Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten
Gorontalo Utara
Pendahulua
n
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Potensi sumberdaya pesisir dan laut di Indonesia begitu beragam baik dari
segi kuantitas maupun kualitas, seharusnya dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap pertumbuhan Negara Indonesia. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu
wilayah yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Untuk mengoptimalkan upaya pengembangan atau
eksplorasi sumberdaya tersebuat, perlu dilakukan inventarisasi, yang berguna untuk
mengetahui jenis, letak dan nilai ekonomis sumberdaya serta untuk mengetahui
kesesuaian ekologis setempat terhadap upaya eksploitasi. Inventarisasi sumberdaya
pesisir dan pantai diharapkan dapat memberikan sejumlah informasi dasar yang
berguna untuk proses penataan dan pengelolaan kawasan pantai dan pesisir
sebagai bagian dari pengelolaan kawasan pantai secara terpadu (
Integrated Coastal
Management
/ICZM.
Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan jasa lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil yang tepat memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang kompleks, tentang interaksi bio-fisik antara perairan, daratan dan bahkan atmosfir sebagai suatu komponen lingkungan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Multidisiplin ilmu pengetahuan yang digabungkan dengan pengetahuan praktis di lapangan, melalui proses partisipasi aktif pengguna sumberdaya alam dan jasa pesisir dan pulau-pulau kecil, sangat diperlukan untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kondisi obyektif wilayah serta sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses alami ekosistem, dan pencemaran. Disisi lain, juga terjadi berbagai permasalahan seperti konflik kepentingan pembangunan, kelembagaan, dan tingkatan pemerintahan. Pembangunan yang tidak terintegrasi dengan baik, tanpa pedoman dan mitigasi lingkungan yang tepat, akan menghasilkan permasalahan dan konflik. Oleh karena itu keterpaduan perlu dilakukan untuk mengompromikan
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten
Gorontalo Utara
Pendahulua
n
2
kepentingan antar sektor, tingkatan pemerintahan, ruang darat dan laut, ilmu dan pengelolaan, serta internasional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, maka dipandang perlu adanya upaya mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu, yang diawali dengan melakukan penyusunan dokumen identifikasi desa pesisir sebagai basis data dan informasi dalam merumuskan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara holistic.
Pada dasarnya yang dimaksud dengan identifikasi potensi desa pesisir adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa pesisir yang meliputi data dasar desa, potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana, kelembagaan, kebencanaan, serta issu dan permasalahannya. Profil desa pesisir ini akan mendorong perkembangan desa pesisir secara lebih cepat, komprehensif dan terpadu.
Namun demikian, mengingat jumlah desa di Indonesia yang banyak yakni sekitar 8.090 desa, maka dipandang perlu dilakukan pengelompokan desa agar perkembangan kegiatan desa dapat lebih efektif dan efisien. Untuk itu, maka dilakukan pengelompokan desa pesisir dengan konsep desa pesisir. Dalam hal ini yang dimaksud dengan desa pesisir adalah desa-desa pesisir yang berdekatan secara geografis memiliki karakter fisik ekologi, sosial dan ekonomi yang relatif sama saling berinteraksi dan tumbuh bersama sebagai sebuah pesisir. Desa pesisir ini berkisar antara 3 desa atau lebih, dan ditetapkan secara nasional oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan bagian integral dari koridor Pantai Utara Pulau Sulawesi, dan perairan lautnya tidak dapat dipisahkan dengan wilayah perairan laut Provinsi Sulawesi Utara. Luas perairan lautnya mencapai 43.100 km2 di Laut Sulawesi
yang merupakan wilayah koridor Pantai Utara Pulau Sulawesi. Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara ini, memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang bernilai ekonomis penting, diantaranya ikan pelagis, ikan demersal, rumput laut dan berbagai binatang laut
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten
Gorontalo Utara
Pendahulua
n
lainnya selain mempunyai potensi ekonomi Gorontalo Utara juga memiliki ekositem mangrove, lamun dan terumbu karang yang menyebar diwilayah pesisir maupun pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wiayahnya. Pada tahun 2013 Kabupaten Gorontalo Utara mendapatkan bantuan program Coastal Community Development Project International Fund For Agricultural Devlopment, (CCDP-IFAD), Pinjaman dari Bank Dunia di perbantukan untuk pengembangan pertanian. Untuk Gorontalo Utara desa-desa yang menjadi prioritas adalah Desa Langge, Desa Popalo Kecamatan Anggrek, Desa Katialada Kecamatan Kwandang, Desa Tihengo Kecamatan Ponelo Kepulauan, Desa Imana Kecamatan Atinggola, Desa Dunu Kecamatan Monano, Desa Buluwatu Kecamatan Sumalata Timur, Desa Hutokalo, dan Desa Kikia Kecamatan Sumalata.
Berdasarkan uraian di atas, maka disusun suatu laporan tentang identivikasi potensi desa-desa pesisir, dalam sebuah kesatuan, sehingga dapat dilakukan untuk pengembangan-pengembangan program yang akan dilaksanakan.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan identivikasi potensi desa-desa pesisir ini adalah:
1. Memberikan panduan dalam pelaksanaan kegiatan identifikasi dan potensi
sumberdaya desa-desa pesisir.
2. Membangun kesamaan persepsi dan tindakan bagi para pelaksana teknis,
perencanaan dalam mengidentifikasi potensi serta menyusun rekomendasi
pemanfaatan desa-desa pesisir.
3. Menyediakan acuan pengelolaan sumberdaya desa pesisir secara kualitatif
sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholder
untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
C. Sasaran
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten
Gorontalo Utara
Pendahulua
n
4
1. Terdokumentasinya data potensi sumberdaya desa-desa pesisir khususnys
desa yang menjadi sasaran proyek CCDP-IFAD di Kabupaten Gorontalo
Utara, Provinsi Gorontalo.
2. Tersusunnya rekomendasi pengelolaan sumberdaya desa-desa pesisir untuk
pengambil keputusan untuk mencapai pengelolaan yang optimal dan
berkelanjutan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan dokumen potensi desa pesisir ini menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui survei dan observasi lapangan, survei instasional, Focus Group Discussion (FGD), penelusuran data dan dokumen tentang gambaran umum wilayah administratif, kondisi sumberdaya alam (hayati, non-hayati, jasa lingkungan dan energi), kebencanaan, serta isu dan permasalahan yang disajikan dalam bentuk narasi.
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
BAB I. MUATAN DESA PESISIR 1.1. Letak Administratif
Desa Hutokalo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara pada posisi koordinat 00059’ 873 ‘’ N / 122026’ 587’’.
Gambar 41. Peta wilayah Desa Hutakalo Kabupaten Gorontalo Utara
Sumber : citra ©2013 Terametric, Data Peta © 2013 Google MapIT
1.2 Kependudukan
Masyarakat Desa Hutokalo sampai tahun 2013 dihuni oleh 713 jiwa yang tersebar dalam 176 KK. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
79
Gambar 42. Jumlah Penduduk Desa Hutokalo Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Kantor Desa Hutokalo, 2013
1.3 Perekonomian
Masyarakat Desa Hutokalo sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan. Di Desa Hutokalo, dapat dijumpai 70 orang nelayan yang seluruhnya menggunakan motor tempel. Selain perikanan tangkap, sektor kelautan dan perikanan juga dijumpai unit pengolahan ikan asin dan keramba jaring apung.
371 342 325 330 335 340 345 350 355 360 365 370 375
Laki Laki Perempuan
Ju
m
lah
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
BAB II. SUMBER DAYA ALAM 2.1. Terumbu Karang
Sepanjang pesisir pantai desa ini memiliki tipe pantai berpasir agak kecoklatan.
Dengan lebar paras pantai antara 2-5 meter (Gambar 40), desa ini juga memiliki
potensi ekosistem terumbu karang. Karang tumbuh secara merata pada tanjung
yang mengapit desa.
Gambar 43. Kondisi Pantai Desa Hutokalo
Dari hasil pengamatan dilapangan perkembangan terumbu karang di desa ini
mengalami pengaruh oseanografi yang lebih kuat. Komponen biotik karang yang
menutupi dasar perairan di sekitar perairan desa ini secara umum tergolong baik
dengan persentase tutupan karang sebesar 60 %. Pada kedalaman satu meter jenis
karang yang paling banyak ditemukan adalah jenis
Acropora
bercabang, karang
meja, dan yang menjari serta jenis karang otak dan karang lunak (
soft coral
). Di desa
ini umumnya rataan terumbu karang (
reef flate
) didominasi oleh karang keras (
hard
coral
) dengan dominansi oleh jenis
Leptoria
sp yang selanjutnya diikuti oleh jenis
Acropora
sp (Gambar 44).
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
BAB II. SUMBER DAYA ALAM 2.1. Terumbu Karang
Sepanjang pesisir pantai desa ini memiliki tipe pantai berpasir agak kecoklatan.
Dengan lebar paras pantai antara 2-5 meter (Gambar 40), desa ini juga memiliki
potensi ekosistem terumbu karang. Karang tumbuh secara merata pada tanjung
yang mengapit desa.
Gambar 43. Kondisi Pantai Desa Hutokalo
Dari hasil pengamatan dilapangan perkembangan terumbu karang di desa ini
mengalami pengaruh oseanografi yang lebih kuat. Komponen biotik karang yang
menutupi dasar perairan di sekitar perairan desa ini secara umum tergolong baik
dengan persentase tutupan karang sebesar 60 %. Pada kedalaman satu meter jenis
karang yang paling banyak ditemukan adalah jenis
Acropora
bercabang, karang
meja, dan yang menjari serta jenis karang otak dan karang lunak (
soft coral
). Di desa
ini umumnya rataan terumbu karang (
reef flate
) didominasi oleh karang keras (
hard
coral
) dengan dominansi oleh jenis
Leptoria
sp yang selanjutnya diikuti oleh jenis
Acropora
sp (Gambar 44).
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
BAB II. SUMBER DAYA ALAM 2.1. Terumbu Karang
Sepanjang pesisir pantai desa ini memiliki tipe pantai berpasir agak kecoklatan.
Dengan lebar paras pantai antara 2-5 meter (Gambar 40), desa ini juga memiliki
potensi ekosistem terumbu karang. Karang tumbuh secara merata pada tanjung
yang mengapit desa.
Gambar 43. Kondisi Pantai Desa Hutokalo
Dari hasil pengamatan dilapangan perkembangan terumbu karang di desa ini
mengalami pengaruh oseanografi yang lebih kuat. Komponen biotik karang yang
menutupi dasar perairan di sekitar perairan desa ini secara umum tergolong baik
dengan persentase tutupan karang sebesar 60 %. Pada kedalaman satu meter jenis
karang yang paling banyak ditemukan adalah jenis
Acropora
bercabang, karang
meja, dan yang menjari serta jenis karang otak dan karang lunak (
soft coral
). Di desa
ini umumnya rataan terumbu karang (
reef flate
) didominasi oleh karang keras (
hard
coral
) dengan dominansi oleh jenis
Leptoria
sp yang selanjutnya diikuti oleh jenis
Acropora
sp (Gambar 44).
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
81
Gambar 44. Beberapa Jenis Karang Desa Hutokalo
2.2.
Mangrove
Luasan mangrove di Desa Hutokalo ± 4 Ha, Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jenis mangrove yang di temukan ada 8 jenis yaituRhizophora mucrunata, Brugeira gymnorrhiza, Soneratia Marina, Brugeira parvivlora, Rizophora apiculata, Avicena alba, Aegicerascorniculatum, Pandanus tectorius.
Lobophyllia sp
Acropora sp
Leptoria sp
Acropora hyacinthus
Acropora loripes
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
Tabel 21. Jenis Mangrove di Desa Hutokalo
No Nama Gambar
1 Rhizophora mucronata
2 Brugeira gymnorrhiza
3 Soneratia marina
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
Tabel 21. Jenis Mangrove di Desa Hutokalo
No Nama Gambar
1 Rhizophora mucronata
2 Brugeira gymnorrhiza
3 Soneratia marina
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
Tabel 21. Jenis Mangrove di Desa Hutokalo
No Nama Gambar
1 Rhizophora mucronata
2 Brugeira gymnorrhiza
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara 83 4 Brugeira parvivlora 5 Rhizophora apiculata 6 Avicena alba 7 Aegicerascorniculatum
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
8 Pandanus Tectorius
Sumber : Data Primer 2013
Persentase jenis mangrove di Desa Hutokalo Rhizophora mucrunata 50%, Brugeira gymnorrhiza 12%, Soneratia Marina 8%, Brugeira parvivlora 5 %, Rizophora apiculata 20%, Avicena alba 12%, Aegicerascorniculatum 3%, Pandanus tectorius 2%.
2.3. Lamun
Jenis Lamun di desa Hutokalo terdiri atas Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides. Gambar jenis lamun dapat dilihat dibawah ini
Gambar 45. Jenis Lamun di Desa Hutokalo
Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
85
2.4.
Kualitas Perairan
Kualitas lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan gambaran atau potensi desa dalam hal ini lingkungan yang akan di bicarakan adalah lingkungan kualitas perairan (fisika dan kimia). Kualitas perairan akan menentukan persyaratan ideal untuk usaha-usaha perikanan yang akan dilaksanakan kedepan dalam hubungannya dengan budidaya laut (marina aquaculture), dan kegiatan yang akan dilaksanakan kedepanya. Data kualitas perairan Desa Hutokalo dapat di lihat pada Tabel berikut.
Tabel 22. Parameter Kualitas Perairan Desa Hutokalo
No Parameter Satuan Nilai
Rata-Rata Fisika 1 Kecerahan % 75.5-98 2 Suhu 0C 33.75-34.00 3 Kecepatan Arus m/s 0.32-0.41 4 TSS mg/l 68.85 Kimia 1 pH 8.-8.32 2 Oksigen Terlarut mg/l 6-7.5 3 Salinitas 0/ oo 33.2 - 33 Data Primer 2013 2.4.1. Kecerahan
Berdasarkan tabel 22 di atas kecerahan perairan di Desa Hutokalo dengan nilai 75 -98%, variasi di sebabkan terjadinya kegiatan yang ada di sekitar desa ini yaitu aktifitas masyarakat dan pertanian.
2.4.2. Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran suhu dilapangan adalah 33.75-34.00 0C.
Perbedaan
tersebut diduga karena, adanya selisih waktu ngatakan bahwa, suhu perairan
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
berhubungan dengan kemampuan pemanasan oleh sinar matahari, waktu dalam
hari dan lokasi.
2.4.3. Kecepatan Arus
Kecepatan arus di daerah penelitian dimana di desa Hutokalo 0.32-0.41 m/s. Mariska (2007) yang mengelompokkan perairan berarus sangat cepat (>1m/dtk), cepat (0,5– 1m/dtk), sedang (0,25–0,5m/dtk), lambat (0,1–0,2 m/dtk) dan sangat lambat (<0,1m/dtk).
Perbedaan kecepatan arus diduga disebabkan oleh letak lokasi. Adanya Pulau
Hutokalo, yang menghalang merupakan salah satu penyebab arus menjadi lemah,
akibat terjadi pembelokan arus pada lokasi tersebut. Pada saat yang lain adanya
turbulensi dan perairan yang cukup terbuka, merupakan pendugaan lain terjadi
perbedaan kuat arus. Wibisono (2005) mengatakan bahwa setiap proses aktivitas
pasang maupun surut menimbulkan arus. Untuk arus permanen secara faktual tidak
dapat diketahui. Hal ini disebabkan penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu
yang pendek dan hanya sekali saja. Sehingga disimpulkan bahwa arus yang terjadi
merupakan arus lokal akibat pasang-surut.
2.4.4. Total Suspended Solid (TSS)
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan nilai TSS di Desa Hutokalo yaitu 68.85 mg/l. TSS.
material dasar perairan dan pergerakan massa air termasuk aktifitas pasut.
Pengadukan oleh masa air terhadap substrat dimungkinkan terjadi pada suatu
perairan. Hasil dari pengadukan akan berpengaruh terhadap kolom air, jika
komposisi substrat dasar mudah menyebar dan melayang.
Muatan padatan
tersuspensi hasil pengukuran di perairan zona pemanfaatan umum Desa Hutokalo
menunjukan nilai yang rendah.
Desa Hutokalo
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di KabupatenGorontalo Utara
87
2.4.5. pH
Berdasarkan hasil pengamatan pH di Desa Hutokalo 8.-8.32. Perbedaan nilai pH perairan tergantung pada kondisi perairan apakah sudah terjadi pencemaran yang ada disekitarnya sehingga mempengaruhi kondisi perairan.
2.4.6. Oksigen Terlarut.
Kandungan oksigen terlarut di perairan di desa Hutokalo adalah 6-7.5 mg/l,
Bervariasinnya kandungan oksigen terlarut diduga karena adanya pergerakan dan
percampuran massa air serta siklus harian variabel ini.
2.4.7. Salinitas
Kisaran salinitas pada daerah penelitian Desa Hutokalo adalah 33.2 – 33 ppm. Kisaran variasi salinitas disebabkan adanya limpasan dari pulau yang berada di depannya sehingga mengakibatkan adanya perbedaan.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
ISU-ISU UTAMA 1. Masalah Ekologi
Isu utama yang berhubungan dengan ekologi diwilayah pesisir adalah: a. Terumbu Karang
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang dilakukan setiap desa-desa bahwa terjadinya pemboman, pembiuasan-pembiusan sehinggga ekosistem terumbu karang mengalami kematian.
Gambar 51. Terumbu Karang Akibat Pemboman/Pembiusan b. Mangrove
Kerusakan ekologi mangrove diwilayah pesiisr diakibatkan oleh pengambilan mangrove sebagai kayu bakar, pembuatan patok jarring tancap, bahan bangunan, dan pembungan sampah secara langsung diwilayah-wilayah tersebut, sehingga mengakibatkan hilangnya ekosisitem-ekosistem ini.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
ISU-ISU UTAMA 1. Masalah Ekologi
Isu utama yang berhubungan dengan ekologi diwilayah pesisir adalah: a. Terumbu Karang
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang dilakukan setiap desa-desa bahwa terjadinya pemboman, pembiuasan-pembiusan sehinggga ekosistem terumbu karang mengalami kematian.
Gambar 51. Terumbu Karang Akibat Pemboman/Pembiusan b. Mangrove
Kerusakan ekologi mangrove diwilayah pesiisr diakibatkan oleh pengambilan mangrove sebagai kayu bakar, pembuatan patok jarring tancap, bahan bangunan, dan pembungan sampah secara langsung diwilayah-wilayah tersebut, sehingga mengakibatkan hilangnya ekosisitem-ekosistem ini.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
ISU-ISU UTAMA 1. Masalah Ekologi
Isu utama yang berhubungan dengan ekologi diwilayah pesisir adalah: a. Terumbu Karang
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang dilakukan setiap desa-desa bahwa terjadinya pemboman, pembiuasan-pembiusan sehinggga ekosistem terumbu karang mengalami kematian.
Gambar 51. Terumbu Karang Akibat Pemboman/Pembiusan b. Mangrove
Kerusakan ekologi mangrove diwilayah pesiisr diakibatkan oleh pengambilan mangrove sebagai kayu bakar, pembuatan patok jarring tancap, bahan bangunan, dan pembungan sampah secara langsung diwilayah-wilayah tersebut, sehingga mengakibatkan hilangnya ekosisitem-ekosistem ini.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
98
Gambar 52. Kerusakan Mangrove 2. Masalah Topografi
Hampir semua wilayah pesisir di gorontalo utara memiliki topografi yang tidak rata atau bergelombang, dan akibatnya pengelolaan yang didarat yang menghilangkan daerah penyangga menjadi lahan pertanian sehingga tingkat abrasi yang menuju kewilayah tersebut berupa sedimentasi yang bersumber dari atas akan turun di wilayah pesisir akibatnya mengganggu aktivitas yang ada di pesisir.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
98
Gambar 52. Kerusakan Mangrove 2. Masalah Topografi
Hampir semua wilayah pesisir di gorontalo utara memiliki topografi yang tidak rata atau bergelombang, dan akibatnya pengelolaan yang didarat yang menghilangkan daerah penyangga menjadi lahan pertanian sehingga tingkat abrasi yang menuju kewilayah tersebut berupa sedimentasi yang bersumber dari atas akan turun di wilayah pesisir akibatnya mengganggu aktivitas yang ada di pesisir.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
98
Gambar 52. Kerusakan Mangrove 2. Masalah Topografi
Hampir semua wilayah pesisir di gorontalo utara memiliki topografi yang tidak rata atau bergelombang, dan akibatnya pengelolaan yang didarat yang menghilangkan daerah penyangga menjadi lahan pertanian sehingga tingkat abrasi yang menuju kewilayah tersebut berupa sedimentasi yang bersumber dari atas akan turun di wilayah pesisir akibatnya mengganggu aktivitas yang ada di pesisir.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Gambar 53. Sedimentasi Wilayah Pesisir 3. Penurunan Kualitas Air
Ada beberapa desa yang menjadi jalur perdagangan, transportasi, pengolahan dan pelabuhan dimana akan menurunan kualitas air hal ini mengakibatkan limbah-limbah dari kegiatan tersebut akan langsung dibuang kelaut, sehingga dapat mengganggu ekosistem yang ada di bawahnya yaitu lamun dan terumbu karang.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Gambar 53. Sedimentasi Wilayah Pesisir 3. Penurunan Kualitas Air
Ada beberapa desa yang menjadi jalur perdagangan, transportasi, pengolahan dan pelabuhan dimana akan menurunan kualitas air hal ini mengakibatkan limbah-limbah dari kegiatan tersebut akan langsung dibuang kelaut, sehingga dapat mengganggu ekosistem yang ada di bawahnya yaitu lamun dan terumbu karang.
Isu Utama
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Gambar 53. Sedimentasi Wilayah Pesisir 3. Penurunan Kualitas Air
Ada beberapa desa yang menjadi jalur perdagangan, transportasi, pengolahan dan pelabuhan dimana akan menurunan kualitas air hal ini mengakibatkan limbah-limbah dari kegiatan tersebut akan langsung dibuang kelaut, sehingga dapat mengganggu ekosistem yang ada di bawahnya yaitu lamun dan terumbu karang.
Rekomendasi
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
100
REKOMENDASI
Berdasarkna hasil penelitian dan analisis yang dilakukan tentang potensi-potensi daerah wilayah pesiiar maka disusun rekomendasi yang dapat disampaikan adalah
1. Desa Katialada direkomendasikan sebagai kawasan industry pengolahan ikan dan budidaya
2. Popalo sebagai kawasan budidaya
3. Langge sebagai konservasi mangrove dan kawasan budidaya 4. Dunu sebagai kawasan penangkapan, wisata dan budidaya 5. Buluwatu sebagai kawasan penangkapan
6. Kikia sebagai kawasan konservasi terumbu karang, penangkapan dan budidaya 7. Hutokalo sebagai kawasan budidaya dan penangkapan ikan
8. Imana sebagai kawasan penangkapan dan budidaya