakan oleh penduduk diluar Kab. Bangka Tengah.
- Terdapat banyak produk unggulan sektor pertanian yang dapat diperdagangkan misalnya jeruk kunci. Potensi daerah tersebut dapat dipromosikan dimulai dari daerah tersebut. - Tidak adanya tindaklanjut dari berbagai bentuk pelatihan yang telah dilakukan
Dinsosnakertran. Peserta pelatihan mengharapkan ada tindak lanjut dalam bentuk pemberian modal.
- Dana yang ada di Dinsosnakertran diperuntukkan untuk penduduk miskin, padahal para pencari kerja belum tentu miskin.
- Adanya harapan kerjasama dengan pihak perbankan dalam pengadaan modal untuk pencari kerja yang tidak memiliki kompetensi memadai.
- Dibutuhkan kerjasama antar sektor untuk menyelesaiakan kendala pemasaran dalam mempromosikan produk unggulan potensi daerah.
- Minimnya feedback serta kontrol dari masyarakat sehingga program yang diimplementasikan memberikan pengaruh yang kurang signifikan.
- Adanya kompensasi untuk pemilik lahan sehingga adanya koordinasi antara pemerintah, swasta dan juga masyarakat.
Sumberdaya Manusia dan Alam di Kabupaten Bangka Tengah juga menjadi faktor yang penting dalam penciptaan lapangan kerja produktif. Hasil diskusi terkait kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang dari sumberdaya kab. Bangka Tengah disajikan dalam Tabel 6.2
Tabel 6.2. Aspek Sumber Daya untuk Penciptaan Lapangan Kerja Produktif ASPEK SUMBER
DAYA KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG TANTANGAN
Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah angkatan kerja usia produktif tinggi Tingkat pendidikan rendah Kesempatan lapangan kerja masih besar Persaingan tenaga kerja lokal dan pendatang dalam hal upah kerja (buruh dari luar bersedia dibayar 80rb/ hari sedangkan orang lokal minta 150rb/hari), keterampilan dan
11 ASPEK SUMBER
DAYA KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG TANTANGAN
etos kerja Etos kerja rendah.
Berdasarkan fakta, untuk pekerja tambang hanya bekerja apabila ada pengawasan (kesadaran masih kurang) Diversifikasi lapangan pekerjaan tinggi Adanya pekerja musiman Rendahnya aksesabilitas teknologi dan informasi
Investor yang mulai melirik untuk mendirikan perusahaan disini Kesempatan kerja pada lapangan kerja alternatif terbatas Kompetensi/ keahlian pekerja rendah (untuk pekerja terampil masih rendah dan tergantung dari Jawa)
Sumber Daya Alam (SDA)
Melimpahnya sumber daya alam tambang, pertanian dan kelautan
Tingkat pendidikan: mayoritas SMA atau lebih rendah
Peningkatan pendapatan
Penegakan hukum/ regulasi sumber daya alam terkait dengan kepemilikan lahan perkebunan. Pertanian holtikultura tersedia Tingkat keterampilan terbatas Mengurangi angka kemiskinan dengan terciptanya lapangan kerja
Adanya alih fungsi lahan Adanya 5 pulau yang dapat dimanfaatkan untuk sektor pariwisata dengan dibangun resort (Ketawai, Semujur, Busur Asam, Panjang, Bisa menjadi sumber konflik jika tidak digarap dengan baik
56% Bangka Tengah adalah kawasan hutan yang tidak bisa dimanfaatkan (hutan konservasi) kecuali ada ijin dari dinas terkait Perikanan : budidaya dan penangkapan, perkebunan dan kehutanan Sektor unggulan timah semakin menipis Kepemilikan pulau yang tidak jelas
Kekayaan harta karun: air terjun Sadap Pantai
Tumpang tindih sektor pariwisata dan pertambangan
Tambang beralih ke wilayah laut yang belum dilakukan zonasi
Lahan eks tambang (2400Ha) dapat dikembangkan menjadi budidaya ikan tawar dan
Banyaknya lahan tidak produktif Bagaimana memanfaatkan SDA untuk menciptakan lapangan kerja
12 ASPEK SUMBER
DAYA KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG TANTANGAN
pariwisata
Areal terbatas
6.3.
Ketidaksetaraan
Terdapat tiga aspek ketidaksetaraan di Kabupaten Bangka Tengah yang perlu diperhatikan, yaitu: ketidaksetaraan penghasilan - sektor, ketidaksetaraan gender, dan ketidaksetaraan dari segi usia pekerja yang bekerja.
6.3.1.
Ketidaksetaraan Penghasilan
Sektor penyedia lapangan kerja di Bangka Tengah tidak tumbuh secara berimbang. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki tingkat penghasilan terendah, sedangkan bangunan merupakan sektor dengan tingkat penghasilan tertinggi. Tingkat penghasilan tinggi di desa juga diberikan oleh sektor bangunan.
Tabel 6.3.Rata-Rata Upah/Gaji Per Sektor Berdasarkan Gender.
Lapangan Usaha Daerah (Rp) Rata-rata (Rp)
Perkotaan Pedesaan
1 Pertanian 1.426.680 989.684 1.050.539
2 Pertambangan & Penggalian 3.083.253 1.438.352 1.722.750
3 Industri Pengolahan 1.447.970 785.500 1.138.838
4 Listrik. Gas Dan Air 0 1.000.000 1.000.000
5 Bangunan 1.841.183 2.162.649 1.988.766
6 Perdagangan Hotel & Restaurant 1.077.297 1.198.757 1.097.192
7 Angkutan Pergudangan & Komunikasi 1.184.330 0 1.184.330
8 Keuangan Asuransi Real Estate 1.727.830 0 1.727.830
9 Jasa Kemasyarakatan Lainnya 1.882.627 1.333.331 1.604.183
Sumber: Pusdatinaker. 2011
Hal ini bisa terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan pekerja di sektor pertanian. Juga, terjadi ketidaksetaraan yang cukup besar antara penghasilan di perkotaan dengan pedesaan pada sektor pertambangan dan penggalian.
6.3.2.
Ketidaksetaraan Gender
Lapangan kerja produktif akan bisa tercapai jika ada kesetaraan kesempatan kerja bagi perempuan dan laki-laki. Tingkat partisipasi antara perempuan dan laki-laki diukur dari tingkat kegiatan, yaitu rasio antara jumlah orang yang bekerja dibandingkan dengan penduduk usia kerja. Tingkat
13 partisipasi perempuan di Kabupaten Bangka Tengah masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. yaitu:
1) Tingkat kegiatan perempuan sebesar 50,28% sedangkan laki-laki mencapai lebih dari 88%. 2) Tingkat pekerjaan / employment rate (perbandingan penduduk yang bekerja dan penduduk usia
kerja) untuk laki-laki 86,68% dan perempuan 47,89%. (Lihat Tabel 6.1).
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa perempuan memiliki tingkat kegiatan yang jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki?
Diskusi terkait ketidaksetaraan gender di Kabupaten Bangka Tengah dilakukan untuk mengetahui penyebab, peluang, tantangan serta solusi yang dibutuhkan. Hasil diskusi disajikan pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Ketidaksetaraan Gender dalam Ketenagakerjaan
FAKTA PENYEBAB PELUANG TANTANGAN
Dominasi tenaga kerja laki-laki lebih besar daripada tenaga kerja perempuan (kontribusi perempuan dianggap rendah)
Tenaga kerja perempuan adalah tenaga kerja yang bekerja secara informal
Meningkatkan lapangan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan khusus (tenaga kerja perempuan) misalnya industri pariwisata, komunikasi, dll
Tenaga kerja perempuan cenderung meningkat Pencari kerja perempuan cenderung meningkat seiring makin
meningkatnya tingkat pendidkan
Perempuan pekerja timbul karena tuntutan ekonomi
Meskipun tingkat pendidikan laki-laki vs perempuan setara tetapi perempuan bersekolah hanya untuk menambah pengetahuan saja, sedikit untuk keterampilan atau kesejahteraan
Upah kerja tenaga kerja laki-laki lebih besar daripada perempuan (terutama pada sektor-sektor tertentu seperti pertanian dan konstruksi)
Tenaga kerja perempuan dianggap sebagai pencari kerja sampingan
Beberapa sektor memang didominasi oleh laki-laki, jika perempuan yang bekerja dianggap hanya sebagai sampingan.
6.3.3.
Ketidaksetaraan Usia
Hasil diskusi juga menunjukkan adanya ketidaksetaraan pekerja menurut usia. Tabel 6.4 menyajikan hasil diskusi terkait ketidaksetaraan usia.
14
FAKTA PENYEBAB PELUANG TANTANGAN
Penduduk usia tua bekerja di kebun, nelayan, maupun pada
home industry
Bekerja tidak terikat karena kurangnya pendidikan (sehingga pekerjaannya lebih banyak pada sektor informal)
Pengembangan home industry & UMKM
Sudah terlanjur banyak hutan yang rusak karena tambang ilegal
Ada hutan sebagai peluang produk non kayu (madu, kayu gaharu, jamur)
Hutan semakin berkurang
Ada peta potensi kecamatan
Hasil laut tidak menentu
6.4.
Sektor Ekonomi dan Pemilihan Sektor Unggulan
Tingkat pertumbuhan ekonomi Bangka Tengah mengalami kenaikan pada tahun 2011. Di tahun 2011, tingkat pertumbuhan ekonomi Bangka Tengah sebesar 6,23% sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 5,52%. Tingkat pengangguran mengalami penurunan menjadi 3,21% pada tahun 2011 dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bangka Tengah lebih rendah dibandingkan tingkat kemiskinan nasional.
Sumber; BPS Prov. Kepulauan Bangka Belitung 2012; Pusdatinaker 2011
Gambar 6.6. Perbandingan Distribusi PDRB dan Lapangan Pekerjaan Per Sektor
Dari sudut ekonomi, 22,17% PDRB disumbang oleh sektor industri pengolahan, dilanjutkan sektor keuangan (1,91%), pertambangan dan pengolahan (19,76%) dan pertanian sebesar 13,72%. Namun kontribusi masing-masing sektor ini dalam penciptaan lapangan kerja tidak merata. Sektor pertanian menyediakan tenaga kerja hingga 26,69%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 35,63%; sektor keuangan hanya menyediakan lapangan kerja sebesar 15,30% dan sektor industri pengolahan hanya mampu menyediakan 3,97%. Hal ini berarti terdapat ketimpangan produktivitas antara sektor yang satu dengan yang lain.
13.72 26.69 19.76 35.63 22.17 3.97 7.75 3.25 21.91 15.30 8.11 1.93 3.81 12.33 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Distribusi PDRB Lapangan Pekerjaan
jasa-jasa
keuangan, real estate dan jasa perusahaan
pengangkutan dan komunikasi
perdagangan, hotel dan restoran
konstruksi
listrik, gas dan air bersih
industri pengolahan
pertambangan dan penggalian
15 Untuk itu, pemilihan sektor yang dapat terus menyediakan pekerjaan yang layak perlu dipertimbang-kan. Pemilihan sektor perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
a. Menyerap tenaga kerja b. Memberi nilai tambah besar
c. Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect)
d. Memberikan peluang kerja yang setara antara desa dan kota serta laki-laki dan perempuan e. Dijamin keberlanjutannya terkait pasar, sosial dan lingkungan
f. Mudah diimplementasikan g. Biaya terjangkau
Terdapat 2 sektor potensial sebagai sektor unggulan berdasarkan kriteria diatas serta keunggulan komparatif wilayah, yaitu: sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Kerangka Donat Sistem Pasar digunakan untuk memandu hal yang perlu diperbaiki untuk masing-masing sektor, yaitu dengan mengeksplorasi:
1) Permasalahan dalam menjaga rantai nilai di sektor ini;
2) Dukungan regulasi bagi penciptaan iklim usaha,
3) Ketersediaan fungsi pendukung yang dapat membuat sektor ini tumbuh. Tabel 6.5. Pemilihan Sektor Unggulan
SEKTOR ALASAN POTENSI DAYA
SAING PELUANG TANTANGAN
SEKTOR: PERTANIAN
SUB SEKTOR: PERKEBUNAN (KARET, LADA DAN SAWIT Kultur masyarakat petani Kebijakan/ regulasi pemerintah (pusat sampai daerah) RTRW
Lada khas dan terkenal di dunia
Kondisi alam yang mendukung (Unsur hara cukup) sehingga hasil panen optimal juga potensi lahan terutama sawit dan karet.
Mempunyai cita rasa yang khas
Pasar luas (ekspor ke Eropa dan Amerika).
Meningkatkan devisa negara Pengembangan komunitas perkebunan Kemitraan antara petani kebun dan pengusaa (harus ditingkatkan). Industri pengolahan belum ada
1. RANTAI NILAI SEKTOR UTAMA
I
N
P
U
T
P
A
S
A
R
2. FUNGSI PENDUKUNG DANLAYANAN USAHA
3. PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
16
SEKTOR ALASAN POTENSI DAYA
SAING PELUANG TANTANGAN
SEKTOR: PERTANIAN SUB SEKTOR: PERKEBUNAN (LADA PUTIH, KARET, GAHARU, SAWIT) Kesesuaian lahan Pemasaran dari lokal sampai internasional (daya saing) SDM (pengalaman) usaha perkebunan
Sudah ada brand market (Muntok white paper)
Permintaan pasar terhadap produk tinggi
Sudah ada Perda RTRW Bangka Tengah 2011-2013 Monopoli kepemilikan lahan Fluktuasi harga produk SEKTOR: PERDAGANGAN SUB SEKTOR: PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
• Kontribusi terhadap perekonomian daerah (PDRB) cukup besar (93% untuk sekor perdagangan) • Bangka Tengah merupakan gerbang masuk utama propinsi Kep Babel dan berbatasan langsung dengan Kota Pangkal Pinang. • Potensi per-kembangan pembangunan perekonomian Bateng Besar Bangka Tengah memiliki lokasi strategis sebagai wilayah transit. Apalagi jika kawasan berikat dapat tumbuh menjadi kawasan pelabuhan samudra, Bangka Tengah berpotensi menjadi kawasan perdagangan, bisnis dan industri baru serta dapat diandalkan di propinsi Babel • Even-even tingkat nasional banyak diselenggarakan di Bangka Tengah, peluang besar mengenalkan Bangka Tengah di tingkat nasional bahkan internasional • Produk unggulan hasil industri kecil mempunyai prospek pemasaran bagus di tingkat lokal maupun nasional • Pelaksanaan FTA sejak 2010 dan menghadapi AEC 2015, daya saing produk dan daya saing tenaga kerja semakin diuji. • SDA lokal potensial berlimpah tetapi belum terberdayaka n secara optimal. SEKTOR: PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN SUB SEKTOR: PARIWISATA Potensi: wisata bahari, wisata hutan, wisata kuliner Keindahan alam (pulau-pulau kecil) Keindahan dan keunikan desa nelayan Kurau Bangka Tengah heritage Mendirikan sekolah pariwisata (pengembangan SDM) Diberi kemudahan dalam perijinan, misalnya bebas pajak di tahun pertama
7. Diskusi Upaya Pencapaian Target Lapangan Kerja Produktif di berbagai
sektor
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah telah menyadari bahwa isu tentang ketenagakerjaan sangat penting dan merupakan tugas dan kewajiban utama bagi pemerintah Kabupaten Bangka Tengah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahannya adalah
17 bagaimana merencanakan dan melaksanankan penataan tentang ketenagakerjaan (angkatan kerja dan bukan angkatan kerja) dengan melibatkan semua stakeholder baik dari unsur swasta, BUMN dan perusahaan daerah. Tingginya angka pengangguran di Bangka Tengah yang diakibatkan oleh permasalahan yang ada di kabupaten memang susah untuk langsung dihilangkan, namun setidaknya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bangka Tengah untuk menguranginya yaitu dengan :
1. Mengurangi ketergantungan pada pekerja yang berasal dari luar Bangka Tengah 2. Mengadakan pelatihan kepada generasi muda untuk menjadi wirausaha baru 3. Meningkatkan jumlah pekerjaan yang layak untuk para penduduk
Sesuai dengan diskusi di bab sebelumnya, 2 sektor telah terpilih sebagai sektor unggulan untuk Kabupaten Bangka Tengah. Awalnya setiap kelompok memilih 3 sektor utama yang dianggap penting dan memiliki keunggulan di Bangka Tengah, kemudian melalui voting dipilih 2 sektor yang dianggap sebagai sektor unggulan Bangka Tengah. Setelah dilakukan diskusi antar kelompok didapatkan total empat sektor yang dianggap sebagai unggulan Bangka Tengah yaitu sektor pertanian, perdagangan hotel dan restoran, pertambangan dan industri pengolahan. Dua sektor utama yang terpilih dari hasil voting adalah sektor pertanian dan perdagangan hotel dan restoran. Untuk itu, sub-bab berikut menggambarkan kondisi saat ini dari masing-masing sektor, usulan kebijakan dan indikator keberhasilannya.
Kriteria pemilihan dan rekomendasi program: – Menyerap tenaga kerja
– Memberi nilai tambah besar
– Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect)
– Memberikan peluang kerja yang setara (desa vs kota, laki-laki/perempuan) – Dijamin keberlanjutannya (pasar, sosial dan lingkungan)
– Mudah diimplementasikan – Biaya terjangkau
Berikut adalah usulan program dan indikator keberhasilan program untuk dua sektor usulan: Tabel 7.1 Usulan dan Rekomendasi Kebijakan Sektor Unggulan
SEKTOR BIDANG RESIKO REKOMENDASI
Pertanian Subsektor: Perkebunan
Sosial • Perubahan perilaku dari produktif ke konsumtif
• Kemauan bersekolah rendah
• Perkembangan penduduk
• Kebijakan Alih status dari hutan produksi ke penggunaan lain
18
SEKTOR BIDANG RESIKO REKOMENDASI
berbenturan dengan ketersediaan lahan
• Konflik sosial karena pendatang mengambil kesempatan kerja orang lokal
• Perusahaan lebih berminat dengan pekerja dari luar, karena dengan pola BHL (Buruh harian lepas)
kebijakan menggunakan pekerja dari luar
• Ada regulasi pembatasan lahan perekebunan oleh perorangan, diarahkan ke plasma
Ekonomi • Pekerja lokal bertarif lebih mahal,
• Melimpahnya produk, excess supply, harga tidak terkendali
• Fasilitasi kelembagaan masyarakat untuk pemasaran produk pertanian
• Pengolahan pasca panen terutama utk sawit Lingkungan • Resiko pengolahan limbah (Bau,
limbah tidak terolah tidak taat baku mutu, lokasi perkebunan lebih dahulu sebelum masyarakat
• Penataan lingkungan – pemantauan & pemantauan perlu ditingkatkan Perdagangan, Hotel dan Restoran Subsektor: Perdagangan Besar dan Kecil
Sosial • Perubahan perilaku masyarakat
menjadi lebih suka transaksi murni bisnis (tanpa tawar menawar) – di pedagang besar
• Masuknya pasar modern membunuh pedagang kecil
• Sosialisasi Regulasi mengatur berdirinya toko modern sehingga
lingkungan usaha kondusif, termasuk kerjasama (Perda no. 18/2012)
Ekonomi • Ada monopoli produk tertentu
• (B)
• Biaya angkut musim ombak mahal
• Ada sinergi yang baik antara pemerintah & masyarakat sekitar
• Ada pelabuhan sendiri untuk Bangka Tengah
• Sosialisasi Regulasi mengatur berdirinya toko modern sehingga
lingkungan usaha kondusif, termasuk kerjasama (Perda no. 18/2012)
Lingkungan • Kebersihan pasar tradisional kurang (K)
• Limbah pasar bau, becek, menumpuk • Pemanfaatan limbah pasar Perdagangan, Hotel dan Restoran Subsektor: Pariwisata
Sosial • Banyak wisatawan dg berbagai
budaya, membuat pergeeseran nilai yang bisa menimbulkan friksi sosial (Namang utk desa wisata agro)
• Hilangnya kearifan lokal, nilai-nilai agama
• Adanya masalah narkoba
• Masyarakat tidak siap dgn pengemb pariwisata (pulau kecil dan agro)
• Mental anak muda belum siap, bisa terjerums ke pergaulan bebas
• Membuat program sadar wisata yang melestarikan budaya lokal
• Razia-razia diperketat
• Sosialisasi program-program pemerintah (event)
• Ada pengawasan untuk anak muda
Ekonomi • Pengelolaan yang tidak bermanfaat bagi masyarakat lokal di sekitar lokasi wisata
• Masyarakat dilibatkan dalam proses, perencanaan,
19
SEKTOR BIDANG RESIKO REKOMENDASI
• Kuliner dari luar masuk pelaksanaan, monitoring & evaluasinya
• Promosi kuliner lokal
Lingkungan • Sampah menumpuk
• Daya dukung & daya tampung lingkungan bisa berlebih digunakan karena pulau-pulau kecil perlu disiapkan perencanaannya
(konservasi, penelitian/pendidikan, wisata, dsb)
• Sadar lingkungan (Pengelolaan sampah, program bank sampah, penambahan pasukan kuning, penalti)
• Peraturan disosialisasikan
7.1 Sektor Perdagangan
Sektor perdagangan dipilih menjadi salah satu sektor unggulan di Kabupaten Bangka Tengah karena dipercaya sebagai salah satu sektor yang tidak hanya mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak namun juga didukung oleh pemerintah setempat. Setiap tahunnya jumlah PDRB dari sektor perdagangan selalu meningkat secara konsisten hingga saat ini. Perkembangan sektor perdagangan juga dipercaya dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sektor yang lainnya. Berikut adalah hasil diskusi mengenai alasan pemilihan sektor perdagangan sebagai sektor unggulan:
Tabel 7.2 Alasan Pemilihan Sektor Perdagangan
APA MENGAPA
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (17)
kontribusi terhadap PDRB terus meningkat dari tahun ke tahun Menciptakan kesempatan lapangan kerja produktif yang lebih besar Terkait dengan banyak sektor/melibatkan dan mendukung banyak sektor untuk berkontribusi lebih besar
Regulasi dan kebijakan yang berpihak
Mendukung kesetaraan peran kota-desa (rural urban linkages) Potensi wisata yang besar
Tersedianya fasilitas perhotelan yang representatif
Dengan alasan-alasan diatas, maka kedua kelompok setuju bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor unggulan di Bangka Tengah. Namun untuk memaksimalkan sektor unggulan, maka setiap sub sektor di dalam sektor tersebut harus saling mendukung agar hasilnya lebih baik. Salah satu contoh yang bisa
20 dilakukan adalah dengan melakukan perdagangan pada hotel maupun restoran yang ada di Bangka Tengah, misalnya lewat pemasaran produk lokal di hotel-hotel.
7.1.1 Peluang & Tantangan Sektor Perdagangan
Setelah menentukan alasan mengapa sektor perdagangan menjadi salah sektor unggulan, maka dilakukan identifikasi potensi daya saing, peluang serta tantangan terhadap sektor perdagangan. Berikut adalah hasil diskusi mengapa dan potensi daya saing dari kedua kelompok:
Tabel 7.3 Hasil Diskusi Alasan & Potensi Daya Sektor Perdagangan
APA MENGAPA POTENSI DAYA SAING
SEKTOR: PERDAGANGAN SUB SEKTOR: PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN • Kontribusi terhadap perekonomian daerah (PDRB) cukup besar (93% untuk sekor perdagangan) • Bangka Tengah
merupakan gerbang masuk utama propinsi Kep Babel dan berbatasan langsung dengan Kota Pangkal Pinang.
• Potensi perkembangan pembangunan
perekonomian Bateng Besar
Bangka Tengah memiliki lokasi strategis sebagai wilayah transit. Apalagi jika kawasan berikat dapat tumbuh menjadi kawasan pelabuhan samudra, Bangka Tengah berpotensi menjadi kawasan perdagangan, bisnis dan industri baru serta dapat diandalkan di propinsi Babel
Sedangkan berikut adalah peluang dan tantangannya : Tabel 7.4 Peluang & Tantangan Sektor Perdagangan
PELUANG TANTANGAN
• Even-even tingkat nasional banyak diselenggarakan di Bangka Tengah, peluang besar mengenalkan Bangka Tengah di tingkat nasional bahkan internasional
• Produk unggulan hasil industri kecil mempunyai prospek pemasaran bagus di tingkat lokal maupun nasional
• Pelaksanaan FTA sejak 2010 dan menghadapi AEC 2015, daya saing produk dan daya saing tenaga kerja semakin diuji.
• SDA lokal potensial berlimpah tetapi belum terberdayakan secara optimal.
7.1.2 Resiko dan Rekomendasi Sektor Perdagangan
Sektor perdagangan tidak hanya memberikan efek yang positif saja, namun juga bisa timbul resiko dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan dari sektor perdagangan. Resiko yang dibahas
21 dalam bagian ini berasal dari sektor perdagangan besar (B) dan eceran/kecil (K) Berikut adalah resiko-resiko yang dapat muncul dari sektor perdagangan :
Tabel 7.5 Resiko Sektor Perdagangan
SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN
Perubahan perilaku
masyarakat menjadi lebih suka transaksi murni bisnis (tanpa tawar menawar) – di
pedagang besar
Ada monopoli produk tertentu (B)
Kebersihan pasar tradisional kurang
(k)
Masuknya pasar modern membunuh pedagang kecil
Biaya angkut musim ombak mahal
Limbah pasar bau, becek, menumpuk
Untuk mengatasi resiko-resiko diatas, maka diusulkan beberapa rekomendasi berikut: Tabel 7.6 Rekomendasi Sektor Perdagangan
Sosial Ekonomi Lingkungan
Sosialisasi Regulasi mengatur berdirinya toko modern sehingga lingkungan usaha kondusif, termasuk kerjasama (Perda no. 18/2012)
Ada sinergi yang baik antara pemerintah & masyarakat sekitar
Pemanfaatan limbah pasar Ada pelabuhan sendiri untuk Bangka
Tengah
Sosialisasi Regulasi mengatur berdirinya toko modern sehingga lingkungan usaha kondusif, termasuk kerjasama (Perda no. 18/2012)
7.2 Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor berikutnya yang dipilih sebagai sektor unggulan di Kabupaten Bangka Tengah. Sektor ini dipilih karena adanya lahan yang sangat luas, tersedianya tenaga kerja baik dari usia muda hingga yang tua. Berikut adalah hasil diskusi mengenai alasan pemilihan sektor pertanian :
Tabel 7.7 Alasan Pemilihan Sektor Pertanian
APA MENGAPA
PERTANIAN
SDM dan SDA melimpah
Kebijakan mendukung (permodalan, sarana prasarana) Sustainable (berkelanjutan)
Perlu peningkatan mutu dan kualitas Diversifikasi hasil
22 Ketersediaan bahan baku/ hasil pertanian
Menyerap tenaga kerja dari yang tua hingga yang muda
7.2.1 Peluang & Tantangan Sektor Pertanian
Setelah menentukan alasan mengapa sektor pertanian menjadi salah sektor unggulan, maka dilakukan identifikasi potensi daya saing, peluang serta tantangan terhadap sektor pertanian. Berikut adalah hasil diskusi mengapa dan potensi daya saing dari kedua kelompok:
Tabel 7.8 Alasan dan Potensi Daya Saing Sektor Pertanian
APA MENGAPA POTENSI DAYA SAING
SEKTOR: PERTANIAN SUB SEKTOR:
PERKEBUNAN (KARET, LADA DAN SAWIT
• Kultur masyarakat petani • Kebijakan/ regulasi
pemerintah (pusat sampai daerah) RTRW
• Lada khas dan terkenal di dunia
• Kondisi alam yang mendukung (Unsur hara cukup) sehingga hasil panen optimal juga potensi lahan terutama sawit dan karet.
• Mempunyai cita rasa yang khas Sedangkan berikut adalah peluang dan tantangannya :
Tabel 7.9 Peluang & Tantangan Sektor Pertanian
PELUANG TANTANGAN
• Pasar luas (ekspor ke Eropa dan Amerika). • Meningkatkan devisa negara
• Pengembangan komunitas perkebunan
• Kemitraan antara petani kebun dan pengusaa (harus ditingkatkan). • Industri pengolahan belum ada
Sektor pertanian dipilih menjadi salah satu sektor unggulan di Bangka Tengah, namun juga terdapat beberapa tantangan dan masalah dari kebudayaan Bangka Tengah yang tidak sesuai. Di Kabupaten Bangka Tengah memang terdapat banyak lahan untuk pertanian namun tidak langsung dapat digunakan. Hal ini menjadi kebiasaan masyarakat di Bangka Tengah sehingga harus diubah pola pikirnya.
7.2.2 Resiko dan Rekomendasi Sektor Pertanian
Sektor pertanian tidak hanya memberikan efek yang positif saja, namun juga bisa timbul resiko dari aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan dari sektor pertanian. Resiko yang dibahas dalam bagian ini berasal dari sub sektor pertanian yaitu perkebunan (lada, karet dan sawit). Berikut adalah resiko-resiko yang dapat muncul dari sektor pertanian :
23 Tabel 7.10 Resiko Sektor Pertanian
SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN
Perubahan perilaku dari produktif ke konsumtif
Pekerja lokal bertarif lebih mahal, Resiko pengolahan limbah (Bau, limbah tidak terolah tidak taat baku mutu, lokasi perkebunan lebih dahulu sebelum masyarakat Kemauan bersekolah rendah Melimpahnya produk, excess
supply, harga tidak terkendali
Perkembangan penduduk
berbenturan dengan ketersediaan
lahan
Konflik sosial karena pendatang mengambil kesempatan kerja
orang lokal
Perusahaan lebih berminat dengan pekerja dari luar, karena dengan pola BHL (Buruh harian
lepas)
Untuk mengatasi resiko-resiko diatas, maka diusulkan beberapa rekomendasi berikut: Tabel 7.11 Rekomendasi untuk Sektor Pertanian
SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN
Kebijakan Alih status dari hutan produksi ke penggunaan lain
Fasilitasi kelembagaan masyarakat untuk pemasaran produk pertanian
Penataan lingkungan –
pemantauan & pemantauan perlu ditingkatkan
Regulasi pengaturan kebijakan menggunakan pekerja dari luar
Pengolahan pasca panen terutama utk sawit
Ada regulasi pembatasan lahan
perekebunan oleh perorangan, diarahkan ke plasma
24
LAMPIRAN
Lampiran A. Tujuan & Agenda lokakarya
HARI KE-1
Waktu Sesi Topik Materi Workshop Tujuan
(*) Metodologi ( nara sumber) 08:00 – 08:30 Pendaftaran Peserta 08:30 – 09:00 Pembukaan 09:15 – 09:45 Pengenalan Lokakarya
No.
Hasil yang Diharapkan
1.
Pemahaman tentang arah dan rencana pembangunan di Daerah, termasuk
permasalahan dan tantangan yang terkait.
2.
Pengertian tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan Perencanaan Bersama
Program Ketenagakerjaan dan lapangan kerja produktif.
3.
Gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)
pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan ketrampilan serta kemampuan
mendapat kerja di Daerah.
4.
Gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) pertumbuhan
ekonomi yang kondusif di Daerah.
5.
Gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) kesetaraan
pada pembangunan sosial-ekonomi di Daerah.
6.
Teridentifikasi Potensi Sektor Unggulan Kabupaten/Kota
7.
Gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang) Rantai Nilai
dan Nilai Tambah Sektor Unggulan
8.
Rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk menindaklanjuti peluang dan
menjawab permasalahan dan tantangan di atas.
9.
Rekomendasi studi lebih lanjut yang diperlukan untuk mendukung rekomendasi
25 09:45 –
10:00
1 Pengenalan Metodologi Perencanaan Bersama Program Ketenagaakerjaan
2
10:00 – 10:20
2 Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota (20 menit)
1,3,4,5 Diskusi panel diikuti dengan tanya jawab dengan moderator Nara sumber: Bapedda,
Ahli ekonomi, Ahli Ketenagakerjaan. Moderator: Ahli Pembangunan Berkelanjutan & Pemberdayaan Masyarakat 10:20 – 10:40
3 Fakta Pembangunan Ekonomi Di
Kabupaten/Kota ( 20 menit)
4,5
10:40 – 11:00
4 Fakta Ketenagakerjaan Di Daerah ( 20 menit)
2,3
5 Fakta Kesetaraan & Keberlanjutan
11.00 - 12.00 Tanya Jawab
13:15 - 15:00 6 Tantangan Aspek Sumber Daya
Produktif (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia) Di Kabupaten / Kota.
Diskusi A dibagi menjadi 4 kelompok, 2 membahas mengenai SDA dan 2 SDM.
3,4,5
Presentasi : Ahli Ketenagakerjaan & pemberdayaan masyrakat.
Diikuti diskusi kelompok
15:15 – 17:00
7 Lapangan Kerja Inklusif 5
17:00 Penutupan Hari ke-1
HARI KE-2
Waktu Sesi Topik Materi Workshop Tujuan Metodologi dan nara
sumber 08:30 -
08:40
Merangkum Lokakarya hari 1; Pengenalan kegiatan hari ke-2 & ice breaking
08:45 - 10:00
8 Mencapai tujuan pembangunan
keberlanjutan
Diskusi C dibagi menjadi 4 kelompok : desa, kota, pesisir, pegunungan.
08:45 - 9 Memahami Sektor Unggulan 6 Presentasi oleh ahli
26
10:00 Diskusi D : permasalahan, peluang dan
tantangan
dengan diskusi kelompok
10:15 - 12:00
10 Lapangan kerja produktif yang inklusif & berkelanjutan
7 Presentasi oleh ahli
pembangunan berkalnjutan dilanjutkand
engan diskusi kelompok 13:15 -
15:15
11 Rekomendasi kebijakan, rencana kerja, masukan dan studi lanjut
8,9 Diskusi kelompok yang
dirangkum Ahli pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat 16:45 - 16:55 12 Evaluasi 16:55 - 17:00 13 Penutupan Lokakarya
27
Lampiran B. Daftar peserta lokakarya
Perusahaan ( Swasta)
No. Nama JK Instansi
1
P. Stanislaus Bani
LGereja Katolik Koba
2
Yumarsiah
PPKK Kab
3
Refiardi
LHNSI Bateng
4
Syahrudin
LHKTI
5
Hadi Azhari
LPT. Timah
6
Casa K.
LDewantara Comp.
7
Reza A
LBank Sumselbabel
Pemerintah
No. Nama JK Instansi
8
Fitri Amelia
P
KLH
9
Ridho Ilahi
L
BPS
10
drh. Rahmawati
P
DPP
11
Etty Hartati
P
Dinsosnakertrans
12
Riri Rianza
P
Dinsosnakertrans
13
Catur Yudena
L
Dinsosnakertrans
14
Afrizal
P
Dindik
15
Syahrizal
P
Dinsosnakertrans
16
Heru Irianto
P
kepala dinas perikanan dan kelautan
17
Roy Hendrawan
P
Dinsosnakertrans
18
Tria Sagita
P
Dinsosnakertrans
19
Emat A. Aziz
L
Dinsosnakertrans
20
Riri Selvia
P
DPP
21
Nur Hidayat M.
L
Dinsosnakertrans
22
Jhon Faizal
L
Dinsosnakertrans
23
Dian Akbarini
P
Bappeda-SPM
24
Auzi'a Husni Santoso
L
Dinsosnakertrans
25
Elis Suryana
P
The Ilalang Institute
MASYARAKAT
No. Nama Instansi
26
M. Ikhsan
LBPMPD
28
Lampiran C. Harapan. Kekhawatiran & Kontribusi lokakarya
Sebelum lokakarya dimulai, peserta diminta untuk menuliskan harapan, kekhawatiran, dan kontribusi yang akan diberikan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan adanya kesepahaman harapan demi efektifnya lokakarya, dan mempertimbangkan ketidak efektifan lokakarya di masa lampau (jika ada) untuk menjadi lebih baik. Sesi ini juga mengajak peserta sebagai pelaku pembangunan untuk dapat berperan aktif sejak tahapan perencanaan pembangunan. Rangkuman harapan peserta dapat dilihat tabel berikut:
Harapan Kekhawatiran Kontribusi
Mampu memahami teori yang disampaikan Adanya informasi baru,
terutama tentang ketenagakerjaan Bangka Tengah dapat bermanfaat Ada penambahan wawasan Proses lokakarya produktif
dan solutif dan rekomendasi dapat dilaksanakan pemerintah daerah.
Mendapatkan masukan bagi pengembangan UKM Kab. Bangka Tengah yang lebih terarah dan sesuai aspirasi masyarakat Perlu undangan yang lain
(praktisi tenaga kerja: buruh, pekerja tambang, SPSI)
Peserta tidak kontinyu/ tidak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai (misalnya ada instruksi mendadak dari atasan) Alasan/hambatan
operasional : listrik mati, ruangan panas, sound tidak berfungsi
Materi tidak terserap dengan baik
Aplikasi/kebelanjutan kegiatan tidak berjalan dengan baik. Selain itu, program tidak dapa diimplementasikan Tidak ada tindak lanjut Kurang mengetahui
perkembangan tenaga kerja Bangka Tengah Tidak mampu berbuat
apa-apa karena tidak ada sarana penunjang pekerjaan
Ikut aktif dalam membuat perencanaan yang mampu membuka lapangan kerja Memberi
pelatihan/magang yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Menjadi fasilitator kegiatan di daerah sendiri, turut menciptakan lapangan kerja
Menyediakan data yang memadai untuk keperluan
pemerintah dan
masyarakat untuk membuat kebijakan tentang ketenagakerjaan Memberi akses informasi
lapangan kerja pada pencari kerja
• Mengusulkan hapus sistem kontrak kerja, memberi UMR yang layak kepada tenaga kerja
• Meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan sehingga perlindungan terhadap tenaga kerja dapat maksimal sehingga tercipta hubungan harmonis antara tenaga kerja, pengusaha dan pemerintah.
29
Lampiran D. Evaluasi lokakarya
Pada saat awal Lokakarya dirancang dan dikomunikasikan dengan Pemda Bangka Tengah, ada kesan bahwa Lokakarya akan diarahkan kepada penanganan perselisihan ketenaga kerjaan yang sudah ada (antara perusahaan dan pekerja). Bahkan Dinas Tenaga Kerja Bangka Tengah dalam mempersiapkan undangan sampai mempersiapkan materi yang akan disampaikan, lebih fokus kepada penanganan ketenaga kerjaan yang berkaitan dengan pekerja dan majikan, sehingga yang dipaparkan justru jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, perselisihan yang terjadi, jumlah pelamar, dan kemampuan SDM serta anggaran Dinas Tenaga Kerja setempat.
Setelah Lokakarya diselenggarakan, terjadi perubahan persepsi yang signifikan bahwa yang ingin digali dari Lokakarya adalah bagaimana pemanfaatan SDA yang ada dikaitkan dengan daya tampung tnaga kerja yang sejahtera.
Oleh karena itu, secara umum disimpulkan bahwa Lokakarya ini sangat baik dilaksanakan di semua Tingkat II seluruh daerah di Indonesia, agar paradigma penanganan ketenaga kerjaan mampu di rubah dari sekedar aktif menanganai yang existing menjadi pro aktif merencanakan yang akan datang.
Berikut adalah hasil evaluasi pelaksanaan lokakarya: 1) Metodologi
Uraian Rata-rata penilaian*
Metodologi ini bermanfaat untuk membuat keputusan
yang terkait dengan kebijakan. 4,39
Metodologi ini sangat membantu dalam menyusun
analisa tentang pekerjaan. 4,39
Saya dapat menggunakan metodologi ini sendiri. 3,89 Saya akan menggunakan metodologi ini di masa
mendatang 4,56
Rata-rata penilaian mengenai metodologi 4,31 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Peserta ingin menggunakan metodologi ini lagi dalam konteks:
- Digunakan dalam pelatihan, perencanaan program dan pendidikan
- Merencanakan pembangunan daerah
- Pengambilan keputusan dan menyelesaikan masalah
- Sosialisasi peraturan ketenagakerjaan
- Pengembangan pemahaman umat akan nilai lingkungan hidup sebagai faktor penting dalam pembangunan ekonomi
- Mengembangkan sektor pertanian dan peternakan 2) Instruksi
Uraian Rata-rata penilaian
Metodologi ini sampaikan dengan sangat baik. 4,39 Presenternya memiliki pengetahuan yang luas. 4,39
30 Presentasinya sangat menarik dan praktis 4,39
Diskusi kelompok dan interaksi sangat bermanfaat. 4,56 Rata-rata penilaian mengenai instruksi 4,43 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Komentar tentang mutu instruksi:
o Penyampaian materi jelas, mudah dipahami dan implementatif
o Penyampaian instruksi seharusnya lebih lugas
o Perlu adanya materi diskusi tertulis
o Adanya narasumber yang kurang memahami situasi dan tidak jelas memberikan gambaran tentang situasi ketenagakerjaan
2) Materi
Uraian Rata-rata penilaian
Materi yang diberikan sangat bermanfaat. 4,61 Materi yang diberikan sangat luas. 4,61 Rata-rata penilaian mengenai materi 4,61 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Materi atau informasi lain yang mungkin bermanfaat bagi peserta:
o Pemilihan sektor unggulan
o Pemahaman mengenai sustainability
o Perencanaan program dan ketenagakerjaan
o Lebih diselingi dengan video, agar tidak bosan dan mengantuk
o Informasi mengenai daerah/provinsi yang telah melakukan metode ini dan berhasil (sejauh mana keberhasilannya)
o Penyelesaian permasalahan pokok melalui metode yang ditawarkan 3) Jangka Waktu
Uraian Rata-rata penilaian
Jangka waktu lokakarya ini cukup memadai. 3,56 Beban kerjanya tidak terlalu padat 3,83 Waktu yang disediakan untuk diskusi cukup memadai. 3,56 Rata-rata penilaian mengenai jangka waktu 3,648 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Hal-hal mengenai jangka waktu yang kurang memuaskan menurut peserta:
o Waktunya terlalu singkat, belum ada jawaban yang fokus dan menggembirakan atas masalah yang ada
o Waktu pelaksanaan molor, kurang disiplin
o Tempat kurang luas dan tidak sesuai dengan standar 4) Pengaturan
Uraian Rata-rata penilaian
Lokakarya ini diumumkan dengan baik dan tepat waktu. 3,56 Perjalanan dan tempat tinggal kami memuaskan. 3,5 Pengaturan selama lokakarya sangat memuaskan. 3,78
31 Rata-rata penilaian mengenai pengaturan 3,61
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi) 5) Keseluruhan
Uraian Rata-rata penilaian
Bagaimana pendapat Anda tentang mutu lokakarya ini
secara keseluruhan? 4
Lokakarya ini akan membantu saya dalam bekerja. 4,44 Pelatihan dalam analisa pekerjaan sangat bermanfaat. 4,33
Setelah lokakarya ini, saya memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang tantangan pekerjaan di Tuban. 4,56 Setelah lokakarya ini, ada pemahaman bersamatentang
masalah yang ada serta kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan
produktif di Tuban.
4,06
Rata-rata penilaian mengenai terjemahan 4.43 *Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Tujuan dan harapan peserta mengikuti lokakarya: - Pengembangan wawasan dan pengetahuan
- Tidak mengerti karena diperintah kepala dinas secara mendadak, tetapi harapannya dapat meningkatkan kemampuan analitik
- Mengetahui bahwa sebenarnya ketenagakerjaan membutuhkan perencanaan - Memahami fakta dan solusi yang tepat sesuai dengan potensi daerah Bangka Tengah - Agar dapat bekerja sesuai dengan program dan mencapai sasaran
- Memiliki pemahaman tentang prospek ekonomi dan apa yang mesti dibuat oleh PEMDA Bangka Tengah
Seberapa jauh harapan-harapan tersebut sudah tercapai:
- Memiliki gambaran tentang metode yang lebih menarik dalam membuat perencanaan - Sudah cukup baik, sesuai dengan harapan dan ekspektasi
Materi apa yang ingin ditambahkan peserta dalam lokakarya ini:
- Tentang tegaknya regulasi agar di masa mendatang tidak ada lagi program-program yang bagus, namun karena pemimpin daerahnya berganti ikut hilang
- Contoh kabupaten yang berhasil, agar lebih termotivasi - Analisa SWOT dalam perencanaan ketenagakerjaan
- Simulasi lapangan kerja dan keahlian apa yang dibutuhkan serta tersedia - Materi debat antar kelompok
- Adanya pelatihan kader untuk meningkatkan SDM - Manajemen perdagangan
- Teknologi terapan yang bermanfaat bagi penciptaan lapangan kerja yang baru - Paparan oleh pakar yang berasal dari daerah Bangka Belitung
32 Jenis bantuan apa yang diinginkan peserta setelah lokakarya ini:
- Pendampingan saat menyusun perencanaan di tempat kerja - Pembinaan secara berkelanjutan
- Penegasan agar usulan-usulan terlaksana sepenuhnya
- Bantuan keuangan dari lembaga terkait baik lokal maupun nasional - Peralatan dan pantauan dari instansi terkait
- Permodalan usahan kecil menengah
- Bantuan berupa sumbangan konsep perancangan pembangunan ketenagakerjaan, misal teknologi pengolahan limbah
Aspek terbaik dari lokakarya:
1) Metodologi lokakarya: dialog interaktif dan suasana diskusi yang baik 2) Tidak ada jarak antara masyarakat dan pemerintah, kekeluargaan
3) Diskusi yang terarah dan bisa menggali akar permasalahan ketenagakerjaan di Bangka Tengah
4) Penyampaian materi yang baik dan diskusi partisipatif serta antusiasme peserta 5) Narasumber yang profesional dan mengayomi
6) Materi yang menambah wawasan sehingga membangkitkan kesadaran untuk lebih maju 7) Teknik pemecahan / identifikasi masalah dan pemecahan masalahnya
Hal-hal yang seharusnya lebih baik:
- Sarana dan tempat pelaksanaan lokakarya
- Waktu lokakarya tidak terlalu lama tetapi tetap cukup memadai dalam menyelesaikan diskusi
- Pembagian bahan materi lokakarya
- Adanya kerjasama antara pemerintah, masyarakat, pengusaha dan stakeholder lainnya untuk melakukan pembangunan
- Antusiasme peserta
- Informasi dari narasumber untuk perbandingan dengan wilayah di luar Bangka Belitung yang berkembang
Komentar lain:
- Kegiatan seperti ini seharusnya diadakan dan diperbanyak staff SKPD sebagai peserta lokakarya
33
Lampiran E. Dokumentasi Lokakarya
Pembukaan Lokakarya
34 Proses Penyampaian Materi dan Diskusi
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi: Pusat Studi PDPM LPPM-ITS
Kampus ITS Sukolilo-Surabaya Telp. 031-5962271