• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Alor Menurut Kecamatan Tahun 2015 No Kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Alor Menurut Kecamatan Tahun 2015 No Kecamatan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

I I - 1 RPI2- JM-Kab.Alor 2.1. W ilayah Administrasi

Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Nusa T enggara T imur yang terletak di bagian timur laut. Kabupaten Alor terdiri dari tiga pulau besar dan enam pulau kecil yang saat ini ada penghuninya.

Secara astronomis, Kabupaten Alor terletak antara: Let ak Geografis:

08° 08’ 86” hingga 08° 57’ 35” Lintang Selatan 123° 80’ 37” hinga 125° 10’ 60” Bujur T imur Batas Atminstrasi:

· T imur : Pulau-pulau di M aluku. · Barat : Selat Lomblen Lembata · Utara : Laut Flores

· Selatan : Selat Ombay dan T imor Leste

(2)

I I - 2 RPI2- JM-Kab.Alor

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Alor T imur dengan luas 562,76 Km2 diikuti Alor Barat Daya dengan luas 447,97 KM 2 . Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Pulau Pura dengan luas 27,83 KM 2. Kabupaten Alor yang secara administratif terdiri dari 17 kecamatan dengan 11 Kecamatan berada di pulau Alor, 1 Kecamatan di Pulau Pura dan 5 kecamatan lainnya berada di pulau Pant ar.

T erdapat 2 kecamatan yang memiliki jumlah desa lebih dari 15 Desa yakni Kecamatan Alor Barat Daya : 20 Desa/ Kelurahan dan Alor Barat Laut 19 Desa/ Kelurahan. Kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Pureman 4 desa, Kabola 5 Desa/ Kelurahan. Jarak tempuh dari I bu Kota Kalabahi ke I bu Kota Kecamatan terjauh adalah Pantar Barat Laut, Pant ar Barat, Pantar T engah, Pureman dan Alor T imur. Diantara kecamatan yang sulit dijangkau ada juga kecamatan yang ditempuh dengan kendaraan motor laut. Ada juga kecamatan yang ditempuh dengan kondisi jalan darat yang sulit seperti M ataru dan Pureman, Sulitnya jangkauan ke ibu kota kecamatan masih belum sebanding dengan sulitnya jangkauan ke setiap desa dari kecamatan.

Kabupaten Alor memilik 3 pulau besar yakni Pulau Alor, Pulau Pantar dan Pulau Pura. Serta 6 Pulau Kecil yakni : Pulau ternate, Buaya, Nuha Kepa, T ereweng, Kura dan Kangge.

Berikut adalah data kecamatan dengan luasan, jumlah desa dan dusun di Kabupaten Alor.

T abel 2.1

Luas W ilayah Kabupaten Alor M enurut Kecamatan T ahun 2015

(3)

I V - 3 RPI2-JM-Kab.Alor

Gambar 2.1.

(4)

I V - 4 RPI2- JM-Kab.Alor 2.2. Potensi W ilayah

2.2.1. Pertanian T anaman Pangan

Kabupaten Alor memiliki jenis lahan pewkarangan, lahan kebu, padang rumput, perkenuan hut an rakyat dan lainnya. Lahan terluas diperunt ukan bagi hutan rakyat seluas 88.808 Ha diikuti lahan Perkebunan seluas 25.764 Ha. Hutan rakyat terluas ada di Kecamatan Alor timur seluas 5.266 Ha dan di Pantar T imur seluas 3.087 Ha.

Hasil produksi pertanian didominasi oleh tanaman jagung sebanyak 28.804 T on.Diikuti padi, padi lasang, ubi kayu dan padi sawah. Hasil produksi terkecil adalah ubi jalar sebanyak 920 T on.

Rincian luas lahan kering dan penggunaanya serta hasil produksi dirinci per kecamatan, disajikan dalam tabel berikut :

T abel 2.2

Luas Lahan Kering di Rinci T iap penggunaannya T ahun 2015

(Ha)

No Kecamatan Pekarangan Kebun Ladang Padang

Rumput

(5)

I V - 5 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.3

Hasil Produksi T anaman Pertanian di Rinci Per Kecamatan T ahun 2015

(T on)

Sumber : Alor Dalam Angka 2016

2.2.2. Perkebunan

(6)

I V - 6 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.4

Hasil Produksi T anaman Perkebunan di Rinci Per Kecamatan T ahun 2015

(T on)

Sumber : Alor Dalam Angka 2016

2.2.3. Kehutanan

Luas Hutan di kabupaten Alor 90.612,45 Ha, didominasi hutan lindung seluas 61.046,905 Ha, diikuti hutan

produksi seluas 20.262,58, berikut hutan produksi terbatas seluas 15.999,67 Ha dan T aman Wisata Alam seluas

7.703, 277 Ha. Sedangkan T aman Nasional, vagar alam dan suaka marga satwa tidak ada di kabupaten Alor.

Hutan lindung menyebar pada 11 kecamatan dan yang terluas ada di kecamatan Alor timur selaua 28.629,95

Ha. Sedangkan hutan produksi menyebar pada 8 kecamatan dan yang terluas ada di kecamatan Pantar T engah

seluas 8.535,61. Beikut T aman wisata alam menyebar di 3 kecamatan yakni kecamatan Pantar Barat, Pantar

Barat Laut dan Alor T imur.

(7)

I V - 7 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.5. Luas Hutan M enurut Jenis Hutan dan Kecamatan

T abel 2.6

(8)
(9)

I V - 9 RPI2- JM-Kab.Alor 2.2.4. Peternakan

Populasi ternak besar di kabupaten Alor didominasi oleh ternak sapi yang meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2011 jumlah ternak sapi sebanyak 4.351 ekor, meningkat menjadi 4.563 ekor (4.64%) di tahun 2012 dan hingga tahun 2015 menjadi 5.878 ekor (24%). T ernak besar lainnya adalah kuda dan kerbau. Pada tahun 2015 ternak kuda sebanyak 102 ekor dan kerbau sebanyak 67 ekor.

Rincian ternak besar di kabupaten Alor disajikan dalam tabel beriktu :

T abel 2.7

Populasi T ernak Besar M enurut Jenisnya T ahun 2010-2015

(10)

I V - 10 RPI2- JM-Kab.Alor

2.3. DEM OGRAFI DAN URBASNI SASI

2.3.1. Penduduk

Penduduk kabupaten Alor di tahun 2015 berjumlah 199.915 jiwa dengan kepadatan penduduk 68 jiwa / Km². Jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Alor barat Daya sebanyak 22.650 jiwa dan penduduk dengan jumlah terkecil di kecamatan Pureman sebannyak 3.651 jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan T eluk M ut iara dengan 635 jiwa/ Km². Sedangkan kepadatan penduduk terendah di kecamatan Alor T imur dengan 14 jiwa/ Km². Pertumbuhan penduduk kabupaten Alor tahun 1990-2000 sebesar 1,27%/ tahun. Kemudian periode 2000-2010 meningkat menjadi 1,47%/ tahun. Jelasnya tentang penduduk kabupaten Alor disajikan pada tabel berikut :

T abel 2.8.

Jumlah Penduduk, Luas W ilayah dan Kepadatan Penduduk T ahun 2015

No Kecamatan Jumlah

(11)

I V - 11 RPI2- JM-Kab.Alor

2.3.2. Penduduk M iskin

(12)

I V - 12 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.10.

Jumlah Rumah T angga M iskin tahun 2015

Sumber : Kabupaten Alor Dalam Angka 2016

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

(13)

I V - 13 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.11

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Alor tahun 2016-2021

Kabupaten Alor 199.915 202.854 205.836 208.861 211.932 215.047 218.208

Hasil H itungan 2016

2.4. I SU ST RAT EGI S SOSI AL, EKONOM I dan LI NGKUNGAN

2.4.1. Perkembangan PDRB, Potensi Ekonomi dan Pendapatan perkapita

Struktur ekonomi kabupaten Alor menurut Dasar Harga Yang Berlaku meningkat dari tahun ke tahun. T ahun 2013 sebesar 1.789.818,4 juta meningkat menjadi 1.971.466,6 di tahun 2014 dan meningkat lagi 8,81% di tahun 2015 menjadi 2.161.997,2 Juta. Sumbangan terbesar didominasi oleh sektor pertanian yang terus mengalami kenaikan dan Sumbangan terkecil adalah sektor Listrik dan Gas.

(14)

I V - 14 RPI2- JM-Kab.Alor

Pendapatan Regional Perkapita Atas dasar Harga Yang berlaku kabupaten Alor tahun 2013 senilai 5.570.296 juta dan meningkat menjadi 6.6024.765 di tahun 2014. Sedangkan pendapatan perkapita Atas dasar harga Konstan 2000 di tahun 2013 senilai 2.340.902 juta dan meningkat menjadi 22.433.686 di tahun 2014.

Pertumbuhan ekonomi (PDRB) kabupaten Alor periode 2008-2015 mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. PDRB Atas dasar Harga Yang Berlaku tahun 2009 mengalami pertumbuhan 10,57%, meningkat di tahun 2010 menjadi 13,99% namun di tahun-tahun berikutnya pertumbuhannya terus menurun hingga tahun 2015 menjadi 9,67%. Di bandingkan dengan Provinsi NT T angka pertumbuhan PDRB NT T lebih tinggi dari PDRB Alor. T ahun 2009 PDRB NT T 12,03% sedangkan Alor 10,57%. Periode 2008-2015 angka pertumbuhan PDRB NT T t eritnggi di tahun 2012 sebesar 12,45% dan terandah 11,33% di tahun 2011. T ahun 2015 angka pertumbuhan PDRB NT T Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 11,42%, masih diatas PDRB Alor yang hanya 9,67%.

(15)

I V - 15 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.12.

(16)

I V - 16 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.13.

PDRB Kabupaten Alor Atas Dasar Harga Konstan M enurut Lapangan Usaha 2013-2015

T abel 2.14

(17)
(18)
(19)

I V - 19 RPI2- JM-Kab.Alor

T abel 2.15.

Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) pada Periode Perkembangan Kabupaten Alor dan provinsi NT T

Sumber : Kabupaten Alor dalam Angka 2016

2.4.2. KONDI SI LI NGKUNGAN ST RAT EGI S

2.4.2.1. GAM BARAN T OPOGRAFI

T opografi Kabupaten Alor adalah merupakan konfigurasi wilayah daratan yangbergunung dan berbukit dengan iklim yang variatif sehingga cocok untuk pengembangan aneka komoditi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan.

(20)

I V - 20 RPI2- JM-Kab.Alor

banyak, namun tanah yang gembur telah menyebabkan kondisi tanah yang labil sehingga memerlukan pemanfaatan/ pengelolaan lahan yang sesuai.

Dari aspek geofisika Kabupaten Alor termasuk dalam kategori daerah rawan gempa bumi, karena dipengaruhi oleh pertemuan Lempeng Eurasia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik, dimana Lempeng Australia bergerak ke arah utara dan menyusup ke bawah Lempeng Eurasia. Aktivitas gempa bumi di Kabupaten Alor juga dipengaruhi oleh sesar‐naik. Wetar yang bermula di Laut Flores, memanjang ke arah T imur Laut Banda sebelah Utara. Pulau W etar dan berakhir di Utara Pulau Romang. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Alor berada pada jalur gempa bujur dalam (i nner arch) sehingga sering mengalami gempa tektonik. Sampai dengan akhir tahun 2007, tercatat telah terjadi sebanyak 4 (empat) kali peristiwa gempa bumi yaitu pada tahun 1953, 1987, 1991 dan tahun 2004.

2.4.2.2. Gambaran Geohidrologi

Secara umum kondisi Geohidrologi di Kabupaten Alor terdiri dari air permukaan dan Air T anah dimana kondisi masing-masing sumber air sangat bergantung pada intensitas curah hujan dan tingkat kerusakan hutan. Dari data curah hujan dapat diperoleh bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya hujan tahun ini relatif kecil dan bervariasi antara bulan yang satu dengan bulan yang lain.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 T ahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, maka wilayah sungai di Kabupaten Alor termasuk dalam Wilayah Sungai Flores T imur Kepulauan – Lembata – Alor.

A. Sungai/ Air Permukaan

Kondisi air permukaan di wilayah Kabupaten Alor dapat dibedakan menjadi 3 (t iga), yaitu sungai, danau dan rawa (lahan basah), jumlah sungai yang ada di Kabupaten Alor sebanyak 5 aliran sungai yaitu Sungai Buono, Sungai Bukapiting, Sungai Waisika, Sungai Kamot dan Sungai Kabola. Pemanfaatan air sungai bukan hanya semata mat a untuk kebutuhan pertanian di Kabupaten Alor tetapi juga sebagai sumber air bersih mengingat ket erbatasan kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh PDAM Kabupaten Alor.

(21)

I V - 21 RPI2- JM-Kab.Alor

Sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Alor terdiri dari sungai abadi dan sungai musiman. Sungai abadi yaitu sungai/ kali yang mengalir sepanjang waktu atau tidak t ergant ung dengan musim hujan atau musim kemarau, sedangkan sungai musiman yaitu sungai yang mengalir ketika musim hujan saja.

Sungai-sungai yang dikategorikan sebagai sungai abadi menurut defenisi diatas, misalnya Kali Buono, Kali Hombol, Kali Kabola, Kali Lembur, Kali Kikilai, Kali Wolwal, Kali Benlelang, Kali I lawe, Kali Dulolong, Kali Plisi, Kali Siboil dan lain sebagainya.

Sedangkan sungai yang dikategorikan sebagai sungai musiman sesuai defenisi diatas, misalnya Kali I rawuri, Kali Koya-Koya (di Kolana Utara), dan beberapa sungai lainnya yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar pada hampir seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Alor.

T abel 2.16

Daerah I rigasi yang Dialiri Sungai Di W ilayah Kabupaten Alor

(22)

I V - 22 RPI2-JM-Kab.Alor

T abel 2.17

Nama Sungai / Kali Di Kecamatan T eluk M utiara Kabupaten Alor

NO NAM A

1 Kali La'uihuin Samping Pertamina Kenarilang (Kel. Kalabahi Barat)

3 1,5 Kering 0 Rawan Banjir

2 Kali Okmol Samping Gereja Anainfar Kenarilang (Kel. Kalabahi Barat)

5 4 Kering 0 Rawan Banjir

3 Kali Otvai Perkampungan − SD Kenarilang (Kel. Kalabahi Barat)

5 4 Kering 0 Rawan Banjir

4 Kali Hiuseil Perkampungan − Puskesmas Kenarilang (Kel. Kalabahi Barat)

5 3 Kering 0 Rawan Banjir

5 Kali T onmol Buono (Desa Adang Buom) 8 10 Berair 0 Rawan Banjir

6 Kali Awengpar Motongbang − Binongko (Desa Motongbang − Kel. Binongko)

(23)
(24)

I V - 24 RPI2- JM-Kab.Alor

B. Air T anah

Berdasarkan kedudukan akuifer dari muka t anah setempat, maka sistem akuifer di daerah Kabupaten Alor dapat dibedakan menjadi 4 sistem akuifer berdasarkan alirannya (Peta Hidrogeologi Lembar Sebagian Waipukang dan Sebagian Dili, Nusa T enggara T imur). Keempat jenis akuifer tersebut sebagai berikut :

1) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, sistem akuifer ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Akuifer produktif sedang

Kondisi akuifer ini memiliki keterusan sedang, muka airtanah bebas umumnya dangkal, kurang dari 5 meter di bawah muka tanah setempat, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter per detik.

b) Setempat, akuifer produktif sedang

Kondisi akuifer ini dangkal, tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah sampai sedang, muka air tanah bebas umumnya kurang dari 4 meter di bawah muka tanah setempat, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter per detik.

2) Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir a) Akuifer produktif sedang

Akuifer dengan ket erusan sangat beragam, muka airtanah umumnya dalam, debit sumur kurang dari 5 liter per detik.

b) Setempat, akuifer produktif

Akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka airtanah, setempat mataair berdebit kecil dan air tanah dangkal di daerah pelapukan yang tebal masih dapat dimanfaatkan.

3) Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran;

Akuifer produktif sedang, aliran air tanah melalui zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, muka air tanah dan debit sumur umumnya bervariasi, pemunculan mata air terbesar mencapai 22,5 liter per det ik.

4) Akuifer (bercelah atau sarang) produktif kecil dan daerah air tanah langka.

a) Akuifer produktif kecil setempat berarti, Umumnya keterusan rendah sampai sangat rendah set empat, air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh, t erutama pada daerah lembah at au zona pelapukan.

(25)

I V - 25 RPI2-JM-Kab.Alor

T abel 2.18

Sebaran Cekungan Air T anah Di W ilayah Kabupaten Alor

(26)
(27)

I V - 27 RPI2- JM-Kab.Alor

Kondisi Geologi suatu wilayah didasarkan pada Pengelompokan batuan menggunakan satuan batuan sebagai dasar penamaan tidak resmi, dengan berpedoman asas-asas Satuan Stratigrafi T idak Resmi sepert i yang dimaksudkan dalam Sandi Stratigrafi I ndonesia (I AGI , 1996), dimana pada pembahasan stratigarfi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah perencanaan dan diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.

Sesuai dengan Sandi Stratigrafi I ndonesia, maka pembagian satuan-satuan batuan t ertent u adalah dengan memperhatikan berbagai kondisi yang dapat diamati di lapangan berupa ciri-ciri fisik, seperti jenis batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi stratigrafi antar satuan batuan. Selanjutnya dalam menentukan batas penyebaran dari tiap satuan litostratigrafi harus memperhatikan beberapa aspek sepert i batas satuan adalah bidang sent uh antara dua satuan yang berlainan ciri litologi, yang ditempatkan pada bidang nyata perubahan litologi atau pada bidang tidak nyata sehingga merupakan bidang yang diperkirakan kedudukannya dan apabila didapati satuan yang berangsur berubah atau menjemari peralihannya dapat dipisahkan menjadi satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan sandi sert a tidak dibatasi oleh batas-batas daerah hukum.

Berdasarkan komposisi dan sebaran litologinya, juga dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas, maka secara stratigrafi Kabupaten Alor dapat dibedakan menjadi :

1. Aluvium dan Endapan Pantai (Qal)

Kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur, yang terbent uk dalam lingkungan sungai dan pantai sekitar T eluk Kalabahi dan M aritaing di Pulau Alor. Satuan ini menindih takselaras Formasi Alor dan Batugamping Koral.

2. Laka (T mpl)

T uf gampingan, tuf pasiran bersisispan breksi halus dan konglomerat setempat napal dan batugamping. T uf gampingan, putih sampai kelabu muda; berbutir halus, agak padat, berlapis baik, tebal lapisan 5 – 15 Cm.

T uf pasiran, putih kelabu; agak padat , berbutir halus sampai sedang, komponen membundar sampai membundar tanggung; terpilah buruk, perlapisan kurang baik.

(28)

I V - 28 RPI2- JM-Kab.Alor 2 – 7 Cm.

Fosil yang di jumpai dalam batuan tuf gampingan adalah Globigerinoides sp., Pulleniatina sp., T extularia sp., Sphaeroidinella dehiscens BLOW, Puleniatina primalis BANNER & BLOW, Globorotalia acostaensis BLOW (Budiman, 1976, hubungan tertulis). Kumpulan fosil tersebut diduga menunjukkan umur M iosen Atas – Pliosen Awal, pada lingkungan neritik. Lapisan batuan dalam satuan ini bersudut kemiringan 30° - 35° dengan arah jurus barat-timur. T ebal diperkirakan 1.500 M .

3. Batu Gamping Koral (Ql)

T ersusun atas batu gamping koral dan breksi koral. Batugamping koral, putih kekuningan; padat, mencapai julang sampai 350 m di atas muka laut; di pantai utara T g. Kebola membentuk undak. Breksi koral. putih kekuningan sampai kecoklatan; agak padat; komponen berukuraan 2 – 5 Cm, menyudut sampai menyudut tanggung.

Umur satuan ini diduga Holosen; ditindih takselaras oleh Aluvium (Qal). Satuan ini tersingkap baik di sepanjang pantai utara bagian tengah dan pantai timur T g. Kebola, pantai utara dan sebagian pantai selatan, dan pantai barat P. Kambing.

4. Endapan Danau (Qalk)

T erdiri dari konglomerat dan batupasir. Konglomerat dengan komponen terdiri dari andesit, dasit dan basal, matriks berupa batupasir kasar yang kurang padat. Batupasir berwarna kelabu, berbutir kasar, terpilah buruk. Satuan ini umumnya mudah lepas, perlapisan mendatar, t ersingkap baik di bagian timur Pulau Alor, merupakan hasil pengendapan bahan rombakan batuan gunungapi yang terbawa oleh sungai di daerah Lantoka.

5. Formasi T anahau (T mt)

T erdiri atas Lava, tuf dan breksi Lava, kelabu muda sampai kelabu tua; bersusunan dasit, bertekstur porfir, berbutir halus saampai menengah, terkersikkan. Dijumpai adanya pemineralan sulfida tembaga dan timah hitam (Goenadi,1971).

Breksi, kelabu muda sampai kelabu tua; padat; komponen terdiri dari dasit, berukuran 0,5 – 3 Cm, menyudut sampai menyudut tanggung. M asadasar berupa tuf pasiran berwarna kelabu muda sampai kehijauan, terkersikkan.

(29)

I V - 29 RPI2- JM-Kab.Alor

Formasi ini diterobos oleh diorit Kursa (T pdi)

Lokasi tipe Formasi T anahau terletak di Kampung T anahau. Di Pulau Alor formasi ini terdapat di Kecamatan Alor T imur Laut dan Alor Barat Daya. Satuan ini diduga berumur M iosen T engah.

6. Formasi Alor

T erdiri atas Lava, breksi.bersisipan tuf. Lava, kelabu kehitaman; padat, bertestur porfir, bersusunan andesit horenblenda, andesit biotit horenblenda, hyslo andesit dan basal piroksen (Saefudin, 1977).

Di bagian t imur Pulau Alor batuan ini memperlihatkan struktur kekar lapis; setempat t elah mengalami proses ubahan kuat dan termineralkan. Urat kuarsa dengaan ket ebalan 3 Cm dijumpai dalam batuan ini. Di daerah Pido dan Alor bagian tengah, retas diorit menerobos satuan ini.

Breksi, kelabu kehitaman; padat, komponen berukuran 0.5 – 15 Cm, menyudut sampai menyudut tanggung, kemas terbuka. M asa dasar batupasir t ufan. Sisipan tuf, putih kecoklatan; agak padat, perlapisan agak baik, terkersikkan; tebal lapisan 2 – 5 Cm. Bersudut kemiringan 10° - 45°, dengan arah jurus barat laut - tenggara dan timur laut – barat laut tenggara dan timur laut – barat daya. T ebal formasi diperkirakan 1.000 M .

Satuan ini diduga berumur M iosen Akhir - Pliosen Awal dan menjemari dengan Formasi Laka (T mpl), serta menindih takselaras Formasi T anahau.

Formasi ini tersingkap luas, hampir menut upi seluruh Pulau Alor. Pada umumnya daerah yang ditempati bat uan ini merupakan pegunungan dengan puncak bukit yang tinggi dan lembah yang t erjal.

7. Batuan Gunung api T ua (Qtv)

(30)

I V - 30 RPI2- JM-Kab.Alor

8. Satuan Granodiorit T amenang (T tgd)

Berwarna kelabu kehijauan, bertekstur kasatmata, berhablur penuh t ersusun oleh andesin, oligoklas dan piroksen. Piroksen berukuran kasar sampai menengah. T elah mengalami pengubahan, sebagian piroksen telah menjadi klorit. T ersingkap di bagian timurlaut Pulau Pantar dan sebagian besar telah lapuk. Umur granodiorit ini diperkirakan adalah Akhir M iosen T engah atau Awal M iosen Atas.

9. Satuan Lava Dasit

DASI T : berupa retas, kelabu terang; berst ektur halus sampai sedang. Satuan ini menerobos Granodiorit T amenang, tebal lebih kurang 2 M . T ersingkap baik di daerah T amenang. Lava kelabu muda sampai kelabu tua bersusunan dasit, terkersikkan dan dijumpai pemineralan sulfida tembaga dan timah hitam (Goenadi, 1971).

10. Satuan Dasit (T mda)

Berwarna kelabu terang, bert ekstur halus sampai sedang, t ebal lebih kurang 2 M . T ersingkap baik di daerah T amenang, Alor T engah. Sat uan ini diperkirakan berumur M iosen T engah.

11. Satuan Diorit (T pdi)

T erdiri at as diorit kuarsa, kelabu; padat, berhablur penuh; tersusun oleh andesin, horenblenda dan kuarsa. Horeenblenda telah berubah menjadi klorit. Satuan ini tersingkap sebagai retas yang menerobos Formasi Alor; tebal lebih kurang 20 m. Umur diorit ini diduga Pliosen Akhir bagian akhir. T ersingkap baik di Sidongkamang dan di Lamataga. Berwarna kelabu, berhablur penuh, tersusun oleh andesin dan hornblenda. Hornblenda telah terubah menjadi klorit. Batuan ini tersingkap di P.Batang, sedangkan diorit kuarsa di baratdaya Pulau Alor (Goenadi, 1971). Berdasarkan kedudukannya umur diorit kuarsa adalah Pliosen Akhir bagian akhir.

2.4.2.4. Gambaran Klimatologi

I klim di Kabupaten Alor relatif sama dengan keadaan iklim di kabupaten lain di Propinsi Nusa T enggara T imur yakni curah hujan rata‐rata terjadi antara bulan desember sampai dengan maret. Sedangkan delapan bulan yakni april sampai dengan november dinyatakan relatif kering.

(31)

I V - 31 RPI2- JM-Kab.Alor

Rata-rata T emperatur Udara Dan Rata-Rata Penyinaran M atahari Di Kota Kalabahi Dirinci Perbulan T ahun 2015

Bulan

Kondisi I klim Kabupaten Alor T ahun 2015

Uraian 2015

Sumber : Alor Dalam Angka 2016

2.4.2.5. Kondisi Sosial Budaya

Pola budaya penduduk di Kabupaten Alor terlihat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk golongan petani (pemilik, buruh tani) yaitu aktivitas tolong menolong antar tetangga yang tinggal berdekatan terutama unt uk pekerjaan-pekerjaan kecil yang lokasinya dalam lingkungan perumahan, demikian pula tolong menolong antar kaum kerabat dalam suatu acara keluarga atau upacara-upacara sekitar titik-titik peralihan pada lingkungan hidup individu atau keluarga.

(32)

I V - 32 RPI2- JM-Kab.Alor

alamnya yang demikian rupa sehingga dapat dikembangkan untuk proses pembangunan yaitu dalam keulet an untuk bekerja.

Selain itu masyarakat Kabupaten Alor dalam kehidupan sosialnya, khusus kegiatan-kegiatan kemasyarakatan berupa perkawinan, kemat ian, pembangunan rumah ibadah (gereja/ mesjid) selalu bekerjasama, saling mempercayai, dan adanya sikap toleransi yang didukung oleh tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat yang berperan besar dalam membina dan mengajak masyarakat turut serta dalam pembangunan peran serta pimpinan dimaksud masih tinggi, perlu difungsikan dengan mengembangkan konsep

KI SS (Koordinasi, I ntegrasi, Simplikasi, dan Sinkronisasi) agar kegiatan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

M asyarakat Kabupaten Alor sangat majemuk dalam berbagai dimensi kehidupan kemajemukan atau pluralitas itu menjadi bagian dari kekayaan Kabupaten Alor. Beberapa sumber sejarah mengungkapkan bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat asli telah hidup menyatu berkat ikatan keturunan yang sama, perkawinan ant ara individu dengan keterlibatan keluarga dan suku yang selanjutnya membent uk sebuah keluarga besar. Relasi sosial antar warga masyarakat di wilayah ini diwarnai pula oleh pola relasi kekerabatan yang begitu kuat. Kemajemukan yang ada direkat kan oleh semangat saling menghargai, bekerjasama, rasa persaudaraan, dan kekeluargaan.

(33)

I V - 33 RPI2- JM-Kab.Alor

kemasyarakatan berupa perkawinan, kematian, pembangunan rumah ibadah (gereja/ mesjid) selalu bekerjasama, saling mempercayai, dan adanya sikap toleransi yang didukung oleh tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat yang berperan besar dalam membina dan mengajak masyarakat turut serta dalam pembangunan peran serta pimpinan dimaksud masih tinggi, perlu difungsikan dengan mengembangkan konsep KI SS (Koordinasi, I ntegrasi, Simplikasi, dan Sinkronisasi) agar kegiatan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Di Kabupaten Alor terdapat suku-suku asli sebanyak 13 suku yang terdiri dari Suku Alor, Lamma, Lewa, Blagar, Nedegang, Kelong, Kabola, Kui/ Kiraman, Kafoa, Abui, Waisika, Kolana, dan T anglapui. Disamping memiliki 13 rumpun bahasa yang berbeda satu dengan yang lainnya, juga terdapat 56 dialek, sehingga menyulitkan komunikasi antar masyarakat di suatu wilayah dengan masyarakat di wilayah lainnya. Oleh karena itu Bahasa I ndonesia digunakan oleh masyarakat Alor sebagai bahasa komunikasi sehari hari untuk kegiatan pelayanan kemasyarakatan maupun sosial lainnya.

Sementara itu, Kabupaten Alor juga memiliki ragam budaya berupa jenis tari-tarian adat, tari-tarian perang, dan lain-lain yang menggambarkan kekayaan budaya di Kabupaten Alor. Sebagai contoh, tarian adat Lego-L ego merupakan sarana komunikasi diantara masyarakat yang mempunyai nilai memupuk rasa persataun dan kesatuan. Dengan keanekaragaman tarian adat di Kabupaten Alor, dapat memberi peluang untuk menarik para wisatawan berkunjung ke Kabupat en Alor (sebagai aset wisata) dan dapat menjadi wadah pelestarian nilai-nilai adat .

(34)

I V - 34 RPI2- JM-Kab.Alor

2.4.3. I su-I su Strategis

I su-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten Alor meliputi :

 Urbanisasi penduduk  Desentralisasi

 Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim  Strandar Pelayanan M inimal

 Seluruh Kecamatan (17 kecamatan) masuk dalam wilayah perbatasan negara dengan Negara T imor Leste dan Negara Australia.

 Pulau Alor masuk dalam PPKT sesuai Perpres 179 T ahun 2014 tentang RT R Kawasan Perbatasan Negara di Prov.NT T .

 Kota Kalabahi masuk dalam Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sesuai PP No.26 tahun 2008 tentang RT RWN.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1.
Tabel 2.2  Luas Lahan Kering di Rinci Tiap penggunaannya Tahun 2015
Tabel 2.3 Hasil Produksi Tanaman Pertanian di Rinci Per Kecamatan  Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan edukasi dan pengetahuan pada remaja mengenai pola makan yang baik dan seimbang untuk remaja, guna mencegah

Dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan SMAM 5 Yogyakarta, telah disusun berbagai kebijakan, yaitu bahwa sekolah bersifat

Ciri-ciri sistem ekonomi Indonesia menurut pasal 33 UUD 1945 sebagaimana dapat disimpulkan dari penjelasan pasal 33 ayat 1, 2, 3, adalah sebagai berikut: (1)

pembangunan infrastruktur yang masif oleh pemerintah, salah satunya adalah pembangunan Jalan Tol Gempol-Pasuruan. Proses konstruksi Jalan Tol Gempol-Pasuruan melewati

Oleh sebab itu, hasil diseminasi dan edukasi tentang peningkatan produksi ASI melalui tombong kelapa ini memberikan manfaat yang sangat penting untuk peserta

Penelitian mencakup tiga tahap utama, yaitu studi beban listrik di salah satu puskesmas di Kecamatan Gema, dalam hal ini dipilih Puskesmas Desa Gema, studi potensi energi surya

Proses sakarifikasi pati sagu menggunakan sistem enzim amobil bubur pisang raja sereh secara batch memperlihatkan aktifitas penghasilan glukosa dengan aktifitas maksimum

Gambar 4.4 merupakan kenampakan bentuklahan dataran alluvial (F.1) dalam Citra Ikonos dari Google Earth dan kondisi di lapangan. Dataran alluvial merupakan salah