• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seluk Beluk PERBANKAN SYARIAH Kelembagaan, Produk, Pengawasan & Peraturan Perundang-Undangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seluk Beluk PERBANKAN SYARIAH Kelembagaan, Produk, Pengawasan & Peraturan Perundang-Undangan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

1

PCS-OJK Angkatan 1

Seluk Beluk

PERBANKAN SYARIAH

Kelembagaan, Produk, Pengawasan & Peraturan

Perundang-Undangan

ACARA SOSIALISASI DAN BIMBINGAN TEKNIS PERBANKAN SYARIAH BAGI HAKIM WILAYAH PTA MATARAM

Pengadilan Tinggi Agama Mataram, 28 Maret 2015

Disampaikan oleh:

Dr. Setiawan Budi Utomo Kepala Bagian Pengembangan Produk dan Edukasi

DEPARTEMEN PERBANKAN SYARIAH OTORITAS JASA KEUANGAN

(2)

Cakupan Diskusi

Pendahuluan

Undang-Undang Perbankan Syariah

(3)

3

Awal Eksistensi “Bank Syariah”?

 Definisi: Bank Syariah adalah lembaga penyedia jasa perbankan yang kegiatan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam ( UU No. 21/2008 ttg Perbankan Syariah)

Perbankan Syariah menekankan pentingnya keselarasan aktivitas keuangan dgn norma dan tuntunan syariah, terutama pelarangan riba (memperanakan uang dan mengharapkan hasil tanpa menanggung risiko) yang sangat dominan eksistensinya dalam perbankan konvensional.

 Dalam perbankan syariah harus dipenuhi ketentuan:

o Menghindari gharar-maysir (aktivitas seperti berjudi), dan objek/proses investasi non-halal secara syarii, serta

o menjamin terlaksananya konsep kemaslahatan mulai dari hulu sampai hilir dari proses investasi yang dilakukan.

 Dalam perspektif regulator pengembangan keuangan dan perbankan syariah minimal memiliki 2 justifikasi:

i. memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan yang sesuai dg keyakinannya (amanah UU), dan

ii. mengoptimalkan potensi kemaslahatan dari sistem perbankan baru ini bagi perekonomian secara mikro dan makro.

Dasar Keberadaan Perbankan Syariah

3

(4)

Instrumen Keuangan Syariah

Akibat pelarangan bunga dalam transaksi bank syariah:

• Proses menghimpun dana: digunakan pola titipan (wadi’ah) dan pola investasi (mudharabah) penempatan dana

• Aktivitas penyaluran dana: dikembangkan pola bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah). Selain pola kerjasama bagi hasil digunakan pola jual-beli (murabahah), pola sewa (ijarah) dan prinsip perolehan fee atas pelayanan jasa (ujroh).

Perbedaan pokok pola bagi hasil Vs berbasis bunga pada sistem konvensional:

(i) Nilai imbal hasil tidak boleh ditetapkan dimuka namun secara ex-post atas dasar

nisbah bagi hasil yg ditetapkan diawal, dan realisasi penerimaan/laba, dan (ii) menanggung risiko finansial secara bersama

 Konsekuensi dari perbedaan fundamental dalam operasional keuangan syariah mengakibatkan diperlukan regulasi, sistem pengawasan, sistem akuntansi,

instrumen moneter, pasar keuangan bahkan sistem hukum dan peradilan yang

Dasar Keberadaan Perbankan Syariah

4

(5)

Gambaran Sederhana Operasi Bank Syariah

5

1

Pendahuluan

Bank Syariah Pemegang Saham •Murabahah •Salam •Isthisna •Ijarah Pinjaman kebajikan bagi hasil & bonus bagi hasil Modal Rekening Investasi Khusus (Mudarabah muqayyadah) Simpanan Pembiayaan Ekuitas /Bagi Hasil

Pembiayaan Berbasis (Jual beli) •Mudharabah •Musyarakah bagi hasil profit margin Zakat Qardhul Hasan Fee - Giro (Wadi’ah) - Tabungan (Wadiah)/ (Mudarabah) - Deposito (Mudharabah) Keuangan Sosial + Sumber Dana Penyaluran Dana

Selain fungsi utama perantara dana, bank syariah menjalankan fungsi penyedia jasa keuangan (a.l bank garansi, L/C, inkaso, transfer dana, penukaran FX, kartu kredit, SDB dll) dg menerima upah jasa (ujroh) yg sesuai syariah

(6)

UUD 1945

UU BI UU PERBANKAN SYARIAH PBI SE Ekstern UU OJK PDG SE Intern POJK SE OJK PDK SEDK OJK

Hirarki Peraturan Perundangan-undangan

terkait Perbankan Syariah

(7)

7

PCS-OJK Angkatan 1

Cakupan Diskusi

Pendahuluan

Undang-Undang Perbankan Syariah

Pokok-Pokok Peraturan Perbankan Syariah

(8)

Evolusi Undang-Undang Dasar Hukum Pengaturan

Perbankan Syariah Nasional

UU No.7/1992 ttg Perbankan

• Usaha bank umum meliputi .. “menyediakan

pembiayaan berdasarkan

UU No.10/1998 ttg Perbankan (perubahan)

• Bank Umum yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Pasal 1 angka 3) • Boleh konversi dan bank

sistem berganda (UUS)

UU No.21/2008

ttg Perbankan Syariah

• Bank Umum Syariah

• Bank Pembiayaan Rakyat Syariah • Unit Usaha Syariah

(9)

9

PCS-OJK Angkatan 1

Bab 1 Ketentuan Umum

Bab 2 Asas, Tujuan dan Fungsi

Bab 3 Perizinan, Bentuk Badan Hukum, Anggaran Dasar, dan Kepemilikan

Bab 4 Jenis dan Kegiatan Usaha, Kelayakan Penyaluran Dana, dan Larangan Bagi Bank Syariah dan UUS

Bab 5 Pemegang Saham Pengendali, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Direksi, dan TKA

Bab 6 Tata Kelola, Prinsip Kehati-hatian, dan Pengelolaan Risiko Perbankan Syariah

Bab 7 Rahasia Bank

Bab 8 Pembinaan dan Pengawasan

Bab 9 Penyelesaian Sengketa

Bab 10 Sanksi Administratif

Bab 11 Ketentuan Pidana Bab 12 Ketentuan Peralihan Bab 13 Ketentuan Penutup

Struktur Isi UU No. 21 tahun 2008 ttg Perbankan Syariah

Terdiri dari:

13 Bab dan 70 Pasal, meliputi

(10)

PCS-OJK Angkatan 1

Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. • Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.

(11)

11

PCS-OJK Angkatan 1

Cakupan Perbankan Syariah

Bank

BANK

SYARIAH

Bank Umum Syariah (BUS) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bank Konvensional Bank Umum Konvensional (BUK) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

(12)

Ketentuan Umum

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli (ijarah muntahiya bittamlik);

c. transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh;

e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BS/UUS dan pihak lain yang dibiayai/menerima fasilitas dana dan wajib dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

(13)

13

PCS-OJK Angkatan 1

Asas Perbankan Syariah

Pasal 2

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan

Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian

Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur Riba, Maisir, Gharar, Haram, Zalim

Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah kegiatan ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan

Yang dimaksud dengan “prinsip kehati-hatian” adalah pedoman

pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(14)

Fungsi Sosial Bank Syariah

Pasal 4

Bank Syariah & UUS dapat menjalankan

fungsi sosial

sebagai

lembaga

baitul maal

yaitu menerima zakat, infaq, sedekah, hibah

atau dana sosial lainnya (a.l. denda terhadap nasabah/

ta’zir

) dan

menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat

[Ayat (1)]

Bank Syariah & UUS dapat menghimpun

dana sosial

dari

wakaf

uang

dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf

(nazhir)

sesuai

(15)

15

PCS-OJK Angkatan 1

Perizinan

Pasal 5

• Setiap pihak yg akan melakukan

kegiatan usaha BS/UUS

wajib

terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai BS/UUS dari BI.

[ayat (1)]

• Bank Syariah yang telah mendapat izin usaha wajib

mencantumkan dengan jelas kata

“syariah” pada penulisan

nama banknya.

[ayat (4)]

• Bank Umum Konvensional yang telah mendapat izin usaha UUS

wajib mencantumkan dengan jelas frase

“Unit Usaha Syariah”

setelah nama Bank pada kantor UUS yang bersangkutan.

[ayat

(5)]

(16)

Perizinan

Bank Konvensional hanya dapat mengubah kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah (

Konversi

) dengan izin Bank

Indonesia.

[ayat (6)]

Bank Umum Syariah

tidak dapat dikonversi

menjadi Bank

Umum Konvensional.

[ayat (7)

]

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

tidak dapat dikonversi

menjadi Bank Perkreditan Rakyat.

[ayat (8)]

Pembukaan

Unit Usaha Syariah di kantor pusat Bank Umum

Konvensional

wajib mendapat Izin BI

[ayat (9)]

(17)

17

PCS-OJK Angkatan 1

Pendirian dan Kepemilikan

Pasal 9

Bank Umum Syariah

hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:

a. WNI dan/atau badan hukum Indonesia;

b. Huruf a dengan WNA dan/ badan hukum asing secara

kemitraan; atau

c. Pemerintah daerah (Pemda).

BPRS

hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:

a. WNI dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya

WNI;

b. Pemda; atau

c. gabungan dua pihak atau lebih dari WNI, badan hukum

Indonesia dan Pemda.

(18)

Pemisahan (Spin Off)

UUS

dapat menjadi BUS

tersendiri setelah mendapat izin dari BI.

(Pasal 16, ayat (1))

Dalam hal BUK memiliki UUS yang

nilai asetnya

telah mencapai

paling sedikit 50%

dari total nilai aset bank induknya atau

15 tahun

sejak berlakunya UU ini, maka BUK dimaksud

wajib melakukan

pemisahan UUS tersebut menjadi BUS

.

(19)

19

PCS-OJK Angkatan 1

Kegiatan Usaha Perbankan Syariah

Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21, antara lain:

a. Giro (wadiah)

b. Tabungan (wadiah, mudharabah)

c. Deposito (mudharabah)

d. Pembiayaan berdasarkan akad

mudharabah, musyarakah,

murabahah, salam, istishna’, qardh, ijarah, ijarah muntahiya

bittamlik

(20)

Larangan bagi BUS dan UUS

Pasal 24

• melakukan kegiatan usaha yang

bertentangan dengan Prinsip

Syariah

;

• melakukan kegiatan

jual beli saham secara langsung di pasar

modal

;

• melakukan

penyertaan modal

, kecuali pada Bank Syariah atau

lembaga keuangan syariah (untuk UUS tidak boleh) atau untuk

kepentingan restrukturisasi pembiayaan;

• melakukan kegiatan

usaha perasuransian

, kecuali sebagai agen

pemasaran produk asuransi syariah.

(21)

21

PCS-OJK Angkatan 1

Larangan bagi BPRS

Pasal 25

• melakukan kegiatan usaha yang

bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

• menerima Simpanan berupa Giro

dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran;

• melakukan kegiatan

usaha dalam valuta asing

, kecuali penukaran

uang asing dengan izin Bank Indonesia;

• melakukan kegiatan

usaha perasuransian

, kecuali sebagai agen

pemasaran produk asuransi syariah;

• melakukan

penyertaan modal

, kecuali pada lembaga yang dibentuk

untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.

(22)

Komite Perbankan Syariah

Pasal 26, ayat (4) dan (5)

Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia (PBI), BI

membentuk

Komite Perbankan Syariah (KPS).

Penjelasan:

Komite Perbankan Syariah beranggotakan unsur-unsur dari BI,

Departemen Agama dan unsur masyarakat dengan komposisi

berimbang, memiliki keahlian di bidang syariah dan berjumlah

paling banyak 11 orang.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan,

keanggotaan dan tugas Komite Perbankan Syariah sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) diatur dengan PBI.

(23)

23

PCS-OJK Angkatan 1

Dewan Pengawas Syariah

Pasal 32

(1) Dewan Pengawas Syariah (DPS) wajib dibentuk

di BS dan BUK

yang memiliki UUS;

(2) DPS diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI;

(3) DPS bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta

mengawasi

kegiatan Bank agar sesuai dengan prinsip syariah;

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan PBI.

Penjelasan : yang diatur dalam PBI sekurang-kurangnya meliputi (a) ruang lingkup, tugas dan fungsi DPS; (b) jumlah anggota DPS; (c) masa kerja; (d) komposisi keahlian; (e) maksimal jabatan rangkap; dan (f) pelaporan DPS.

(24)

Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan Bank Syariah dan UUS dilakukan

oleh BI.

(Pasal 50)

Bank Syariah dan UUS wajib memelihara tingkat kesehatan yang

meliputi sekurang-kurangnya mengenai kecukupan modal, kualitas

aset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas manajemen yang

menggambarkan kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan

terhadap Prinsip Syariah dan prinsip manajemen Islami, serta

aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan

UUS.

(Pasal 51)

(25)

25

PCS-OJK Angkatan 1

Pembinaan dan Pengawasan

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan, BI Berwenang

[Pasal

52, ayat (3)]

:

• Memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat yang

terkait dengan Bank;

• Memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan dari

setiap pihak yang menurut penilaian BI memiliki pengaruh

terhadap Bank; dan

• Memerintahkan Bank

melakukan pemblokiran rekening

tertentu

, baik rekening simpanan maupun rekening pembiayaan.

BI dapat menugasi Kantor Akuntan Publik (KAP) atau pihak lainnya

untuk melaksanakan pemeriksaan

[Pasal 53]

(26)

Penyelesaian Sengketa

Pasal 55

(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama;

(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:

a. Musyawarah;

(27)

27

PCS-OJK Angkatan 1

Penyelesaian Sengketa

Pasal 55

(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama;

(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.

Penjelasan

Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:

a. Musyawarah;

b. mediasi perbankan;

c. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; d. Melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Putusan MK tanggal

29 Agustus 2013

(28)

Implikasi Putusan MK

• “Penjelasan” Pasal 55 ayat 2 dianggap tidak memiliki kekuatan yang mengikat • Seluruh proses penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui jalur Litigasi

hanya dapat diajukan ke Peradilan Agama

• Apabila terdapat klausula penyelesaian sengketa di dalam akad perjanjian yang mencantumkan penyelesaian sengketa secara Non Litigasi, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui mediasi dan arbitrase berdasarkan prinsip syariah (Mediator dan Arbiter harus bersertifikat syariah).

• Putusan MK tidak berlaku surut,  apabila sebelum tgl penetapan ada proses penyelesaian sengketa melalui jalur Litigasi Peradilan Umum maupun jalur Non Litigasi Badan Mediasi atau Badan Arbitrase umum (BANI), dapat diselesaikan sampai tuntas tanpa harus berpindah pada Peradilan Agama atau jalur Non Litigasi Syariah.

(29)

29

PCS-OJK Angkatan 1

Sanksi Administratif

Pasal 56: BI menetapkan sanksi administratif kepada Bank Syariah, UUS, Komisaris, DPS, Direksi/pegawai BS dan BK yang memiliki UUS yang tidak melaksanakan prinsip syariah dalam menjalankan usaha.

Pasal 57: BI mengenakan sanksi administratif kepada BS atau UUS,

Komisaris, DPS, Direksi/pegawai BS atau BK yang memiliki UUS apabila melanggar pasal 41 dan 44 (rahasia bank)

Pasal 58 : sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam UU ini a. Denda uang;

b. Teguran tertulis;

c. Penurunan tingkat kesehatan BS dan UUS; d. Pelarangan turut serta dalam kegiatan kliring; e. Pembekuan kegiatan usaha tertentu;

f. Pemberhentian pengurus BS dan UUS;

g. Pencantuman pengurus, pegawai dan Pemegang Shm dalam daftar tercela h. Pencabutan izin usaha.

(30)

Cakupan Diskusi

Pendahuluan

Undang-Undang Perbankan Syariah

(31)

31

PCS-OJK Angkatan 1

Prinsip Pengaturan Perbankan Syariah:

• Kerangka dasar pengaturan yang dibuat harus dapat mengadopsi keunikan karakteristik transaksi serta kaidah ke-syariah-an yang merupakan faktor kunci kesinambungan operasi perbankan syariah dalam jangka panjang.

• Untuk regulasi yang belum ditetapkan mengacu kepada regulasi perbankan konvensional,

• Untuk mencapai hal tersebut OJK telah dan akan terus mendorong terwujudnya beberapa standar keuangan syariah seperti Fatwa DSN, PSAK dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah.

• Pada prinsipnya penyempurnaan regulasi diprioritaskan pada hal-hal yang unik dan khusus bagi perbankan syariah seperti ketentuan kelembagaan, penilaian aktiva produktif, sistem pelaporan bank, pasar keuangan antar bank dan fasilitas pembiayaan darurat BI.

(32)

Pengaturan dan Pengawasan Bank Syariah

Keunikan dan Aspek Penting dalam Pengaturan & Pengawasan

Fungsi dasar BS secara umum sama dengan bank

konvensional, sehingga prinsip pokok pengaturan dan pengawasan yg dikembangkan bagi perbankan

sebagian besar berlaku pula pada BS. Namun adanya sejumlah perbedaan yang mendasar dalam filosofi dan prinsip operasional BS mengakibatkan ada perbedaan pengaturan & pengawasan BS.

Karakteristik khusus BS yang mengakibatkan adanya perbedaan dalam pengaturan dan pengawasan BS terutama adalah:

(1) Perlunya jaminan ketaatan pada prinsip syariah dalam seluruh aktivitas bank

(33)

33

PCS-OJK Angkatan 1

Pengaturan dan Pengawasan Bank Syariah

Menciptakan regulasi dan sistem pengawasan yang sesuai dengan karakteristik bank syariah

Menetapkan aturan tentang mekanisme pengeluaran setiap produk bank syariah yang memerlukan

pengesahan (endorsement) dari DSN-MUI tentang kehalalan/ fatwa kesesuaian produk dan jasa

keuangan bank dengan prinsip syariah,

Menerapkan sistem pengawasan baik untuk penilaian aspek kehatian-hatian dan kesesuaian operasional bank dengan ketentuan syariah dengan melibatkan Dewan Pengawas Syariah dan unsur pengawasan syariah lainnya Langkah penting dalam menciptakan jaminan pemenuhan prinsip syariah

(34)

Konsultasi timbal balik dalam proses penyusunan fatwa dan

regulasi keuangan syariah

1. Harmonisasi regulasi dan fatwa melalui Working Group Perbankan Syariah (WGPS): OJK, DSN-MUI, MA RI dan DSAS-IAI & KPJKS 2. Implementasi fatwa kedalam

Ketentuan/ Peraturan Jasa Keu. Syariah

Dewan Syariah Nasional MUI Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah

Regulasi & Pengawasan

LJKS Fatwa Produk dan

Jasa Keuangan Syariah

Dewan Pengawas Syariah

Tatakelola untuk Jaminan Pemenuhan Prinsip Syariah

Sistem Keuangan Syariah: Kelembagaan & Infrastruktur Pendukung

(35)

35

PCS-OJK Angkatan 1

Regulasi dan Standard Perbankan Syariah

Kelembagaan

• Kelembagaan BUS • Kelembagaan UUS • Kelembagaan

BPRS

• Fit and Proper Test • Good Corporate Governance

Kehati-hatian

(Prudential)

• Kualitas Aktiva • KPMM • TKS - RBBR • Standar Akad • Produk dan Jasa

Pasar

Keuangan &

Moneter

• GWM • PUAS • SBIS • LTV (Loan to Value) dan Uang Muka

Standar

Akuntansi &

Pelaporan

• PSAK dan PAPSI • Pelaporan BUS,

UUS, dan BPRS

(36)

Akhir Presentasi

(37)

37

PCS-OJK Angkatan 1

Lampiran 1.

Produk Jasa Dasar

Perbankan Syariah

(38)

Produk Jasa Perbankan Syariah:

Produk Dasar Penghimpunan Dana

I.1. Simpanan.

I.1.1. Giro dengan Akad Wadiah

I.1.2. Tabungan dengan Akad Wadiah.

I.2. Investasi

I.2.1. Giro dengan Akad Mudharabah

I.2.2. Tabungan dengan Akad Mudharabah. I.2.3. Deposito dengan Akad Mudharabah.

I.3. Pinjaman Diterima

(39)

39

PCS-OJK Angkatan 1

Produk Jasa Perbankan Syariah:

Produk Dasar Penyaluran Dana

II.1. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

II.1.1. Pembiayaan Mudharabah II.1.2. Pembiayaan Musyarakah.

II.1.3. Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah (Kepemilikan Aset Secara Bertahap)

II.2. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Sewa-Menyewa Aset

II.2.1. Pembiayaan Ijarah (Leasing).

II.2.2. Pembiayaan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (Leasing dg Opsi Penyerahan Barang).

II.3. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jual Beli

II.3.1. Pembiayaan Murabahah II.3.2. Pembiayaan Salam.

II.3.3. Pembiayaan Istishna

II.4. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Pinjam-Meminjam

II.4.1. Qardh untuk tujuan Sosial.

II.4.2. Qardh Talangan BPIH s.d 1 tahun

(40)

II.5. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Sewa-Menyewa Jasa (Multijasa).

II.6. Pembiayaan Sindikasi II.7. Pengambilalihan Utang.

II.8. Pembelian Surat Berharga Syariah Korporasi

II.9. Pembelian Surat Berharga Syariah Yang Diterbitkan Pemerintah II.10. Penempatan Pada Bank Indonesia.

II.11. Penempatan Pada Bank Lain. II.12. Penyertaan Modal Sementara.

III. Aktivitas Pembiayaan Perdagangan (Trade Finance).

III.1. Pembiayaan dengan SKBDN.

III.2. Pembiayaan Impor dengan Letter of Credit (L/C). III.3. Pembiayaan Ekspor dengan Letter of Credit (L/C)

III.4. Pembiayaan Ekspor-Impor tanpa Letter of Credit (L/C)

Produk Jasa Perbankan Syariah:

(41)

41

PCS-OJK Angkatan 1

V. Keagenan dan Kerjasama.

V.1. Agen Penjual Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). VI. Sistem Pembayaran.

VI.1. Penyelenggara Transfer Dana.

VII. Jasa Lainnya.

VII.1. Safe Deposit Box VII.2. Traveller’s Cheque VII.3. Payroll

VII.4. Bank Garansi

Produk Jasa Perbankan Syariah:

Produk Dasar Penyaluran Dana

(42)

Lampiran 2.

Ringkasan Pokok Pokok

Peraturan Perbankan Syariah

(43)

43

PCS-OJK Angkatan 1

Kelembagaan

1. Bank Umum Syariah (BUS)  PBI No.11/3/PBI/2009 dan PBI No.15/13/PBI/2013 (perubahan)

 Modal disetor minimal Rp1 trilyun

 Sumber dana dilarang dari pinjaman dan/atau money laundering

 Pemilik: asing maks 99%

 Dekom min 3 orang dan maks sama dgn jumlah Direksi. Min 50% Dekom adalah Independen.

 Direksi min 3 orang. Dirut adalah pihak independen dari PSP.

 DPS min 2 orang dan maks 50% jumlah Direksi. Rangkap jabatan sebagai DPS maks pada 4 LKS lain.

 Jaringan kantor: Kantor Pusat, Kanwil, KC, KCP, KK, Kantor Fungsional, Kantor Pelayanan Kas, dan Layanan Syariah Bank (LSB)

 LSB = menjual produk BUS melalui infrastruktur BUK dalam 1 grup (jaringan kantor, SDM, dan IT)

(44)

44

PCS-OJK Angkatan 1

Kelembagaan

2. Unit Usaha Syariah (UUS)  PBI No.11/10/PBI/2009 dan PBI No.15/14/PBI/2013 (perubahan)

 Jaringan kantor: Kantor UUS, KCS, KCPS, KKS, Kantor Fungsional Syariah, Kantor Pelayanan Kas Syariah, dan Layanan Syariah (LS)

 LS = menjual produk UUS melalui infrastruktur BUK induknya (jaringan kantor, SDM, dan IT)

 Anggota Direksi BUK yg bertanggung jawab penuh atas UUS punya kompetensi dan komitmen pengembangan UUS serta ikut proses wawancara BI

 Pemimpin UUS adalah Direktur UUS  Aturan DPS sama dengan BUS

 UUS wajib spin off setelah 15 tahun dari berlakunya UU No. 21 tahun 2008, atau aset UUS 50% dari aset induk

 Modal kerja UUS min Rp100 milyar, dimana kalau di spin off maka modal disetor BUS min Rp500 milyar dan wajib ditingkatkan menjadi Rp 1 trilyun maks 10 tahun setelah keluar izin BUS.

(45)

45

PCS-OJK Angkatan 1

Kelembagaan

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)  PBI No.11/23/PBI/2009  Modal disetor min Rp2 milyar (Jabodetabek), Rp1 milyar (ibukota propinsi),

dan Rp500 juta (lainnya)

 Sumber dana dilarang dari pinjaman dan/atau money laundering

 Pemilik: 100% Indonesia

 Dekom min 2 orang dan maks 3 orang  Direksi min 2 orang

 DPS min 2 orang dan maks 3 orang

 Jaringan kantor: Kantor Pusat, KC, KK, dan kegiatan kas di luar kantor  Persyaratan membuka KC a.l. dalam 1 propinsi dan menambah modal

disetor min 75% dari ketentuan modal minimal sesuai dengan lokasi pembukaan KC.

(46)

Kelembagaan

4. Uji Kemampuan dan Kepatutan (fit & proper test/FPT)  PBI No.14/6/PBI/2012

 FPT dilakukan terhadap:

 Calon PSP, calon Dekom, calon Direksi, calon Direktur UUS, dan calon pemimpin KPwBA (new entry)

 PSP, Dekom, Direksi, Pejabat Eksekutif, Direktur UUS, dan pemimpin KPwBA (existing)

 Pihak yang tidak lagi menjabat namun diindikasikan terlibat dalam tindakan yang sedang dalam proses FPT.

 hasil FPT: Lulus dan Tidak Lulus (tidak ada Lulus Bersyarat)

 PSP yang Tidak Lulus harus turunkan saham s.d 10% maks 6 bulan setelah surat pemberitahuan BI.

 Dekom, Direksi, Pejabat Eksekutif, Direktur UUS, dan pemipin KPwBA yang Tidak Lulus wajib berhenti dari jabatannya maks 3 bulan sejak tanggal

(47)

47

PCS-OJK Angkatan 1

Kehati-hatian (Prudential)

1. Kualitas Aktiva

a. BUS dan UUS  PBI No.10/24/PBI/2008

 Penilaian terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif

 Klasifikasi: Lancar (Kol.1), Dalam Perhatian Khusus/DPK (Kol.2), Kurang Lancar (Kol.3), Diragukan (Kol.4), Macet (Kol.5)

 Dasar penilaian untuk pembiayaan berdasarkan prospek usaha, kinerja nasabah, dan kemampuan membayar

 Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) dibentuk dari cadangan umum (1% Kol.1) dan cadangan khusus (5% Kol.2, 15% Kol.3, 50% Kol.4, dan 100% Kol.5)

b. BPRS  PBI No.8/24/PBI/2006

 Penilaian terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif

 Klasifikasi: Lancar (Kol.1), Kurang Lancar (Kol.2), Diragukan (Kol.3), Macet (Kol.4)

 Dasar penilaian untuk pembiayaan hanya berdasarkan kemampuan membayar

 Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) dibentuk dari cadangan umum (0.5% Kol.1) dan cadangan khusus (10% Kol.2, 50% Kol.3, dan 100% Kol.4)

(48)

Kehati-hatian (Prudential)

1. Kualitas Aktiva, spesifik syariah: Pembiayaan Mudharabah/Musyarakah :

Kol.1: RBH/PBH ≥ 80% dan tidak ada tunggakan

Kol.2: RBH/PBH ≥ 80% dan tunggakan pokok ≤ 1 month

Kol.3: RBH/PBH 30% s.d. 80% dan/atau tunggakan pokok ≤ 2 month Kol.4: RBH/PBH ≤ 30% dan/atau tunggakan pokok ≤ 3 month

Kol.5: RBH/PBH ≤ 30% dan/atau tunggakan pokok ≥ 3 month RBH = Realisasi Bagi Hasil

(49)

49

PCS-OJK Angkatan 1

Kehati-hatian (Prudential)

2. Kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) :

a. BUS dan UUS  PBI No.7/13/PBI/2005 dan PBI No. 8/7/PBI/2006 (perubahan)

 modal minimum BUS dan UUS sebesar 8% dari ATMR

 jika modal minimum UUS < 8% maka kantor induknya wajib menambah kekurangan

 risiko yang diperhitungkan: Risiko Kredit dan Risiko Pasar (Risiko Nilai Tukar)

 komponen modal: modal inti (Tier 1), modal pelengkap (Tier 2), dan modal pelengkap tambahan (Tier 3)

b. BPRS  PBI No.8/22/PBI/2006

 modal minimum BPRS sebesar 8% dari ATMR  risiko yang diperhitungkan :Risiko Kredit

 komponen modal: modal inti (Tier 1) dan modal pelengkap (Tier 2)

(50)

Kehati-hatian (Prudential)

3. Penilaian Tingkat Kesehatan (TKS) : a. BUS dan UUS  PBI No.9/1/PBI/2007 b. BPRS  PBI No. 9/17/PBI/2007

baik BUS/UUS maupun BPRS, esensi TKS Bank Syariah adalah sbb :  penilaian TKS dilakukan dengan pendekatan kualitatif & kuantitatif

 pendekatan kuantitatif atas aspek yang mempengaruhi kondisi dan kinerja suatu bank terhadap faktor-faktor CAELS (peringkat 1,2,3,4,5)

 unsur judgment digunakan dalam Pendekatan kualitatif pada saat melakukan penilaian faktor manajemen (M): (peringkat A, B, C, D)

4. Standar akad/prinsip syariah penghimpunan & penyaluran dana dan jasa Bank Syariah  PBI No. 7/46/PBI/2005 dan PBI No. 9/19/PBI/2007. Prinsip dasar secara umum berupa positivisasi fatwa DSN kedalam PBI, yang

(51)

51

PCS-OJK Angkatan 1

Kehati-hatian (Prudential)

5. Produk dan Jasa Bank Syariah  PBI No. 10/17/PBI/2008

 Produk dan jasa baru Bank Syariah sepanjang termasuk dalam Buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah cukup dilaporkan kepada BI, diluar itu baru izin dari BI.

 Bank wajib menghentikan produk jika:  tidak memiliki izin BI

 tidak sesuai Prinsip Syariah

 tidak sesuai peraturan per-UU yg berlaku

 Penghentian sementara: memberi kesempatan bagi bank untuk menyempurnakan produk terkait

 Penghentian tetap: bank wajib menghentikan kegiatan produk serta menyelesaikan hak dan kewajiban nasabah

(52)

Pasar Keuangan dan Moneter

1. Giro Wajib Minimum (GWM) bagi BUS dan UUS  PBI

No.6/21/PBI/2004; PBI No.8/23/PBI/2006 (perubahan pertama); dan PBI No.10/23/PBI/2008 (perubahan kedua)

 GWM Rupiah 5% dari DPK Rupiah

 GWM Valas 1% dari DPK Valas

 Jika FDR Rupiah < 80% maka

 GWM tambah 1%  untuk bank dengan DPK Rp1 s.d. 10 Trilyun

 GWM tambah 2%  untuk bank dengan DPK Rp10 s.d. 50 Trilyun

 GWM tambah 3%  untuk bank dengan DPK > Rp50 Trilyun

(53)

53

PCS-OJK Angkatan 1

Pasar Keuangan dan Moneter

2. Pasar Uang antar Bank Syariah (PUAS)  PBI No.9/5/PBI/2007 dan PBI No.14/1/PBI/2012 (perubahan)

 BUS/UUS dapat melakukan penempatan dana atau penerimaan dana sedang bank konvensional dan bank asing hanya dapat melakukan penempatan dana saja.

 Instrumen: Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (IMA); dan BUS/UUS bisa mengusulkan instrumen di PUAS kepada BI dengan dilengkapi karakteristik, skema transaksi, proses akuntansi, pihak berwenang, infrastruktur dan risiko instrumen PUAS

 Bank penerbit membayar kepada bank pemegang sertifikat IMA sebesar nilai nominal investasi pada saat jatuh waktu

 imbalan dibayar setiap hari kerja pertama bulan berikutnya

(54)

Pasar Keuangan dan Moneter

3. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)  PBI No.6/7/PBI/2004

DIGANTI dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)  PBI No.10/11/PBI/2008 dan PBI 12/18/PBI/2010 (perubahan)

 Amanat UU BI terkait tugas BI dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter a.l. melaksanakan operasi pasar terbuka (OPT) berdasarkan prinsip syariah

 SBIS diperuntukkan bagi BUS dan UUS, dengan persyaratan bank ybs wajib memiliki FDR minimal sebesar 80%  menunjang

penyaluran dana kepada sektor riil

 SBIS dg akad Ju’alah dan tidak dapat diperdagangkan (beda dgn SBI yg tradeable)

(55)

55

PCS-OJK Angkatan 1

Standar Akuntansi dan Pelaporan

1. Standar Akuntansi Keuangan Syariah

 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

 PSAK 59 Akuntansi Perbankan Syariah

 PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah

 PSAK 102 Akuntansi Murabahah

 PSAK 103 Akuntansi Salam

 PSAK 104 Akuntansi Istishna’

 PSAK 105 Akuntansi Mudharabah

 PSAK 106 Akuntansi Musyarakah

 PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah

2. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2013

(56)

Standar Akuntansi dan Pelaporan

3. Laporan Bulanan :

a. BUS dan UUS  PBI No.5/26/PBI/2003 b. BPRS  PBI No.7/9/PBI/2005

4. Laporan Berkala Bank Umum Syariah  PBI No.8/12/PBI/2006

5. Laporan Harian Bank Umum Syariah dan UUS  PBI No. 9/2/PBI/2007 6. Transparansi Kondisi Keuangan (LaporanTahunan/Publikasi/Tertentu):

a. BUS dan UUS  PBI No.3/22/PBI/2001 dan PBI No.7/50/PBI/2005, b. BPRS  PBI No.7/47/PBI/2005

7. Laporan Sistem Informasi Debitur (SID)  PBI No.9/14/PBI/2007 (berlaku untuk Bank Umum dan BPR/S)

Tujuan standar akuntansi & pelaporan :

(57)

57

PCS-OJK Angkatan 1

Lampiran 3.

Perbedaaan Bank Konvesional dengan Bank

Syariah

(58)

58

UU No. 7/1992 dan UU No.10/1998, Pasal 6

UU No. 21/2008, Pasal 19

Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan dgn itu.

Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa Giro, Tabungan atau bentuk lainnya yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad wadi’ah; dan investasi berupa Deposito, Tabungan atau bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah; atau akad lain yg tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

• Memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan hutang, kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan wali amanat, dll.

• Menyediakan pembiayaan dan/ melakukan kegiatan lain berdasar kan prinsip syariah sesuai ketentuan yg ditetapkan BI.

Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah/musyarakah, pembiayaan transaksi jual beli

murabahah, salam, istishna’, pinjaman qardh, pembiayaan sewa menyewa (ijarah) atau sewa beli (Ijarah MBT), dan

pengambilalihan utang (hawalah). Melakukan usaha kartu debet/pembiayaan berdasarkan Prinsip syariah dsb.

Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak

(59)

59

Bank Syariah dan Bank Konvensional:

Perbandingan

Bank

Konvensional

Bank Syariah

Fungsi dan hubungan dg nasabah

Peminjam –vs- pemberi hutang Pengelola aset, mitra bisnis & venture capitalist/ penyedia jasa financier pengadaan barang Simpanan nasabah Berbasis bunga/hasil atau

besar kewajiban ditetapkan diawal

Titipan atau Investasi berbagi hasil

Pembiayaan Didominasi pinjaman berbasis bunga

Jual beli dgn mark-up dan pembiayaan ekuitas

Social responsibility Penerapan Corporate Social Repsonsibility (CSR) dgn sukarela & atas dasar kepentingan bisnis

Keharusan yang ditetapkan sesuai dengan norma syariah (ZISW)

Struktur Governance Sistem kepatuhan pada prudential banking dan perlindungan kepentingan

Ditambah (+) sistem jaminan pemenuhan ketentuan syariah (DSN & DPS)

(60)

60

UU No. 7/1992 dan UU No.10/1998, Pasal 6

UU No. 21/2008, Pasal 19

Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan dgn itu.

Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa Giro, Tabungan atau bentuk lainnya yg dipersamakan dg itu berdasarkan akad wadi’ah; dan investasi berupa Deposito, Tabungan atau bentuk lainnya yg dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah; atau akad lain yg tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

• Memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan hutang, kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan wali amanat, dll.

• Menyediakan pembiayaan dan/ melakukan kegiatan lain berdasar kan prinsip syariah sesuai ketentuan yg ditetapkan BI.

Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah/musyarakah, pembiayaan transaksi jual beli

murabahah, salam, istishna’, pinjaman qardh, pembiayaan sewa menyewa (ijarah) atau sewa beli (Ijarah MBT), dan

pengambilalihan utang (hawalah). Melakukan usaha kartu debet/pembiayaan berdasarkan Prinsip syariah dsb.

Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak

(61)

PERUMBUHAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

Indikator 2011 2012 2013 2014

Jumlah Bank Umum Syariah 11 11 11 12

Jumlah UUS - BU Konvensional 24 24 23 22

Jumlah BPRS 155 158 163 163

Jumlah Jaringan Kantor (BUS + UUS) 1,737 2,262 2,588 2,517 Total Asset (Rp. Trilliun) 145.47 195.02 242.28 272,34

Pertumbuhan Aset (yoy) 49% 34% 24% 12,41%

Market Share 3.98% 4,58% 4.89% 4,85% DPK (Rp. Trilliun) 115.41 147.51 183.53 217,86 Pembiayaan (Rp. Trilliun) 102.66 147.51 184.12 199,30 NPF (gross) 2.52% 2.22% 2.62% 4,33% CAR 16.63% 14.13% 14.44% 16,10% FDR 88.94% 100.0% 100.32% 91,50%

Industri perbankan syariah tumbuh dengan pesat walaupun agak melambat pertumbuhannya, ruang untuk tumbuh masih terbuka lebar.

(Triliun Rp)

(62)

Curriculum Vitae Dr. H. Setiawan Budi Utomo

Tempat/Tgl Lahir: Sukoharjo, 10 April 1968

Email: setiawan_bu@ojk.go.id; sbusosmed@gmail.com

Alamat: Jl. Masjid No 48A RT06/02 Mangarai Selatan, Tebet, Jaksel 12870 HP. 08121130192

Pendidikan:

 LLB, LC dari Faculty of Islamic Law, Madinah Islamic University Kingdom of Saudi Arabia

 Magister Manajemen Keuangan Universitas Borobudur Jakarta

 Doktor Ilmu Hukum (Cum Laude) Universitas Padjadjaran Bandung

Profesi dan Kegiatan Akademik

 Asisten Direktur BI Bertugas pada Departemen Perbankan Syariah Otoritas jasa Keuangan (OJK)

 Anggota Dewan Syariah Nasional dan Komisi Fatwa MUI

 Anggota Anggota Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

 Anggota Dewan Penguji Ujian Sertifikasi Akuntansi Syariah (USAS) - Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

 Anggota Forum Ahli Bank Indonesia

 Anggota Tim Kerja Komite Pengembangan jasa Keuangan Syariah (KPJKS) OJK

 Sekretaris Working Group Perbankan Syariah BI, DSN-MUI dan IAI

 Tim Penyusun Pedoman Good Governance Bisnis Syariah Komite Nasional Kebijakan Governanace (KNKG)

 Dewan Pakar Shariah Economic and Banking Institute (SEBI) Jakarta

 Pengajar International Center for Development in Islamic Finance (ISDIF) LPPI Jakarta

 Ketua Tim Penyusun Akuntansi Zakat

(63)

Terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

©Departemen Perbankan Syariah OJK

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan matriks invers adalah sebagai berikut.. Tulislah sistem persamaan

Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah siswa dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas IV, sedangkan bagi

Gambaran kualitas hidup lansia di PSTW Budi Luhur dan Kelurahan Paal V adalah sama yaitu sebagian besar lansia di PSTW Budi Luhur memiliki kualitas hidup kurang

46 Body Care Bayi Tempat kapas Tempat kapas ini berguna untuk menaruh kapas dan air matang yang akan digunakan untuk..

Kejaksaan Agung tidak banyak terlibat dalam penanganan permasalahan Ormas, hanya yang berkaitan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Akan tetapi gerakan feminis ini tidak terjadi di Kawasan Keraton Kasepuhan yang masih memegang teguh adanya suatu ruang sakral yang terlarang bagi kaum perempuan.. Ruang ini

Penelitian yang dilakukan pada Sub DAS Wimbi ini berupa kajian yang menitikberatkan pada permasalahan degradasi keseimbangan tata air dan degradasi lahan yang

Di dalam pengingat digital setiap piksel diwakili dengan sebuah bit, tetapi jika diinginkan sejumlah warna atau tingkat intensitas yang berbeda muncul pada layar