TENTANG PEMBINAAN UMUM, KETERTIBAN, KEAMANAN, KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KEAPIKAN DALAM WILAYAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
(Studi pada Satpol PP Kota Bandar Lampung)
Oleh:
Gusti Ramanda Rahman
Penelitian ini dilatar belakangi oleh sebuah produk politik yang berhasil dihasilkan oleh pemerintahan kota Bandar lampung, sehingga dapat dilihat oleh masyarakat bagaimana hasil dari peraturan tersebut untuk mengatur kemajemukan di dalamnya. Namun tidak semua peraturan yang telah ada dapat diterapkan langsung pemerintah ataupun diikuti oleh masyarakat. Seperti pada Pasal 17 Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 tentang pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan dan keapikan dalam wilayah kota Bandar Lampung, sudah lebih dari 15 tahun produk politik ini diregulasikan namun tidak berdampak banyak pada masyarakat dan perlu diketahui bahwa penegakan peraturan daerah kota Bandar Lampug menjadi tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung.
Rumusan masalah pada penelitian ini mengarah keapada kinerja yang telah dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja terhadap Pasal 17 Peaturan Daerah Kota Bandar Lampung No 8 Tahun 2000 dan bagaimana tinjauan hukum islamnya, Maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya dan tinjauan Hukum Islam dalam implementasi Pasal 17 Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 tentang pembinaan umum, ketertiban, keamanan, kebersihan, kesehatan dan keapikan dalam wilayah kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh Satpol PP.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deksriptif kualitatif, dalam pengumpulan data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan metode interview sebagai metode pokok, kemudian metode observasi, dan dokumentasi sebagai metode pendukung. Jenis Penelitian ini berdasarkan sifatnya adalah Penelitian Eksploratif ,dari sudut bentuknya adalah penelitian Perspektif, dan dari sudut tujuannya penelitian ini berjenis penelitian fact finding.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Satuan Satpol PP belum maksimal dalam melaksanakan pasal 17 Peraturan Daerah nomor 8 Tahun 2000, sehingga masih banyak pelanggaran yang terkait pasal 17 di Kota Bandar Lampung.
PERSETUJUAN
Tim pembimbing setelah mengoreksi dan memberikan masukan arahan secukupnya, maka skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Gusti Ramanda Rahman
NPM : 1221020053
Jurusan : Siyasah Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung
MENYETUJUI
Untuk di munaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung.
Pembimbing I Pembimbing II
Hj. Nurnazli, S.H, S.Ag, M.H Eko Hidayat, S.Sos, M.H
NIP. 197111061998032005 NIP. 197512302003121002
Ketua Jurusan Siyasah
PENGESAHAN
Skripsi ini dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung, di susun oleh Gusti Ramanda Rahman, NPM. 1221020053 Jurusan Siyasah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung pada Hari/Tanggal : Kamis, 05 Juli 2018.
TIM MUNAQASYAH
Ketua : Marwin, S.H., M.H. (...)
Sekretaris : Hervin Yoki Pradikta, M.H.I (...)
Penguji I : Dr. H. Bunyana Sholihin, M.Ag (...)
Penguji II : Hj. Nurnazli, S.H, S.Ag, M.H (...)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
MOTTO
ِهللا
ِهللا
ِهللا
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.1
ِ
1
Departemen Agama RI Al-Qur’an Dan Terjemahan Azzahra. Qs. Ar-Ra’d: 11 (Bandung:
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT dan rasa syukur yang tak terkira dan sebagai ungkapan terimakasih, ku persembahkan skripsi ini kepada:
1. Ayahanda H. Rahman Imran dan Ibunda Hj. Maslena Sari tercinta, do’a tulus dan ucapan terimakasih selalu ku persembahkan atas jasa, pengorbanan,
mendidik, memberikan semangat, dukungan, dan tak pernah lelah memberikan bekal berupa moral dan material serta membesarkanku dengan penuh kasih
sayang sehingga menghantarkanku menyelesaikan pendidikan di UIN Raden Intan Lampung.
2. Untuk kakak-kakakku Penny Valentina, Dwi Primayuni, dan Rama Malindo
Rahman, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk sahabat-sahabatku, yang selalu menyemangati dan memberikan senyuman manis saat penat itu datang.
4. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2012 yang senantiasa memberi
keceriaan dan membantu dalam menempuh pendidikan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama lengkap Gusti Ramanda Rahman dilahirkan di Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara, pada tanggal
26 Oktober 1994, anak keempat dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak H. Rahman Imran dan Ibu Hj. Maslena Sari.
Pendidikan yang penulis tempuh adalah Sekolah Dasar di SDN 4 Tanjung Aman, yang diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pada bangku
SMPN 7 Kotabumi, yang diselesaikan pada tahun 2009. Kemudian pada bangku menengah atas dilanjutkan di SMAN 4 Kotabumi, yang diselesaikan pada tahun 2012. Dan pada tahun 2012 diterima di IAIN Raden Intan Lampung jurusan
Siyasah, semenjak 2017 berubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Pada jenjang pendidikan menengah pertama pernah menjadi anggota OSIS Juga mengikuti Organisasi Palang Merah Remaja (PMR). Dan pada jenjang perguruan tinggi pengalaman organisasi yang pernah dijajaki penulis yaitu
menjadi pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisyariat Syariah. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Suka
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk,
sehingga skripsi dengan judul ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-pengikutnya yang setia.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikana studi pada program Strata Satu (S1) Jurusan Siyasah Fakultas Syariah UIN Raden
Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SH) dalam bidang Siyasah.
Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tak lupa dihaturkan terima kasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terima kasih itu disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung. Yang selalu memotivasi mahasiswa untuk menjadi peribadi yang berkualitas
dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islami.
2. Dr. Alamsyah, S.Ag,.M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Intan
3. Drs. Susiadi AS, M.Sos.i, dan Frenki, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Siyasah yang senantiasa sabar dalam memberi arahan serta selalu
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Hj. Nurnazli, S.H, S.Ag,. M.H dan Eko Hidayat, S.Sos, M.H selaku
pembimbing I dan II yang telah mengarahkan penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
5. Mansi S.H dan seluruh aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar
Lampung yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan pada Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan motivasi serta memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
7. Sahabat-sahabat ku almamater tahun 2012 yang selama ini menjadi teman yang baik dalam bertukar informasi, berbagai keluh kesah, keceriaan, serta
saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan akan tetapi diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam bidang khasanah
Siyasah.
Bandar Lampung, 27 Juni 2018
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
RIWAYAT HIDUP ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Penegasan Judul ... 1
B. Alasan Memilih Judul ... 3
C.Latar Belakang Masalah ... 3
D.Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 17
A.Kebijakan Pemerintah dalam Fiqh Siyasah ... 17
B. Prinsip-prinsip Fiqh Siyasah dalam Pembuatan Kebijakan Pemerintah ... 30
C.Kebijakan Pemerintah Daerah Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ... 34
D.Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Ketertiban Umum ... 42
BAB III HASIL PENELITIAN... 46
A.Gambaran Umum Kota Bandar Lampung... 46
B. Gambaran Umum SATPOLL PP Kota Bandar Lampung ... 49
C.Kewenangan SATPOL PP Dalam Menyelenggarakan Pasal 17 Perda Nomor 8 tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung untuk Meningkatkan Ketertiban Umum ... 57 D.Penegakan Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 tahun
Kota Bandar Lampung untuk Meningkatkan Ketertiban
Umum Yang Dilakukan Oleh Satpol PP ... 60
BAB IV ANALISIS ... 64
A.Implementasi Pasal 17 Perda Nomor 8 tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung Dalam Meningkatkan Ketertiban Umum ... 64
B. Tinjauan Hukum Islam Tentang Implementasi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung ... 66
BAB V PENUTUP ... 72
A.Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 74
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Kota Bandarlampung, berdasarkan Jenis kelamin ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Struktur (sumber Perwali Nomor 37 Tahun 2016 tentang tugas,
PENDAHULUAN
A. Penjelasan Judul
Judul merupakan bagian penting dan mutlak kegunaannya dalam semua bentuk tulisan atau karangan, karena judul sebagai pemberi arah sekaligus
dapat memberikan gambaran dari semua isi yang terkandung didalamnya. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul ini maka penulis
perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini, yaitu sebagai berikut:
1. Tinjauan
Istilah ini menurut bahasa berasal dari kata “tinjau”, yaitu pandangan atau
pendapat sesudah menyelidiki suatu masalah.1
2. Hukum Islam
Hukum Islam adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang secara
terperinci.2 3. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang disusun secara matang dan terperinci3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1990), h. 951
2
4. Pasal 17 Peraturan Daerah4 Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam
Wilayah Kota Bandar Lampung
Pasal 17 pada Perda Kota Banda Lampung Nomor 8 Tahun 2000 termasuk
didalam BAB III LARANGAN, yang isinya mengatur tentang larangan membuat kegaduhan di tempat umum, larangan merusak fasilitas umum dan sebagainya.5
Dari penjelasan judul diatas maka dapat disimpulkan maksud dari“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung” adalah suatu penelitian secara ilmiah terhadap pelaksanaan pasal 17 Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan,
Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung, yang berisi larangan-larangan kepada masyarakat dan yang menjadi objek penelitian adalah pelaksananya yaitu Satuan Polisi Pamong Praja6 Kota Bandar Lampung
sebagaimana tugas dan fungsinya telah diatur dalam Undang-undang, dan peraturan-peraturan lainnya.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011),h. 352
4
Kata Peraturan Daerah selanjutnya disingkat menjadi Perda
5
Indonesia, Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000
6
B. Alasan Memilih Judul 1. Alasan Subjektif
Penulis menilai masih banyak terjadi pelanggaran oleh masyarakat pada pasal 17 Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang
Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung7
2. Alasan Objektif
Fakta dilapangan membenarkan kondisi saat ini terkait pasal 17 Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan
Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung banyak tidak diketahui oleh masyarakat.8
C. Latar Belakang
Islam merupakan agama rahmatanlil‘alamin yang artinya anugerah bagi seluruh makhluk di dunia, segala urusan telah diatur didalam kitab umat Islam yaitu Al Qur’an, tentang Tuhan, ibadah, dan sosial terdapat didalam Al
Qur’an, termasuk permasalahan kali ini sudah diatur di dalam Al Qur’an surat
An Nisa Ayat 59, Berikut dalil dan terjemahannya:
َهللا
َهللا
َهبا
َهلل
7Sumber: Hasil Observasi bulan oktober, November 2017 8
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapatt tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasulnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya”.(An Nisa : 59)
Di dalam ayat tersebut terdapat pengulangan kata اوُعيِطَأ yang menurut
pengertiannya dari kata bahasa arab adalah taat, taat kepada Allah SWT, taat kepada Rasul dan Kepada Ulil Amri.
Dari berbagai pendapat bahwa Ulil Amri berarti pihak atau seseorang
yang mendapatkan Hak untuk menjadi Pemimpin, seperti di Negara Indonesia yang kepemimpinan nya di wakili oleh Presiden yang dipilih dalam periode 5
tahun sekali secara langsung oleh rakyat. Dan di Provinsi dipimpin oleh Gubernur, di Kabupaten/Kota dipimpin oleh Bupati atau Walikota yang sama sama dipilih oleh rakyatnya masing-masing, dan kita berkewajiban taat kepada
pemimpin yang kita pilih.
Kota Bandar Lampung yang merupakan ibu kota Provinsi Lampung,
dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota, di periode 1995 sampai dengan 2005 Kota Bandar Lampung dipimpin oleh Suharto sebagai Walikota dan Achmad Yulizar sebagai Wakil Wali Kota. Dan pada periode mereka Perda
Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam
Wilayah Kota Bandar Lampung di terapkan.
Saat ini untuk membantu kepala daerah dalam penegakkan Perda
praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman, serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat.”9
Dan untuk mengoptimalkan kinerja SATPOL PP dalam menyelenggarakan penegakkan Perda dan Perkada maka di bentuk Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 37 Tahun 2016 Tentang Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung.
Hal ini tentu menjadi wewenang khusus bagi SATPOL PP sebagai perangkat daerah dibidang penegakan hukum, ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat.untuk segera melaksanakan dan menegakkan Perda yang telah diterapkan.
Banyak pelanggaran telah ditertibkan oleh petugas SATPOL PP Kota
Bandar Lampung seperti pada saat dilakukan penelitian di Kantor SATPOL PP10, terdapat beberapa warga yang ditahan untuk dimintai keterangannya
karena kedapatan di tempat-tempat umum pada saat razia jam malam, ada pula beberapa atribut iklan atau spanduk yang telah dicopot dan menurut keterangan anggota SATPOL PP spanduk tersebut melanggar perda.
Namun permasalahan yang terjadi dikota Bandar Lampung tidak hanya itu saja, sebagaimana telah diatur dalam pasal 17 Peraturan daerah Kota Bandar
Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban,
9
Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 255 ayat 1
10
Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung yang berbunyi11:
1. Memarkir kendaraan bermotor beroda 4 (empat) atau lebih dijalan umum lebih dari 6 (enam) jam kecuali pada ruas jalan yang telah ditentukan untuk
itu.
2. Mengendarai kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap tebal untuk gas yang bersifat membahayakan dijalan umum yang tingkat pencemarannya
melebihi ketentuan, sehingga dapat membahayakan polusi dan gangguan. 3. Memasang tarub atau menutup jalan/trotoar untuk kepentingan pesta atau
upacara lainnya yang bersifat pribadi tanpa seizin walikota.
4. Memasang spanduk dengan cara melintang pada jalan umum atau tempat-tempat yang dipandang menggangu pandangan umum, keindahan dan
keselamatan pemakai jalan.
5. Merusak fasilitas lalu lintas dan angkutan jalan dan papan nama jalan.
6. Memasang reklame/iklan pada trotoar dan persimpangan jalan yang dapat mengganggu jarak pandang pengendara dan kenyamanan berlalu lintas. 7. Merusak lingkungan taman dan hutan kota dengan membakar sampah,
membuat api unggun, mencabut/menebang pohon penghijauan. 8. Merusak ornamen kota, lampu-lampu taman dan lampu jalan.
Jelas dalam pasal 17 Peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan,
11
Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung berisikan larangan kepada masyarakat.
Akan tetapi di Kota Bandar Lampung masih nampak terlihat pelanggaran terhadap pasal17 Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun
2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung seperti: 1. Masyarakat menggunakan kendaraan yang mengeluarkan asap tebal dan gas
ya gas yang membahayakan ditempat umum, penulis masih menemuinya di kendaraan bermotor jenis truk.
2. Memasang spanduk yang dipandang mengganggu pandangan umum, keindahan dan keselamatan pemakai jalan.
3. Memasang reklame/iklan pada trotoar dan persimpangan jalan yang dapat
mengganggu jarak pandang pengendara dan kenyamanan berlalu lintas. 4. Merusak fasilitas lalu lintas dan angkutan jalan dan papan nama jalan.
Sedangkan dalam pelaksanaan penegakkan Perda Kota Bandar Lampung telah ada yang bertanggung jawab.
Fakta ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian lebih
lanjut terhadap implementasi Perda Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan,
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
muncul beberapa pokok penelitian ini. Adapun beberapa pokok penelitian tersebut adalah:
1. Bagaimana Implementasi pasal 17 Perda Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Implementasi pasal 17 Perda Nomor 8 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Umum, Ketertiban, Keamanan,
Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan tujuan dan kegunaan dari penelitian agar pembaca dapat memahami maksud tujuan dari penelitian
ini.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab dua pertanyaan
yang telah dirumuskan di atas yakni:
a. Untuk mengetahui Implementasi pasal 17 Perda Nomor 8 Tahun 2000
Tentang Pembinaan Umum,Ketertiban, Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung.
Keamanan, Kebersihan, Kesehatan Dan Keapikan Dalam Wilayah Kota Bandar Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
Didalam penelitian ini tentunya diharapkan dapat memberi manfaat
bagi pembaca, adapun diantara lain manfaat penelitian yang dapat diberikan:
a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan Efektifitas Penegakan Peraturan Daerah.
2) Sebagai pertimbangan dalam perbaikan program kerja di SATPOL PP dalam menegakkan Perda.
b. Kegunaan Praktis
Permasalah yang terjadi dapat diketahui, dan selanjutnya akan diberikan solusi agar dapat memperoleh hasil yang baik bagi penerapan Perda.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah tentu bagian yang tidak kalah penting adalah metode penelitian agar dalam pelaksanaan dan hasil penelitian nantinya
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara keilmuan. 1. Jenis dan sifat penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.12 Metode penelitian menurut Sugiono adalah: “cara ilmiah untuk mendapatkan data
12
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan dapat mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.13 Berdasarkan pengertian tersebut, metode penelitian adalah
suatu alat bantu untuk mengukur kevalidan dan supaya dapat ditemukan dan dibuktikan kebenarannya.
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Field Research) dilakukan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian.14 Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian
kualitatif.Berdasarkan sifatnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu sebuah penelitian untuk menggambarkan fenomena atau gejala tertentu.15Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 2. Sumber data
Data adalah sekumpulan bukti atau fakta yang dikumpulkan dan disajikan untuk tujuan tertentu.16
a. Data primer
Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan
memberikan pertanyaan kepada pihak-pihak yang mewakili.Dalam hal ini data primer yang diperoleh peneliti bersumber dari SATPOL PP
13
Ibid. h.4.
14
Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Riset Social( Bandung: Alumni, 1986 ), h.28.
15
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Rajawali Grafido Persada, 2006), h. 274
16
yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam penegakan Perda Kota Bandar Lampung.
b. Data sekunder
Sumber data diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka yaitu
usaha yang dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari menelaah, dan menganalisis sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, serta
catatan kuliah yang berkaitan dengan bahasan penelitian sebagai dasar paradigma antara teori yang relevan praktek yang terjadi di lapangan
dan dari beberapa jurnal yang mempunyai keterkaitan variable dengan judul penelitian.17
3. Populasi dan Sampel
Populasi dan Sampel memberikan peran penting dalam penelitian, agarmemudahkan penulis dalam menentukan metode penelitian ketika dalam suatu penelitian yang membahas permasalahan yang sama dalam
lingkup luas, dan memakan banyak waktu apabila dikerjakan satu persatu. a. Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai
17
sebuah penelitian.18Dalam hal ini populasi yang menjadi objek penelitian adalah SATPOL PP Kota Bandar Lampung.
b. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan
bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.19 Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi dikarenakan keterbatasan
dana, waktu, dan tenaga maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.20
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan suatu sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling terbagi dua yaitu probabilitassampling dan nonprobabilitassampling.21 Sampel yang akan digunakan oleh peneliti adalah menggunakan nonprobabilitas sampling dengan teknik sampel yang akan dipakai yaitu Accidental sampling. Accidental Sampling adalah teknik pengambilan suatu sampel sumber data dengan siapa saja yang dijumpai dan terlibat dalam permasalahan yang sedang diteliti dan
dapat langsung diwawancarai.22
18
Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin, Metodelogi Penelitian (Bandung: Manjar Maju, 2002, h.34
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Jakarta : Renika Cipta, 2010). h.173 dan 174.
20
Sugiyono,Op.Cit,h.118.
21
Ibid. h.218
22
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan 3
metode interview/wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai penunjang.
a. Interview/Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. 23
Dari pengertian di atas, jelas bahwa metode interview/
wawancara merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih dan dilakukan secara lisan.
Didalam Penelitian ini tentunya akan menseleksi yang akan diwawancarai, memang persoalan yang sulit, karena bagi peneliti atau
pewawancara yang baru pertama kali berada di dalam lingkungan suatu masyarakat tertentu, belum mengenal individu atau informan mana yang akan diwawancarai. Namun untuk mengatasi kesulitan tersebut,
peneliti atau pewawancara memulai dengan seorang informan pangkal (key informant).24
b. Observasi
Metode observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap
23
Ibid. h.188 24
kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek
penelitian tersebut.25
Metode observasi digunakan untuk membuktikan data yang
diperoleh selama penelitian dengan menetapkan metode observsi nonpartisipan, dimana peneliti berlaku sebagai pengamat dan tidak ambil bagian dalam aktivitas yang dilaksanakan.26 Teknik ini
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung, hal ini untuk mengetahui secara pasti bagaimana implementasi Perda kota Bandar
Lamung yang dilaksanakan oleh SATPOL PP. c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan
dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan harian,
sejarah kehidupan, cerita biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen gambar berupa foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya dapat berupa gambar, patung, film, dan
sebagainya.Studi dokumen merupakan metode pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian
observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung oleh sejarah pribadi, atau bentuk lain dari metode observasi.27
25
Sugioyono, Metode Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods) Cetakan Ke-3,(Bandung : Alfabet, 2013), h.196.
26
Sutrisno dan Hadi, Metodologi Reseach jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h.151
27
5. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah menimbang, menyaring, mengatur, dan
mengklasifikan.Menimbang dan menyaring data ialah benar-benar memilih secara hati-hati data yang relevan dengan masalah yang diteliti.Sedangkan
mengatur dan mengklasifikasikan ialah menggolongkan atau menyusun menurut aturan tertentu.28 Pada umumnya pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (editing), yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, benar, dan sesuai atau relevan dengan
masalah.
b. Penandaan Data (coding), yaitu memberikan catatan atau tanda yang menyatakan sumber data, pemegang hak cipta, atau urutan rumusan
masalah.
c. Sistematisasi data (sistematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.29
6. Analisis Data
Analisis data yang akan dilakukan terdiri atas deskripsi dan analisis, isi
deskripsi peneliti akan memaparkan data-data atau hasil-hasil penelitian melalui teknik pengumpulan data di atas. Dari semua data yang terkumpul
kemudian penulis analisis dengan menggunakan metode kualitatif, metode ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena30, yaitu
28
Juliansyah Noor, Metode Penelitian (Jakarta: Kencana, 2011), h.141.
29
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian (Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti, 2004), h. 126.
30
dengan cara memaparkan informasi-informasi faktual yang diperoleh dari aparatur SATPOL PP Kota Bandar Lampung untuk selanjutnya dianalisis
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Pemerintah dalam Fiqh Siyasah
Kebijakan pemerintah dalam Fiqh Siyasah dikenal dengan istilah Siyasah Dusturiyah, yang berarti ilmu dalam hukum islam yang membahas masalah perundang-undangan Negara. Yang lebih spesifik lingkup pembahasannya mengenai prinsip dasar yang berkaitan dengan bentuk
pemerintahan, aturan yang berkaitan dengan hak-hak rakyat dan mengenai pembagian kekuasaan.
Kata siyasah berasal dari kata sasa berarti mengatur, mengurus dan memerintah atau pemerintahan, politik dan pembuatan kebijaksanaan. Pengertian secara kebahasaan ini mengisyaratkan bahwa tujuan siyasah adalah mengatur dan membuat kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencapai sesuatu.31
Secara terminologis, Abdul Wahhab Khlaf mendefinisikan bahwa siyasah adalah pengaturan perundang-undangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan.32
Sedang kata “dusturi” berasal dari bahasa persia. Semula artinya adalah
seorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama.
31
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam,(Jakarta: Prenada Media, 2014), h. 3.
32
Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini digunakan untuk menunjukkan anggota kependetaan (pemuka agama) Zoroaster (majusi).
Setelah mengalami penyerapan ke dalam bahasa Arab, kata dustur berkembang pengertiannya menjadi asas dasar/ pembinaan. Menurut istilah,
dustur berarti kumpulan kaedah yang mengatur dasar dan hubungan kerja sama antara sesama anggota masyarakat dalam sebuah negara baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun yang tertulis (kostitusi).33
Di dalam kurikulum fakultas syari‟ah digunakan istilah fiqh dusturiyah,
yang dimaksud dengan dusturiyah:
“Dusturiyah adalah prinsip-prinsip pokok bagi pemerintahan negara
manapun seperti terbukti di dalam perundang-undangan, peraturan-peraturannya dan adat istiadatnya.”34
Abu A‟la al-Maududi menakrifkan dustur dengan:
“Suatu dokumen yang memuat prinsip-prinsip pokok yang menjadi
landasan pengaturan suatu negara.”35
Dari dua takrif ini dapat disimpulkan bahwa kata dustur sama dengan
constitution dalam bahasa inggris, atau Undang-Undang Dasar dalam bahasa Indonesia, kata-kata “dasar” dalam bahasa Indonesia tersebut tidaklah mustahil berasal dari kata dustur tersebut di atas.
Dengan demikian, Siyasah Dusturiyah adalah bagian Fiqh Siyasah yang membahas masalah perundang-undangan Negara agar sejalan dengan
33
Ibid. h.154.
34
A. Djazuli, Fiqh Siyasah, Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 52
nilai-nilai syari‟at. Artinya, undang-undang itu mengacu terhadap konstitusinya yang tercermin dalam prinsip-prinsip Islam dalam hukum-hukum syari‟at yang
disebutkan di dalam Al-Qur‟an dan yang dijelaskan sunnah Nabi, baik mengenai akidah, ibadah, akhlak, muamalah maupun berbagai macam
hubungan yang lain.36
Prinsip-prinsip yang diletakkan dalam perumusan undang-undang dasar adalah jaminan atas hak asasi manusia setiap anggota masyarakat dan
persamaan kedudukan semua orang di mata hukum, tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial, kekayaan, pendidikan dan agama.37 Sehingga tujuan
dibuatnya peraturan perundang-undangan untuk merealisasikan kemaslahatan manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang merupakan prinsip
Fiqh Siyasah akan tercapai.38
Siyasah dusturiyah dikatakan sebagai bagian dari Fiqh Siyasah yang membahas masalah perundang-undangan Negara. Yang lebih spesifik lingkup
pembahasannya mengenai prinsip dasar yang berkaitan dengan bentuk pemerintahan, aturan yang berkaitan dengan hak-hak rakyat dan mengenai pembagian kekuasaan.
Secara keseluruhan persoalan di atas tidak dapat dilepaskan dari dua pokok: pertama, dalil-dalil kully, baik ayat-ayat al-Qur‟an maupun hadits,
maqosid al-Syariah; dan semangat ajaran Islam di dalam mengatur masyarakat.
36
Yusuf al-Qardhawi, Fikih Daulah dalam Perspektif al-Qur’an dan Sunnah Alih Bahasa
Kathun Suhadi,(Jakarta: Raja Grafindo, 1994), h. 46-47
37
Muhammad Iqbal, Op.Cit, h. 154
38
Kedua, aturan-aturan yang dapat berubah karena perubahan situasi dan kondisi, temasuk di dalamnya hasil ijtihad para ulama, meskipun tidak seluruhnya.39
Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, Al-Qur‟an menyediakan suatu dasar yang kukuh dan tidak berubah bagi semua prinsip-prinsip etik dan moral
yang perlu bagi kehidupan ini. Menurut Muhammad Asad, Al-Qur‟an memberikan suatu jawaban komprehensif untuk persoalan tingkah laku yang baik bagi manusia sebagai anggota masyarakat dalam rangka menciptakan
suatu kehidupan berimbang di dunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan di akhirat.40
Ini berarti penerapan nilai-nilai universal Al-Qur‟an dan hadist adalah faktor penentu keselamatan umat manusia di bumi sampai di akhirat, seperti peraturan yang pernah diperaktekkan Rasulullah SAW dalam negara Islam
pertama yang disebut dengan “Konstitusi Madinah” atau “Piagam Madinah”.41 Isi penting dari prinsip Piagam Madinah42 adalah membentuk suatu
masyarakat yang harmonis, mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak. Piagam Madinah ini juga merupakan suatu konstitusi yang telah meletakkan dasar-dasar sosial politik bagi
masyarakat Madinah dalam sebuah pemerintahan dibawah kepemimpinan Nabi Muhammad. Piagam Madinah dianggap oleh para pakar politik sebagai
39 Muhammad Iqbal,
Ibid, h. 48
40 Ahmad Syafi‟i Ma‟arif,
Studi Tentang Peraturan dalam Konstitusi Islam dan Masalah
Kenegaraan,(Jakarta: LP3ES, 1985), h. 11
41
Abdul Qodir Djailani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam,(Surabaya, Bina Ilmu, 1995), h. 119
42
Undang-undang Dasar pertama dalam negara Islam yang didirikan oleh Nabi Muhammad.43
Setelah Nabi wafat, tidak ada konstitusi tertulis yang mengatur negara Islam, umat Islam dari zaman ke zaman, dalam menjalankan roda
pemerintahan berpedoman kepada prinsip-prinsip al-Qur‟an dan teladan Nabi dalam sunnahnya.
Namun pasca khulafa’ ar-Rasidun tepatnya pada abad ke-19, setelah
dunia Islam mengalami penjajahan barat, timbul pemikiran di kalangan ahli tata negara di berbagai dunia Islam untuk mengadakan konstitusi. Pemikiran
ini timbul sebagai reaksi atas kemunduran umat Islam dan respon terhadap gagasan politik barat yang masuk di dunia Islam bersamaan dengan kolonialisme terhadap dunia Islam.44
Sebab salah satu aspek dari isi konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah bidang-bidang kekuasaan negara. Kekuasaan itu dikenal dengan istilah
“Majlis Syura” atau “ahl al-hli wa al-aqdi” atau seperti yang disebut Abu A‟la
al-Maududi sebagai “Dewan Penasehat”45 serta al-Mawardi menyebutnya dengan ahl al-Ikhtiyar.46
Dalam negara-negara yang diperintah raja atau diktator yang mempunyai kekuasaan mutlak, seluruh kekuasaan negara berada pada satu
tangan yakni kepala negara bahkan perkataan dan perbuatannya adalah Undang-undang. Perkataan dan perbuatan para pembantu raja dipandang
43
Muhammad Iqbal, Ibid, h. 157
44
Ibid, h. 158
45
A. Djazuli, Op. Cit, h. 76
sebagai peraturan pelaksana. Menurut teori “Trias Politika” bahwa kekuatan negara dibagi dalam tiga bidang yang masing-masing kekuasaan berdiri sendiri
tanpa ada campur tangan satu kekuasaan terhadap kekuasaan yang lain. Kekuasaan negara dibagi dalam tiga bidang yaitu, kekuasaan pelaksana
undang-undang (eksekutif), kekuasaan pembuat undang-undang (legislatif) dan kekuasaan kehakiman (yudikatif).47
Pada masa inilah kekuasaan mulai dipisah, masing-masing kekuasaan
melembaga dan mandiri.
Kekuasaan (sulṭah) dalam negara Islam, Abdul Wahab Khlaf membaginya menjadi tiga bagian, yaitu:48
1. Lembaga legislatif (sulṭah tasyri’iyah), lembaga ini adalah lembaga negara yang menjalankan kekuasaan untuk membuat undang-undang.
2. Lembaga eksekutif (sulṭah tanfiẓiyyah), lembaga ini adalah lembaga negara yang berfungsi menjalankan undang-undang.
3. Lembaga yudikatif (sulṭah Qaḍa’iyyah), lembaga ini adalah lembaga negara yang menjalankan kekuasaan kehakiman.
Sedangkan menurut Abdul Kadir Audah, kekuasaan dalam negara Islam itu dibagi ke dalam lima bidang, artinya ada lima kekuasaan dalam
Negara Islam, yaitu:49
1. Sulṭah Tanfiẓiyyah (kekuasaan penyelenggara undang-undang). 2. Sulṭah Tashri’iyah (kekuasaan pembuat undang-undang).
47
A. Hasimi, Dimana Letaknya Negara Islam,(Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h. 233
48
Ahmad Sukarjo, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2008), h. 197
49
3. Sulṭah Qadhoiyah (kekuasaan kehakiman). 4. Sulṭah Maliyah (kekuasaan keuangan).
5. Sulṭah Muraqabah wa Taqwim (kekuasaan pengawasan masyarakat). Adapun mengenai pentingnya kekuasaan kehakiman adalah untuk menyelesaikan perkara-perkara perbantahan dan permusuhan, pidana dan penganiayaan, mengambil hak dari orang durjana dan mengembalikannya
kepada yang punya melindungi orang yang kehilangan hak-haknya, mengawasi harta wakaf dan lain-lain.
Tujuan pengadilan dalam Islam bukanlah untuk mengorek kesalahan agar dapat dihukum, tetapi yang menjadi tujuan pokok yaitu menegakkan kebenaran supaya yang benar dinyatakan benar dan yang salah dinyatakan
salah.50 Lembaga peradilan menurut para ulama fikih merupakan lembaga independen yang tidak membedakan pihak-pihak yang bersengketa di hadapan
majlis hakim.
Lembaga peradilan merupakan salah satu lembaga yang tidak terpisahkan dari tugas-tugas pemerintahan umum (al-wilayah al-‘ammah).51
Keberadaan suatu lembaga peradilan (al-Qaḍa’) memiliki landasan yang kuat dalam Islam. Dasar disyariatkannya lembaga peradilan/ al-Qaḍa’ dalam Islam adalah firman Allah dalam surat Shaad ayat 26:
50
Ibid, h. 250
51
هللا
هللا
Artinya : Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan
hari perhitungan”.
Juga dalam surat an-Nisa‟ ayat 65:
Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.”
Disamping itu, terdapat pula dalam surat al-Maidah ayat 49:
هللا
هللا
هللا
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.
Di dalam hadis Nabi SAW, keberadaan peradilan juga mendapat
dukungan. Nabi pernah bersabda:52
اَحلْا َمَكَح اَذها
َدَهَ تحجاَف همهك
،هناَرحجَا ههَلَ ف َباَصَا َّهثُ
رحجَا ههَلَ ف َأَطحخَا َّهثُ َدَهَ تحجاَف َمَكَح اَذهاَو
Artinya : “apabila seorang hakim memutuskan hukum sesudah hakim berijtihad kemudian tepat, maka dia memperoleh pahala dua kali lipat. Dan apabila dia berijtihad lalu memutuskan kemudian salah, maka mendapat satu paha”. (HR. Bukhari Muslim)
Kata hakim dalam hadis di atas mengandung pengertian orang berhak
mengadili perkara, dan dalam hadis lain diungkapkan dengan kata qaḍi yang
artinya hakim atau kadi. Atas dasar ayat-ayat dan hadis di atas, para ulama fiqh
sepakat menyatakan bahwa mengadakan dan menjalankan lembaga al-Qaḍa’ itu hukumnya wajib kifayah (kewajiban kolektif umat Islam).53
Eksistensi lembaga peradilan Islam didukung dengan akal. Sebab, ia harus ada untuk melindungi kepentingan-kepentingan orang yang teraniaya dan untuk menghilangkan berbagai sengketa yang timbul dalam masyarakat.54
Dalam sejarah pemerintahan Islam, orang yang pertama kali menjabat hakim di Negara Islam adalah Rasulullah SAW, dan beliau menjalankan fungsi
tersebut selaras dengan hukum Tuhan.55
Lembaga peradilan pada masa khulafa al-Rasyidin juga mengikuti prinsip peradilan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Baru pada zaman kekhifahan bani Abbasiyah, dibentuk dewan Madzalim Wilayah
52
Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Lu’lu’ wal Marjan, alih bahasa H. Salim
Bahresy,(Surabaya: Bina Ilmu, 2016), h. 638
53
Abdul Aziz Dahlan, Op.Cit, h. 1944
54
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Gema Insani Press, 2003 Jakarta h. 47
55
Maẓalim (dewan pemeriksa pelanggaran) dan selanjutnya dibentuk dewan hisbah (kekuasaan al-Muhtasib).56
Di dalam perkembangannya, lembaga peradilan tersebut meliputi
Wilayah al-Qaḍa’, Wilayah al-Maẓalim dan Wilayah al-Hisbah.57 Wilayah al-Qaḍa’ adalah lembaga peradilan untuk memutuskan perkara-perkara awam sesama warganya, baik perdata maupun pidana.
Menurut ulama fikih wewenang lembaga al-Qaḍa’adalah terdiri atas:58 1. Menyelesaikan setiap perkara yang masuk, baik dengan cara baik maupun
dengan menetapkan ketentuan hukum dalam al-Qur‟an.
2. Menghentikan segala bentuk kedzaliman di tengah masyarakat. 3. Melaksanakan hudud (jarimah) dan menegakkan hak-hak Allah.
4. Memeriksa segala perkara yang berhubungan dengan pelanggaran terhadap nyawa dan anggota tubuh manusia.
5. Melindungi hak-hak anak yatim dan orang-orang yang cacat mental. 6. Mengawasi dan memelihara harta wakaf.
7. Melaksanakan berbagai wasiat.
8. Bertindak sebagai wali nikah.
9. Mengawasi dan melindungi berbagai kepentingan dan kewajiban hukum.
10. Melaksanakan dan mengajak berbuat amar ma‟ruf nahi munkar.
Sedangkan Wilayah al-Ḥisbah menurut al-Mawardi adalah wewenang untuk menjalankan amar ma’ruf ketika yang ma’ruf mulai ditinggalkan orang dan mencegah yang munkar ketika mulai dikerjakan orang.59
56
Topo Santoso, Op.Cit, h. 46
57
Muhammad Iqbal, Op. Cit, h.137
58
Sehingga Wilayah al-Ḥisbah adalah suatau kekuasaan peradilan yang khusus menangani persoalan-persoalan moral dan wewenangnya lebih luas dari
dua peradilan lainnya yakni Wilayah al-Qaḍa’ (peradilan biasa) dan Wilayah al-Maẓalim (peradilan khusus kejahatan para penguasa dan keluarganya).
Wewenang Wilayah al-Ḥisbah menekankan ajakan untuk berbuat baik dan mencegah segala bentuk kemungkaran, dengan tujuan mendapatkan paha
dan ridha Allah SWT.
Namun demikian sebagai lembaga peradilan, para petugas al-Ḥisbah yang disebut al-Muḥtasib60 berhak untuk mengenakan hukuman terhadap pelanggar amar ma’ruf nahi munkar tersebut sehari dengan hukuman yang
dicontohkan syara’.61
Tugas-tugas Ḥisbah dibagi menjadi dua bagian yakni menyuruh kepada kebaikan yang meliputi menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak-hak bersama antara hak-hak-hak-hak Allah SWT dan hak-hak-hak-hak manusia.
Dan bagian kedua, melarang dari kemungkaran yang meliputi melarang
dari kemungkaran yang terkait dengan hak-hak manusia, serta melarang dari kemungkaran yang terkait dengan hak bersama antara hak-hak Allah SWT dan
hak-hak manusia.62
Adapun Wilayah al-Maẓalim adalah lembaga peradilan yang secara khusus menangani kezaliman para penguasa dan keluarganya terhadap hak-hak
59
Abdul Aziz Dahlan, Op. Cit, h. 1939
60 Al-Muhtasib (petugas Hisbah) adalah pihak pertengahan antara hakim dengan wali pidana,
Imam al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulṭaniyyah, alih bahasa Fadli Bahri,(Jakarta: Qisthi Press, 2015), h. 400
61
Abdul Aziz Dahlan, Op. Cit, h. 1939
62
rakyat. Wilayah al-Maẓalim didirikan dengan tujuan untuk memelihara hak-hak rakyat dari perbuatan zalim para penguasa, pejabat dan keluarganya. Untuk
mengembalikan hak-hak rakyat yang telah diambil oleh mereka, dan untuk menyelesaikan persengketaan antara penguasa dan warga negara.
Yang dimaksudkan penguasa dalam definisi ini menurut al-Mawardi
adalah seluruh jajaran pemerintahan mulai dari pejabat tertinggi sampai pejabat
paling rendah.63 Dan Muhammad Iqbal mendefinisikan Wilayah al-Maẓalim adalah sebagai lembaga peradilan yang menyelesaikan penyelewengan pejabat
negara dalam melaksanakan tugasnya, seperti pembuatan keputusan politik yang merugikan dan melanggar kepentingan/ hak-hak rakyat serta perbuatan
pejabat negara yang melanggar HAM rakyat.64
Segala masalah kedzaliman apapun yang dilakukan individu baik dilakukan para penguasa maupun mekanisme-mekanisme negara beserta
kebijakannya, tetap dianggap sebagai tindak kezaliman, sehingga diserahkan kepada khifah agar dialah yang memutuskan tindak kezaliman tersebut, ataupun orang-orang yang menjadi wakil khifah dalam masalah ini, yang disebut dengan Qadhi al-Maẓalim, artinya perkara-perkara yang menyangkut masalah fiqh siyasah oleh Wilayah al-Maẓalim, sehingga diangkat Qadhi al-Maẓalim untuk menyelesaikan setiap tindak kezaliman yang merugikan negara.
Dari situ terlihat bahwa Mahkamah Maẓalim memiliki wewenang untuk memutuskan perkara apapun dalam bentuk kezaliman, baik yang menyangkut aparat negara ataupun yang menyangkut penyimpangan khifah
63
Abdul Aziz Dahlan, Op. Cit, h. 1941
64
terhadap hukum-hukum syara‟ atau yang menyangkut ma‟na salah satu teks perundang-undangan yang sesuai dengan tabanni (adopsi) khifah.65
Karena undang-undang itu dapat dikatakan sebagai perintah penguasa, maka memberikan keputusan dalam perkara itu berarti memberikan keputusan
terhadap perintah penguasa. Artinya, perkara itu harus dikembalikan kepada
Mahkamah Maẓalim, atau keputusan Allah dan Rasul-Nya.66
Kewenangan seperti ini menunjukkan bahwa peradilan dalam Wilayah
al-Maẓalim mempunyai putusan yang final. Mengenai kewenangan hukum antara Wilayah al-Maẓalim dan Wilayah al-Hisbah terdapat beberapa perbedaan diantaranya adalah hakim pada Wilayah al-Maẓalim memiliki kekuasaan untuk menyelesaikan perkara yang tidak mampu diselesaikan
peradilan biasa, sedangkan hakim pada Wilayah al-Ḥisbah tidak memiliki wewenang tersebut. Hakim pada Wilayah al-Maẓalim memiliki kewenangan untuk menetapkan dan mengeksekusi hukuman secara langsung, sedangkan
pada Wilayah al-Ḥisbah kewenangan tersebut bersifat terbatas. Kasus-kasus yang ditangani Wilayah al-Maẓalim adalah kasus-kasus berat yang berkaitan dengan hubungan penguasa dengan warga negara, sedangkan kasus yang
ditangani Wilayah al-Ḥisbah hanyalah kasus pelanggaran moral yang dilakukan oleh warga negara.67
Dalam proses persidangan Wilayah al-Maẓalim dilengkapi dengan perangkat peradilan yang terdiri atas:
65
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis,(Jakarta: Kencana, 2010), h. 250
66
Ibid, h. 242
67
1. para kadi dan perangkat kadi, 2. para ahli hukum (fuqaha),
3. panitera,
4. penjaga keamanan (polisi peradilan) dan beberapa orang pembantunya,
5. para penguasa dan 6. para saksi.68
Kelengkapan perangkat Wilayah al-Maẓalim dimaksudkan agar sidang berjalan dengan lancar, karena kasus yang ditangani peradilan ini adalah kasus-kasus berat yang menyangkut para pejabat negara.
B. Prinsip-prinsip Fiqh Siyasah dalam Pembuatan Kebijakan Pemerintah Tujuan utama kekuasaan dan kepemimpinan dalam suatu pemerintahan dan negara adalah menjaga suatu sistem ketertiban supaya masyarakat dapat menjalankan kehidupan dengan wajar. Pemerintahan pada
hakikatnya adalah pelayan masyarakat.Pemerintah tidak diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan
kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk mengemmbangkan kemampuan dan kreativitasnya dalam rangka mencapai ketertiban umum. Oleh karena itu, secara umum, tugas pokok pemerintah atau
penguasa suatu negara adalah menjamin diterapkannya perlakuan adil kepada setiap warga masyarakat, tanpa membedakan status apapun yang melatar belakangi keberadaan mereka.
Dalam Islam ketertiban umum menjadi tanggung jawab bagi setiap orang yang memeluk Agamanya, sebagaimana tafsiran dari surat Al-Anbiya
107 dinyatakan :
َيهمَلاَعحلِّل ًةَححَْر َّلَّهإ َكاَنحلَسحرَأ اَمَو
Artinnya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.Dengan mengutip pendapat Ibnu Abbas, Imam Ath-Thabari dalam
tafsirnya Jâmi‟ul Bayan fî Ta‟wîlil Qur‟ân menyebutkan bahwa rahmat dan
kasih sayang yang menjadi misi Nabi Muhammad diberikan baik kepada orang-orang yang beriman ataupun kepada orang-orang kafir. Orang yang beriman menerima rahmat dengan cara diberi petunjuk atau hidayah sehingga
mereka bisa menjadi orang yang beriman yang mendapatkan banyak kenikmatan di dunia, dan akan mendapat kenikmatan yang sebenarnya nanti di
akhirat.
Sebagai manusia yang percaya kepada Allah dan menganut ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya Muhammad, kita secara langsung diberi
tugas untuk juga menyebarkan kasih sayang, menyebarkan rahmat, menciptakan keamanan dan ketenangan kepada seluruh masyarakat bahkan
kepada seluruh dunia.
Kehadiran kita di dunia ini seharusnya tidak menjadikan orang lain
resah, gelisah dan takut kepada kita. Kehadiran kita dimanapun, dalam posisi
apapun seharusnya menjadikan orang tenang, aman dan tuma‟ninah.
mendapatkan keamanan dan ketenangan berpeluang besar untuk dapat mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya yang telah diberikan Allah kepada mereka.
Untuk mengemban amanah tersebut maka diperlukan asas-asas
penyelenggaraan kekuasaan negara dalam menentukan perumusan kebijkan publik pada umumnya serta pengambilan keputusan pada khususnya. Suyuti Pulungan dalam bukunya Beni Ahmad Saebeni, menyebutkan dasar dari
Al-Quran yang dijadikan prinsip-prinsip umum pembuatan dan pelaksanaan kebijakan seorang pemimpin dalam mewujudkan kemaslahatan warga negara
dalam siyasah, diantaranya adalah sebagai berikut:69
1. Kedaulatan tertinggi di Tangan Allah SWT
Al-Quran menetapkan bahwa ketaatan, tidak boleh tidak, hanya
ditunjukan kepada Allah semata-mata dan semua umat-Nya wajib mengikuti undang-undang-Nya. Ketaatan kepada Allah merupakan ketaatan pokok, kemudian ketaatan keapada rasul-Nya dan akhirnya ketaatan kepada ulil amri diantara orang-orang yang beriman, selama ulil amri tersebut tidak memerintahkan maksiat kepada Allah.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan antar manusia adalah bahwasanya semua rakyat
mempunyai persamaan hak di depan undang-undang Allah yang harus dilaksanakan oleh mereka semuanya. Diterangkan dalam surat An-Nisa ayat
58:
69
َللا
َللا
للا
Artinya: ”Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”
3. Prinsip Persamaan (Musawah)
Semua warga negara memiliki persamaan hak-hak yang
sempurna, tanpa memandang warna kulit, suku bangsa dan bahasa. Dalam surat Al-Hujarat ayat 10, Allah SWT berfirman:
َللا