• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Kelembagaan Kabupaten Kerinci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aspek Kelembagaan Kabupaten Kerinci"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil

yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor

penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata

laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan

tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan

motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang

diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen

tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,

penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan

dan sebagai satu kesatuan.

10.1.

Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam

pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya

pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Dalam UU 23/2014 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka

dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui

Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu

(3)

organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah

sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan

daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus

diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi

geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang

bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan

prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi

perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama

atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan

bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah

berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah

kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di

Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang

berbunyi:

“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah

urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan

daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan

dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum

merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,

sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu

perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,

(4)

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang

Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,

Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan

perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan

terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat

terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling

banyak 3 seksi.

Gambar. 10.1.

Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-

2019

Dalam Buku I Bab II Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk

meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan

adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan

kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan

penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah

ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan

(5)

(SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan

pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah,

seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam

memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat

SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung

upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan,

Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah

Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada

pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan

secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan

pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan

mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,

penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah

daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta

Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan

adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan

dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang

terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi

manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda,

sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka

(6)

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi:

penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang

dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi:

restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit

kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik,

kepegawaian dan diklat;

4. Penataan Tata laksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan

tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan

e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan

sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan,

penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individu

berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja

organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan

pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat

(7)

Gambar. 10.2.

Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam

seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di

tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk

melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif

gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan

masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya

telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya.

Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang

Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di

(8)

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar

bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.

Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada

Pasal 7 ayat 1 point c, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan

tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an,

khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam

dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab

dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU,

sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan

dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh

instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik

provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan

perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan

perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi

masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD

Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar

Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah

sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat.

SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai

dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman

(9)

seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,

persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan

Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka

Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah

dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam

rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai,

aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar

kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur

melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan,

sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan

pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk

mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan

perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan

umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang

Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk

menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan

(10)

10.2.

Kondisi Kelembagaan Saat Ini

10.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya Kabupaten Kerinci

Kelembagaan Pemerintah Daerah yang terkait langsung dalam

penyusunan Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka

Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya adalah Bidang Cipta Karya Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci. Menurut Peraturan Bupati No. 14 Tahun

2010 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan

Umum. Peraturan Bupati No. 14 Tahun 2010 memuat tentang Uraian Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum yang membawahkan Bidang Cipta

Karya.

Berikut Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum yang didalamnya

terdapat Bidang Cipta Karya yang secara khusus menangani urusan

keciptakaryaan di Kabupaten Kerinci sesuai dengan Peraturan Bupati No. 14

Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Pekerjaan Umum, yang terdiri dari:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan:

1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

2. Subbagian Program, Evaluasi dan Pelaporan; dan

3. Subbagian Keuangan

c. Bidang Pengendalian dan Tata Ruang, membawahkan:

1. Seksi Perencanaan Tata Ruang dan Perkotaan;

2. Seksi Pengendalian Tata Ruang dan Perkotaan; dan

3. Seksi Peralatan dan Perbekalan dan Tanggap Darurat.

d. Bidang Sumber Daya Air, membawahkan:

1. Seksi Perencanaan Sumber Daya Air;

2. Seksi Pelaksanaan dan Pengawasan Sumber Daya Air; dan

3. Seksi Operasional dan Pemeliharaan; dan

e. Bidang Bina Marga, membawahkan:

(11)

2. Seksi Pelaksanaan dan Pengawasan Bina Marga; dan

3. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

f. Bidang Cipta Karya, membawahkan:

1. Seksi Perencanaan Cipta Karya;

2. Seksi Pelaksanaan dan Pengawasan Cipta Karya; dan

3. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Cipta Karya.

g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Dari Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci diatas

maka akan diuraikan khusus tentang Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Kerinci berdasarkan Peraturan Peraturan Bupati No. 14

Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci.

Bidang Cipta Karya dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.

Untuk melaksanakan tugas, Bidang Cipta Karya mempunyai tugas dan fungsi

yang dirinci sesuai seksi-seksi yang dijelaskan diatas:

1. Seksi Perencanaan Cipta Karya mempunyai tugas;

a. Pendataan situasi lokasi bangunan gedung dan perumahan;

b. Perencanaan bangunan gedung perumahan dan permukiman;

c. Menyusun Rencana Tata Terinci (RTT), dokumen umum, dokemen

administrasi dan teknis pelaksanaan; dan

d. Melaksanakan kegiatan hharian dan kegiatan lain sesuai dengan bidang

tugas;

2. Seksi Pelaksanaan dan Pengawasan Cipta Karya mempunyai tugas;

a. Pengecekan situasi lokasi kegiatan;

b. Melaksanakan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi;

c. Melaksanakan pengawasan dan bantuan teknis terkait pelaksanaannya;

dan

d. Melaksanakan kegiatan harian dan kegiatan lain sesuai dengan bidang

(12)

3. Seksi Operasional dan Pemeliharaan Cipta Karya mempunyai tugas;

a. Melaksanakan penjadwalan pemeliharaan rutin cipta karya;

b. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan cipta karya;

c. Melaksanakan pengawasan kegiatan pemeliharaan cipta karya;

d. Melaksanakan kegiatan harian dan kegiatan lain sesuai dengan bidang

tugas;

10.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Kerinci

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana

merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas

kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah

menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuh

kembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban

kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang

Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan

kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan

wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu

dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di

dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas

dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi

program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program

dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di

dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota,

khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang

Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap

satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tata laksana dan tata hubungan kerja

antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap

pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam

(13)

Tabel. 10.1.

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

N o.

Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan

Bidang CK

1 . Bappeda 1. Mengkoordinasikan penyusunan program pembangunan Infrastuktur Bidang Cipta Karya.

2. Mempersiapkan bahan penyusunan rencana pengembangan Infrastruktur Cipta Karya.

3. Melaksanakan evaluasi pembinaan dibidang Infrastruktur Cipta Karya.

1. menghimpun, mempelajari seluruh ketentuan perundang-undangan, pedoman, petunjuk teknis dan kewenangan Daerah di bidang Cipta Karya.

2. merumuskan kebijakan teknis di bidang Cipta Karya.

3. menginventarisir seluruh permasalahan-permasalahan di bidang Cipta Karya dan memberikan alternatif pemecahan masalah. 4. menghimpun, mengolah seluruh data dan informasi di bidang Cipta

Karya.

5. menyusun rencana teknis dan program di bidang Cipta Karya. 6. melakukan pembinaan dan bimbingan teknis dalam bidang Cipta

Karya.

7. melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan pengembangan, peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana Cipta Karya.

8. melaksanakan kebijakan di bidang Cipta Karya.

9. melakukan koordinasi dengan instansi terkait di bidang Cipta Karya. 10. melaksanakan pengawasan sarana dan prasarana kawasan terbangun

dan sistim manajemen konstruksi;

11. menyusun pembinaan, pengembangan, perumahan, permukiman, perbaikan dan peremajaan lingkungan perumahan kota/desa, lingkungan perumahan pusat desa pertumbuhan permukiman serta perumahan nelayan;

12. menyiapkan rencana teknis dan program pembangunan kawasan skala besar, perumahan dan permukiman baru, memberikan komendasi perizinan pembangunan perumahan;

13. menyusun penyediaan fasilitas hunian dan Cipta Karya;

14. menyusun rencana kebijakan tata ruang dan pengembangan wilayah dalam kabupaten maupun antar kabupaten/kota;

15. melaksanakan bimbingan, pembinaan dan evaluasi terhadap staf di lingkungan Bidang Cipta Karya 2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

dibidang dan kebersihan;

3. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebersihan; dan

Bidang Kebersihan dan

Pertamanan

4 . PDAM 1. Pelayanan Umum / Jasa di bidang penyediaan air minum;

2. Menyelenggarakan kemanfaatan umum penggunaan air bersih; 3. Perencanaan program di bidang air minum;

4. Operator pelaksana pelayanan dan penyediaan air minum.

(14)

10.3.

Analisis Kelembagaan

Permasalahan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan,

pembangunan dan pengoperasional infrastruktur kabupaten berkaitan dengan

pengorganisasian dinas/instansi terkait. Kejelasan pembagian tugas antara

dinas/instansi sampai pada tupoksi seksi diharapkan akan mempermudah

koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pembangunan dan pengoperasional

infrastruktur.

Permasalahan profesionalisme sangat berkaitan dengan kemampuan

aparatur pemerintah. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan, skill dan

pengalaman. Peningkatan profesionalisme, dapat dilakukan melalui

peningkatan pengetahuan melalui studi lanjut yang relevan, pendidikan dan

pelatihan teknis. Profesionalisme aparatur pemerintah berkaitan dengan tugas

dan fungsi tertentu dalam jabatan fungsional.

Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Kerinci,

memiliki sejumlah kekuatan yang telah ditetapkan melalui tupoksi

masing-masing dinas/instansi sehingga memiliki kejelasan peran dan pembagian

kerja. Demikian halnya dengan struktur organisasi masing-masing

dinas/instansi telah memiliki struktur yang jelas serta terdapatnya Sumber

Daya Manusia yang memiliki komitmen, motivasi dan dedikasi dalam

melaksanakan tugas. Kelemahan yang dihadapi dalam penyusunan RPI2-JM ini

antara lain adalah :

1. Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan teknis makro antara

Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum /Cipta Karya serta dengan dinas/instansi

teknis lainnya.

2. Belum memadainya Sumber Daya Manusia yang bertugas dalam

penyusunan RPI2-JM pada masing-masing dinas/instansi di Kabupaten

Kerinci ditinjau dari segi kesesuaian dengan bidang ilmu serta kuantitas

untuk melaksanakan volume pekerjaan yang terus meningkat.

(15)

RPI2-JM yang merupakan instrumen penting dalam penyediaan

infrastruktur kabupaten.

10.4.

Rencana Pengembangan Kelembagaan

Arah pengembangan kelembagaan dan aparatur pemerintah Kabupaten

Kerinci dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah

terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and

Clean Government) adalah aparat yang memiliki profesionalisme yang tinggi

dan mampu memberikan pelayanan prima dan menghilangkan KKN, yang

dicapai dengan :

1. Pengembangan struktur kelembagaan dan aparatur daerah yang efektif

dan efisien.

2. Peningkatan kualitas aparatur dengan memperbaiki kesejahteraan dan

profesionalisme serta memperlakukan sistem karier berdasarkan prestasi

dengan prinsip pemberian penghargaan dan sangsi (Reward and

Punishments).

3. Peningkatan fungsi pelayanan birokrasi dan akuntabilitas secara

transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan wewenang.

4. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan

lini pemerintahan disemua kegiatan.

Penjabaran lebih lanjut arah pengembangan kelembagaan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) diatas, dijabarkan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang baik dan demokratis, meliputi :

1. Perluasan rentang kendali dalam pelimpahan wewenang pelayanan

masyarakat kepada pemerintahan kecamatan dan aparat desa.

2. Peningkatan kualitas dan kinerja Sumber Daya Manusia pada tingkat

birokrasi maupun pelayanan.

3. Memberlakukan peraturan perundang-undangan pokok kepegawaian dan

(16)

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat dalam perlindungan

masyarakat dan HAM.

5. Mendorong peningkatan sistem/tatanan pemerintahan yang baik kepada

pimpinan/pejabat di masing-masing unit kerja.

6. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan wewenang.

7. Menumbuh kembangkan peningkatan pengelolaan pendapatan daerah.

8. Peningkatan pengelolaan belanja daerah.

Dengan mengacu pada RPJP dan RPJM Kabupaten Kerinci diatas, usulan

program dalam RPI2-JM Bidang Cipta Karya mencakup :

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi yang dikembangkan melalui :

a) Spesialisasi pekerjaan yang berkaitan dengan tugas dalam organisasi

dan dibagi dalam pekerjaan yang terpisah.

b) Departementalisasi yang berkaitan dengan dasar dalam mengelompokan

pekerjaan yang ada.

c) Rantai perintah yang berkaitan dengan sistem pertanggungjawaban

yang harus dilakukan.

d) Rentang kendali yang berkaitan dengan jumlah personil yang dapat

dikendalikan oleh pimpinan.

e) Sentralisasi dan desentralisasi, berkaitan dengan kewenangan dalam

pengambilan keputusan.

f) Serta formalisasi yang mencakup peraturan yang digunakan untuk

mengarahkan personil dan pimpinan.

2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPI2-JM Bidang Cipta Karya :

Kebutuhan peraturan daerah yang dibutuhkan untuk mendukung

penyusunan dan pelaksanaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya antara lain

berkaitan dengan pemantapan tugas dan fungsi masing-masing

dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan RPI2-JM

Bidang Cipta Karya seiring dengan semakin bertambahnya atau

berubahnya peran setiap dinas/instansi. Peraturan baru dibutuhkan dalam

(17)

RPI2-JM dalam koordinasi vertikal, horizontal dan manajemen pelaksanaan

proyek.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia :

Program pengembangan Sumber Daya Manusia difokuskan pada aparatur

pada dinas/instansi yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Kerinci, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif. Program pengembangan untuk meningkatkan kualitas aparatur

dilakukan melalui pelatihan dan studi lanjut dalam bidang ilmu yang

relevan. Program dimaksud meliputi :

a. Perencanaan Kota.

b. Manajemen Proyek.

c. Manajemen Persampahan.

d. Amdal.

e. Perencanaan Teknis.

f. Air Bersih dan Peningkatan Lingkungan Pemukiman.

g. Keuangan Daerah.

h. Perencanaan Pembangunan.

i. Administrasi Keuangan.

4. Peningkatan sarana dan prasarana kerja yang meliputi :

a. Bangunan gedung yang difungsikan untuk kantor dan gudang.

b. Alat-alat kantor seperti komputer, printer, mesin fotocopy, alat

penjilid dan lain sebagainya.

c. Sarana transportasi untuk memperlancar pelaksanaan tugas seperti

kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat.

d. Sarana komunikasi seperti telepon, faximile, internet dan lain

sebagainya. Jumlah sarana dan prasarana kerja berkaitan dengan

volume kerja yang ada pada masing-masing dinas/instansi sesuai

Gambar

Gambar. 10.2.
Tabel. 10.1. Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pasangan yang diperlukan tergantung pada peluang karakteristik p, jumlah bit subkey yang dihitung serentak,k, jumlah rata-rata per pasangan yang

Setelah didapat persamaan numerik dengan menggunakan metode beda hingga, maka dapat diberikan simulasi numerik dari persamaan (4.5.6) untuk menggambarkan

sebesar paling tinggi 100% (seratus per seratus) dari PBB-P2 yang terutang dalam bal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KESATU :

Subjek memberi tanda silang pada jalur SS (sangat sesuai) karena pernyataan tersebut sesuai dengan jawaban pilihannya dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.. TERIMAKASIH

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Op.Cit., hlm.. diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. b) Menentukan objek yang harus

Sedangkan Makna Hari Raya Kuningan Pada Umat Hindu Di Pura Khayangan Jagat Kerthi Buana adalah Mengintropeksi diri dengan memohon Ida Sang Hyang Widhi

Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan perpustakaan digital.. Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan