Pada analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada perencanaan
pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian
perencanaan teknis sektoral. Sehingga pada dokumen RIIPJM bidang Cipta
Karya ini juga membutuhkan kajian pendukung dalam hal analisis sosial, ekonomi
dan lingkungan dalam meminimalkan pengaruh negatif pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Kajian aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
yang meliputi acuan peraturan perundang-undangan serta kondisi eksisting
sosial, ekonomi dan lingkungan, analisis dengan instrumen, dan rekomendasi
perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
4.1 Aspek Sosial
Strategi dalam aspek sosial bertujuan meletakkan landasan kelembagaan
bagi berfungsinya penyelenggaraan pelayanan air bersih seoptimal mungkin.
Strategi dinyatakan dalam dua hal yakni peningkatan tingkat pelayanan air bersih
dan pengembangan kelembagaan sektor bersih. Sebagian besar penduduk, atau
sekitar 50 persen masih mengandalkan air bersih dari sumur. Dengan strategi ini
diharapkan semakin banyak penduduk mengakses air yang memenuhi syarat
kesehatan dan memperoleh social benefit lain dari konsumsi air bersih. Strategi peningkatan tingkat pelayanan penduduk mempunyai dua sasaran, yaitu sebagai
berikut :
1) Pelayanan hingga 80 persen penduduk wilayah kota dan 60 persen
penduduk perdesaan. Hampir seluruh wilayah kota dan pedesaan di
Kabupaten Aceh Selatan belum mencapai sasaran tersebut seperti yang
Pedoman Kinerja PDAM. Langkah operasional untuk mencapai sasaran
dapat mencakup program-program pembangunan terintegrasi, misalnya
pembangunan perkotaan atau pengentasan kemiskinan maupun
pembangunan sektoral, misalnya pengembangan wilayah pemukiman dan
wilayah industri.
2) Kedua, sasaran pemanfaatan air bersih untuk kepentingan sosial secara
selektif. Sesuai dengan SKB Mendagri dan Menteri PU No 4 tahun 1984,
PDAM sebagai pelaku ekonomi sektor air bersih bersifat memberi jasa dan
menyelenggarakan kemanfaatan umum. Hal ini berimplikasi bahwa PDAM
harus mampu merumuskan kepentingan-kepentingan sosial secara obyektif,
disesuaikan dengan keadaan internalnya, dan memilih wilayah operasi yang
seharusnya. Langkah operasional sasaran kedua ini telah dikerjakan melalui
alokasi air bersih kepada terminal sambungan hidran umum. Langkah
operasional lain sekalipun kurang berkorelasi langsung dengan strategi
peningkatan pelayanan penduduk adalah suplai air bersih kepada
wilayah-wilayah krisis air atau bencana lainnya.
Adapun Strategi dalam aspek sosial adalah pengembangan kelembagaan
sektor air bersih. Strategi ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kelembagaan
sektor air bersih, terkait dengan PDAM maupun eksternal dengan pihak lain,
belum berjalan optimal menyelenggarakan pelayanan air bersih. Hal tersebut
secara tidak langsung menempatkan sektor air bersih berjalan sendiri (status quo) dalam pembangunan sektor air bersih. Implikasinya, upaya-upaya menemukan
struktur kelembagaan baru yang diyakini lebih efektif dan efisien tidak dapat
direalisasi, dan senantiasa dapat melahirkan kebocoran (externality) yang merugikan salah satu pihak. Dengan strategi ini semua pihak (stakeholder) diharapkan dapat melihat secara obyektif faktor atau variabel yang
mempengaruhi tingkat akses air bersih dan menemukan rumusan lembaga
Strategi pengembangan kelembagaan sektor air bersih mempunyai tiga sasaran,
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor air bersih.
PDAM sebagai produsen dan pelanggan sebagai konsumen belum cukup
untuk menggali potensi keuntungan-keuntungan dalam pembangunan
sektor air bersih. Partisipasi masyarakat harusnya menyentuh sisi ilmiah dan
akademis sehingga dapat mengidentifikasi karakteristik air bersih dari segala
sudut pandang, dan melibatkan sektor-sektor yang profesional dibidangnya.
Langkah operasional sasaran pertama ini diprioritaskan kepada
pembentukan jaringan komunikasi antar stakeholder yang terlibat dalam
pembangunan sektor air bersih, terutama dari unsur pemerintah, sektor
swasta, masyarakat konsumen, lembaga swadaya masyarakat dan para
peneliti. Jaringan tidak cukup hanya menfasilitasi pemecahan masalah,
tetapi juga menjalankan komunikasi berkadar ilmiah tinggi yang kaya insentif
bagi penemuan teknologi baru. Jaringan di tingkat internasional yang
menangani sumberdaya air dan termasuk sektor air bersih adalah Global
Water Parnership. Langkah berikutnya dapat melakukan berbagai kajian
sehubungan perilaku konsumsi air bersih dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berbagai kaijian (World Bank, 1993; Jordan and
Elnagheeb; 1993) memperlihatkan masyarakat dapat menampilkan
tanggapan dan partisipasinya (willingness to pay) terhadap kemungkinan-kemungkinan perbaikan pelayanan maupun kualitas air PDAM.
3) Peningkatan kelembagaan ekonomi sektor air bersih yang efisien dan
berkelanjutan. Seperti diketahui, keberadaan PDAM sebagai lembaga
ekonomi pelaku air bersih sepenuhnya terkait dengan pemerintah kota atau
kabupaten. Keadaan seperti ini dalam banyak hal berlawanan dengan
economic of scale maupun efisiensi alokasi sumber-sumber air baku
sehingga potensi benefit tidak terealisasi akibat dari struktur kelembagaan
hubungan kelembagaan antar PDAM, dengan pemerintah dan sektor swasta
yang menjamin efisiensi alokasi air baku dan operasi pelayanan pelanggan.
Sasaran mengembangkan kelembagaan ekonomi yang sustainable dapat
diimplementasikan dengan memasukkan peubah-peubah lingkungan di dalam
standar evaluasi kinerja PDAM, misalnya menerapkan ISO 14000. Dengan
demikian, seluruh proses produksi, distribusi air bersih dan lingkungan
sekitarnya terlindungi oleh standar kualitas yang tinggi. Mengembangkan
kelembagaan hukum sektor air bersih. Perangkat hukum sektor air bersih
tidak harus eksklusif tetapi dapat melekat dengan aturan hukum lingkungan,
pidana atau perdata. Dengan memberikan insentif berupa penghargaan perlu
diberikan kepada stakeholder yang berjasa mengembangkan atau
mendukung pembangunan sektor air bersih, dan sebaliknya sangsi diberikan
kepada yang melanggar atau kontra-produktif dengan upaya-upaya
peningkatan pelayanan air bersih.
Gambar 4.1 Produksi Air PDAM
4.2 Aspek Ekonomi
Adapun strategi dalam aspek ekonomi bertujuan membentuk lembaga
ekonomi sektor air bersih yang sehat dan meningkatkan peran dan dampak
sektor air bersih terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah. Strategi yang
dilakukan adalah :
1) Meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan serta operasional pada sektor air
2) Pengembangan distribusi pada jaringan air bersih dan dampak sektor air
bersih dalam ekonomi wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Strategi pertama
dilatar belakangi oleh keadaan bahwa pengelolaan kinerja dan keuangan
SPAM di Kabupaten Aceh Selatan harus dibenahi dan ditingkatkan ke PDAM
baik BLUD ataupun UPTD. Dalam posisi ini PDAM umumnya sulit untuk
berinvestasi dan mengembangkan kegiatannya. Dengan strategi ini
diharapkan PDAM sebagai lembaga ekonomi dapat menghasilkan surplus
usaha, dan menempatkannya sebagai sektor usaha yang dapat menarik
investasi, sehingga dapat mempercepat pencapaian tingkat pelayanan
maksimal.
4.3 Aspek Lingkungan
Adapun strategi dalam aspek lingkungan bertujuan mendukung
terselenggaranya alokasi air baku dan pelayanan air bersih yang optimal dan
memenuhi kaidah-kaidah konservasi dan daya dukung lingkungan. Strategi
peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih memiliki dua sasaran, yaitu :
1) Pengembangan sumber-sumber air baku baru yang tepat sasaran. Secara
umum kapasitas produksi air bersih berdasarkan sumber-sumber air baku
yang ada tidak akan cukup memenuhi permintaan air bersih pada masa
mendatang. Oleh karena itu langkah operasional terencana dan terpadu
dalam jangka panjang khususnya di sekitar Kabupaten Aceh Selatan tidak
dapat dikerjakan oleh sektor air bersih sendiri. Beruntung, sistem
penyediaan dan upaya peningkatan air baku di wilayah tersebut telah
terintegrasi di dalam perencanaan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS). Sistem pengelolaan DAS telah mampu memanfaatkan air baku.
2) Meningkatkan pemeliharaan kualitas air baku. PDAM yang menggunakan
air baku dari sumur dalam atau mata air relatif tidak bermasalah dalam
memelihara kualitas air. Sedangkan PDAM yang menggunakan bahan
baku air permukaan, oleh karena keadaannya relatif terbuka terhadap
gangguan sifat-sifat kimia, fisika dan biologi air, memerlukan proses
(proses oksidasi), flokulasi, sedimentasi akhir, dan penyaringan-untuk
memperbaiki kualitas air. Langkah operasional yang perlu segera
diberlakukan adalah menerapkan sistem monitoring dini kualitas air. Di sisi
lain, perbaikan teknologi pengolahan perlu diupayakan terus menerus
selain alasan efisiensi.
Pada strategi kedua dalam aspek lingkungan adalah peningkatan daya
dukung lingkungan sumberdaya air. Strategi ini sekalipun tidak di bawah
wewenang sektor air bersih namun menjadi relevan dikemukakan karena alasan
keterkaitan ekologis dan dampak-dampaknya. Sumberdaya air adalah bagian dari
sumberdaya alam dan lingkungan yang harus dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya agar dapat mengalirkan manfaat sebagai air baku secara optimal dan
berkelanjutan. Sejauh ini yang terkait dalam arti luas dengan pengelolaan air
baku meliputi sektor-sektor kehutanan, pertambangan atau geologi, pekerjaan
umum dan pemerintah daerah. Sektor kehutanan berwenang dalam perlindungan
wilayah hutan serta sumberdaya tanah dan air di dalamnya. Dengan melihat
keadaan obyektif tersebut, strategi peningkatan daya dukung lingkungan
sumberdaya air diharapkan dapat terkoordinasi sekaligus terfokus untuk
menghasilkan keluaran air baku bagi kepentingan air bersih tanpa dikendalai
penurunan daya dukung lingkungan.
Strategi peningkatan daya dukung lingkungan memiliki dua sasaran, adalah
sebagai berikut:
1) Melakukan perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan
sumberdaya air. Langkah operasional terpenting adalah menganalisis
potensi dan panenan aktual air baku pada masing-masing wilayah. PDAM
dapat menggunakan hasil-hasil analisis yang terkait dengan neraca air dari
berbagai sumber atau berinisiatif untuk hal tersebut. Upaya selanjutnya
adalah mengkoordinasikan seluruh stakeholder dalam wadah seperti diuraikan dalam strategi aspek sosial, untuk merumuskan plihan-pilihan
2) Langkah lainnya adalah pendekatan material balance dengan menerapkan instrumen baku mutu lingkungan sumberdaya air.
3) Upaya mengendalikan alokasi air baku. Alokasi air baku yang tidak terukur
dilakukan oleh rumah tangga dan jasa atau industri dalam bentuk air sumur,
mata air, sumur dalam, atau air permukaan. Hal tersebut tidak dapat
ditoleransi lagi pada wilayah-wilayah dengan daya dukung yang terbatas,
misalnya Surabaya, karena mengakibatkan interusi air laut dan
kemungkinan penurunan muka tanah. Langkah operasional untuk sasaran
ini adalah melakukan pembinaan dan penyuluhan lingkungan kepada
masyarakat.
Sedangkan langkah berikutnya adalah menerapkan mekanisme hukum
dengan insentif penghargaan atau sangsi bagi penyelamat atau pelanggar
kaidah-kaidah lingkungan. Strategi pengembangan sektor air bersih di Kabupaten
Aceh Selatan memerlukan integrasi dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Strategi tersebut diharapkan akan menghasilkan dampak positif dalam
masing-masing aspek secara proporsional, berkelanjutan, dan membawa peningkatan
kesejahteraan (social benefit).
4.4 Pentingnya AMDAL, UKL-UPL, DAN SPPLH
Dalam penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail
tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan
memberikan dampak penting dan besar terhadap lingkungan, mengikuti
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan dan diikuti oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penetapan
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang
Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
menjadi proyek wajib AMDAL, proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPK,
dan proyek tidak wajib UKL-UPL tapi wajib SPPLH.
4.5 Landasan Dasar Pengelolaan Lingkungan
Dalam amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan terkait
penyusunan RPIIJM bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Selatan
diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”.
3. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;peningkatan
kapasitasadaptasi dan mitigasi perubahan iklim”.
4. Permen LH Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan.
5. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Adapun tugas dan wewenang pemerintah kabupaten dalam aspek
lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.6 Penilaian Dampak Lingkungan Dari Sub Proyek
4.6.1 Analisis Dampak Lingkungan Dan UKL/UPL
Adapun prinsip dasar pada AMDAL secara garis besar digambarkan
sebagai berikut. Semua proyek yang diajukan dan atau akan diusulkan harus
sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
A. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk:
(i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung
kategori dampak proyek dimaksud.
B. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan
terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan
keuangan setiap usulan proyek.
C. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak
negatif pada lingkungan. Alternatif design, termasuk alternatif tanpa-proyek,
harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya,
proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat
dimaksimalkan.
D. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan
dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek
kontruksi, harus disertai dengan AMDAL.
E. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak
termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek
dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.
4.7 Program Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan Dan
Pertamanan Pada Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Selatan
4.7.1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Program Pengembangan Kinerja Pengelolahan Persampahan ditujukan
untuk meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan yang efektif dan efisien
melalui penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM, dan penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang layak. Sasaran kinerja
program ini adalah:
a. Meningkatnya kinerja pengelolaan persampahan;
b. Bertambahnya cakupan pelayanan persampahan, terutama pada kawasan
permukiman, pertokoan, pasar, perkantoran, dan lainnya;
c. Adanya teknologi pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan;
4.7.2 Program Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan
Hidup
Program ini bertujuan meningkatkan pengendalian kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup yang rusak akibat semakin banyaknya
pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Sasaran yang ingin dicapai
dalam progarm ini adalah meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang diikuti
dengan terciptanya lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
4.7.3 Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan
pelestarian SDA yang efektif, efisien, dan berkelanjutan agar bermanfaat
bagi peningkatan kemakmuran rakyat. Sasaran kinerja program ini adalah
lestari nya SDA yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat
secara efektif dan efisien serta berkelanjutan.
4.7.4 Peningkatan Pengendalian Polusi
Program ini bertujuan untuk munurunkan Kadar Polusi dan
Pencemaran terhadap Lingkungan Hidup dan menurunkan angka Penyakit
yang disebabkan oleh Lingkungan yang tercemar. Sasaran dari program ini
adalah pengukuran tingkat Emisi Kenderaan Bermotor, Industri dan Kadar
Limbah padat dan Cair yang dibuang dilingkungan.
4.7.5 Pengelolaan Dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Dan Laut
Program ini Bertujuan untuk mengelola dan merehabilitasi wilayah
Pesisir Laut dengan cara penghijauan kembali wilayah Pesisir. Sasaran
Kinerjanya adalah melindungi wilayah pesisir yang belum rusak dan
menanam kembali wilayah yang telah rusak.
4.7.6 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Program ini Bertujuan untuk mengelola Ruang Terbuka Hijau sehingga
Wisata Lainnya, Sasaran Kinerja ini adalah menciptakan kota yang asri, indah
dan nyaman.
4.7.7 Telaahan Renstra Kementrian Lingkungan Hidup Dan Ranstra Kantor
Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan Dan Pertamanan
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional
Tahun 2010-2015 berbagai kegiatan Kementrian Lingkungan Hidup mengarah
pada 4 (empat) program prioritas yaitu :
a. Pengendalian pencemaran dan pengrusakan lingkungan.
b. Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.
c. Pengembangan kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
d. Peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
4.7.8 Program Pengendalian Pencemaran Dan Pengrusakan Lingkungan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
dalam upaya pencegahan perusakan atau pencemaran lingkungan hidup baik di
darat, perairan air tawar dan laut, maupun udara sehingga masyarakat
memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Hasil-hasil kegiatan pokok yang telah dicapai dalam program ini
antara lain :
a. Terpantaunya kualitas udara dan air.
b. Meningkatnya pengawasan penataan baku mutu air limbah, emisi atau gas
buangan dan pengolahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
c. Diterapkannya regulasi dibidang pencemaran udara dari emisi gas buang
kendaraan bermotor antara lain tentang (1) ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor tipe baru (2) ambang batas kebisingnan kendaraan
baru; (3) ambang batas emisi gas buang kenderaan lama; (4) program
d. Pengelolaan sampah terpadu dengan meningkatkan peran pemerintah
daerah dan masyarakat serta sektor informal dalam upaya pemisahan
sampah dan 3R (Reduse, Reuse, Recycle)
e. Menurunkan beban pencemaran yang bersumber dari kegiatan usaha kecil
f. Tersusunnya kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan pesisir dan
laut
g. Penghentian penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) di kegiatan aerosol,
foam, refrigerasi, solvent dan fumigasi hama
h. Dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim global antara lain telah
dihasilkan : Rencana aksi nasional dalam menghadapi perubahan iklim,
kajian kerentanan dan adaptasi pulau Lombok, Panduan kajian kerentanan
dan adaptasi perubahan iklim untuk pemerintah daerah, konsep
pembangunan kampung iklim, dokumen second National comunication
(SNC).
i. Tersusunnya 10 peraturan dibidang Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL).
j. Peningakatan fasilitas laboratorium lingkungan di daerah terutama melalui
pendanaan Alokasi Khusus (DAK).
4.7.9 Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program ini bertujuan untuk melindungi sumberdaya alam dari
kerusakan dan mengelola kawasan konservasi yang sudah ada untuk menjamin
kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat
terjaga dengan baik.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam program ini antara lain :
a. Tersusunnya rencana aksi nasional penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan serta pencemaran asap lintas batas
b. Meningkatnya konservasi dan pengendalian kerusakan sungai, danau dan
c. Fasilitasi terhadap pemerintah daerah guna menyusun rencana aksi
pengelolaan ekosistem karst.
d. Meningkatnya pengelolaan keanekaragaraman hayati
e. Meningkatnya pengawasan kinerja pemerintah kabupaten dibidang
pengendalian kerusakan lingkungan melalui prgram Menuju Indonesia
Hijau (MIH).
f. Dikembangkannya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan
tersusunnya Pedoman Daya Dukung Lingkungan untuk penataan Ruang
Wilayah dan Pedoman Daya Dukung LH untuk kawasan.
4.7.10 Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan
sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup melaui tata kelola ke pemrintahan
yang baik (good evironmental governance) berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam program ini antara lain :
a. Dalam rangka pengembangan kelembagaan pengelolaan Lingkungan
hidup antara lain telah dihasilkan revitalisasi kelembagaan lingkungan
hidup di daerah, Indikator Kinerja Kunci (IKK), Standar Pelayanan Miniman
(SPM) bidang lingkungan hidup daerah Provinsi dan daerah
Kabupaten/Kota, norma, standard, prosedure dan kriteria (NSPK) bidang
lingkungan hidup.
b. Meningkatnya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT).
c. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat.
d. Program Adiwijaya (Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan)
e. Dihasilkan 3 Undang-undang yaitu (1) undang-undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang pengelolaan sampah; (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun
Pollutants (Konfrensi Stockhorm tentang bahan pencemaran bahan organik yang persisten).
4.7.11 Program Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam Dan Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan akses informasi
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung perencanaan
pemanfaatan sumberdaya alam dan perlindungan fungsi lingkungan hidup.
Hasil-hasil yang telah dicapai pada program ini antara lain :
a. Tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI).
b. Tersedianya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
c. Tersedianya basis data lingkungan hidup dan analisis data untuk
pencemaran air, peraturan perundang-undangan hutan dan lahan, wilyah
administrasi serta basis data sumber emisi CO2.
d. Tersusunnya analisis kualitas lingkungan dan analisis data spesial
lingkungan hidup.
e. Dikembangkannya situs website KLH.
4.7.12 Program Pengelolaan Dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Dan Laut.
Program ini Bertujuan untuk mengelola dan merehabilitasi wilayah
Pesisir Laut dengan cara penghijauan kembali wilayah Pesisir. Sasaran
Kinerjanya adalah melindungi wilayah pesisir yang belum rusak dan menanam
kembali wilayah yang telah rusak.
Hasil-hasil yang telah dicapai pada program ini antara lain :
1. Hijaunya wilayah Pesisir Pantai
2. Terhambatnya Abrasi Pantai Oleh Gelombang Lautan
3. Tersedianya Wilayah Rekreasi Pantai yang Teduh
4.7.13 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Program ini Bertujuan untuk mengelola Ruang Terbuka Hijau sehingga
Lainnya, Sasaran Kinerja ini adalah menciptakan kota yang asri, indah dan
nyaman.
Hasil-hasil yang telah dicapai pada program ini antara lain :
a. Terlaksananya Program Menuju Indonesia Hijau
b. Tersedianya Taman Gammawar dan P2WKSS
c. Tersedianya Taman Rekreasi Keluarga
d. Tersedianya Median Jalan yang indah dan teduh
e. Terciptanya lingkungan yang indah dan asri
4.7.14 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Prioritas Nasional RPJMN Tahun 2010-2014 terkait bidang lingkungan
Hidup dititikberatkan pada Prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.
Tema prioritas lingkungan dan pengelolaan bencana diarahkan pada konservasi
dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan yang berkelanjutan disertai penguasaan dan pengelolaan resiko
bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim. Diterapkannya berbagai
instrumen pengelolaan lingkungan hidup termasuk tata ruang dan kajian dampak
lingkungan. Berkaitan dengan instrumen AMDAL telah dilakukan pemantauan
RKL-UPL, melakukan audit lingkungan dan melakukan wajib dokumen
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
4.7.15 Penentuan Isu-Isu Strartegis Kabupaten Aceh Selatan
Isuisu Strategis di Tingkat Kabupaten Aceh Selatan Berdasarkan atas isu
-isu Nasional dan daerah Provinsi Aceh. Berdasarkan atas -isu--isu Nasional dan
Provinsi Aceh, dan sesuai dengan kondisi wilayah serta kemampuan pendanaan
pembangunan di Kabupaten Aceh Selatan serta menyesuaikan dengan Visi dan
Misi Bupati/Wakil Bupati Aceh Selatan. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan 5 (lima) tahun yang akan datang
(2013-2018), maka isu strategis pembangunan di Kabupaten Aceh Selatan meliputi :
b. Reformasi birokrasi dan pelayanan publik.
c. Penguatan dan pemantapan ekonomi kerakyatan
d. Percepatan pembangunan Kecamatan tertinggal.
e. Peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
f. Peningkatan peran perempuan dalam pembangunan.
g. Peningkatan peran generasi muda sebagai kekuatan pembangunan
gampong.
h. Peningkatan prestasi olah raga.
i. Perbaikan jangkauan pelayanan kesehatan terutama puskesmas.
j. Revitalisasi kebudayaan dengan menggali dan berupaya melestarikan adat
istiadat dan budaya Aceh.
k. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan.
l. Fasilitasi dan peningkatan serta perluasan infrastruktur yang terintegrasi.
m. Panataan kota Tapaktuan
n. Pembuatan profil lengkap Kabupaten Aceh Selatan.
o. Menjaga stabilitas politik dengan pemeliharaan dan keberlanjutan perdamaian
yang optimal.
p. Pengurangan resiko bencana dan pembangunan shelter bencana.
Berdasarkan dari analisis isu-isu trategis Bupati/Wakil Bupati
Kabupaten Aceh Selatan tersebut maka Kantor Pengendalian Dampak
Lingkungan Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Selatan akan
mendukung sepenuhnya berupa pengendalian pencemaran lingkungan,
pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau.
4.8 Strategi Pengelolaan Air Minum Daerah
Startegi yang dilakukan pada pembangunan sektor air bersih berhadapan
dengan aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi,
sektor air bersih dituntut menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam
rangka memandu alokasi sumberdaya air dan mendorong terselenggaranya
air bersih berhadapan dengan nilai-nilai sosial yang harus diaspirasikan di dalam
pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor publik yang paling mendasar.
Pada dasarnya adanya kesadaran yang sama yakni sasaran menyediakan
sarana dan air bersih bagi sebanyak-banyaknya penduduk. Sedangkan dalam
aspek lingkungan, sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang bernuansa
sosial dan mempengaruhi alokasi sumberdaya air. Bersinergi antara aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial dapat menentukan perilaku pengelolaan
sumberdaya air dan permintaan air bersih. Secara keseluruhan, kebijaksanaan
sektor air bersih sejalan dengan pencapaian manfaat setinggi-tingginya dari
pembangunan dan konservasi sumberdaya air antara lain :
1) meningkatkan pendapatan regional atau nasional.
2) meredistribusikan pendapatan di antara wilayah.
3) meredistribusikan pendapatan di antara berbagai kelompok masyarakat.
4) memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat, dan
5) memperbaiki kualitas lingkungan.
Pendekatan kebijakan penyediaan air dapat dipisahkan menjadi dua, yakni
sosial (worst first) dan ekonomi (growth point). Pendekatan sosial atau non ekonomi memfokuskan penyediaan air pada wilayah yang secara alami
kekurangan air akibat pengaruh atau gangguan iklim. Penyediaan air ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan ternak didasari alasan kemanusiaan
dan kesehatan masyarakat (humanitarian schemes). Di perdesaan, pendekatan ini sangat baik dan prioritas penyediaannya dianggap lebih penting dibanding
kualitas airnya.
Pendekatan ekonomi difokuskan kepada wilayah yang potensinya tinggi
untuk dikembangkan secara ekonomi. Penyediaan air ditujukan untuk memancing
aktifitas ekonomi ke arah pencapaian kualitas hidup yang tinggi dengan
menerapkan fasilitas dan teknologi modern (economic schemes). Pendekatan ini menuntut investasi yang intensif untuk menghasilkan kualitas air yang memenuhi
4.8.1 Kondisi Sektor Air Bersih Di Kabupaten Aceh Selatan
Pembangunan sektor air bersih di Kabupaten Aceh Selatan berjalan
secara dinamis. Transformasi struktur ekonomi telah berkembang maju,
berimplikasi bukan saja kepada tingginya permintaan air bersih oleh sektor
industri, jasa dan pemukiman, tetapi juga memberi dampak penurunan kualitas air
baku akibat buangan sampah dan limbah dari industri dan pemukiman.
Dimana keadaan rendahnya keragaan dan kinerja sektor air bersih dan PDAM
tidak terlepas dari keadaan kelembagaan dan kelemahan sistem insentif di
dalamnya. Payung kelembagaan PDAM bersumber dari Surat Keputusan
Bersama (SKB) Mendagri dan Menteri PU No 4 tahun 1984 atau 27/KPTS/1984
tentang pembinaan PDAM. Hal tersebut berimplikasi bahwa Depdagri melalui
Pemda berhak menetapkan direksi dan mempengaruhi manajemen.
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan juga berkepentingan menetapkan
harga air (regulated price) dalam rangka melindungi kepentingan konsumen. Kebijakan harga tersebut terbukti tidak memuat insentif bagi pengambilan
keputusan berproduksi oleh PDAM atau konsumsi air bersih oleh seluruh rumah
tangga.
Berdasar pada Rencana Pengembangan Wilayah Perkotaan Kabupaten
Aceh Selatan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maka Rencana
pelayanan SPAM Perpipaan Kabupaten Aceh Selatan kedepan adalah sebagai
berikut:
A. Sistem Sumber Air Minum Sesuai Arahan RTRW
Rencana sistem jaringan air minum di Kabupaten Aceh selatan meliputi :
Instalasi Pengolahan Air Untuk Wilayah Pelayanan Kota Kecamatan Tapaktuan
(Ibukota Kabupaten Aceh Selatan);
Instalasi pengolahan air di Gampong Batu Itam Kecamatan Tapaktuan bersumber dari Sungai (Krueng Batu Itam) dengan kapasitas sumber
120 l/dt, kapasitas terpasang intake 50 l/dt dan kapasitas distribusi 40
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Tapaktuan
Instalasi pengolahan air di Gampong Lhok Bengkuang Kecamatan Tapaktuan bersumber dari Mata Air (Mata Ie) Gampong Lhok
Bengkuang dengan kapasitas sumber 50 l/dt, kapasitas terpasang
intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan
meliputi wilayah Kecamatan Tapaktuan (Gampong/Desa Lhok
Bengkuang dan Pasar).
instalasi pengolahan air di Gampong Jambo Apha Kecamatan Tapaktuan bersumber dari Sungai Krueng Lubuk Siemerah (Mata Ie
Gua Belut) Lhok Bengkuang dengan kapasitas sumber 80 l/dt,
kapasitas terpasang Broncaptering, 40 l/dt dan kapasitas distribusi 40
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Tapaktuan
(Gampong/Desa Jambo Apha, Hulu, Hilir, Padang, Tepi Air, Lhok
Keutapang, Air Berudang dan Gunung Krambil).
a. Instalasi pengolahan air di Gampong Sikabu Kecamatan Samadua
bersumber dari Sungai (Krueng Pantan Lasih) Gampong/Desa Sikabu
dengan kapasitas sumber 200 l/dt, kapasitas terpasang Intake, 40 l/dt
dan kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi
wilayah Kecamatan Samadua (Gampong/Desa Ujung Tanah,
Jilatang,Baru, Gadang dan Ladang Kasik putih).
b. Instalasi pengolahan air di Gampong Peulokan Kecamatan
Labuhanhaji Barat bersumber dari Sungai (Krueng Peulokan) dengan
kapasitas sumber 100 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan
kapasitas distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah
Kecamatan Labuhanhaji Barat (Gampong/Desa Tutong, Peulokan,
Tengah Iboh, Blang Poroh, Ujung Padang, Kuta Trieng, Pante Geulima
dan Kuta Iboh).
c. Instalasi pengolahan air di Gampong Kampung Pisang Kecamatan
Labuhanhaji bersumber dari Sungai (Krueng Labuanhaji) dengan
kapasitas sumber 100 l/dt, kapasitas terpasang intake 40 l/dt dan
Kecamatan Labuhanhaji, terdiri dari 4 (empat) Gampong/Desa yaitu;
Apha, Pasar Lama, Padang Bakau dan Manggis Harapan.
d. Instalasi pengolahan air di Gampong Jambo Papeun Kecamatan
Meukek bersumber dari Sungai Jabo Papeun dengan kapasitas sumber
100 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 15
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Meukek,
terdiri dari 10 (sepuluh) Gampong/Desa yaitu ; Jambo Papeun, Keudu
Meukek, Ie Dingin, Kuta Buloh. I, Kuta Bulo.II, Lhok Aman, Blang
Bladeh, Aron Tunggai, Kuta Baro, Alue Baro.
e. Instalasi pengolahan air di Gampong Mutiara Kecamatan Sawang
bersumber dari Sungai Mutiara dengan kapasitas sumber 100 l/dt,
kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 10 l/dt,
dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Sawang, terdiri
dari 5 (lima) Gampong/Desa yaitu ; Simpang Tiga, Blang Geulinggang,
Mauligo, Mutiara dan Kuta Baro.
f. instalasi pengolahan air di Gampong Pucok Krueng Kecamatan Pasie
Raja bersumber dari Sungai Pucok krueng dengan kapasitas sumber
150 l/dt, kapasitas terpasang intake 30 l/dt dan kapasitas distribusi 10
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Pasie Raja,
terdiri dari 2 (dua) Gampong/Desa yaitu ; Ladang Tuha, Mata Ie, Ujung
Batee, Pucok Krueng dan Ladang Teungoh.
g. Instalasi pengolahan air di Gampong Kota Fajar Kecamatan Kluet Utara
bersumber dari Sungai Krueng Kluet dengan kapasitas sumber 1.500
l/dt, kapasitas terpasang intake 40 l/dt dan kapasitas distribusi 20 l/dt,
dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Kota Fajar, terdiri
dari 2 (dua) Gampong/Desa yaitu ; Simpang Empat dan Limau Purut.
h. Instalasi pengolahan air di Gampong Ujung Padang Kecamatan
Bakongan bersumber dari Sungai Ujung Padang dengan kapasitas
sumber 100 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas
distribusi 20 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan
Gampong/Desa yaitu ; Bakongan, Kota Bahagia, Ujung Padang,
Kampung Baru dan Gampong Drien.
i. Instalasi pengolahan air di Gampong Jambo Dalem Kecamatan Trumon
Timur bersumber dari Sungai Jambo Dalem dengan kapasitas sumber
110 l/dt, kapasitas terpasang intake 20 l/dt dan kapasitas distribusi 20
l/dt, dengan cakupan layanan meliputi wilayah Kecamatan Trumon
Timur.
Tabel 4.1 Wilayah Pelayanan Sistem Perpipaan
Sumber : Hasil Analisis 2014
4.8.2 Strategi Pengembangan Sektor Air Bersih
Adapun strategi pengembangan sektor air bersih dispesifikkan ke dalam
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut diharapkan akan
menghasilkan dampak positif dalam masing-masing aspek secara proporsional,
berkelanjutan, dan membawa peningkatan kesejahteraan (social benefit). Rumusan pada dasarnya mendeskripsikan strategi pengelolaan sumberdaya air
sumberdaya air, dan pendefinisian strategi, yaitu proses penetapan
bentuk-bentuk pengelolaan sumberdaya air.
4.8.3 Rencana Pengembangan Spam Kabupaten Aceh Selatan
A. Pengembangan Sistem Ibukota Kabupaten( Kota Tapaktuan )
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kabupaten saat
ini tahun 2014 untuk (Kota Tapaktuan yang terdiri dari 11 Gampong) telah
mencapai 77% dari total penduduk Kota Kecamatan Tapaktuan. yaitu sebesar
2.544 SR diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan peningkatan cakupan pelayanan. Pada tahun 2019 cakupan pelayanan
diperkirakan mencapai sebesar 80% dan tahun 2024 mencapai 85%, sampai
akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun
2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak
2.864 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan
mencapai 3.297 unit, 3.374 unit, dan 3.656 unit SR. Kebutuhan air rata-rata
tahun 2019 sebesar 33,6 liter/detik, sedangkan tahun 2024 diperkirakan
meningkat menjadi 39,4 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan air sebesar 41,7
liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan diperkirakan sebesar 45,1
liter/detik. Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 40,4 liter/detik,
sedangkan tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 47,3 liter/detik. Pada
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 50,0 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 54,2 liter/detik.
B. Pengembangan Sistem IKK Labuanhaji Barat
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Labuanhaji Barat saat ini tahun 2014 untuk (Kecamatan Labuanhaji Barat yang
terdiri dari 5 Gampong) baru terlayani 17 % dari total penduduk Kota Kecamatan
Labuanhaji Barat. yaitu sebesar 138 SR diperkirakan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan. Pada
tahun 2019 cakupan pelayanan diperkirakan mencapai sebesar 70% dan tahun
2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan
meningkat menjadi sebanyak 842 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan
tahun 2034 diperkirakan mencapai 1.051 unit, 1.152 unit, dan sampai dengan
tahun 2034, akan menjadi 1.258 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 6,7 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 8,8 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 10,3 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 12,3 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 8,1 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 10,5 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 12,3 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 14,7 liter/detik.
C. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Labuanhaji
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Labuanhaji saat ini tahun 2014 untuk (Kecamatan Labuanhaji yang terdiri dari 4
Gampong) baru terlayani 67 % dari total penduduk Kota Kecamatan Labuanhaji.
yaitu sebesar 364 SR diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan. Pada tahun 2019
cakupan pelayanan diperkirakan mencapai sebesar 80% dan tahun 2024
mencapai 85%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan
mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan
meningkat menjadi sebanyak 606 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan
tahun 2034 diperkirakan mencapai 722 unit, 864 unit, dan sampai dengan tahun
2034, akan menjadi 1.029 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 4,8 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 6,0 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 7,7 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 10,0 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 5,8 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 7,3 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 9,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
D. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Labuanhaji Timur
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Labuanhaji Timur saat ini tahun 2014 belum mendapat pelayanan sistim
perpipaan PDAM, sementara ini pelayanan air bersih dikelola oleh masyarakat
secara swadaya. Pada tahun 2015 nanti rencananya akan dilakukan sosialisasi
untuk pengelolaannya akan dilakukan oleh PDAM Tirta Naga Cabang IKK
Labuanhaji Timur. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
peningkatan cakupan pelayanan. Pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk
wilayah perkotaan Labuanhaji Timur akan melayani 4 gampong/desa dan
diperkirakan pelayanan akan mencapai sebesar 60% dan tahun 2024 mencapai
80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%.
Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi
sebanyak 481 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034
diperkirakan mencapai 716 unit, 802 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan
menjadi 896 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 3,8 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 6,0 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 7,1 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 8,7 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 4,6 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 7.2 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 8,6 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 10,5 liter/detik.
E. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Meukek
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Meukek saat ini tahun 2014 belum dikelola PDAM, sementara ini pelayanan air
bersih dikelola oleh masyarakat secara swadaya, dengan jumlah sambungan SR
sebanyak 832 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK
akan dilakukan sosialisasi untuk pengelolaannya akan dilakukan oleh PDAM Tirta
Naga Cabang IKK Meukek. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk
wilayah perkotaan IKK Meukek akan mencapai sebesar 75% pada tahun 2019
dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR)
diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 1.281 unit, sedangkan tahun
2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 1.523 unit, 1.703 unit,
dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.897 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 10,3 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 12,7 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 15,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 18,5 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 12,3 liter/detik,
sedangkan tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 15,3 liter/detik. Pada
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 18,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 22,2 liter/detik.
F. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Sawang
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Sawang saat ini tahun 2014 sudah dikelola PDAM, dengan jumlah sambungan
sebanyak 192 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK
Sawang melayani 5 gampong/desa. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun 2019 cakupan
pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK Sawang akan mencapai sebesar 75%
pada tahun 2019 dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode
perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah
sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 678 unit,
sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 878
unit, 1.069 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.299 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 5,4 liter/detik, sedangkan tahun
air sebesar 9,5 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 12,7 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 6,5 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 8,8 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 11,4 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 15,2 liter/detik.
G. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Samadua
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Samadua saat ini tahun 2014 sudah dikelola PDAM, dengan jumlah sambungan
sebanyak 373 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK
Samadua melayani 7 gampong/desa. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun 2019 cakupan
pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK Samadua akan mencapai sebesar 75%
pada tahun 2019 dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode
perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah
sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 666 unit,
sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 796
unit, 894 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.001 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 5,3 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 6,7 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 8,0 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 9,8 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 6,4 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 8,0 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 9,5 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 11,7 liter/detik.
H. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Pasie Raja
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan Pasie
Raja saat ini tahun 2014 sudah dikelola PDAM, dengan jumlah sambungan
Raja melayani 8 gampong/desa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan peningkatan cakupan pelayanan, di tahun 2019 cakupan pelayanan untuk
wilayah perkotaan IKK Pasie Raja akan mencapai sebesar 75% pada tahun 2019
dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR)
diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 1.053 unit, sedangkan tahun
2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 1.219 unit, 1.329 unit,
dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.440 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 8,4 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 10,2 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 11,8 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 14,1 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 10,1 liter/detik,
sedangkan tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 12,2 liter/detik. Pada
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 14,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 16,9 liter/detik.
I. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Kluet Tengah
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan Kluet
Tengah saat ini tahun 2014 belum dikelola PDAM, Sistem pengelolaan masih
bersifat pengelolaan swadaya masyarakat, dengan jumlah sambungan sebanyak
196 unit SR dengan cakupan pelayanan wilayah perkotaan IKK Kluet Utara
melayani 5 gampong/desa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
peningkatan cakupan pelayanan, di tahun 2019 cakupan pelayanan untuk wilayah
perkotaan IKK Kluet Utara akan mencapai sebesar 75% pada tahun 2019 dan
tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR)
diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 381 unit, sedangkan tahun 2024,
tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 437 unit, 471 unit, dan
sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 506 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 3.1 liter/detik, sedangkan tahun
air sebesar 4,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 4,9 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 3,7 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 4,4 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 5,0 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 5,9 liter/detik.
J. Pengembangan Sistem Cabang Ibukota Kecamatan Kluet
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem cabang IKK Kluet, terdiri
dari 3 wilayah pelayanan Ibukota Kecamatan yaitu ; Kecamatan Kluet Utara,
Kecamatan Kluet Selatan dan Kecamatan Kluet Timur. saat ini tahun 2014 dari
tiga kecamatan ini, di dua kecamatan nya, sebagian sudah mendapat pelayanan
sistim perpipaan PDAM, yaitu Ibukota Kecamatan Kluet Utara dan Kluet Timur,
sedangkan untuk Kecamatan Kluet Selatan belum mendapat pelayanan system
perpipaan dari PDAM. Jjumlah sambungan eksisting ini adalah sebanyak 889
unit SR dengan cakupan pelayanan wilayah perkotaan IKK Kluet Utara melayani
3 gampong/desa dan Kluet Timur 1 gampong/desa. Data pelayanan eksisting
PDAM di IKK Kecamatan Kluet Utara dan Kluet Timur dapat dilihat pada Tabel.
5.44 pada Bab 5.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan cakupan
pelayanan, direncanakan pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk unit IKK
Cabang Kluet di wilayah 3 kecamatan ini akan mencapai sebesar 75%, pada
tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%.
Rencana cakupan pelayanan akan melayani 24 gampong/desa, yaitu ; 10
gampong di Kecamatan Kluet Utara, 4 gampong di kecamatan Kluet Timur dan 10
gampong di kecamatan Kluet Selatan. Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR)
diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 3.787 unit, sedangkan tahun
2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 4.394 unit, 4.796 unit,
dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 5.219 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 30,3 liter/detik, sedangkan
kebutuhan air sebesar 42,7 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 50,9 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 36,3 liter/detik,
sedangkan tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 44,1 liter/detik. Pada
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 51,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 61,1 liter/detik.
K. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Bakongan
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem cabang IKK Bakongan,
terdiri dari 2 wilayah pelayanan Ibukota Kecamatan yaitu ; Kecamatan Bakongan
dan Kecamatan Kota Bahagia. saat ini tahun 2014 dari dua kecamatan, sebagian
sudah mendapat pelayanan sistim perpipaan PDAM, yaitu Ibukota Kecamatan
Bakongan dan Kota Bahagia, Jumlah sambungan eksisting ini adalah sebanyak
740 unit SR dengan cakupan pelayanan wilayah perkotaan IKK Bakongan
melayani 4 gampong/desa dan Kota Bahagia 1 gampong/desa.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan cakupan
pelayanan, direncanakan pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk unit IKK
Cabang Bakongan di wilayah 2 kecamatan ini akan mencapai sebesar 75%,
pada tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%.
Rencana cakupan pelayanan akan melayani 10 gampong/desa, yaitu ; 4
gampong di Kecamatan Bakongan, 6 gampong di kecamatan Kota Bahagia.
Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi
sebanyak 1.037 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034
diperkirakan mencapai 1.220 unit, 2.114 unit, dan sampai dengan tahun 1.351,
akan menjadi 1.490 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 8,3 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 10,2 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 12,0 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 14,5 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 10,0 liter/detik,
tahun 2029 kebutuhan air sebesar 14,4 liter/detik sedangkan pada akhir periode
perencanaan diperkirakan sebesar 17,4 liter/detik.
L. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Bakongan Timur
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Bakongan Timur saat ini tahun 2014 belum dikelola PDAM, sementara ini
pelayanan air bersih dikelola oleh masyarakat secara swadaya, dengan jumlah
sambungan SR sebanyak 74 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah
perkotaan IKK Bakongan Timur akan melayani 3 gampong/desa. Pada tahun
2015 nanti rencananya akan dilakukan sosialisasi untuk pengelolaannya akan
dilakukan oleh PDAM Tirta Naga Cabang IKK Bakongan Timur. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun
2019 cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK Bakongan Timur akan
mencapai sebesar 75% pada tahun 2019 dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai
akhir periode perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun
2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak
398 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan
mencapai 455 unit, 490 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 525
unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 3,2 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 3,8 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 4,4 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 5,1 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 3,8 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 4,6 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 5,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 6,2 liter/detik.
M. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Trumon
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem cabang IKK Trumon,
terdiri dari 2 wilayah pelayanan Ibukota Kecamatan yaitu ; Kecamatan Trumon
sebagian sudah mendapat pelayanan sistim perpipaan PDAM, yaitu Ibukota
Kecamatan Trumon Tengah, Jumlah sambungan eksisting ini adalah sebanyak
305 unit SR dengan cakupan pelayanan wilayah perkotaan IKK Trumon Tengah
saja melayani 3 gampong/desa.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan cakupan
pelayanan, direncanakan pada tahun 2019 cakupan pelayanan untuk unit IKK
Cabang Trumon di wilayah 2 kecamatan ini akan mencapai sebesar 75%, pada
tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode perencanaan tahun 2034
diperkirakan mencapai 90%.
Rencana cakupan pelayanan akan melayani 8 gampong/desa, yaitu ; 4
gampong di Kecamatan Trumon, dan 4 gampong di kecamatan Trumon Timur.
Pada tahun 2019 jumlah sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi
sebanyak 773 unit, sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034
diperkirakan mencapai 921 unit, 2.114 unit, dan sampai dengan tahun 1.033,
akan menjadi 1.155 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 6,0 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 7,7 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 9,2 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 11,3 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 7,1 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 9,2 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 11,0 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 13,5 liter/detik.
N. Pengembangan Sistem Ibukota Kecamatan Trumon Timur
Kebutuhan air minum di wilayah pelayanan sistem Ibukota Kecamatan
Trumon Timur saat ini tahun 2014 belum dikelola PDAM, sementara ini pelayanan
air bersih dikelola oleh masyarakat secara swadaya, dengan jumlah sambungan
SR sebanyak 130 unit SR dengan cakupan pelayanan untuk wilayah perkotaan
IKK Bakongan Timur akan melayani 4 gampong/desa. Pada tahun 2015 nanti
rencananya akan dilakukan sosialisasi untuk pengelolaannya akan dilakukan oleh
jumlah penduduk dan peningkatan cakupan pelayanan, pada tahun 2019 cakupan
pelayanan untuk wilayah perkotaan IKK Trumon Timur akan mencapai sebesar
75% pada tahun 2019 dan tahun 2024 mencapai 80%, sampai akhir periode
perencanaan tahun 2034 diperkirakan mencapai 90%. Pada tahun 2019 jumlah
sambungan (SR) diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 824 unit,
sedangkan tahun 2024, tahun 2029, dan tahun 2034 diperkirakan mencapai 1.043
unit, 1.243 unit, dan sampai dengan tahun 2034, akan menjadi 1.475 unit SR.
Kebutuhan air rata-rata tahun 2019 sebesar 6,6 liter/detik, sedangkan tahun
2024 diperkirakan meningkat menjadi 8,7 liter/detik. Pada tahun 2029 kebutuhan
air sebesar 11,1 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 14,4 liter/detik.
Kebutuhan air hari maksimum tahun 2019 sebesar 7,9 liter/detik, sedangkan
tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi 10,5 liter/detik. Pada tahun 2029
kebutuhan air sebesar 13,3 liter/detik sedangkan pada akhir periode perencanaan
diperkirakan sebesar 17,2 liter/detik.
4.8.4 Kapasitas Sistem Kebutuhan Air Minum
A. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air yang sangat ditentukan
oleh pola konsumsi penduduk. Kebutuhan air domestrik digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air dalam aktivitas atau kegiatan sehari-hari penduduk,
misalnya mandi, mencuci, minum, memasak, dan sebagainya. Kebutuhan air
domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan,
kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan. Kebutuhan air
domestik terdiri atas sambungan langsung dan hidran umum.
Kebutuhan air domestik dalam Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten
Tabel 4.2 Kebutuhan Air Domestik Kabupaten Aceh Selatan
No Sistem Keb Air Domestik (liter/detik)
2014 2019 2024 2029 2034
Kabupaten Aceh Selatan selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2034.
Peningkatan kebutuhan air domestik ini selain karena peningkatan jumlah
sambungan juga karena peningkatan konsumsi air sambungan rumah. Pada
tahun 2014, jumlah konsumsi air sebesar47,72 liter/detik, kemudian pada tahun
2019 menjadi 83,97 liter/detik, tahun 2024 sebesar 108,48 liter/detik, tahun 2029
sebesar 130,82 liter/detik, dan tahun tahun 2034 sebesar156,31 liter/detik..
Pada akhir tahun perencanaan (2034) sistem yang memiliki kebutuhan
terbesar adalah sistem cabang Kluetdengan kebutuhan air sebesar 34,23
liter/etik dikuti sistem Kota Tapaktuan sebesar 30,33 liter/detik.
B. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non-domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan
untuk keperluan non rumah tangga dan sambungan kran umum. Kebutuhan air
non domestik misalnya seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran,
perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel,
domestik ini pada setiap wilayah tidak selalu sama, tergantung besar kecilnya
aktivitas yang berkembang di wilayah tersebut. Namun, secara umum besaran
kebutuhan air non domestik adalah 20% dari kebutuhan air total. Besarnya
kebutuhan air non domestik di Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.3 Kebutuhan Air Non Domestik Di Kabupaten Aceh Selatan
No Sistem Keb Air Non Domestik (liter/detik)
2014 2019 2024 2029 2034
1 Ibukota (Kota Tapaktuan) 3,54 4,15 5,09 5,60 6,07 2 IKK Labuanhaji Barat 0,41 0,83 1,14 1,38 1,65
3 IKK Labuanhaji 0,42 0,60 0,78 1,03 1,35
4 IKK Labuanhaji Timur - 0,47 0,77 0,96 1,18
5 IKK Meukek 0,93 1,26 1,64 2,04 2,49
6 IKK Sawang 0,45 0,67 0,95 1,28 1,70 7 IKK Samadua 0,45 0,66 0,86 1,07 1,31 8 IKK Pasei Raja 0,61 1,04 1,32 1,59 1,89
9 IKK Kluet Tengah 0,22 0,38 0,47 0,56 0,66
10 Cabang IKK Kluet 1,09 3,74 4,75 5,74 6,85
11 Cabang IKK Bakongan 0,82 1,02 1,32 1,62 1,95
12 IKK Bakongan Timur 0,08 0,39 0,49 0,59 0,69
13 Cabang IKK Trumon 0,35 0,76 0,99 1,24 1,52
14 IKK Trumon Timur 0,17 0,81 1,13 1,49 1,93
TOTAL 9,54 16,78 21,7 26,19 31,24
Sumber : Hasil analisis 2014
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kebutuhan air non domestik di
Kabupaten Aceh Selatan selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2034.
Pada tahun 2014, jumlah konsumsi air sebesar 9,54 liter/detik, kemudian pada
tahun 2019 menjadi 16,74 liter/detik, tahun 2024 sebesar 21,7 liter/detik, tahun
2029 sebesar 26,19 liter/detik, dan tahun 2034 sebesar 31,24 liter/detik..
Pada akhir tahun perencanaan (2034) sistem yang memiliki kebutuhan
terbesar adalah sistem cabang IKK Kluet dengan kebutuhan air sebesar 6,85
4.8.5 Kebutuhan Investasi
Kebutuhan investasi total untuk pembangunan SPAM ibukota kabupaten
dan SPAM IKK sebesar Rp.195,04 milyar. Kebutuhan biaya tersebut terdiri dari
biaya untuk pengadaan/pembebasan lahan dan pembangunan fisik
SPAMsertauntuk perencanaan SPAM dan Supervisi.
Kebutuhan biaya untuk pengadaan lahan sebesar Rp 2,13 milyar berupa
biaya pembebasan lahan untuk bangunan unit air baku, unit produksi dan
reservoir untuk pengembangan SPAM Ibukota Kabupaten dan Ibukota
Kecamatan yang tersebar di berbagai 18 lokasi kecamatan.
Jumlah unit IKK sudah terbangun yang perlu biaya optimalisasi sebanyak 10
unit dengan kebutuhan biaya Optimalisasi dan pengembangan sebesar
Rp.100,57. milyar. Jumlah unit IKK belum terbangun yang perlu biaya
pembangunan pengembangan sebanyak 5 unit dengan kebutuhan biaya
pengembangan sebesar Rp. 94.47. milyar.
Jumlah unit air baku, unit produksi dan reservoir yang akan dibangun
masing-masing lokasi IKK yang belum terbangun sebanyak 5 unit dengan
kebutuhan biaya pembangunan masing-masing untuk Intake air baku Rp. 4,8
milyar, unit produksi (IPA) Rp.16. milyar dan unit reservoir Rp. 3,6 milyar.
Sedangkan biaya DED dan supervisi terdiri dari biaya DED dan
Perencanaan untuk pembangunan dan pengembangan SPAM dengan total paket
sebanyak 5 paket dan memerlukan biaya sebesar Rp. 4,5. milyar.
Untuk lebih jelasnya rekapitulasi kebutuhan investasi dapat dilihat pada tabel